Anda di halaman 1dari 12

MODEL PEMBELAJARAN IDI (INSTRUCTIONAL DEVELOPMENT

INSTITUTE) DAN IMPLEMENTASINYA PADA PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM

Ira Rasyidah Al Miskiyah


Ismatul Maula Ramadhani
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya
selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula
berbagai aspek kehidupan dapat dikembangkan melalui proses belajar dan
pembelajaran. Berbagai masalah dalam proses belajar diselaraskan dan
distabilkan agar kondisi belajar tercipta sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai serta dapat diperoleh seoptimal mungkin. Untuk melengkapi
komponen belajar dan pembelajaran di sekolah, sudah seharusnya guru
menggunakan desain serta model pembelajaran yang sesuai untuk membantu
merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.
Desain pembelajaran merupakan praktik penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi dengan tujuan untuk membantu agar dapat terjadi
transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini
berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" siswa merespon
pembelajaran dengan tingkat mencapai 3 (tiga) apek tujuan pembelajaran. 
Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung ( Tertulis
atau non tertulis) dan dapat diukur secara ilmiah dan berupa asumsi, akibat
dari perkembangan pendidikan didunia dan perubahan sistem yang berlaku
dalam dunia pendidikan sekarang yang begitu maju, muncullah berbagai ide
dalam sistem pengembangan-pengembangan pembelajaran (Donni Juni &
Prisansa, 2016). Salah satu sistem pendidikan tersebut adalah sistem yang
dikenal dengan sebutan IDI (Intructional Development Institute).
B. Kajian Teori
1. Model Desain Pembelajaran IDI (Intructional Development Institute)
Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan
tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan
materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di
dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar,
uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Abdul Ghafur,
1989).
IDI (Instructional Development Institute) merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan oleh University Consortium for
Instructional Development and Technology (UCIDT), yang terdiri dari
University of Southem California (USC), International University di San
Diego, Michigan Sate University (MSU), Syracuse University dan Indiana
University. Model ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada
beberapa negara di Asia dan Eropa serta telah berhasil di 334 institusi
pendidikan di Amerika.
Pengembangan instruksional model IDI (Instruksional Development
Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di
Amerika Serikat yang dikenal dengan Uniiversity Consorsium
Instructional Development and Technology (UCIDT). Model IDI ini telah
dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan Eropa
dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana
halnya dengan model-model pengembangan instruksional lainnya.
Model desain IDI ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan:
1) Apa yang dikuasai (kompetensi dasar) Kompetensi dasar pada
hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran
tertentu.
2) Apa atau bagaimana prosedur (indikator pencapaian hasil belajar),
sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar
yang diinginkan atau termasuk penggunaan tehnologi pendidikan yang
digunakan.
3) Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai
(evaluasi) pengembangan evaluasi yang dimaksud disini adalah
merancang pengevaluasian guru terhadap proses belajar.
2. Tahap-tahap Model Desain Pembelajaran IDI
Pada model IDI (Instructional Development Institute) terdapat tiga
tahapan besar yang harus dilakukan dalam proses atau merancang model
penentuan atau pembatasan (define), pengembangan (develop), dan
evaluasi atau penilaian (evaluate). Dan pada setiap tahapan besar dibagi
lagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2008):
1) Define (Penentuan), Langkah-langkah penentuan pada tahap ini
meliputi:
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah diawali dengan menentukan tingkat
kebutuhan siswa akan kebutuhan pengalaman belajar yang akan
diberikan. Dari perbedaan apa yang ada sekarang dengan apa
yang diharapkan dapat diketahui masalahnya. Dan ketika sudah
diketahui masalahnya maka kita menentukan tujuan dan
alternative pemecahan masalah. Identifikasi masalah dimulai
dengan (Rusman, 2010):
a) Need assessment
Langkah ini bertujuan untuk memenuhi harapan
