Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:
Ester Lita Panjaitan (20.010)

Kartini Sirait (

Loise Tampubolon (20.026)

Naudur Fitri Sari Manalu (20.030)

Sabrina Sianipar (

Tantiyani Barus (20.048)

Tiara Hartati Simanjuntak (

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I/BB MEDAN
2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Child Abuse.
Penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Perawatan Anak.
Makalah ini disusun sesuai dengan pengetahuan yang kami miliki saat ini. Kami
berharap makalah ini dapat memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Perawatan
Komunitas. Meskipun makalah ini masih jauh dari kesan sempurna karena
keterbatasan pengetahuan kami, mengenai Asuhan Keperawatan dengan Child
Abuse. Dengan segenap kesadaran diri, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
untuk membangun dan penyempurnaan makalah yang kami tulis .

Penyusun

(Kelompok 5)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela di mana-mana. Hampir setiap hari
di media massa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan yang merenggut nyawa anak
tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi mengundang keprihatinan dari
banyak pihak terutama komnas HAM. Kekerasan memiliki dampak negatif secara psikologis
terhadap anak yang menjadi korban kekerasan dari orang tuanya. Kekerasan pada anak
tentu memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku anak dimasa yang akan datang.
Menurut harian kompas (2010), seorang ibu tega memukul anaknya setiap kali anaknya
berbuat kesalahan karena pada waktu masa kecilnya ia pun mengalami kekerasan fisik yang
dilakukan oleh orang tuanya. Bukankah fenomena tersebut sangat berdampak buruk secara
psikologis terhadap perkembangan anak ? Kekerasan pada anak merupakan masalah serius
yang seharusnya mendapatkan perhatian bagi masyarakat karena akan memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap lingkungan sekitar mereka. Sebagian besar
perilaku agresif yang timbul dalam diri seorang remaja disebabkan oleh masa lalu mereka
yang tidak terima dengan apa yang telah terjadi. Dala ilmu psikologis, ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan untuk memberikan penanganan terhadap korban yang
pernah mengalami kekerasan. Salah satu pendekatan yang bias dilakukan adalah dengan
hipnoterapi, di mana posisi terapi adalah menggali segala informasi dalam alam bawah
sadar seorang individu agar mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian child abuse ?
2. Apa saja klasifikasi dari child abuse ?
3. Bagaimana etiologi dari child abuse ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari child abuse ?
5. Bagaimana cara pencegahan child abuse?
6. Bagaimana dampak dari child abuse bagi anak?
7. Apakah pengertian dari child neglect?
8. Bagaimanakah dampak dari child neglect?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari child neglect dan child abuse?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Child
Abuse
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui tentang child abuse dan cara pencegahan.
b. Mahasiswa mengetahui tentang child neglect dan dampaknya bagi anak
c. Mahasiswa mampu pengkajian keperawatan pada kasus child abuse
d. Mahasiswa mampu melakukan diagnose keperawatan
e. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Child Abuse
Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala perlakuan
buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain yang seharusnya
memelihara, menjaga, dan merawat mereka. Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan
atau perbuatan orang tua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi
terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara
umum. Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare
memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak di bawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan
kesejahteraan anak terancam.

B. Klasifikasi child abuse


Terdapat 2 golongan besar yaitu :
1. Dalam keluarga
Penganiayaan fisik, Non Accidental “injury” mulai dari ringan “bruiser –laserasi”
sampai pada trauma neurologic yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat
hukuman badan di luar batas, kekejaman atau pemberian racun
a. Penelantaran anak/kelalaian, yaitu kegiatan atau behavior yang langsung dapat
menyebabkan efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan
psikologisnya. Kelalaian dapat berupa :
1) Pemeliharaan yang kurang memadai, menyebabkan gagal tumbuh, anak
merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan
perkembangan.
2) Pengawasan yang kurang memadai, menyebabkan anak gagal mengalami
resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa.
3) Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan, kegagalan dalam merawat
anak dengan baik
4) Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak
mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau
menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus
sekolah.
b. Penganiayaan emosional. Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang
merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini
umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.
c. Penganiayaan seksual, mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada
seseorang anak untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan sexual yang
nyata, sehingga menggambarkan kegiatan seperti : aktivitas seksual (oral genital,
genital, anal atau sodomi) termasuk incest. (The Child Abuse &
2. Di luar rumah.
Dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.
C. Etologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik
maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stress yang berasal dari anak
a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik
anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat
adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik
dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental
sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit
berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah
cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan
anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena
anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila
dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak
sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku
dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar
disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah
hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada
hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2. Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor
terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab
kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup.
Sehingga apapun akan dilakukan oleh orang tua terutama demi
mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan
keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini
juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak,
sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam
membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak
akan kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan
munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh orang tua, misalnya kekurangan fisik,
lemah mental, dsb.
3. Stress berasal dari orang tua, yaitu:
a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu
mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orang tua yang mengalami
perlakuan salah pada masa kecil akan melakukan hal yang sama
terhadap orang lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas
kejadian yang pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis
akan membuat orang tua mengalami stress berat sehingga ketika
tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua
cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya
dengan melakukan tindakan kekerasan.
D. Maninfestasi Klinis
Akibat pada fisik anak :
a. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina
akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
b. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf,
gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c. Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak .Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya yang tidak
mendapat perlakuan salah.
b. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu: Kecerdasan
Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif,
bahasa, membaca, dan motorik.
Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga karena malnutrisi.
Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat
atau karena gangguan emosi.
Emosi
 Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan konsep diri yang positif, atau
bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan
orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.
 Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan
dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi
pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal
sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
Konsep diri
 Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak
dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktivitas dan
bahkan ada yang mencoba bunuh diri.
Agresif
 Anak mendapatkan perlakuan yang salah secara badani, lebih agresif terhadap
teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orang tua
mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil
miskinnya konsep harga diri.
Hubungan sosial
 Pada anak-anak ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau
dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka mengganggu
orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan-perbuatan kriminal
lainnya.
 Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain: Tanda akibat trauma atau infeksi lokal,
misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan perdarahan anus. Tanda gangguan emosi,
misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia,atau perubahan tingkah
laku. Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya.
Pemeriksaan alat kelamin dilakukan dengan memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.
 Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari gejala: Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik.
Gejala terlihat hanya kalau ada orang tuanya. Cara pengobatan oleh orang tuanya
yang luar biasa. Tingkah laku orang tua yang berlebihan.
E. Pencegahan Child Abuse
Pencegahan tersier

 Fase awal : bina hubungan, kesepakatan tujuan konseling.


