Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS DRAMA

PAGI BENING
Dosen : Julianto. M.Pd

FINI APRIANI

1921210002
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dialog merupakan hal penting dalam sebuah naskah drama, dialog yang disampaikan
tokoh dapat dijadikan acuan untuk menganalisis tema lakon. Dari dialog tersebut dapat
diketahui bagaimana keadaan, sikap, dan prilaku tokoh. Berdasarkan dialog, juga dapat
diketahui bagaimana karakter dari masing-masing tokoh yang terdapat dalam sebuah
naskah. Karakter merupakan gambaran tokoh peran yang diciptakan oleh penulis lakon
melalui keseluruhan ciri-ciri jiwa dan raga seseorang dalam hal ini adalah tokoh dalam
sebuah naskah. Karakter-karakter ini akan diwujudkan oleh pemeran serta di sajikan
dalam suatu pementasan teater dalam wujud tokoh.
Penentuan karakter tokoh merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk
memberi kesan menarik pada karyanya. Menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu
terdapat dua jenis tokoh dalam setiap karya fiksi yaitu tokoh utama dan tokoh penunjang
(Sayuti, 2009:6.6). Cara menentukan yang mana tokoh utama dan yang mana tokoh
penunjang adalah dengan membandingkan setiap tokoh di dalam cerita. Adapun kriteria
tokoh utama adalah bertindak sebagai pusat pembicaraan dan sering diceritakan sebagai
pihak yang paling dekat kaitannya dengan tema cerita, dan lebih sering melakukan
interaksi dengan tokoh lain dalam cerita (Sayuti, 2009:6.6)
Naskah drama Pagi Bening adalah naskah drama komedi satu babak yang berasal dari
Spanyol, naskah ini ditulis oleh Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero diterjemahkan Drs.
Sapardi Djoko Damono ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2006. Tempat kejadian
(setting tempat) drama ini berada di Madrid-Spanyol di suatu taman terbuka.
Berdasarkan dari permasalahan yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti
bermaksud mengkaji lebih jauh tentang karakter tokoh yang terdapat dalam naskah Pagi
Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero, dengan judul analisis karakter
berdasarkan dialog tokoh naskah Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvares
Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono.
B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang dihadapi antara lain sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses penokohan dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan
Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono?
2. Bagaimana hubungan karakter tokoh dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin
dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan penokohan dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin
Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono .
2. Menjelaskan hubungan karakter tokoh dalam naskah drama Pagi Bening karya
Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan apresiasi terhadap naskah drama luar negeri.
2. Menambah variasi metode analisis karakter pada drama satu babak.
3. Sebagai syarat tugas akhir program studi S-1 Pendidikan Sendratasik Fakultas Sastra
dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo.

E. SISTEM PENULISAN
Penelitian yang berjudul Analisis Karakter Berdasarkan Dialog Tokoh Naskah Pagi
Bening Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs.Sapardi Djoko Damono ini
akan disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Penentuan karakter tokoh merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang
untuk memberi kesan menarik pada karyanya. Menurut keterlibatannya terhadap karya
fiksi itu terdapat dua jenis tokoh dalam setiap karya fiksi yaitu   tokoh utama dan tokoh
penunjang (Sayuti, 2009:6.6). Cara  menentukan  yang  mana tokoh utama dan yang
mana tokoh penunjang adalah  dengan  membandingkan setiap tokoh di dalam  cerita.

1. Teknik Pelukisan Tokoh


Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM ada lima cara menyajikan watak tokoh,
yaitu:

a. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia


bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh
tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c. Melalui penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui pikiran-pikirannya
e. Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur
cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung. 

Menurut Nurgiyantoro (1995:194-211) teknik pelukisan tokoh dibagi menjadi 2


sebagai berikut :
1) Teknik Ekspositori disebut juga teknik analitis, penulisan tokoh cerita dilakukan
dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh
cerita dihadirkan berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri
fisiknya.
2) Teknik Dramatik atau dilakukan secara tak langsung. Pengarang tak
mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh.
Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri
melalui berbagai aktifitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun
nonverval lewat tindakan dan tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang
terjadi.

a. Teknik Cakapan.
Percakapan yaang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga
dimakasudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan.
Tidak semua percakapan memang mencerminkan kedirian tokoh atau paling
tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. Namun
percakapan yang baik efektif serta lebih fungsional adalah yang
menunjukkan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian
tokoh pelakunya.
b. Teknik Tingkah Laku.
Teknik ini menaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik.
c. Teknik Pikiran dan Perasaan.
Bagaimana keadaan, jalan pikiran, serta perasaan, apa yang melintas di
dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikir dan dirasakan oleh
tokoh.
d. Teknik Arus Kesadaran.
Sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran
proses mental tokoh di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran
dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi
acak ( Abrams, 1981:187).
e. Tekinik Reaksi Tokoh.
Reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalaha, keadaan, kata, dan sikap-
tingkah-laku orang lain dan sebagainya yang berupa “rangsang” dari luar
diri tokoh yang bersangkutan.
f. Teknik Reaksi Tokoh Lain.
Reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang
dipelajari kediriannyayang berupa pandangan, sikap, pendapat, komentar
dan lain-lain.

2. Pembedaan Tokoh

1) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan


Nurgiyantro (2007 : 176) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling
banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
Tokoh Tambahan Tokoh tambahan atau disebut juga tokoh pembantu merupakan
tokoh yang berperan membantu/menemani tokoh utama dalam cerita dan tokoh
ini bukan yang menjadi fokus perhatian pembaca.
2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 178) Tokoh Protagonis adalah
tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-
tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal
bagi kita.Tokoh antagonis disebut juga tokoh yang menjadi penyebab terjadinya
konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh
protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
3) Tokoh Sederhana atau Tokoh Bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas tertentu, suatu
sifat-watak tertentu saja.  Sementara tokoh bulat yaitu tokoh yang memiliki dan
diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati
dirinya.
4) Tokoh Statis (Tak Berkembang) dan Tokoh Berkembang
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 188) tokoh statis (tak
berkembang) adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami
perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami
perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan
perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.

5) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral


Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau
kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili. Tokoh
netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia
merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Identitas
1. Judul : Pagi Bening
2. Penulis : Serafin
3. Tahun terbit : 2006

B. Tipe Drama
Tipe drama ini termasuk ke dalam tipe drama modern yang menceritakan mengenai kisah
cinta seorang wanita tua yang berumur 70 tahun, karena pada drama ini menceritakan
sebuah percintan.

