Anda di halaman 1dari 14

AL-MUTLAK AL-MUQAYYAD

DI

OLEH :

KELOMPOK 5

AYU NAZILA 21231279


NURUL ASYA 21231291
IKA WARDA NURJANNAH 21231284

DOSEN PEMBIMBING : FUAD, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL HILAL SIGLI

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

‫علَ ْيكُ ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َركَات ُه‬


َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ال‬
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Atas

berkat rahmat yang sangat melimpah yang tidak ada henti-hentinya, kami

mengucapkan rasa syukur terhadap-Nya. Karena berkat rahmat-Nya yang penuh

dengan kenikmatan membuat kami untuk memiliki semangat dan ide dalam

menyelesaikan makalah kami.

Dan ucapan terima kasih terhadap bapak Fuad, M.A yang telah memberikan

amanah terhadap kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Al-Mutlak Al-
Muqayyad”.

Serta dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari pembaca apabila

terdapat hal yang yang ganjil, agar ke depannya kami bisa lebih baik dalam membuat

karya tulis. Sebab kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Dan juga kami

mengucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusuan

makalah ini.

Demikian yang bisa kami ucapkan, kami berharap makalah yang kami buat

member manfaat kepada pembaca, dan bernilai ibadah disisi Allah Swt. Wallahul

Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.

Keuniree, 08 Mei 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Pengertian Mutlak dan Muqayyad ......................................................... 2


B. Kaidah Hukum Lafal Mutlak dan Muqayyad ......................................... 4

C. Pendapat Ulama Mengenai Hukum Mutlak dan Muqayyad .................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ........................................................................................... 10

B. Saran .................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw melalui malaikat jibril sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.

Di dalamnya terdiri dari berbagai surat yang kesemuanya itu sarat akan makna. Ibarat

sebuah buku cerita, berjuta kata lafazh yang ada di dalamnya mengandung makna

yang berbeda-beda. Namun dari setiap makna kata (lafazh) tersebut tak jarang

dijumpai sebuah kata (lafazh) yang maknanya begitu luas tanpa batasan,
yang mana sebelumnya sudah dikaji terlebih dahulu oleh para ulama sehingga

menghasilkan perluasan makna yang lebih meluas dari makna asalnya. Ada juga

sebuah kata yang cakupan maknanya terbatas dan terkesan terpaku pada satu makna

saja (makna asal). Untuk itulah dalam makalah ini kami akan membahas mengenai

pembagian lafazh dari segi kandungan pengertiannya. Yang diantaranya membahas

mengenai Mutlak dan Muqayyad.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari mutlak dan muqayyad?


2. Bagaimana hukum lafazh mutlak dan lafazh muqayyad?
3. Bagaimana pendapat ulama mengenai hukum mutlak dan muqayyad?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari mutlak dan muqayyad.

2. Untuk mengetahui hukum lafazh mutlak dan lafazh muqayyad.

3. Untuk mengetahui pendapat ulama mengenai hukum mutlak dan muqayyad.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mutlak dan Muqayyad

Apabila kita selidiki secara seksama tentang keadaan tiap-tiap lafal yang

dipandang dari segi dibatasinya atau tidaknya lafal itu, maka ada yang keadaannya

bebas dan tidak dibatasi penggunaanya oleh hal lain (muqayyad). Hal-hal ini yang

membatasi lafal itu disebut Al-Qaid. Oleh karena itu, berbicara tentang mutlak maka

terkait pula masalah muqayyad dan al-qaid.

‫على ْال َماهيّ ِة ِبالَقَيد‬ ْ ‫ا َ ْل ُم‬


َ ‫طلَ ُق َمادَ َّل‬
Artinya: mutlak ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya tanpa dibatasi
oleh sesuatu hal apapun.1

Mutlak ialah lafal-lafal yang menunjukkan kepada pengertian dengan tidak ada

ikatan (batas) yang tersendiri berupa perkataan, seperti firman Allah SWT:

)3: ‫فَت َحْ ِري ُْر َر َق َبة (المجادله‬

Artinya: maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang hamba sahaya”.

Ini berarti boleh membebaskan hamba sahaya yang tidak mukmin atau hamba

sahaya yang mukmin.

