Anda di halaman 1dari 12

KONTAK BAHASA

Disusun Oleh :

Az Zahra 1930204084
M. Zulfa Adila Th 1930204104

Dosen Pengampu :
Muhammad Alfath Qaaf, M. Pd. I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULATS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang dibuat untuk
memenuhi tugas makalah mata kuliah Sosiolinguistik, dengan materi yang berjudul “ Kontak
Bahasa”.
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Masih
banyak kekurangan ataupun kesalahan yang kami sadari maupun tidak kami sadari. Oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik dari makalah ini, agar dimasa yang akan datang kami
bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah kami jauh dari
kata sempurna kami berharap agar makalah kami sedikit banyak dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam menyusun makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari kami, atas
perhatian dari pembaca sekalian kami ucapkan terima kasih.

Palembang, 08 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontak Bahasa ...................................................................................... 2
B. Faktor Penyebab Kontak Bahasa ............................................................................ 3
C. Fenomena Kontak Bahasa....................................................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dimiliki oleh manusia untuk berkomunikasi satu
dengan yang lainnya, menyampaikan gagasan, perasaan, informasi dalam bersosialisasi antar
masyarakat, dan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Bahasa salah satu wujud
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap manusia menyadari bahwa interaksi
dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya
manusia juga dapat berkomunikasi dengan menggunakan alat komunikasi lain selain bahasa.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang berkomunikasi menggunakan bahsa. Bahasa yang
menjadi penghubung antara seseorang dengan yang lain, satu kelompok dengan kelompok yang
lain, satu daerah dengan daerah lain, satu negara dengan negara lain. Dalam menjalin hubungan
tersebut, setiap anggota menerima kedatangan anggota lain secara terbuka. Interaksi inilah yang
kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan kontak bahasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kontak bahasa ?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya kontak bahasa ?
3. Mengapa terjadi fenomena kontak bahasa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kontak bahasa
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kontak bahasa
3. Untuk mengetahui fenomena kontak bahasa

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontak Bahasa
Kontak bahasa adalah penggunaan lebih dari satu bahasa dalam tempat dan waktu yang
sama. Adanya kontak bahasa ini dapat mengakibatkan terjadinya transfer bahasa. Artinya,
adanya pemindahan dan peminjaman unsur-unsur dari satu bahasa ke bahasa yang lainnya
Thomason (2001:1).
Mac Key (1968:554) menjelaskan bahwa kontak bahasa adalah pengaruh bahasa yang satu
dengan bahasa yang lain secara langsung ataupun secara tidak langsung. Dalam kegiatan sehari-
hari kita tidak bisa lepas dari proses komunikasi dengan bahasa, maka tidak jangan muncul
peristiwa-peristiwa bahasa seperti interferensi. Kontak bahasa yang menimbulakan interferensi
sering dianggap peristiwa negatif, karena masuknya unsur-unsur bahasa pertama kedalam
bahasa kedua atau sebaliknya menyimpang dari kaidah bahasa masing-masing.
Proses terjadinya kontak bahasa dalam suatu interaksi linguistik harus mengetahui hubungan
peran yang ada di antara peserta percakapan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa
kontak bahasa itu ialah hasil bersama (joint production). Salah satu implikasinya para pemakai
bahasa harus saling memperhatikan pembicaraan dalam kontak tersebut. Pengetahuan tentang hal
tersebut diperoleh bersamaan dengan pengetahuan dasar bahasa pertama atau bahasa ibu.
Pengetahuan itu juga merupakan bagian dari norma-norma serta perilaku kemasyarakatan yang
merupakan dasar bagi berdirinya suatu masyarakat bahasa. Eksistensi suatu masyarakat bahasa
banyak bergantung pada norma-norma serta perilaku sosial.
Peristiwa kontak bahasa terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi dimana seseorang
belajar bahasa kedua di dalam masyarakatnya. Dalam situasi itu dapat dibedakan antara situasi
belajar bahasa, proses pemerolehan bahasa, dan orang yang belajar bahasa (suwito, 1983:39).
Dalam interaksi sosial terjadi kontak bahasa saling mempengaruhi. Orang yang lebih aktif dalam
berbicara, akan lebih banyak mendominasi dalam proses interaksi tersebut. Tak heran apabila
suatu bahasa sering dipakai dalam berkomunikasi, maka kemungkinan besar bahasa tersebut
akan mengalami perkembangan dalam pemakaiannya.