kebutuhan pesserta didik keluarganya, dan masyarakat
melalui jalur pendidikan. Need assessment juga berfungsi
untuk menemukan perbedaan antara keadaan sekarang dan
apa yang diinginkan secara ideal. Perbedaan tersebut
menyebabkan adanya kebutuhan untuk menyelesaikan
masalah. Hal ini berarti timbul masalah. Bila perbedaan
dapat ditemukan, tujuan pemecahan masalah dapat kkita
carikan.
b) Establish Priorities
Langkah ini adalah bertujuan untuk memilah dan
memilih problem apa yang segera diselesaikan masalahnya.
Karena dalam setiap institusi memiliki beraneka ragam
problem, maka setiap sekolah harus memiliki problem mana
yang harus di prioritaskan dan tidak.
c) State Problem
Langkah ini merupakan akhir dari identifikasi
problem. Setelah pengembang mengadakan analisis
kebutuhan dan menegakan problem, maka pengembangan
harus dapar merumuskan problem apa yang akan
diselesaikan masalahnya.
b. Karakteristik siswa.
Karakteristik siswa berbeda antara siswa satu dengan siswa
yang lainnya baik dalam hal bakat, minat, potensi, motivasi,
tingkat kecerdasan intelektual maupun tingkat kecerdasan
emosional. Melihat karakteristik yang berbeda-beda maka
program, pengelolaan dan pendekatan pengajaran juga harus
memperhatikan segi-segi perbedaan tersebut termasuk sistem
instruksional yang dikembangkan.
c. Kondisi
Kondisi adalah keadaan lingkungan baik fisik mapun social
yang ada di sekitar siswa dan sekitar sekolah. Semuanya harus
diperhatikan dengan cara seksama dan cermat agar tidak menjadi
hambatan dalam kegiatan pengajaran, tetapi sebaliknya
semuanya diuapayakan dapat memeberikan dukungan terhadap
kegiatan pengajaran.
d. Sumber-sumber yang relevan.
Sumber-sumber belajar yang baik dan yang dirancang
maupun tidak dirancang, baik human maupun non-human
semuanya harus di manfaatkan secara baik dan optimal.
e. Pengelolaan organisasi
Pengembangan model perencanaan pada dasarnya
bagaimana mengorganisasikan pekerjaan apa yang harus
dikerjakan, siapa saja yang akan mengerjakan, siapa yang
mengerjakan dan kapan serta dimana model perencanaan
pengajaran harus dikerjakan atau dibuat.
2) Develop (pengembangan)
Langkah-langkah pengembangan meliputi sebagai berikut:
a. Identifikasi tujuan
Yang dimaksudkan di sini identifikasi tujuan pengajaran
mulai dari tujuan instruksional umum (kompetensi dasar) yang
disebut juga terminal object dan kemudian dijabarkan menjadi
tujuan instruksional khusus dan disebut juga behavioral
objectives (indikator pembelajaran). Tujuan instruksional khusus
atau indicator hasil belajar sangat diperlukan dalam
pengembangan model instruksional.
b. Penentuan dan pemilihan metode
Metode sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagai ukuran dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar adalah Urutan/ isi bahan mata pelajaran yang akan
disajikan dan Bentuk dan tempat kegiatan yang akan
dilakukan, Dalam penentuan metode termasuk didalamnya
metode pengajaran yang dipilih dan disesuaikan dengan
karakteristik dan kondisi pembelajaran yang ada dan tercipta.
3) Evaluate (evaluasi)
Langkah-langkah evaluasi meliputi:
a. Tes uji coba
Uji coba bisa dilakukan terhadap teman-teman guru atau
mahasiswa sebagai, bisa juga langsung terhadap siswa sebagai
sampel. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan serta efektivitas dan efisiensi program pengajaran yang
telah disusun dan dibuat.
b. Analisis hasil
Setelah di ujicobakan kemudian dianalisis berkenaan tiga hal
sebagai berikut :
a) Apakah tujuan pengajaran yang ditetapkan telah tercapai?
bila tidak tercapai apakah rumusan tujuan yang telah dibuat
sudah cukup operasional atau belum.
b) Apakah metode/teknik atau pendekatan dan sumber belajar
yang digunakan sudah sesuai dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan, mengingat adanya
perbedaan karakteristik pada diri siswa.
c) Apakah terdapat kesalahan dalam pembuatan instrumen
evaluasi. Dan apakah hal-hal yang perlu dievaluasi secara
keseluruhan dengan baik dan benar.
3. Kelebihan Model Pembelajaran IDI
Model IDI bermanfaat untuk membantu sekolah yang memiliki
keterbatasan resources (sumber, akal, ide) dan mengharapkan untuk
menemukan inovasi sebagai solusi yang efektif untuk memecahkan
masalah belajar dan pembelajaran (Busri, Hasan, Musman, 1988).
Keunggulan lain dari model IDI model ini dapat dijadikan perbaikan
oleh guru dari pengalaman sebelumnya, jika dikaitkan dengan
pembelajaran maka hasil belajarnya pun akan lebih baik, dilihat dari
insight atau pengalaman, penggunaan tehnologi pendidikan lainnya dan