C. Sinopsis atau Iktisari Drama


 Sinopsis drama “Pagi Bening” Karya Serafin
Drama satu babak karya serafin dan Joaquin Quintaro yang terjemahkan Saparadi
Djoko Damano ini mengisahkan dua orang tua, Donna Laura dan Don Gonzalo,
serta dua orang pembantu mereka, Petra dan Juanito. Kisah berlangsung di suatu
taman di Madrid, Spanyol. Donna Laura, wanita tua berumur 70 tahun berjalan
menuju bangku taman. Sisa sisa kecantikan masa muda masih tampak tergurat.
Lakunya juga menunjukkan bahwa mentalnya baik pula. Tangannya membawa
payung, sementara tangan yang lain menumpu pada Petra, gadis pembantu Laura.
Beberapa waktu, selalu Donna Laura sempatkan untuk menikmati taman dan
duduk di bangku tersebut. Sampai akhirnya Don Gonzalo, lelaki tua berumur 70
tahun, bersama dengan Juanito, pemuda pembantunya. Dari lakunya, terlihat
perangai Don Gonzalo yang agak congkak dan tampak selalu tak sabaran. Dengan
marah-marah oleh sebab bangku yang biasa ditempati Don Gonzalo telah dipakai
oleh orang lain, berjalanlah Ia menuju bangku yang sejak tadi di duduki oleh
Laura. Merasa terganggu dengan celotehan Gonzalo, Donna Laura tersulut pula
emosinya.
Keduanyapun mulai beradu mulut dan saling meneriaki satu sama lain. Hal-hal
sepele menjadi begitu diributkan oleh kedua orang yang sudah lanjut usia
tersebut, mulai dari merpati-merpati yang menurut Dona Laura terganggu oleh
kedatangan Gonzalo dan Juanito, salam “selamat pagi” Gonzalo yang justru
dijawab panjang oleh Laura hingga menimbulkan percik kesebalan yang baru,
hingga cerita tentang hewan hasil perburuan Gonzalo yang ditanggapi dingin oleh
Laura.
Suasana ketegangan perlahan reda dengan dimulainya Gonzalo yang memilih
untuk membaca buku dengan volume agak keras. Laura yang mendengarkan
Gonzalo membaca turut masuk ke dalam sajak-sajak dari buku tersebut. Rupanya
Laura hafal tiap kata dari sajak-sajak itu. Keduanyapun mulai membangun
percakapan kembali dengan isi dari buku tersebut sebagai topiknya.
Percakapan mereka kemudian mengarah pada kenangan keduanya akan suatu
tempat di Valensia. Di tempat itu bermukim kenangan Gonzalo dengan seorang
gadis yang sempat dia sukai. Gonzalo kemudian menceritakan seorang gadis yang
sempat dia sukai tersebut. Gadis itu Laura Liorento yang tak lain adalah Donna
Laura semasa muda.
Donna Laura juga memiliki kenangan yang sama miripnya dengan kisah Gonzalo
semasa muda. Keduanyapun sadar bahwa di hadapan mereka kini ialah orang
yang sempat menjadi bagian dari masa lalu mereka. Orang yang sempat mereka
cintai, mungkin hingga kini. Namun keduanya memilih untuk menyimpan
kenyataan tersebut dalam pikiran mereka masing-masing. Kenyataan bahwa
bangku taman mempertemukan mereka dalam ruang dan waktu yang berbeda.
Tak ada lagi ketegangan dan emosi dalam tiap percakapan-percakapan mereka.
Keduanya mulai mencoba membangun percakapan lebih baik lagi. Membangun
ingatan akan kenangan dan kisah cinta mereka masa muda.

Naskah Drama “Pagi Bening”


(Drama Komedi Satu Bapak dari tanah Spanyol)
Karya Serafin dan Joaquin Alverz Quintero
Terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono
Madrid – Sapnyol
Di suatu tempat – Taman terbuka
Di jaman ini juga
Pemain
Donna Laura
Wanita tua, berumur kira-kira 70 tahun
Masih Nampak jelas bahwa dulunya cantik dan tindak tanduknya menunjukkan bahwa
mentalnya juga baik.
Don Gonzalo
Lelaki tua, berumur kira-kira 70 tahun lebih
Agak congkak dan selalu tidak sabaran
Petra
Gadis pembantu Laura
Juanito
Pemuda pembantu Gonzlo

Dona Laura masuk, berpegangan pada Petra, tangannya yang lain membawa payung yang juga
untuk tongkatnya.

LAURA          :     Aku selalu merasa gembira sekali di sini. Syukur bangkuku tidak ditempati
orang lain. Duhai, pagi yang cerah! Cerah sekali.

PETRA          :     Tapi matahari agak panas, Senora.

LAURA          :     Ya, kau masih duapuluh tahun (ia duduk di bangku belakang). Aku merasa
lebih letih dari biasanya (melihat petra yang nampak tak sabaR), pergilah kalau kau ingin
ngobrol dengan tukang kebunmu itu!

PETRA          :     Dia bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman ini!
LAURA          :     Ia lebih tepat disebut milikmu daripada milik taman ini. Cari saja dia. Tapi
jangan sampai terlalu jauh hingga tak kau dengar panggilanku.

PETRA          :     Saya sudah melihatnya di sana, menanti.

LAURA          :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!

PETRA          :     Baik, Senora (berjalan ke kanan)

LAURA          :     Hei, nanti dulu!

PETRA          :     Ada apa lagi, Senora?

LAURA          :     Berikan remah-remah roti itu!

PETRA          :     Ah, pelupa benar aku ini!

LAURA          :     (senyum) Aku tahu! Pikiranmu sudah lekat ke sana, heh, si tukang kebun itu!

PETRA          :     Ini, Senora (mengeluarkan bungkusan roti. Keluar ke kanan)

LAURA          :     Adios! (memandang ke arah pepohonan). Ha, mereka datang. Mereka tahu
kapan mesti datang menemui aku (bangkit dan menyerahkan remah-remah roti). Ini buat yang
putih, ini untuk yang coklat, dan ini untuk yang paling kecil tapi kenes. (tertawa dan duduk lagi
memandang merpati yang sedang makan). Ah, merpati-merpati yang manis. Itu yang besar mesti
lebih dulu, kentara dari kepalanya yang besar, dan itu … aduh , kenes benar. Hai, yang satu itu
selesai mematuk terus terbang ke dahan. Bersunyi diri. Agaknya ia suka berfilsafat. Tapi dari
mana saja mereka ini datang? Seperti kabar angin saja! Meluas dengan mudah. Ha, ha, jangan
bertengkar. Masih banyak. Besok kubawakan yang lebih banyak lagi!

(don gonzalo dan juanito masuk dari kiri. Gonzalo bergantung sedikit pada juanito. Kakinya
bengkak, agak di seret)

GONZALO    :     Membuang-buang waktu melulu! Mereka itu suka benar bicara yang bukan-
bukan.

JUANITO      :     Duduk di sini sajalah, senior. Hanya ada seorang wanita.

(dona laura menengok dan mendengarkan)


GONZALO    :     Tidak, Juanito. Aku mau tersendiri.

JUANITO      :     Tapi tak ada .

GONZALO    :     Yang di sana itu kan milikku!

JUANITO      :     Tiga orang pendeta duduk di sana, Senior!

GONZALO    :     Singkirkan saja mereka! … … … Sudah pergi!

JUANITO      :     Tentu saja belum! Mereka tengah bercakap-cakap.

GONZALO    :     Seperti merekat pada bangku saja mereka itu! Heh, tak ada harapan lagi,
Juanito. Mari!

JUANITO      :     (menggandeng ke arah merpati-merpati)

LAURA          :     (marah). Awas hati-hati!

GONZALO    :     Apa Senora berbicara dengan saya?

LAURA          :     Ya, dengan tuan!

GONZALO    :     Ada apa?

LAURA          :     Tuan menakut-nakuti burung-burung merpati saya!

GONZALO    :     Peduli apa burung-burung itu!

LAURA          :     Apa, ha?

GONZALO    :     Ini taman umum, Senora!

LAURA          :     Tapi kenapa tadi tuan mengutuki pendeta-pendeta di sana itu?

GONZALO    :     Senora, tapi kita belum pernah jumpa! Dan kenapa tadi Senora menegur saya?
Ayo, juanito! (melangkah ke kanan)

LAURA          :     Buruk amat perangai si tuan itu! Kenapa orang mesti jadi tolol dan pandir
kalau sudah meningkat tua? (melihat ke kanan). Syukur. Ia tidak mendapat bangku! Itu, orang
yang menakut-nakuti merpati-merpatiku. Ha, ia marah-marah. Ya, ayo, carilah bangku kalau kau
dapat! Aduh, kasihan, ia menyeka keringat di dahi. Nah, itu dia kemari lagi. Debu-debu
mengepul seperti kereta lewat! (juanito dan gonzalo masuk)

GONZALO    :     Apa sudah pergi pendeta-pendeta yang ngobrol itu, Juan?

JUANITO      :     Tentu saja belum, Senior?