2
B. Faktor Penyebab Kontak Bahasa
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kontak bahasa. Menurut Thamason
(2001:17-21), faktor-faktor tersebut yaitu :
1. Adanya pertemuan dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tidak berpenghuni
kemudian mereka bertemu di sana. Dalam kasus ini, kedua kelompok bukan
merupakan kelompok pribumi sehingga satu sama lain tidak menjajah atau merambah
wilayah masing-masing. Misalnya di Antartika, sebagai tempat di mana tidak ada
populasi manusia yang menetap di sana, merupakan tempat terjadinya kontak bahasa.
Para ilmuwan dari berbagai belahan dunia saling melakukan kontak bahasa dalam
perkemahan selama mereka berada di sana.
2. Adanya perpindahan satu kelompok ke dalam wilayah kelompok lain. Adanya
perpindahan ini dapat terjadi melalui peperangan, perdagangan, penyebaran misi
agama, atau perkawinan campuran. Di Indonesia pun, terdapat kontak bahasa melalui
perpindahan ini. Salah satunya adalah ketika orang yang berasal dari Jawa mengikuti
program transmigrasi ke beberapa wilayah di Republik Indonesia lain misalnya
Palembang. Tentu saja, orang-orang yang berasal dari Jawa melakukan kontak bahasa
dengan penduduk yang ada daerah itu menggunakan bahasa Palembang.
3. Adanya praktik pertukaran buruh secara paksa. Kontak bahasa pada beberapa
perkebunan di daerah Pasifik berawal ketika para buruh yang dibawa ke sana karena
pemaksaan dan berasal dari berbagai pulau Pasifik yang berbeda. Banyaknya orang
Asia Selatan di Afrika Selatan pada awalnya berasal dari pertukaran buruh pada
industri tebu sekitar abad XIX. Hal ini menyebabkan bahasa Tamil, salah satu bahasa
India, menjadi bahasa minoritas di negara tersebut. Adanya pertukaran buruh atau
budak ini mendorong sosiolinguis untuk membuat perbedaan antara yang secara
sukarela atau yang dipaksa untuk berpindah. Perbedaan ini tentu saja memengaruhi
sikap mereka terhadap negara yang dituju dan seringkali juga pada hasil kontak
bahasa.
4. Adanya pendidikan atau yang biasa disebut kontak belajar. Di zaman modern ini,
bahasa Inggris menjadi lingua franca di mana semua orang di seluruh dunia harus
mempelajari bahasa Inggris jika mereka ingin belajar Fisika, mengerti percakapan
dalam film-film Amerika, menerbangkan pesawat dengan penerbangan internasional,

3
serta melakukan bisnis dengan orang Amerika atau orang-orang asing lainnya.
Bahasa Inggris juga menjadi lingua franca dalam komunikasi internasional melalui
internet. Banyak orang yang menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan ini, tidak
berkesempatan (bahkan kadang tidak berkeinginan) untuk praktik berbicara dengan
penutur asli bahasa Inggris.
Contah lain dari kontak belajar sama juga terjadi pada orang muslim di seluruh dunia
yang harus mempelajari bahasa Arab klasik untuk tujuan keagamaan, meskipun
mereka mungkin tak akan pernah bertemu dengan penutur bahasa Arab dialek
modern.