evaluasi yang sudah di rancang sedemikian rupa (Rusman, 2010).
4. Kekurangan Model Pembelajaran IDI
Desain Pembelajaran model IDI tidak terlepas dari keterbatasan atau
kelemahan tertentu, adapun kelemahan model ini yaitu Model
IDI Membutuhkan dana dan fasilitas dalam proses pembelajaran, baik
dalam penggunaan media, alat atau bahan sehingga membutuhkan biaya
yang lebih untuk menunjang proses pembelajaran sedangkan fasilitas
sekolah masih minim.
5. Penerapan Model Pembelajaraan IDI pada PAI
Penerapan model pembelajaraan IDI ini dilakukan secara berututan
sesuai dengan tiga tahapan, yaitu Define, Develop dan Evaluate.
1) Define (Menentukan)
Pada tahap Define, penerapan model pembelajaran ini dimulai
dari identifikasi problem atau merumuskan masalah. Kita sebagai
pendidik membutuhkan materi yang akan perlu disampaikan, dan
sebelum menyampaikannya kita perlu :
a. Mengidentifikasi masalah
Seperti apa masalah pembelajaran kelas yang sedang
dihadapi dan kebutuhan apa yang diperlukan didalam kelas.
Identifikasi masalah terbagi pada tiga tahap :
a) Need Assesment
Atau kata lain kebutuhan penilaian, sebelum melakukan
penilaian kita memerlukan materi ajar yang perlu disampaikan
pada peserta didik, Seperti contoh, materi yang dijelaskan
pada mata pelajaran Fiqih mengenai sholat jumat. Pendidik
harus menganalisis dalam materi sholat jumat, ingin
menerapkan penyampaian pembelajaran seperti apa, perlu
dipraktekkan atau hanya contoh peragaan saja.
b) Establish Priorities
Yaitu memilah dan memilih problem apa yang perlu
diselesaikan, seperti contoh pada bab Sholat Jumat, mana yang
harus didahulukan antara hukum, ketentuan, keutamaan dan
waktu dalam pelaksanaan sholat jumat. Sehingga
penyampaian bisa dijelaskan secara sistematis. mungkin bisa
diawali dengan dalil-dalil tentang hukum sholat jumat bagi
kaum muslim laki-laki, ketentuan dalam sholat jumat, dan
lainnya yang perlu dijelaskan, baru kemudian sampai pada
peragaan sholat jumat.
c) State Problem
Langkah ini merupakan akhir dari identifikasi problem,
setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
pada Establish Priorities dalam merumuskan masalah apa
yang perlu diselesaikan, maka tahap ini untuk meluruskan bila
adanya kekeliruan dari teori hingga praktik yang dijleaskan
oleh pendidik.
b. Karakteristik siswa
Perkembangan siswa dalam satu kelas berbeda-beda,
sehingga seorang pendidik harus mempunyai data mengenai
segala aspek dari karakteristik siswa. Karakteristik siswa dilihat
dari bakat, minat, potensi, motivasi, tingkat kecerdasan
intelektual maupun tingkat kecerdasan emosional.
c. Kondisi kelas
Semuanya harus diperhatikan dengan cara seksama dan
cermat agar tidak menjadi hambatan dalam kegiatan pengajaran,
kondisi kelas bisa dilakukan sesuai dengan keperluan, karena
model pembelajaran IDI fleksibel sehingga peserta bisa untuk
moving.
d. Sumber-sumber yang relevan
Berhasilnya suatu proses pembelajaran salah satu
faktornya sumber media pembelajaran yang memadai. Sumber
pelajaran tersebut, seperti alat peraga, bahan pembelajaraan, dan
terdapat juga teknik dan strategi pembelajaran yang dikuasai,
e. Pengelolaan Organisasi
setelah itu di manage dengan pemberian tugas, tanggung jawab,
dan jadwal pembelajarannya
2) Develop (Mengembangkan)
a. Identification objective (Identifikasi tujuan)
yaitu yang mengidentifikasi tujuan, yaitu tujuan akhir dan
tujuan proses pembelajaran
b. Specific method (Pemilihan metode)
Mencari spesifikasi metode yang akan digunakan ketika
dalam proses pembelajaraan yang bisa disesuaikan dengan
keadaan kelas. Tenaga pendidik membutuhkan dan harus
menguasai metode pembelajaran agar tercapainya tujuan proses
pembelajaraan, ada macam-macam jenis metode pembelajaran,
yaitu metode ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi,
metode pemberian tugas, metode simulasi, metode demonstrasi
dan metode eksperimen (Nasution, 2017).
3. Evaluate (Menilai)
a. Tes uji coba
Yaitu melakukan ujian, misalnya seperti tryout, tryout
sering digunakan pada saat sebelum melakukan tes ujian akhir,
hal ini bertujuan mengenai penguasaan materi yang telah
dipelajari, sudah menguasai atau belum.
b. Analysis resource (Analisis hasil)
Menganalisis hasil pembelajaraan, ini tentu dilakukan
pada tahap akhir bukan pada tahap awal yaitu apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai, apakah metode pembelajarannya
telah sesuai, dan apakah teknik evaluasinya telah memadai
6. Contoh dalam RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMEBELAJARAN

Identitas sekolah : MI Mata pelajaran : Fiqih


Kelas/semester : 4/1 Pertemuan ke- : 1
Materi pokok : Sholat Jum’at Alokasi waktu : 2 x 35 menit (4 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

KI-1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya


Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
KI-2
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
KI-3
ciptaan Tuhan dan kegiatannya,dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat bermain
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
KI-4
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


1.1 Meyakini salat Jum’at sebagai perintah Allah
2.1 Membiasakan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam salat
Jum’at dan salat Idain
3.1 Mengamalkan ketentuan salat Jum’at
C. Materi Pembahasan
3.1.1. Pengertian salat jum’at
3.1.2. Hukum salat jum’at
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pemberian uswah, peserta didik dapat menujukkan sikap
kemauan melaksanakan shalat jumat.
2. Melalui pengamatan dan pemberian contoh, peserta didik dapat
melakukan shalat jumat pada hari jumat sesuai dengan tuntunan agama
Islam/syariat Islam
3. Melalui ceramah dan tanyajawab, peserta didik dapat menjelaskan
pengertian shalat jumat dengan benar
4. Melalui diskusi kelompok metode inkuiri (menggali, menemukan,
merumuskan) peserta didik dapat menjelaskan ketentuan shalat jumat
dengan percaya diri, baik dan benar
5. Melalui Drill, peserta didik dapat menjelaskan pengertian shalat jumat
dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
1. Sholat Jum'at adalah ibadah salat yang dikerjakan di hari jum'at dua
rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah.
2. Shalah Jum'at memiliki hukum wajib 'ain bagi laki-laki / pria dewasa
beragama islam, merdeka dan menetap di dalam negeri atau tempat
tertentu. Jadi bagi para wanita / perempuan, anak-anak, orang sakit dan
budak, solat jumat tidaklah wajib hukumnya.
F. Metode Pembelajaran
1. Tanya jawab (siswa berpasangan saling bertanya jawab tentang salat
jum’at)
2. Diskusi tentang cerita di atas dengan berkelompok
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
1. Media
1) Lafal niat shalat jumat
2) Gambar/video
2. Alat/Bahan
1) Sarung, Kopyah
2) Kertas
3) Laptop, LCD
3. Sumber Belajar
1) Buku Fiqih
2) Buku tuntunan shalat jumat Syaikh Muhammad Nasiruddin, Fiqih
salat jumat.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
1) Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam
dan mengajak peserta didik berdo’a bersama.
2) Guru menyapa, memeriksa kehadiran, kerapian serta kesiapan
peserta didik.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
motivasi pada peserta didik.
4) Guru mempersiapkan cerita bergambar.
2. Kegiatan Inti
1) Mengamati
a. Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang arti/makna
salat jumat.
b. Peserta didik membaca buku tentang shalat jumat.
c. Peserta didik melihat dan mengamati gambar/video tentang
shalat jumat.
2) Menanya
a. Guru menanyakan pengertian shalat jumat.
b. Peserta didik menanya hal-hal yang terkait dengan
gambar/video dan isi cerita yang disampaikan guru.
3) Mengeksplorasi
a. Peserta didik mencari/menemukan pengertian salat jumat
melalui Tanya jawab.
b. Peserta didik aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
model Tanya jawab dan diskusi tentang cerita dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan cerita bergambar tentang salat jumat.
b) Peserta didik berkelompok dan mendiskusikan cerita
bergambar tersebut.
c) Setelah semua kelompok menempelkan hasil diskusinya,
guru bersama peserta didik mengoreksi bersama.
4) Mengasosiasi
a. Masing-masing kelompok merumuskan makna, dasar hukum
dan tujuan shalat jumat.
b. Masing-masing kelompok membuat resume shalat jumat.
5) Mengkomunikasikan
Peserta didik menyampaikan kembali materi yang telah ia
terima/ketahui di depan kelas.
3. Penutup
1) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari.
2) Guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran.
3) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca hamdalah
dan mengakhiri pertemuan dengan ucapan salam.
I. Penilaian
1. Tes
1) Tulis
2) Lisan
Daftar Pustaka

Busri, Hasan, Musman. 1988. Pengembangan Sistem Instruksional.


Surabaya : UNESA.
Gafur, Abdul. 1989. Desain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai.
Model-Model Desain
pembelajaran http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/model-model-desain-
pembelajaran.html.  Diakses tanggal 19 Oktober 2021, pukul 21.29.
Nasution, N. W. (2017). Strategi Pembelajaraan. Medan: Perdana Publishing.
Prisansa, Donni Juni. 2016. Pengembangan Strategi Dan Model
Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka Setia.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
Kencana Prenanada Media. Jakarta, cet.1.

Anda mungkin juga menyukai