PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Remaja
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja
merupakan masa yang banyak menarik perhatian, karena sifat-sifat khas dan
2
peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang
dewasa. Ditinjau dari sisi psikologis, hakikat utama masa remaja adalah
menemukan jati dirinya sendiri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-
coba yang baru menuju pribadi yang dewasa (Ahmadi, 1997:41).
1. Pengertian Perkembangan
a. Prof. Dr. F.J. Monks, dkk mengartikan perkembangan sebagai suatu proses ke
arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali. Perkembangan
juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu
organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
pematangan, dan belajar.
b. Desmita mendefinisikan perkembangan tidak terbatas pada pengertian
perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian
perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah
yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui pertumbuhan dan
belajar (Desmita, 2005:4).
c. Menurut Harlimsyah perkembangan adalah segala perubahan yang terjadi
pada individu dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik),
emosi, kognitif, dan psikososial.
d. Menurut Zein perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko, fisik
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak
ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam masa waktu
tertentu menuju kedewasaan (digilib.unimus.ac.id).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
merupakan suatu proses perubahan individu baik fisik, psikis, dan kognitifnya
menuju kedewasaan yang terjadi seumur hidup.
3
pemahaman tentang perkembangan remaja ini. Ada empat teori utama mengenai
perkembangan remaja yaitu psikoanalisis, kognitif, belajar sosial dan tingkah
laku, serta teori ekologi (Santrock, 2003:42).
a. Teori Psikoanalisis
b. Teori Kognitif
4
dan bagaimana informasi dikeluarkan kembali untuk memungkinkan berpikir dan
pemecahan masalah.
d. Teori Ekologi
5
Dikatakannya bahwa pikran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat
daripada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya
langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang akan
dilakukannya. Karena kecepatannya itu sehingga sikap hati-hati dan proses
analitis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang
sekali menjadi ceroboh.
b. Mendahulukan perasaan kemudian pikiran
Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit
lama dibandingkan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih
dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, kemudian dorongan
pikiran.
c. Memperlakukan realitas sebagai realitas simbolik
Logika pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif.
Artinya memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu
sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantun, kiasan,
gambaran, karya seni, novel, film, puisi, nyanyian, opera, dan teater secara
langsung ditujukan kepada pikiran emosional.
d. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak
serupa dengan kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi
maka pikiran emosional dan menaggapinya dengan memicu perasaan yang
berkaitan dengan peristiwa yang diingat. Pikiran emosional akan bereaksi
terhadap keadaan sekarang seolah keadaan itu adalah masa lampau.
B. Masalah Penusukan
6
bangku. Emosi yang tidak terkontrol antara kedua remaja yang bersiteru ini
memicu terjadinya perkelahian yang berujung pada penusukan yang dilakukan
oleh Andrian Kaspari terhadap Yusuf Saputra.
Dari analisis mengenai kasus penusukan yang dilakukan seorang siswa SMA
terhadap teman sekelasnya serta berdasarkan teori yang telah diuraikan mengenai
perkembangan remaja, beberapa faktor yang menyebabkan siswa melakukan
penusukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1. Emosi yang tidak terkontrol
7
kesadaran atau akal sehat. Remaja lebih cenderung melakukan suatu tindakan
tanpa memikirkan akibatnya.
Agama merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diajarkan karena
agama merupakan salah satu benteng diri. Kurangnya pendidikan agama atau
dasar-dasar keimanan dalam diri remaja dapat membuat seorang remaja
melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma, moral, hukum, dan agama.
b. Faktor Eksternal
1. Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua diterapkan.
Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan di dalam
keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja, ia akan terbiasa melakukan
kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya (Kemali,
2015:169). Seperti halnya dalam kasus penusukan ini, Andrian mengungkapkan
bahwa ternyata ayahnya tengah menjadi seorang buronan karena terlibat kasus
pembunuhan. Artinya, telah terjadi kesalahan dalam proses pendidikan oleh orang
tua kepada anak.