GONZALO    :     Walikota seharusnya lebih banyak menaruh bangku-bangku di sini! Terpaksa
juga aku kini duduk bersama wanita tua itu! (ia duduk di ujung bangku,memandang dengan iri
kepada laura, dan memberi hormat dengan mengangkat topi). Selamat pagi.

LAURA          :     Jadi tuan di sini lagi?

GONZALO    :     Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa!

LAURA          :     Saya toh cuma membalas salam tuan!

GONZALO    :     “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi” saja.

LAURA          :     Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku saya ini.

GONZALO    :     Ahai, bangku ini kan milik umum!

LAURA          :     Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan, hah?

GONZALO    :     Baik, baik! Sekian sajalah!

                              ( pada dirinya sendiri ) Dasar perempuan tua! Patutnya dia di rumah saja,
merenda atau menghitung tasbih.

LAURA          :     Jangan mengoceh lagi. Aku juga tokh, tak akan pergi untuk sekedar
menyenangkan hatimu!

GONZALO    :     (mengelap sepatunya dengan sapu tangan). Kalau disiram air sedikit tentu
lebih baik. Tak berdebu lagi jadinya taman ini.

LAURA          :     Apa tuan biasa menggunakan saputangan sebagai lap?

GONZALO    :     Kenapa tidak?!

LAURA          :     Apa tuan juga menggunakan lap sebagai sapu tangan?
GONZALO    :     Hah? Nyonya kan tak punya hak untuk mengeritik saya!

LAURA          :     Toh sekarang saya ini tetangga tuan!

GONZALO    :     Juanito! Buku! Bosan mendengarkan nonsense macam itu!

LAURA          :     Alangkah sopan santun tuan ini!

GONZALO    :     Maaf saja nyonya. Tapi saya mengharap nyonya tidak bernapsu campur tangan
urusan orang lain!

LAURA          :     Saya memang biasa melahirkan pikiran-pikiran saya.

GONZALO    :     Hhh, Juanito! Buku!

JUANITO      :     Ini, tuan! (mengambil buku dari kantong, don gonzalo memandang dengki
pada laura; gonzalo mengeluarkan kaca pembesar dan kacamata: membuka buku)

LAURA          :     Oh, saya kira tuan mengeluarkan teleskop.

GONZALO    :     Nyonya bicara lagi!

LAURA          :     Tentunya penglihatan tuan masih baik sekali!!

GONZALO    :     Jauh lebih baik dari penglihatan nyonya!

LAURA          :     Ahai, tentu saja!

GONZALO    :     Kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada kelinci-kelinci dan burung-burung.

LAURA          :     Artinya tuan suka berburu kelinci dan burung?

GONZALO    :     Saya pemburu memang. Dan sekarang pun saya tengah berburu.

LAURA          :     Ya, tentunya! Begitulah!

GONZALO    :     Ya, Senora. Tiap Minggu saya menyandang bedil bersama anjing saya pergi
ke Arazaca. Iseng-iseng berburu! Membunuh waktu!

LAURA          :     Ya, membunuh waktu! Apa hanya waktu saja bisa tuan bunuh?

GONZALO    :     Nyonya kira begitu? Saya bisa menunjukkan kepala beruang besar dikamar
saya!
LAURA          :     Dan saya juga bisa menunjukkan kepala singa di kamar tamu saya, meskipun
saya bukan pemburu!

GONZALO    :     Sudahlah nyonya, sudah! Saya mau membaca. Percakapan cukup! Ngomong
putus!

LAURA          :     Ha, tuan menyerah!

GONZALO    :     Tapi saya mau ambil obat bersin dulu. (mengambil tempat obat). Nyonya
mau? (memberikan obat  itu)

LAURA          :     Kalau cocok!

GONZALO    :     Ini nomor satu! Nyonya tentu akan suka!

LAURA          :     Memang biasanya akan menghilangkan pusing.

GONZALO    :     Saya pun begitu.

LAURA          :     Tuan suka bersin?

GONZALO    :     Ya tiga kali.

LAURA          :     Persis sama dengan saya! (setelah mengambil bubukan, keduanya bersin
berganti-ganti masing-masing tiga  kali).

GONZALO    :     Ehaaaah, agak enakan sekarang.

LAURA          :     Saya pun merasa enak sekarang.

                              (KE Samping) Obat itu telah mendamaikan kami rupanya!

GONZALO    :     Maaf, saya mau membaca keras. Tidak mengganggu kan?

LAURA          :     Silahkan sekeras mungkin, tuan tidak menggangu saya lagi.

GONZALO    :     (membaca) “  Segala cinta itu menyakitkan hati

Tetapi bagaimana jugapun pedihnya

Cinta adalah sesuatu yang terbaik

Yang pernah kita miliki “


Nah, bait itu dari penyair Campoamor.

LAURA          :     Ah!

GONZALO    :     (membaca) “  Anak-anak dari para bunda

Yang pernah kucinta

Menciumku sekarang

Seperti bayangan hampa “

Baris-baris ini agak lucu juga rasanya.

LAURA          :     (tertawa) Kukira juga begitu.

GONZALO    :     Ada beberapa sajak bagus dalam buku ini. Dengar!

(membaca) “  Duapuluh tahun berlalu Ia pun kembalilah “

LAURA          :     Cara tuan membaca dengan kaca pembesar itu sungguh agak menggelikan
saya.

GONZALO    :     Jadi nyonya bisa membaca tanpa kaca pembesar?

LAURA          :     Tentu saja, tuan.

GONZALO    :     Setua itu? Ahai, nyonya main-main saja!

LAURA          :     Coba saya pinjam buku tuan itu  (mengambil buku dan membacanya keras-
keras“  Duapuluh tahun berlalu Dan ia pun kembalilah Masing-masing saling memandang,
Berkata :

Mungkinkah dia orangnya? Ya Allah, dimana oranya itu? “

GONZALO    :     Hebat! Saya iri hati pada penglihatan nyonya.

LAURA          :     (Kesamping) Hmm, saya hafal tiap kata syair itu.

GONZALO    :     Saya gemar sekali puisi-puisi yang bagus. Sungguh gemar sekali. Bahkan
ketika masih muda, kadang-kadang suka bersyair.

LAURA          :     Sajak-sajak bagus juga?


GONZALO    :     Ya, macam-macamlah. Saya dulu sahabat dari Exprosoda, Zorilla, Bocquer,
dan penyair-penyair lain. Saya kenal Zorilla pertama kali di Amerika.

LAURA          :     Eh, tuan pernah ke Amerika?

GONZALO    :     Sering juga. Pertama kesana saya waktu umur 6 tahun.

LAURA          :     Tentunya dulu tuan ikut Colombus.

GONZALO    :     (tertawa) Yah, tidak sejelek itu nasibku! Saya sudah tua, tapi belum pernah
kenal Raja Ferdinand serta Ratu Isabella!

(keduanya tertawa). Saya juga teman Campoamor, berjumpa pertama kali di Valensia. Saya
warga kota di sana.

LAURA          :     Apa sungguh?

GONZALO    :     Saya dibesarkan disana. Dan masa mudaku habis di kota itu. Apa nyonya
pernah ke Valensia?

LAURA          :     Pernah! Tiada jauh dari Valensia ada sebuah villa dan kalau masih berdiri
sekarang, bisa mengembalikan kenangan-kenangan yang manis. Saya pernah tinggal beberapa
musim di sana. Tapi sudah lama lampau. Villa itu dekat laut, tersembunyi antara pohon jeruk.
Mereka menyebutnya … ah … lupa … o ya, Villa Maricella.

GONZALO    :     Maricella?

LAURA          :     Maricella. Apa tuan  pernah mendengarnya?

GONZALO    :     Tak asing lagi nama itu … ah, kita tambah tua tambah pelupa … di Villa itu
dulu ada seorang wanita paling cantik yang pernah saya lihat dan saya kenal. Dan namanya … O
ya, Laura Liorento!

LAURA          :     (kaget) Laura Liorento?