C. Fenomena Kontak Bahasa


Menurut Chaer dan Agustina (2004:84), peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin
terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa, yaitu bilingualisme, diglosia, alih kode, campur
kode, interferensi dan integrasi.
1. Bilingualisme
Istilah bilingualisme berasal dari bahasa Inggris, yaitu bilingualism. Sementara itu,
kata bilingualisme dalam bahasa Indonesia berarti kedwibahasaan. Secara umum, bilingualisme
diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan
orang lain secara bergantian (Mackey dan Fishman dalam Chaer dan Agustina, 2004:84). Untuk
dapat menggunakan dua bahasa, seseorang harus menguasai dua bahasa, yaitu bahasa ibu atau
bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2). Orang yang dapat menggunakan dua bahasa disebut
bilingual (dwibahasawan), sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut
bilingualitas (kedwibahasawanan). Selain munculnya bilingualisme, ada juga multilingualisme
(keanekabahasaan), yaitu penggunaan lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya
dengan orang lain secara bergantian.
Seperti contohnya : Abdul adalah seorang yang B1-nya adalah bahasa Arab. Untuk
jangka waktu yang lama, dia tinggal di Indonesia dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai B2-
nya. Di Indonesia dia tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan B1-nya. Sehingga
nantinya, jika ia mempunyai kesempatan untuk menggunakan B1-nya maka akan tercampur
dengan B2-nya yaitu bahasa Indonesia.

4
2. Diglosia
Diglosia adalah keadaan suatu masyarakat yang di dalamnya terdapat dua variasi atau
lebih dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan
tertentu (Ferguson dalam Chaer dan Agustina, 2004:92). Di Indonesia, salah satu bahasa yang
mengalami diglosia adalah bahasa Jawa. Dalam hal ini, bahasa Jawa memiliki beberapa
tingkatan, yaitu Ngoko, Madya dan Kromo. Selain itu, dalam bahasa Indonesia pun juga terdapat
beberapa variasi, misalnya ragam lisan dan ragam tulis.
3. Alih Kode
Alih kode di dalam sosiolinguistik merupakan peristiwa pergantian bahasa yang
digunakan dari bahasa satu ke bahasa lain atau berubahnya ragam resmi ke ragam santai atau
juga ragam santai ke ragam resmi. Pergantian penggunaan bahasa dalam alih kode ini tidak
hanya terjadi dalam jenis bahasanya saja, namun juga bisa terjadi pada ragam bahasanya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan suatu
peristiwa pengalihan suatu bahasa ke bahasa lain atau pengalihan suatu ragam bahasa satu ke
ragam bahasa yang lain.
Ahli lain, Appel, berpendapat bahwa alih kode itu sebagai suatu gejala peralihan
pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.11 Alih kode ini harus dilakukan karena sangat
tidak pantas dan tidak etis secara sosial untuk terus menggunakan bahasa yang tidak dimengerti
oleh orang ketiga.
Seperti contoh : Pada suatu hari sebelum perkuliahan di mulai Ika dan Kiki berbincang-
bincang di kelas bahasa Jawa dengan topik yang tidak menentu. Tak lama kemudian Sainik
datang ke kelas, lalu menyapa mereka dengan menggunakan bahasa Indonesia. Lalu mereka
bertiga terlibat dalam sebuah percakapan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tidak lama
kemudian datang teman-teman yang lain, sehingga percakapan dengan menggunakan bahasa
Indonesia ragam santai. Ketika ibu dosen masuk ruangan, mereka semua diam, tenang dan siap
mengikuti kuliah. Selanjutnya kuliah berlangsung dengan tertib dalam bahasa Indonesia ragam
resmi. Seluruh percakapan sampai kuliah berakhir menggunakan bahasa Indonesia ragam resmi.
Setelah kuliah usai dan ibu dosen kelur ruanagan, semua mahasiswa menjadi ramai kembali
dengan ragam santai dan ada pula yang bercakap-cakap dalam bahasa daerah.