2. Sekolah
3. Media
Di zaman canggih seperti saat ini iformasi semakin mudah di dapat baik dari
media cetak maupun elektronik. Berbagai informasi yang bersifat positif atau
negatif bisa dengan mudah kita ketahui. Banyaknya berita-berita seperti
kekerasan, pembunuhan, tawuran, dan lain sebagainya merupakan salah satu
8
pemicu seseorang dapat bertindak demikian terutama remaja. Usia remaja
merupakan usia labil dimana remaja masih cenderung dipengaruhi oleh hal-hal
atau informasi yang diperolehnya tanpa mempertimbangkan sisi positif dan
negatifnya.
C. Solusi Masalah
Pendidikan agama yang kokoh dan melekat di jiwa dapat dijadikan sebagai
pondasi dan benteng yang kuat untuk meningkatkan keimanan di dalam diri
remaja sehingga para remaja dapat mengontrol emosinya serta bersikap lebih
sabar dalam mengatasi segala masalah yang dihadapinya. Pendidikan agama dapat
diperoleh remaja dari keluarga maupun sekolah.
b. Keteladanan Keluarga
Setiap tingkah laku dan sikap yang ditunjukkan oleh remaja sebagian besar
dipengaruhi oleh keluarga. Pola asuh orang tua terhadap anaknya sangat
menentukan perangai anak. Dalam masalah ini, Adrian sebagai remaja pelaku
penusukan mengatakan bahwa ayahnya menjadi buronan polisi karena terlibat
kasus pembunuhan. Dari sini dapat kita cermati bahwa adanya ketidak harmonisan
di dalam keluarga tersebut. Kurangnya perhatian, pengawasan, kasih sayang, serta
keharmonisan dalam keluarga dapat memicu perilaku negatif remaja. Hal yang
harus disadari adalah bahwa penstabil utama dari anak remaja bukanlah
kewaspadaan atau peraturan atau peringatan atau ancaman dari orang tua.
Melainkan kekaguman anak pada orang tua mereka, keinginan mereka untuk
tumbuh dewasa seperti orang tuanya. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan
perhatian, pengawasan, kasih sayang, serta menunjukkan sikap-skap positif yang
dapat diteladani oleh remaja sehingga para remaja tidak melakukan tindakan-
tindakan negatif.
9
Metode yang paling efektif untuk menjangkau anak remaja adalah melalui
sikap orang tua dan cara bicara. Tetapi hal ini tentu saja tidak mudah. Hal yang
mudah bagi orang tua adalah bersikap seperti siap berperang dan antagonis atau
membicarakan usia dan pengalaman mereka atau menyela dengan tidak sabar dan
berbicara dengan merendahkan diri. Anak muda sangat ingin diperlakukan seperti
orang dewasa. Orang tua memiliki tanggung jawab, akan berharga apabila orang
tua mencoba menjaga level antara orang dewasa dengan orang dewasa sebisa
mungkin. Ini berarti menyediakan diri ketika mereka ingin bicara, mendesak
mereka supaya berbicara dengan bebas dan bukannya menyela pembicaraan
mereka, mendengarkan dengan tenggang hati dan penuh pengertian, bersikap
jujur, menunjukkan rasa humor, berusaha untuk santai (John, 2003:195-196).
c. Peran sekolah
10
lingkungan sosial yang baik sehingga akan tumbuh menjadi pribadi yang baik
pula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan merupakan proses menuju kematangan atau kedewasaan
secara fisik, psikis, dan kognitif yang terjadi seumur hidup.
2. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian, karena
sifat-sifat khas dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan
individu dalam masyarakat orang dewasa.
3. Perilaku negatif remaja terjadi karena kurangnya kontrol diri dan emosi
yang masih labil dalam diri remaja.
11
4. Pengawasan dan perhatian dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan
sosial sangat dibutuhkan untuk membentuk remaja yang bertanggung
jawab, cerdas secara kognitif maupun emosional.
3.2 Saran
Masalah serta solusi yang dituangkan dalam makalah ini hanyalah salah satu
dari sekian banyak masalah yang menyangkut perkembangan peserta didik, dalam
hal ini terutama pada perkembangan remaja. Untuk itu diharapkan para pembaca
untuk lebih mendalami dan mengkritisi teori-teori perkembangan remaja dari
referensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bransford, John D. 2003. The Best Year: Emosi Anak di Masa Remaja. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-dimasajila-5137-3-
bab2.pdf (diakses 17 Oktober 2015, pukul 10:46 WIB)
12
13