GONZALO    :     Benar (mereka saling tatap)

LAURA          :     (sadar lagi) Ah, tak apa-apa, hanya mengingatkan saya pada teman karib saya.

GONZALO    :     Aneh juga.


LAURA          :     Memang aneh! Dia diberi sebutan “ Perawan Bagai Perak”.

GONZALO    :     Tepat, “Perawan Bagai Perak”. Nama itulah yang terkenal di sana. Sekarang
saya seperti melihatnya kembali di jendela di antara kembang mawar merah itu. Nyonya ingat
jendela itu?

LAURA          :     Ya, saya ingat itulah jendela kamarnya.

GONZALO    :     Dulu dia suka berjam-jam di jendela.

LAURA          :     (melamun) Ya, memang dulu dia suka begitu.

GONZALO    :     Dia gadis ideal. Manis bagai kembang lilia. Rambutnya hitam. Sungguh
mengesankan sekali! Mengesankan sampai kapan saja. Tubuhnya ramping sempurna. Betapa
Tuhan telah menciptakan keindahan seperti itu. Dia seperti impian saja.

LAURA          :     (ke samping) Jika seandainya tuan tahu bahwa impian itu ada di samping tuan,
tuan akan sadar impian macam apa itu, heh?

(keras-keras) Dia adalah gadis yang malang yang gagal cinta.

GONZALO    :     Betapa sedihnya (mereka saling memandang)

LAURA          :     Tuan pernah mendengar kabarnya?

GONZALO    :     Ya, pernah.

LAURA          :     Nasib malang meminta yang lain

  (kesamping) Gonzalo!

GONZALO    :     Si jago cinta cakap itu! Peristiwa cinta yang sama.

LAURA          :     Ah, duel itu.

GONZALO    :     Tepat, duel itu. Si Jago Cinta itu adalah … saudara sepupu saya. Saya juga
sayang sekali kepadanya.

LAURA          :     Oh ya, saudara sepupu. Seorang temanku menyurati saya dan bercerita tentang
mereka. Dia … saudara sepupu tuan itu … tiap pagi lewat di depan jendelanya dengan naik kuda,
dan melemparkan ke atas seberkas kembang yang segera disambut gadisnya. 
GONZALO    :     Dan tak lama kemudian, dia … saudara sepupu saya itu … lewat lagi untuk
menerima kembang dari atas. Begitu?

LAURA          :     Benar. Dan keluarga gadis itu ingin agar ia kawin dengan saudagar yang tidak
ia cintai.

GONZALO    :     Dan pada suatu malam, ketika saudara sepupuku tadi tengah menanti gadisnya
menyanyi … di bawah jendela, lelaki itu muncul dengan tiba-tiba.

LAURA          :     Dan menghina saudara tuan itu.

GONZALO    :     Kemudian  pertengkaran terjadi.

LAURA          :     Dan kemudian … duel!

GONZALO    :     Ya, waktu matahari terbit, di tepi pantai, dan si Saudagar itu luka-luka parah.
Saudara sepupu saya itu harus bersembunyi dan kemudian melarikan diri.

LAURA          :     Tuan rupanya mengetahui benar ceritanya.

GONZALO    :     Nyonya pun begitu agaknya.

LAURA          :     Saya katakan tadi, seorang teman telah menyurati saya.

GONZALO    :     Saya pun diceritai oleh saudara sepupu saya.

(ke samping) Heh, inilah Laura itu! Tak salah!

LAURA          :     (ke samping) Kenapa menceritakan padanya? Dia tak curiga       apa-apa.

GONZALO    :     (ke samping) Dia sama sekali tak bersalah.

LAURA          :     Dan apakah tuan pula yang menasihati saudara tuan itu untuk melupakan
Laura?

GONZALO    :     Ooo, saudara sepupu saya tak pernah melupakannya.

LAURA          :     Bagaimana begitu?

GONZALO    :     Akan saya ceritakan segalanya kepada nyonya.


Anak muda – Don Gonzalo itu – bersembunyi di rumah saya, takut menanggung akibatnya yang
buruk sehabis menang duel itu. Dari rumah saya ia terus lari ke Madrid. Ia kirim surat-surat
kepada Laura, di antaranya sajak-sajak. Tapi tentunya surat-surat itu jatuh ke tangan orang
tuanya. Buktinya tak ada balasan. Kemudian Gonzalo pergi ke Afrika, sebab cintanya telah gagal
sama sekali, masuk tentara dan terbunuh di sebuah selokan sambil menyebut berulangkali nama
Lauranya yang sangat tercinta.

LAURA          :     (ke samping) Dusta! Heh, dusta kotor belaka!

GONZALO    :     (ke samping) Saya tak bisa membunuh diriku lebih  ngeri lagi.

LAURA          :     Tuan tentunya telah ditumbangkan kesedihan yang sangat

GONZALO    :     Memang betul, nyonya. Dia seperti saudaraku sendiri. Dan saya kira tak lama
kemudian, Laura telah melupakannya. Kembali bermain memburu kupu-kupu seperti biasanya.
Tak pernah meratapinya.

LAURA          :     Tidak, Senior. Sama sekali tidak!

GONZALO    :     Biasanya perempuan memang begitu!

LAURA          :     Kalaupun itu sudah sifat perempuan, “Perawan Bagai Perak” adalah
terkecuali! Teman saya itu menanti berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun dan tak
selembar suratpun tiba. Suatu senja ketika matahari  terbenam, dia meninggalkan rumahnya dan
dengan langkah tergesa menuju pantai tempat kekasihnya menjaga nama baiknya. Ia menuliskan
namanya di pasir, lalu duduk di atas karang, memandang ke kaki langit. Ombak menyanyikan
tembang duka yang kekal, dan menggapai batu karang di mana perawan itu duduk. Air pasang
segera tiba dan menyapu gadis itu dari muka bumi.

GONZALO    :     Ya Allah!

LAURA          :     Para nelayan di situ sering menceritakan bahwa nama yang ditulis gadis itu
lenyap ditelan air pasang.    (ke samping) Toh kamu tak tahu aku reka-reka sendiri cerita
kematianku!

GONZALO    :     ( ke samping ) Dia berdusta lebih ngeri dari dustaku!

LAURA          :     Ah, Laura yang malang!


GONZALO    :     Wahai Gonzalo yang malang!

LAURA          :     (ke samping) Aku takkan bercerita kepadanya bahwa aku kawin dua tahun
kemudian setelah duel itu!

GONZALO    :     (ke samping) Aku takkan bercerita kepadanya bahwa dua bulan kemudian aku
mengawini penari ballet  dari Paris!

LAURA          :     Nasib memang selalu aneh. Di sini, tuan dan saya, dua orang asing, bertemu
secara kebetulan dan saling menceritakan kisah cinta yang sama dari dua teman lama yang telah
bertahun lalu terjadi, seperti sudah akrab benar kita ini!

GONZALO    :     Ya, memang aneh. Padahal mula-mula kita bertemu tadi, kita bertengkar.

LAURA          :     Tuan juga yang tadi mengganggu merpati-merpati saya.

GONZALO    :     Memang agak kasar saya tadi.

LAURA          :     Memang kasar. (ramah) Tuan datang lagi besok pagi?

GONZALO    :     Tentu, asal pagi secerah ini. Dan takkan lagi mengganggu merpati-merpati itu,
tapi saya akan membawa remah-remah roti besok.

LAURA          :     Oh, terima kasih. Burung-burung  selalu tahu berterimakasih. Hei! Mana
pembantuku tadi? – Petra!

GONZALO    :     (melihat laura yang membelakang) Tidak! Tak akan kukatakan siapa aku ini
sebenarnya. Aku sudah tua dan lemah. Biarlah dia mengangankan aku sebagai penunggang kuda
tampan yang lewat di bawah jendelanya.

LAURA          :     Nah, itu dia.