Contoh perkataan ‫ ا َ ْيدِيكُ ْم‬dalam hal ayat:

)43:‫س ُح ْوا ِب ُو ُجو ِهكُ ْم ا َ ْيدِيكُ ْم (النساء‬ ْ َ‫طيبا ً ف‬


َ ‫ام‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬
َ ‫فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َما ًء فَت َ َي َّم ْوا‬
Artinya apabila kamu tidak menemui air, maka bertayamumlah dengan debu yang
suci, maka usapkanlah mukamu dan tanganmu dengan debu itu.

Mengusap tangan dengan debu, dalam ayat ini tidaklah dibatasi dengan sifat

syarat dan sebagainya, artinya tidak diterangkan sampai di mana, apakah semuanya

diusap atau sebagainya. Yang jelas dalam tayamum itu harus mengusap dengan debu.

1
Khoirul Umam, Ushul Fiqh II, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 95.
2
3

Karena perkataan ‫( ا َ ْيدِيكُ ْم‬tanganmu) ini tidak dibatasi sampai dimana yang harus

diusap, maka bagian yang diusap adalah bagian mana saja asalkan bagian tangan.

Karena itu, disebut mutlak. 2

Muqayyad

َ ‫علَى ْالما ِهيَ ِة بِقَيْد ِم ْن قُي ُْودِها‬


َ ‫ا َ ْل ُمقَيِّد ُ َمادَ َّل‬
Artinya muqayyad ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya, dengan
dibatasi oleh suatu hal dari batas-batas tertentu.
Batas-batas tertentu tadi disebut Al-Qaid.

Jadi Muqayyad ialah suatu lafal yang menunjukkan atas pengertian yang

mempunyai batas tertentu berupa perkataan. Seperti firman Allah SWT:

ِ ‫طأ ً فَت‬
)92:‫َحْري ُْر َرقَ َبة ُمؤْ ِمنَة (اانساء‬ َ ‫َو َم ْن قَت َ َل ُمؤْ ِمنًا َخ‬
Artinya : dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena bersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman”.

Disini tidak sembarangan hamba sahaya yang dibebaskan tetapi ditentukan, hanyalah

hamba sahaya yang beriman.

ِ ِ‫ َوا َ ْي ِديَكُ ُم اِلى ْال َم َراف‬yang artinya basuhlah tanganmu sampai


Contoh lagi perkataan ‫ق‬

siku-siku, yang terdapat dalam ayat,

ِ ِ‫صلَوةِ فّا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َهكُ ْم َوا َ ْي ِديَكُ ُم اِلى ْال َم َراف‬
)6:‫ق (المائده‬ َّ ‫يَااَيُّ َهاالَّذيْنَ ا َ َمنُ ْوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِلى ال‬
Artinya orang mukmin, apabila kamu hendak salat, hendaklah basuh mukamu dan
tanganmu sampai siku”. (QS. AL-Maidah:6)

Ayat ini menerangkan soal wudhu, yaitu harus membasuh muka dan tangan

sampai siku-siku. Disinilah jelas bahwa lafal ‫ َواَ ْي ِد َيكُ ُم‬ini disebut muqayyad (dibatasi),

ِ ِ‫ اِلى ْال َم َراف‬disebut Al-Qaid yang yang kadang-kadang disebut dengan


sedangkan lafal ‫ق‬

kata qaid.

2
A.Syafii, Fiqih-Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 177.
4

Apabila lafal itu mutlak, maka mengandung ketentuan secara mutlak (tidak

dibatasi). Dan apabila lafal itu muqayyad, maka mengandung arti ketentuan secara

muqayyad(dibatasi).

Maksudnya lafal yang mutlak harus diartikan secara mutlak dan lafal

yang muqayyad harus diartikan secara muqayyad pula dan tidak boleh dicampur-

adukkan satu dengan lainnya. Maka dengan sendirinya hukumnya pun harus

berbeda. 3

B. Kaidah Hukum Lafal Mutlak dan Muqayyad

Pada prinsipnya para ulama sepakat bahwa hukum lafazh mutlak itu wajib

diamalkan kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang membatasi kemutlakannya.

Begitu juga hukum lafazh muqayyad itu berlaku pada kemuqoyyadannya.