5
Berdasarkan ilustrasi di atas peristiwa alih kode terjadi pada saat Ika dan Kiki mengubah
bahasa yang digunakan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia ketika Sainik datang. Ragam
bahasa yang digunakan masih menggunakan ragam bahasa santai, namun ketika perkuliahan
berlangsung ragam bahasa yang digunakan berubah menjadi ragam bahasa resmi. Peristiwa
perubahan bahasa Jawa ke bahasa Indonesia dan perubahan ragam santai ke ragam resmi itulah
yang dinamakan alih kode. Dari ilustrasi di atas menunjukkan bahwa pengalihan kode dilakukan
secara sadar dan bersebab.
4. Campur Kode
Peristiwa alih kode dan campur kode merupakan dua peristiwa yang lazim terjadi pada
masyarakat bilingual. Sehingga, pembicaraan alih kode pasti diikuti oleh campur kode. Alih
kode dan campur kode seringkali tidak mudah untuk dibedakan. Seperti halnya diungkapkan
oleh Hill dan Hill dalam penelitiannya, bahwa dalam masyarakat bilingual bahasa Spanyol dan
Nahuali di kelompok Indian Meksiko hampir tidak ada harapan untuk membedakan alih kode
dan campur kode. Jadi, pada dasarnya alih kode dan campur kode merupakan dua peristiwa yang
hampir sama, yaitu penggunaan dua atau lebih bahasa/varian dari sebuah bahasa dalam satu
masyarakat tutur.
Subyakto mengatkan bahwa campur kode merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih
atau ragam bahasa secara santai antara orang-orang yang kita kenal dengan akrab. Hal ini bisa
terjadi karena penutur merasa bebas untuk mencampur kode (bahasa atau ragam), khususnya
pabila ada istilah yang tidak dapat diungkapkan dalam bahasa lain.
Kridalaksana menjelaskan bahwa campur kode merupakan penggunaan satuan bahasa
dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya dan ragam bahasa, termasuk di dalamnya
pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan dan sebagainya. Jadi, campur kode pada dasarnya berbeda
dengan alih kode dengan melihat pada perbedaan-perbedaan yang ada. Menurut beberapa ahli
gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode.
5. Interferensi
Menurut Weinrich (dalam Chaer dan Agustina, 2004:120), interferensi adalah perubahan
sistem suatu bahasa berkaitan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur
bahasa yang lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Interferensi ini terjadi apabila
penutur yang bilingual menguasai dua bahasa atau lebih, tetapi tidak sama tingkat

6
penguasaannya. Ketika orang itu berkomunikasi dengan bahasa yang belum dikuasai, unsur-
unsur bahasa yang sudah dikuasai mempengaruhi (masuk ke dalam) bahasa yang sedang dipakai.

6. Integrasi
Integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan sudah
dianggap menjadi warga bahasa tersebut. Artinya, unsur-unsur bahasa tersebut tidak dianggap
lagi sebagai unsur pungutan atau pinjaman, tetapi unsur serapan. Misalnya, system menjadi
sistem, standard menjadi standar.

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Kontak bahasa adalah
penggunaan lebih dari satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Adanya pertemuan
dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tidak berpenghuni kemudian mereka bertemu
di sana.Faktor penyebab terjadinya kontak bahasa menurut Thomason yaitu : Adanya
perpindahan satu kelompok ke dalam wilayah kelompok lain, Adanya perpindahan ini dapat
terjadi melalui peperangan, perdagangan, penyebaran misi agama, atau perkawinan
campuran, Adanya praktik pertukaran buruh secara paksa, Adanya hubungan budaya yang
dekat antarsesama tetangga lama, Adanya pendidikan atau yang biasa disebut kontak belajar.
Alih kode dan campur kode pada dasarnya memiliki ciri yang sama, sehingga untuk
membedakan keduanya tidaklah mudah. Interferensi dan integrasi sebenarnya memiliki sisi
yang sama, yaitu bahwa keduanya merupakan gejala bahasa yang terjadi sebagai akibat
adanya kontak bahasa.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A. (2008). Sosiolinguistik: Teori, peran, dan fungsinya terhadap kajian


bahasa sastra. LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 3(1).
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sholihah, R. A. (2018, February). Kontak Bahasa. In PROCEEDING: The Annual
International Conference on Islamic Education (Vol. 3, No. 1, pp. 361-376).
http://vaniojankjank.blogspot.com/2016/01/kontak-bahasa-sebab-dan-akibat.html

Anda mungkin juga menyukai