GONZALO    :     Itu Juanito! Dia sedang bercanda dengan gadisnya! (mengisyarati)

LAURA          :     (memandang gonzalo yang membelakang) Tidak, aku sudah berubah tua.
Lebih baik ia mengingatku sebagai gadis bermata hitam yang melempar bunga dari
jendela. (juanito dan petra masuk) Hei, Petra!

GONZALO    :     Juanito, kau sedikit lambat.


PETRA          :     (kepada laura) Si tukang kebun memberikan bunga-bunga ini kepada Seniora.

LAURA          :     Alangkah bagusnya. Terima kasih. Sedap benar baunya! (beberapa bunga
gugur ke tanah)

GONZALO    :     Ini semua sungguh menyenangkan, Senora!

LAURA          :     Demikian juga saya, Senior!

GONZALO    :     Sampai besok, nyonya!

LAURA          :     Sampai besok, tuan!

GONZALO    :     Agak panas hari ini!

LAURA          :     Pagi yang cerah. Tuan besok pergi ke bangku tuan?

GONZALO    :     Tidak, saya akan kemari saja. Itu kalau nyonya tidak berkeberatan.

LAURA          :     Bangku ini  selalu menanti tuan!

GONZALO    :     Akan saya bawa remah-remah roti!

LAURA          :     Besok pagi, jadilah!

GONZALO    :     Besok pagi. (laura melangkah ke kanan berpegang pada petra. Gonzalo
membungkuk susah payah memungut bunga yang jatuh tadi, dan laura menengok ketika itu)

LAURA          :     Apa yang tuan kerjakan?

GONZALO    :     Juanito, tunggu dong!

LAURA          :     Tak salah, dialah Gonzalo!

GONZALO    :     (ke samping) Tak salah, dialah Laura!

(mereka masing-masing melambaikan tangan)

LAURA          :     Mungkinkah dia itu benar orangnya?

GONZALO    :     Ya Allah, diakah orangnya itu?

(keduanya tersenyum)
BAB IV
PEMBAHASAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

A. Analisis Usur Intrinsik/Batin Drama “Pagi Bening”


Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, adapun unsur
instrinsik dalam drama “Pagi Bening” dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tema
Tema dari naskah Pagi Bening adalah kebohongan yang berakhir keraguan. Synopsis
Pagi hari yang cerah di taman terbuka di Spanyol, duduklah wanita tua bernama
Donna Laura dan lelaki tua yang bernama Don Gonzalo. Masing-masing dari mereka
mempunyai pembantu.

2. Judul
Judul naskah drama “Pagi Bening” memanglah sederhana, tetapi ada pelajaran yang
sangat bagus dari naskah drama “Pagi Bening” ini. Masalalu sebagai pengalaman dan
kenangan sajah. Tetapi masa depan yang harus disambut dengan baik. Dan jodoh tak
mengenal usia.
3. Tokoh dan Penokohan
Dalam drama “Pagi Bening” karya Serafin dan  Joaquin Alvarez Quintero tersebut
memiliki keunikan dan ciri khas di dalam tokoh-tokohnya dan juga alur cerita yang
bisa dibilang sangatlah menarik dan tidak membuat bosan. Di dalam naskah drama
digambarkan memiliki konflik yang berkaitan tentang kisah cinta antara Donna Laura
dan Don Gonzalo di masa mereka muda yang ahkirnya kandas dan pada ahkirnya
memiliki kehidupan masing-masing sampai mereka bertemu kembali saat tua. Drama
ini sendiri berlatar belakang di kota Madrid, Spanyol dengan kentalnya kebudayaan
Spanyol dan juga suasana keadaan yang ada di dalam drama.

Yang menjadi topik utama di dalam artikel ilmiah ini adalah pendalaman mengenai
tokoh-tokoh yang terlibat di dalam drama “Pagi Bening”. Hal yang membentuk
semua tokoh adalah watak dan karakter suatu tokoh. Perwatakan atau karakter tokoh
adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter ini
diciptakan oleh penulis lakon untuk diwujudkan oleh para pemain drama. Tokoh-
tokoh di dalam suatu drama akan disertai dengan adanya penjelasan mengenai nama,
umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, dan sebagainya. Watak tokoh akan jelas terbaca
dalam dialog dan catatan samping. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik,
suara, jenis kalimat, dan ungkapan yang digunakan.

Seorang tokoh digambarkan untuk seseorang atau seorang pelaku yang terdapat di
dalam suatu alur cerita. Sedangkan karakter atau character dapat diartikan sebagai
“perwatakan”. Menurut Stanton (melalui Nurgiantoro, 2000 : 165) Menurut
Nurgiantoro teknik cakapan yaitu percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita
biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang
bersangkutan. Tidak semua percakapan memang mencerminkan kedirian tokoh atau
paling tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. Sehingga dialog
berperan menciptakan suasana terpenting dalam naskah drama Pagi Bening.

Dialog pun menjadi sangat penting hubungannya dengan tokoh. Di samping oleh
perbuatannya, watak tokoh di dalam naskah drama Pagi Bening dilukiskan  melalui 
apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga
dialog berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perilaku
masing-masing tokoh dalam sebuah naskah. Melalui dialog, sikap dan perilaku tokoh
yang terdapat dalam naskah, pembaca juga dapat menerka apa dan bagaimana pikiran
dan keinginan pengarang. Kalaupun watak tokoh-tokoh tidak diugungkapkan
pengarang secara  langsung.

Dari dialog yang terdapat di dalam naskah drama “Pagi Bening” pun kita langsung
bisa dengan cermat mengerti apa yang menjadi karakter dan watak dalam penokohan
dari drama tersebut, seperti Donna Laura, Don Gonzalo, Petra, dan Juanito. Berikut
merupakan Analisa karakter / watak tokoh berdasarkan dialog dalam naskah :

Tokoh :

a. Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.


Dalam naskah drama “Pagi Bening” tokoh protagonist yaitu Donna Laura. Karena
dia mempunyai mental yang baik.
b. Antagonis, yaitu tokoh yang menentang
Dalam naskah drama “Pagi Bening” tokoh Antagonis yaitu Don Gonzalo. Karena
dia memiliki watak yang tidak sabar dan pemarah.
c. Tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun antagonis.
Dalam naskah drama “Pagi Bening” tokoh protagonist maupun antagonis, Petra,
karena dia memiliki tipe penyayang jadi dia memiliki watak baik. Jika Juanito
memiliki watak baik sebenarnya, namun memiliki majikannya yang tidak sabar ia
menjadi ikut tidak sabar pula.

Penokohan/Perwatakan
Di dalam naskah drama “Pagi Bening” ini terdapat 4 tokoh, yaitu, Donna Laura,
Don Gonzalo, Petra, dan Juanito.
a) Keadaan Fisik (fisikologis)
Donna Laura : wanita tua berumur kira-kira 70 tahun dan masih Nampak jelas
bahwa dulunya cantik.
Don Gonzalo : lelaki tua, kira-kira berumur 70 tahun lebih.
b) Keadaan psikis (psikologis)
Donna Laura : Tindak tanduknya menunjukkan mentalnya juga baik.
Don Gonzalo : Agak congkak dan selalu tampak tidak sabaran.
Petra : patuh pada nyonyanya.
Juanito : Patuh pada Tuannya.

4. Latar / Setting
a. Tempat : disebuah taman di Daerah Madrid (Spanyol)
b. Waktu : Pagi hari.
c. Ruang : Suasana yang romantis.

5. Alur / Plot
a. Pengenalan
Pengenalan merupakan bagian permulaan pementasan drama, pengenalan para
tokoh (terutama tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan masalah yang akan
dihadapi penonton.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!.

(DONNA LAURA MASUK, BERPEGANGAN TANGAN PADA PETRA.