Kalau sesuatu soal disebutkan dengan lafal mutlak, dan di tempat lain dengan

lafal muqayyad, maka ada empat kemungkinan:

1. Terus berbeda (sama) hukum dan sebabnya. Dalam hal ini mutlak harus dibawa

kepada muqayyad. Artinya, muqayyad menjadi penjelasan terhadap mutlak.jadi,

kedua lafal tadi sekalipun berbeda dalam bentuknya namun sama saja sama cara

mengartikannya. Oleh karena itu yang muqayyad merupakan penjelasan yang

mutlak. Contoh mutlak:

)‫علَ ْيكُ ُم ْال َم ْيتَةُ َوالدَّ ُم َولَحْ ُم ْال ِح ْن ِزي ِْر (المائدة‬ ْ ‫ُح ِ ّر َم‬
َ ‫ت‬
Artinya: Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi”. (QS.Al-
Maidah:3)
Contoh Muqayyad:

ْ َ‫طا ِعم ي‬
‫ط َع ُمه ُ اِالَّ ا َ ْن يَكُونَ َم ْيتَةً ا َ ْودَما ً َم ْسفُ ْو ًحا‬ َ ‫علَى‬
َ ً ‫ي ُم َح َّرما‬ َ ‫قُ ْل الَ ا َ ِجد ُ فِي َما ا ُ ْو ِح‬
َّ َ‫ي اِل‬
)145:‫ا َ ْولَحْ َم ِخ ْن ِزيْر (األنعام‬
3
Khoirul Umam, Ushul Fiqh II, …, hal. 97-99.
5

Artinya: “katakanlah: tidaklah aku peroleh di dalam wahyu yang


diturunkan kepadaku, akan sesuatu makanan yang haram atas orang yang
hendak memakannya, kecuali bangkai, darah yang mengalir atau daging
babi”. (QS. AL-an’am: 145).
Kedua ayat tersebut berisi sebab yang sama, yaitu hendak makan, dan berisi

hukum yang sama, yaitu: haramnya darah. Dengan demikian makan yang

diharamkan ialah , darah yang mengalir sedang darah yang tidak mengalir,

seperti hati (liver), limpa tidak haram. 4

2. Berisi hukum yang sama, tetapi berlainan sebabnya. Dalam hal ini ada dua

pendapat:

a. Menurut golongan Syafi’i, mutlak dibawa kepada muqayyad.

b. Menurut golongan Hanafiyah dan Makiyah, mutlak tetap pada tempatnya

tersendiri, tidak dibawa kepada muqayyad.

Contoh mutlak:
ِ ‫سائِ ِه ْم ث ُ َّم يَعُ ْود ُونَ ِل َما قَالُوا فَت‬
َّ ‫َحْري ُْر َرقَبَة ِم ْن قَ ْب ِل ا َ ْن يَت َ َما‬
‫سا‬ َ ُ‫َوالَّذِينَ ي‬
َ ِ‫ظا ِه ُر ْونَ ِم ْن ن‬
)3:‫(المجادلة‬
Artinya: orang-orang yang menzihar istrinya kemudian mereka hendak menarik
apa yang mereka ucapkan maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang hamba
sahaya sebelum keduanya bercampur,( Al-Mujadalah: 3)

ِ ‫طأ ً فَت‬
)92 ‫َحْري ُْر َرقَبَة ُمؤْ ِمنَة (النساء‬ َ ‫َو َم ْن قَت َ َل ُمؤْ ِمنًا َخ‬
Artinya: barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan tidak sengaja
(karena kekeliruan) maka hendaklah membebaskan seorang hamba yang
mukmin. (QS. An-Nisa’: 92)
Kedua ayat diatas berisi hukum yang sama, yaitu pembebasan budak,

sedang sebab berlainan. Yang satu karena zihar yang lain karena pembunuhan

yang sengaja. Dalam ayat pertama, yang menjadi sebab seseorang harus

memerdekakan budak ialah karena bersumpah zihar, sedangkan ayat kedua

4
A.Syafii, Fiqih-Ushul Fiqh, …, hal. 172-173.
6

karena membunuh dengan tidak sengaja. Jadi berbeda dalam

sebabnya. Meskipun berlainan sebabnya, tetapi hukumnya bersamaan, yaitu

sama-sama harus memerdekakan budak. Dalam ayat yang pertama bentuknya

mutlak karena hanya disebut raqabatin sedangkan dalam ayat kedua bentuknya

muqayyad karena disebut raqabatin mukmiinatin, yakni budak yng mukmin

(harus mukmin)jadi jika yang mutlak diikutkan kepada muqayyad , maka yang

dimaksud budak dalam ayat pertama itu ialah budak-budak yang mukmin..

Namun jika tidak diikutkan kepada yang muqayyad, maka yang mutaq tetap

pada kemutlakannya, maka dalam sumpah zihar, budak yang dimerdekakan

tidak harus mukmin, sedangkan dalam soal membunuh dengan tidak sengaja

maka budak yang dimerdekakan harus mukmin. 5

3. Berbeda hukum dan sebabnya. Dalam hal ini ini masing-masing mutlak dan

muqayyad tetap pada tempatnya tersendiri. Muqayyad tidak menjadi penjelas

dalam mutlak.

Contoh mutlak

َ ‫ارقَةُ فَا ْق‬


)38 :‫طعُو ا َ ْي ِديَ ُه َما (المائدة‬ ِ ‫س‬َّ ‫ار ُق َوال‬
ِ ‫س‬َّ ‫َوال‬
Artinya : pencuri lelaki dan perempuan potonglah tangannya.
Contoh muqayyad
ِ ‫ص َلو ِة فّا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َهكُ ْم َوا َ ْي ِد َيكُ ُم اِلى ْال َم َرا ِف‬
‫ق‬ َّ ‫َياا َ ُّي َهاالَّذيْنَ ا َ َمنُ ْوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِلى ال‬
)6:‫(المائده‬
Artinya orang mukmin, apabila kamu hendak salat, hendaklah basuh
mukamu dan tanganmu sampai siku”. (QS. AL-Maidah:6)
Dalam pada itu, ada hadis Nabi yang menjelaskan bahwa pemotongan tangan

pencuri sampai pergelangan. Ayat 6 Al-Maidah yang muqayyad tidak bisa

menjadi penjelasan ayat 38 Al-Maidah yang mutlak, karena berlainan sebab,

5
Khoirul Umam, Ushul Fiqh II, …, hal. 99-101.
7

yaitu hendak salat dan pencurian, dan berlainan pula dalam hukum, yaitu wudlu

dan pemotong tangan. Dalam hal ini hadits Nabi SAW lah yang menjadi

penjelasan ayat 38 Al-Maidah, karena pembicaraannya (sebab dan hukum) sama.

4. Berbeda hukum, tetapi sebabnya sama. Dalam hal ini masing-masing mutlak dan
muqayyad tetap pada tempatnya tersendiri.
Contoh mutlak:
‫ض ْر َبةٌ ِل ْل َوجْ ِه َو ْال َيدَي ِْن‬
َ ‫اَت َّ َي َّم ُم‬
Artinya: tayamum ialah sesekali mengusap debu untukmuka dan kedua
tangan.
Contoh muqayyad
ِ ِ‫ُو ُج ْو َهكُ ْم َواَي ِديَكُ ْم اِلَى ْال َم َراف‬
‫)فَا ْغ ِسلُ ْوا‬6:‫ق (المائده‬
Artinya : basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku( QS. Al-Maidah:6)

Ayat 6 Al Maidah tersebut yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelasan,

hadis yang mutlak, karena berbeda hukum, yang dibicarakan, yaitu wudhu pada

ayat 6 Al-Maidah, dan tayamum pada hukum meskipun sebabnya sama yaitu

hendak salat atau karena hadas(tidak suci). Tangan bisa diartikan dari ujung jari

sampai pergelangan, atau sampai siku-siku, atau sampai bahu.6

Jadi hubungan antara mutlak dengan muqayyad itu ada empat, yaitu:

a. Persamaan hukum dan sebab, yang mutlak harus diikutkan pada yang

muqayyad.

b. Persamaan hukum dan berlainan sebab, yang ini diperselisihkan ulama

ushul, apakah yang mutlak diikutkan kepada yang muqayyad atau tidak.

c. Perbedaan hukum dan sebab, yang mutlak boleh diikutkan dengan

muqayyad.

6
A.Syafii. Fiqih-Ushul Fiqh, …, hal. 174-175.
8

d. Perbedaan hukum dan persamaan sebab, yang mutlak juga tidsk boleh

diikutkan kepada yang muqayyad.

5. Penggunaan Lafal Mutlak dan Muqayyad


Jika terpaut suatu tuntutan yang mutlak dalam suatu lafal dan muqayyad

pada lafal yang lain, yang digabungkan mutlak kepada muqayyad, jika keduanya

bersesuaian menurut sebab dan hukumnya. Seperti hadis tentang kafarat puasa.

)‫ش ْه َري ِْن ُمتتابِعَي ِْن (متفق عليه‬


َ ‫ص ْم‬
ُ

Jika tidak bersesuaian menurut sebab, mutlak tidak digabungkan pada

muqayyad. Seperti antara kafarat zhihar dengan kafarat membunuh.