TANGANNYA YANG LAIN MEMBAWA PAYUNG YANG JUGA UNTUK
TONGKATNYA).

b. Pertikaian

Setelah tahap pengenalan, drama bergerak menuju pertikaian yaitu pelukisan


pelaku yang mulai terlibat ke dalam masalah pokok.

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!

LAURA         :     (MARAH). Awas hati-hati!

GONZALO    :     Apa Senora berbicara dengan saya?


LAURA         :     Ya, dengan tuan!

GONZALO    :     Ada apa?

LAURA         :     Tuan menakut-nakuti burung-burung merpati saya!

GONZALO    :     Peduli apa burung-burung itu!

LAURA         :     Apa, ha?

GONZALO    :     Ini taman umum, Senora!

LAURA         :     Tapi kenapa tadi tuan mengutuki pendeta-pendeta di sana itu?

GONZALO    :     Senora, tapi kita belum pernah jumpa! Dan kenapa tadi Senora
menegur saya? Ayo, juanito! (MELANGKAH KE KANAN)

LAURA         :     Buruk amat perangai si tuan itu! Kenapa orang mesti jadi tolol
dan pandir kalau sudah meningkat tua? (MELIHAT KE KANAN). Syukur. Ia
tidak mendapat bangku! Itu, orang yang menakut-nakuti merpati-merpatiku. Ha,
ia marah-marah. Ya, ayo, carilah bangku kalau kau dapat! Aduh, kasihan, ia
menyeka keringat di dahi. Nah, itu dia kemari lagi. Debu-debu mengepul seperti
kereta lewat! (JUANITO DAN GONZALO MASUK)

Pada kutipan di atas terlihat bahwa drama sudah mulai masuk ke dalam tahap
pertikaian atau konflik. Penggambaran masalah sudah semakin jelas bahwa ada
bahaya yang menghampiri mereka.

c. Puncak

Pada tahap ini pelaku mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan
dibina untuk menjadi lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang
hingga  menjadi krisis. Pada tahap ini penonton dibuat berdebar, penasaran  ingin
mengetahui  penyelesaiannya.

Perhatikan  petikan drama berikut ini!

LAURA         :     Maricella. Apa tuan  pernah mendengarnya? 


GONZALO    :     Tak asing lagi nama itu ... ah, kita tambah tua tambah pelupa ...
di Villa itu dulu ada seorang wanita paling cantik yang pernah saya lihat dan saya
kenal. Dan namanya ... O ya, Laura Liorento!

LAURA         :     (KAGET) Laura Liorento?

GONZALO    :     Benar (MEREKA SALING TATAP)

LAURA         :     (SADAR LAGI) Ah, tak apa-apa, hanya mengingatkan saya


pada teman karib saya.

GONZALO    :     Aneh juga.

LAURA         :     Memang aneh! Dia diberi sebutan “ Perawan Bagai Perak”.

GONZALO    :     Tepat, “Perawan Bagai Perak”. Nama itulah yang terkenal di


sana. Sekarang saya seperti melihatnya kembali di jendela di antara kembang
mawar merah itu. Nyonya ingat jendela itu?

LAURA         :     Ya, saya ingat itulah jendela kamarnya.

GONZALO    :     Dulu dia suka berjam-jam di jendela.

LAURA         :     (MELAMUN) Ya, memang dulu dia suka begitu.

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa puncak masalah itu  adalah ketia Laura
terkejut dengan pernyataan-pernyataan yang diucapkan Gonzalo sewaktu ia masih
tinggal di Villa Maricella.

d. Penyelesaian

Pada tahap ini dilukiskan bagaimana sebuah drama berakhir dengan


penyelesaian yang menggembirakan atau menyedihkan.  Bahkan dapat pula
diakhiri dengan hal yang bersifat samar sehingga mendorong  penonton untuk
mengira-ngira dan memikirkan sendiri akhir sebuah cerita.

Perhatikan penggalan teks  drama berikut ini!

LAURA         :     Tak salah, dialah Gonzalo!


GONZALO    :     (KE SAMPING) Tak salah, dialah Laura!

                              (MEREKA MASING-MASING MELAMBAIKAN


TANGAN)

LAURA         :     Mungkinkah dia itu benar orangnya?

GONZALO    :     Ya Allah, diakah orangnya itu?

                              (KEDUANYA TERSENYUM)

Pada tahap penyelesaian drama ini dapat dilihat bahwa drama ini berakhir dengan
tanda tanya karena permasalahan itu di akhiri dengan sebuah senyuman rasa
ketidakpastian diantara keduanya. Ini semua disebabkan karena tidak adanya
kejujuran diantara mereka.

6. Dialog
Diksi yang dipakai dalam naskah “Pagi Bening” menggunakan ragam bahasa
kehidupan sehari-hari.

Dari dialog tersebut dapat mendeskripsikan bagaimana karakter,

a. Don Gonzalo

Gonzalo digambarkan sebagai seorang lelaki tua yang sudah berumur kurang


lebih tujuh puluh tahun.  Sama
halnya dengan Laura, Gonzalo adalah seorang kakek yang kerap kali datang ke
taman dan duduk di bangku yang biasa dia duduki setiap kali datang ke taman.
Namun tidak pada pagi itu, bangku taman yang  biasa  ditempatinya  telah 
ditempati oleh tiga orang pendeta. Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya dia 
duduk di sebelah Laura.

Seorang Gonzalo yang memiliki watak tidak sabar dan pemarah. Hanya karena


bangku taman yang biasa ia duduki kini diduduki oleh orang lain, Gonzalo tidak
dapat menyembunyikan kemarahannya. Ia juga congkak karena merasa gengsi
harus duduk sebangku dengan wanita tua yang ia merasa
tak mengenalnya. Seperti pada kutipan berikut ini :
GONZALO    :     Apa sudah pergi pendeta-pendeta yang ngobrol itu, Juan?

JUANITO       :     Tentu saja belum, Senior?

GONZALO        :       Walikota seharusnya lebih banyak menaruh bangku-bangku


di sini! Terpaksa juga aku kini duduk bersama wanita tua itu!

                              (IA DUDUK DI UJUNG BANGKU,MEMANDANG


DENGAN IRI KEPADA LAURA, DAN MEMBERI HORMAT DENGAN
MENGANGKAT TOPI). Selamat pagi.

LAURA          : Jadi tuan di sini lagi?

GONZALO    :     Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa!      

LAURA          :     Saya toh cuma membalas salam tuan!

GONZALO    :   “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi”
saja.

LAURA          :     Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku
saya ini.

GONZALO    :     Ahai, bangku ini kan milik umum!

LAURA          :     Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan,
hah?

GONZALO    :     Baik, baik! Sekian sajalah!

                              ( PADA DIRINYA SENDIRI ) Dasar perempuan tua! Patutnya


dia di rumah saja, merenda atau menghitung tasbih.

b. Laur

Laura adalah seorang wanita tua yang berumur kira-kira 70 tahun.  Di usianya
yang sudah senja itu, masih nampak jelas aura-aura kecantikan di masa mudanya.
Tindak tanduknya menunjukkan bahwa dia mempunyai mental  yang  baik. Ia
adalah seorang nenek yang kerap kali pergi dan duduk di taman. Setiap  hari, ia
duduk di tempat duduk yang sama sehingga menganggap tempat duduk itu
seolah-olah miliknya. Ia duduk di bangku taman sambil memberikan remah roti
kepada burung-burung merpati di  taman. Laura adalah seorang wanita yang usil
dalam arti positif.Ia senang bergaul  dan bercanda. Di usianya yang senja ia masih
terlihat ceria dan penuh syukur. Hal tersebut terlihat dari dialog-dialog yang
diucapkannya.  

LAURA          :     Jadi tuan di sini lagi?

GONZALO    :     Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa!      

LAURA          :     Saya toh cuma membalas salam tuan!

GONZALO    :     “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi”
saja.

LAURA          :   Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku
saya ini.

GONZALO    :     Ahai, bangku ini kan milik umum!