C. Pendapat Ulama Mengenai Hukum Mutlak dan Muqayyad

Berikut ini adalah pendapat dari Ulama Hanafiyah dan Jumhur Ulama:

1. Alasan Hanafiyah

Merupakan suatu prinsip bahwa kita melaksanakan dalalah lafazh atas semua

hukum yang dibawa saja, sesuai dengan sifatnya, sehingga lafazh mutlak tetap

pada kemutlakannya dan lafazh muqayyad tetap pada kemuqayyadannya. Tiap-

tiap nash merupakan hujjah yang berdiri sendiri. Pembatasan terhadap keluasan

makna yang terkandung pada mutlak tanpa dalil dari lafazh itu sendiri berarti

mempersempit yang bukan dari perintah syara’. Berdasarkan hal ini, lafazh

mutlak tidak bisa dibawa pada muqayyad, kecuali apabila terjadi saling

menafikan antara dua hukum, yakni sekiranya mengamalkan salah satunya

membawa pada tanaqud (saling bertentangan).7

2. Alasan Jumhur

7
Juhaya S. Praja, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 213-214.
9

Al-Quran merupakan kesatuan hukum yang utuh dan antara satu ayat dengan

ayat lainnya berkaitan, sehingga apabila ada suatu kata dalam Al-Quran yang

menjelaskan hukum berarti hukum itu sama pada setiap tempat yang terdapat

kata itu. (Imam Syafi’i).

Alasan kedua, muqayyad itu harus menjadi dasar untuk menafikan dan

menjelaskan maksud lafazh mutlak. Sebab mutlak itu kedudukannya bisa

dikatakan sebagi orang diam, yang tidak menyebut qayyid. Di sini ia tidak

menunjukkan adanya qayyid, dan tidak pula menolaknya,

sedangkan muqayyad sebagai orang yang berbicara, yang menjelaskan

adanya qayyid. Di sini tampak jelas adanya kewajiban memakai qayyid ketika

adanya dan menolaknya apabila tidak adanya. Sehingga kedudukannya sebagai

penafsir. Oleh sebab itu, ia lebih baik dijadikan dasar untuk menjelaskan

maksud mutlak.8

8
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia,2010) hal, 96-98.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mutlak ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya tanpa dibatasi oleh

suatu hal yang lain. Sedangkan muqayyad ialah lafal yang menunjukkan arti

yang sebenarnya, dengan dibatasi oleh suatu hal dari batas-batas tertentu.

2. Kalau sesuatu soal disebutkan dengan lafal mutlak, dan di tempat lain dengan

lafal muqayyad, maka ada 4 kemungkinan, yaitu: a) Terus berbeda (sama)

hukum dan sebabnya; b) Berisi hukum yang sama, tetapi berlainan sebabnya; c)
Berbeda hukum dan sebabnya; d) Berbeda hukum, tetapi sebabnya sama.

3. Kemuthlaqan dan kemuqayyadan terdapat pada sebab hukum. Namun, masalah

(maudhu’) dan hukumnya sama. Menurut Jumhur Ulama dari

kalangan Syafi’iyah, Malikiyah, dan Hanafiyah, dalam hal ini wajib

membawa mutlak kepada muqayyad. Selain itu, Mutlak dan muqayyad terdapat

pada nash yang sama hukumnya. Namun sebabnya berbeda. Masalah ini juga

diperselisihkan. Menurut Ulama Hanafi tidak boleh


membawa mutlak kepada muqayyad, melainkan masing-masingnya berlaku

sesuai dengan sifatnya.

B. Saran
Agar dimasa yang akan datang bisa jauh lebih baik lagi, kita harus lebih banyak

belajar dan terus melatih ilmu yang kita peroleh. Kami sadari dalam penulisan

makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalamsegi penulisan maupun

susunan kalimatnya. Maka dari itu, sangatlah dibutuhkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca. Agar penulisan makalah dilain kesempatan bisa jauh

lebih baik lagi. Pesan kami jangan pernah berhenti untuk belajar, karena kunci

kesuksesan adalah dengan cara belajar dan terus berusaha.


10
DAFTAR KEPUSTAKAAN

A.Syafii. Fiqih-Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Praja, Juhaya S. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia. 2010.

Syafe’i, Rachmat. Ilmu Ushul Fiqh .Bandung: Pustaka Setia. 2010.

Umam, Khoirul Ushul Fiqh II. Bandung: Pustaka Setia. 2001.

11

Anda mungkin juga menyukai