LAURA          :   Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan,
hah?

Namun ia  juga  seorang yang disiplin dan otoriter terutama terhadap Petra
pembantunya. Dari kelembutan dan keanggunannya dapat dilihat bahwa pada
masa mudanya  Laura  adalah  seorang gadis cantik dari keluarga terpandang yang
menjadi incaran banyak  pria.

LAURA          :     Ya, kau masih duapuluh tahun (IA DUDUK DI BANGKU
BELAKANG). Aku merasa lebih letih dari biasanya (MELIHAT PETRA YANG
NAMPAK TAK SABAR), pergilah kalau kau ingin ngobrol dengan tukang
kebunmu itu!

PETRA           :     Dia bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman
ini!

LAURA          :     Ia lebih tepat disebut milikmu daripada milik taman ini. Cari
saja dia. Tapi jangan sampai terlalu jauh hingga tak kau dengar panggilanku.
PETRA           :     Saya sudah melihatnya di sana, menanti.

LAURA          :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!

c. Juanito

Dalam drama ini, tokoh Juanito berperan sebagai lelaki pembantu


Gonzalo. Setiap pagi dia selalu menemani Gonzalo jalan-jalan ke taman. Juanito
sebenarnya adalah pembantu Gonzalo yang setia. Sebenarnya ia adalah pemuda
yang tampan dan lincah. Namun karena melihat  majikannya  tidak sabar  ia
menjadi ikut tidak sabar pula. Di samping itu Juanito memiliki tujuan tersendiri
datang  ke taman  tersebut.  Pada  suasana tersebut,  terlihat bahwa
Juanito menekan kesabarannya menghadapi Gonzalo.

JUANITO       :     Duduk di sini sajalah, senior. Hanya ada seorang wanita.

                              (DONA LAURA MENENGOK DAN MENDENGARKAN)

GONZALO    :     Tidak, Juanito. Aku mau tersendiri.

JUANITO       :     Tapi tak ada .

GONZALO    :     Yang di sana itu kan milikku!

JUANITO       :     Tiga orang pendeta duduk di sana, Senior!

GONZALO    :     Singkirkan saja mereka! ... ... ... Sudah pergi!

JUANITO       :     Tentu saja belum! Mereka tengah bercakap-cakap.

d. Petra

Petra berperan sebagai gadis pembantu Laura. Setiap pagi dia selalu menemani
Laura jalan-jalan ke taman sambil memegangkan remah roti yang akan diberikan
ke merpati-merpati yang ada di taman. Dalam drama  ini  dijelaskan  posisi Petra
sebagai pembantu, sedangkan Laura sebagai majikan atau yang dibantu.Hal
tersebut juga dibuktikan dengan panggilan “Senora” oleh Petra yang ditujukan
pada Laura.

Petra adalah seorang gadis yang periang. Ia seorang gadis cantik yang langsing
dan gesit namun lembut. Selain itu, dengan  kelembutannya,  ia  merupakan tipe
penyayang karena selalu sabar menuntun majikannya, Laura. Ia setia kepada
majikannya sehingga selalu disayang oleh Laura. Namun, sebagai seorang wanita
muda yang lugu, Petra adalah orang yang  pelupa.

LAURA          :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!

PETRA           :     Baik, Senora (BERJALAN KE KANAN)

LAURA          :     Hei, nanti dulu!

PETRA           :     Ada apa lagi, Senora?

LAURA          :     Berikan remah-remah roti itu!

PETRA           :     Ah, pelupa benar aku ini!

LAURA          :   (SENYUM) Aku tahu! Pikiranmu sudah lekat ke sana, heh, si


tukang kebun itu!

PETRA           :   Ini, Senora (MENGELUARKAN BUNGKUSAN ROTI.


KELUAR KE KANAN)

Karakter adalah jenis peran yang akan di mainkan, sedangkan penokohan adalah
proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini
biasanya di dahulukan dengan menganalisis  peran  tersebut  sehingga dapat di
mainkan. Menurut Eko Santoso jenis karakter ada  empat  macam, yaitu Flat
karakter, Round Karakter, Teatrikal dan  Karikutural.

7. Sudut Pandang
Sudut pandang ke – 3 orang yang serba tahu.

8. Amanat
Selain penokohan, dari naskah drama "Pagi Bening" juga dapat diambil amanat
positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang dapat
diperoleh dari naskah drama di atas adalah kita harus ramah pada setiap orang
meskipun orang itu mempunyai perangai yang kurang baik. Dalam kehidupan sosial,
kita tidak boleh memiliki sifat egois yang terlalu berlebihan. Meskipun pada dasarnya
setiap manusia mempunyai sifat egois, akan tetapi ada baiknya jika dapat
mengendalikan sifat egois itu agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Tidak hanya itu saja, mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga harus kita
lakukan. Kita juga harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang telah kita
perbuat. Meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman, berlari dari masalah
yang ada di kehidupan merupakan sifat seorang pengecut yang tidak patut untuk
dicontoh. Sabar dalam melakukan segala hal juga harus kita lakukan. Jika kita sabar
dalam menghadapi segala hal atau masalah yang ada, maka kita akan mendapatkan
hasil yang memuaskan.

Naskah drama ini memberikan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca. Dari naskah drama ini pembaca dapat memperoleh pembelajaran mengenai
kehidupan sehari-hari. Selain itu, naskah drama ini juga memberikan pembelajaran
mengenai bagaimana kita seharusnya bersikap kepada semua orang. Dalam
kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk ramah kepada semua orang agar tidak
disangka orang yang sombong atau congkak. Dalam bermasyarakat kita juga tidak
boleh egois karena sifat egois yang terlalu berlebih dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain. Dalam menghadapi berbagai cobaan yang ada atau masalah yang
datang dalam kehidupan, hendaknya kita harus bersikap sabar dan tawakal. Selain itu,
kita juga harus berani mengakui kesalahan yang pernah kita perbuat dan harus berani
bertanggungjawab dari kesalahan yang telah diperbuat, meskipun hasil akhirnya kita
akan mendapat hukuman dari perbuatan kita. Naskah drama ini baik untuk dibaca
oleh semua orang, karena dalam naskah drama ini kita dapat belajar mengenai banyak
hal dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tidak hanya itu saja, naskah drama
ini dikemas secara menarik dalam bentuk sebuah naskah drama komedi dan dengan
bahasa yang ringan, akan tetapi pesan yang ingin disampaikan juga masih dapat
terlihat.
B. Analisis Unsur ekstrinsik/fiksi drama “Pagi Bening” Karya Sarifin

Karya fiksi ia mempunyai kebebasan penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita, siapa
orangnya, apa pun status sosialnya, bagaimana penokohannya, dan permasalahan apa
yang dihadapinya.Khusus dalam naskah drama “Pagi Bening” yang membahas masalah
penokohan memiliki sejumlah persoalan yang berbeda-beda dan mempunyai peranan
yang berbeda pula, baik di dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

1. Biografi Pengarang Drama “Pagi Bening”

Naskah drama Pagi Bening adalah naskah drama komedi satu babak yang berasal dari
Spanyol, naskah ini ditulis oleh Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero diterjemahkan
Drs. Sapardi Djoko Damono ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2006. Tempat
kejadian (setting tempat) drama ini berada di Madrid-Spanyol di suatu taman terbuka.
Naskah Pagi Bening ini memiliki struktur yang penting untuk dikaji. Salah satu
struktur tersebut yakni karakter tokoh dalam naskah ini. Karakter merupakan bagian
yang penting untuk memberi penguatan terhadap jiwa seorang tokoh. Berdasarkan
dari permasalahan yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bermaksud
mengkaji lebih jauh tentang karakter tokoh yang terdapat dalam naskah Pagi Bening
karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero, dengan judul analisis karakter
berdasarkan dialog tokoh naskah Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvares
Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono.

2. Nilai sosial budaya


Cerita dalam naskah drama “Pagi Bening” ini ternyata terjadi juga pada kehidupan
sosial budaya pada masyarakat sekarang. Peristiwa seorang Laura yang pernah jatuh
cinta di masa mudanya karena disakiti maka laura tidak menikah – menikah selama
70 tahun karena dia takut akan patah hati itu kembali lagi. Tetapi setelah 70 tahun
laura bertemu dengan Gonzalo laki- laki tua yang berkisaran 70 tahunan. Laura dan
Gonzalo akhirnya bertemu disebuah taman dan sedikit pertengkaran antara mereka.
Setelah tak lama mereka saling jatuh cinta.
3. Nilai moral

Dalam karyanya, pengarang pasti menyampaikan sebuah amanat.  Amanat


merupakan pesan atau nilai-nilai moral  yang bermanfaat  yang terdapat   dalam
drama. Amanat dalam drama bisa diungkapkan secara langsung (tersurat), bisa juga
tidak langsung atau memerlukan pemahaman lebih lanjut (tersirat). Apabila penonton
menyaksikan drama dengan teliti, dia dapat menangkap pesan atau nilai-nilai moral
tersebut. Amanat akan lebih mudah ditangkap jika drama tersebut dipentaskan.

Berikut amanat yang terkandung dalam naskah drama “Pagi Bening”:

1) Harus saling terbuka satu sama lain.


2) Jujur terhadap perasaan sendiri
3) Jadikan masalalu sebagai pengalaman dan kenangan

4. Nilai agama
Pada naskah Drama “Pagi Bening” tersirat pesan bahwa kita harus ramah pada setiap
orang dan tidak boleh memiliki sifat egois yang terlalu berlebihan, Meskipun pada
dasarnya setiap manusia mempunyai sifat egois, akan tetapi ada baiknya jika dapat
mengendalikan sifat egois itu agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Tidak hanya itu saja, mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga harus kita
lakukan. Kita juga harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang telah kita
perbuat. Meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman, berlari dari masalah
yang ada di kehidupan merupakan sifat seorang pengecut yang tidak patut untuk
dicontoh.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Watak para tokoh bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan
tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul
dalam peristiwa-peristiwa tersebut.  Tingkah  laku dan perkataan tokoh-tokoh cerita itu
niscaya akan membangkitkan perhatian dan membimbing pembaca atau penonton yang
peka untuk memahami, menghayati,  dan menyimpulkan buah pikiran  pengarang. Dalam
naskah drama Pagi Bening dilukiskan  melalui  apa yang dikatakannya atau apa yang
dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga dialog berperan besar dalam
mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perilaku masing-masing tokoh dalam sebuah
naskah. Melalui dialog, sikap dan perilaku tokoh yang terdapat dalam naskah, pembaca
juga dapat menerka apa dan bagaimana pikiran dan keinginan pengarang. Kalaupun
watak tokoh-tokoh tidak diugungkapkan pengarang secara  langsung

Naskah drama “Pagi Bening” merupakan drama komedi satu babak yang berasal dari
Spanyol. Naskah drama yang sangat menarik ini merupakan karya dari Serafin dan 
Joaquin Alvarez Quintero yang kemudian hari, naskah drama “Pagi Bening”
diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Drs. Sapardi Joko Damono. Didalam naskah
drama “Pagi Bening” karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero yang diterjemahkan ke
bahasa Indonesia pada tahun 2006 ini, di dalamnya mengisahkan tentang perjumpaan
kembali kedua insan yang berpuluh-puluh tahun telah berpisah. Yakni Donna Laura
dengan Don Gonzalo, yang dulunya pernah terkisahkan sebagai kisah cinta yang sungguh
melankolis.

Yang menjadi topik utama di dalam artikel ilmiah ini adalah pendalaman mengenai
tokoh-tokoh yang terlibat di dalam drama “Pagi Bening”. Hal yang membentuk semua
tokoh adalah watak dan karakter suatu tokoh. Perwatakan atau karakter tokoh adalah
keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Watak para tokoh bukan saja
merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang
menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa-peristiwa
tersebut.  Tingkah  laku dan perkataan tokoh-tokoh cerita itu niscaya akan
membangkitkan perhatian dan membimbing pembaca atau penonton yang peka untuk
memahami, menghayati,  dan menyimpulkan buah pikiran  pengarang.

Dalam naskah drama Pagi Bening dilukiskan  melalui  apa yang dikatakannya atau apa
yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga dialog berperan besar dalam
mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perilaku masing-masing tokoh dalam sebuah
naskah. Melalui dialog, sikap dan perilaku tokoh yang terdapat dalam naskah, pembaca
juga dapat menerka apa dan bagaimana pikiran dan keinginan pengarang. Selain dari
dialog yang terdapat dalam naskah drama “Pagi Bening”, kita dapat mengetahui setiap
karakter dan watak tokoh berdasarkan klasifikasi tokoh berdasarkan jalannya cerita,
klasifikasi tokoh berdasarkan fungsinya, keadaan fisik (fisikologis), dan keadaan psikis
(psikologis).

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan skripsi berjudul Analisis Karakter Berdasarkan Dialog Tokoh


Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs.
Sapardi Djoko Damono ini secara keseluruhan kiranya penulis perlu untuk memberikan
beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pelaku drama

Drama mengambil bentuk pada manusia (tokoh) yang diberikan segi-segi dan
perannya. Dengan kata lain, manusia di dalam karya sastra, seperti drama adalah
subjek yang kehadirannya di dalam teks, tidak sekedar ada atau sebagai lembaran
belaka, tetapi sangat berperan sebagai penentu dan pembawa makna. Oleh karena itu,
bagi para pelaku drama, baik sutradara, pemain, dan penata artistik tidak menganggap
naskah sebagai teks belaka, namun naskah sebagai pedoman dasar harus dihidupkan
sesuai dengan pesan yang terkandung di dalamnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya


Penelitian naskah Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero
terjemahan Drs.Sapardi Djoko Damono ini tak lengkap tanpa ada penelitian lanjutan
yang saling mendukung. Saran bagi peneliti selanjutnya terutama bagi yang meneliti
naskah drama Pagi Bening adalah lebih baik terlebih dahulu mengkaji biografi
Quintero bersaudara sebagai penulis aslinya. Kajian tersebut melingkupi latar
belakang penulis secara keseluruhan, yaitu latar belakang pendidikan, riwayat
keluarga, sosial, budaya, idealisme, dan pandangan politik. Hal di atas dimaksudkan
agar tidak terjadi kesalahpahaman budaya dan pesan-pesan yang hendak disampaikan
penulisnya.

Demikian yang dapat dipaparkan dalam skripsi Analisis Karakter Berdasarkan Dialog
Tokoh Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero
Terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono ini.Tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini. Penulis banyak berharap para
pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya skripsi ini dan dan penulisan penelitian di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga penulisan skripsi ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://chasimcasico.blogspot.com/2012/12/menganalisis-naskah-drama-pagi-bening.html?m=1

http://sastrakajian.blogspot.com/2011/06/analisis-penokohan-dalam-naskah-drama.html

http://yeremia-renaldy-joelianto-fib16.web.unair.ac.id/artikel_detail-177257-Telaah%20Drama
%20Indonesia-PENDALAMAN%20ANALISIS%20TOKOH%20YANG%20TERLIBAT
%20DALAM%20DRAMA%20PAGI%20BENING.html

http://iffatunnavisah.blogspot.com/2016/08/tinjauan-karakter-berdasarkan-
dialog.html#.YATNuTozbIU

https://teaterlkkunimed.wordpress.com/2013/09/14/naskah-pagi-bening/

http://chasimcasico.blogspot.com/2012/12/menganalisis-naskah-drama-pagi-bening.html

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2013-1-88209-341408006-bab5-22072013125817.pdf

Anda mungkin juga menyukai