 Fase pertengahan : konseling
 Fase akhir : evaluasi tentang keberhasilan korban untuk tidak jadi korban kekerasan
lagi dan meningkatkan kualitas hidup.
Pencegahan sekunder

 Fase awal : bina hubungan saling percaya


 Fase kedua : kaji bahaya yang dihadapi klien, kaji pemeriksaan kesehatan, pastikan
kontak korban dengan pelayanan, hubungkan dengan pengacara, pertahankan
kontak.
 Fase ketiga : kaji kebutuhan tempat tinggal, pertahankan keamanan.
 Fase keempat : keputusan tentang hubungan dengan pelaku.
Pencegahan primer

 Menghentikan peredaran buku, film, media dan atraksi kekerasan perempuan.


 Mengontrol pemilik senjata api.
 Menghilangkan hukuman fisik di sekolah.
 Promosi hubungan keluarga harmonis.
 Informasi cara mencegah dan mengatasi masalah
F. Dampak Child Abuse
Child abuse ini menimbulkan dampak, diantaranya:
 Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Anak bisa saja
kehilangan keceriaannya karena kekerasan yang dialaminya hingga malas untuk
bermain.
 Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari orang dewasa. Anak yang
pernah menjadi korban kekerasan lagi dan semakin ditindas orang dewasa bila tidak
mendapatkan penanganan yang tepat.
 Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis : labilitas emosi, perilaku
agresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sex bebas, dan perilaku
anti sosial.
 Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan tubuh kurang normal atau bahkan
mengalami kecacatan dan rusaknya sistem syaraf.
 Besar kemungkinan setelah dewasa akan memberi perlakuan keras secara fisik pada
anaknya.
 Akibatnya yang paling fatal adalah kematian.
G. Evaluasi Diagnostik
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksa an
fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
 Penganiayaan fisik Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
 Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau
punggung.
 Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-
tangan dalam air panas, atau luka bakar berbentuk lingkaran pada
bokong. Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven atau setrika.
 Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarah
anretina, dan fraktur tulang panjang yang multipel dengan tingkat
penyembuhan yang berbeda.
 Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan
tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada
anak di atas usia 2 tahun.
b. Pengabaian
 Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yangmeng
akibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan
anak yang seharusnya, tetapi respons baik terhadap pemenuhan
makanan dan kebutuhan emosi anak.
 Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai pada
anak penderita penyakit kronik karena orang tua menyangkal anak
menderita penyakit kronik. Tidak mampu imunisasi dan perawatan
kesehatan lainnya. Kegagalan yang disengaja oleh orang tua juga
mencakup kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak sehingga
mengalami kerusakan gigi.
c. Penganiayaan seksual
Tanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:

 Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau sekret di vagina.
 Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
 Pubertas prematur pada wanita
 Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan teman sebaya,
binatang, atau objek tertentu. Tidak sesuai dengan pengetahuan seksual dengan
umur anak serta tingkah laku yang menggairahkan.
 Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri, perasaan takut pada
orang dewasa, mimpi buruk, gangguan tidur, menarik diri, rendah diri, depresi,
gangguan stres post-traumatik, prostitusi, gangguan makan, dsb.
d. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada penganiayaan
seksual, dilakukan pemeriksaan:

 Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah


penganiayaan seksual.
 Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
 Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
 Analisa rambut pubis
e. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada
anak,yaitu untuk:

 Identifiaksi fokus dari jejas


 Dokumentasi Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya
dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya
perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada
saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan
adanya penganiayaan fisik.
H. Pengertian Child Neglect
Pengabaiaan (neglect) didefinisikan sebagai jenis penganiayaan yang mengacu pada
kegagalan oleh pengasuh untuk memberikan yang diperlukan, perawatan yang sesuai
dengan usia meski secara finansial mampu melakukannya atau ditawarkan berarti keuangan
atau lainnya untuk melakukannya. Pengabaian adalah. Kegagalan orang tua untuk
memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman,
makanan, pakaian, pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang
yang tidak dapat merawatnya. Pengabaian biasanya ditandai oleh pola berkelanjutan
perawatan yang tidak memadai dan mudah diamati oleh individu dalam kontak dekat
dengan anak.
I.Dampak Child Neglect
Konsekuensi dari kelalaian umumnya kumulatif, dan sering negatif mempengaruhi
perkembangan anak. Sebagai contoh, gizi buruk memiliki konsekuensi negatif terhadap
perkembangan anak secara fisik dan psikologis. Jika nutrisi yang tepat tidak tersedia pada
periode kritis pertumbuhan, perkembangan anak tidak akan mengikuti pola normal dan
biasa. Reaksi fisik dan psikologis dari terabaikan meliputi terhambatnya pertumbuhan,
masalah medis yang kronis, pertumbuhan tulang dan otot tidak memadai dan
perkembangan neurologis yang negatif mempengaruhi fungsi otak normal dan pengolahan
informasi. Pengolahan masalah mungkin sering membuat sulit bagi anak-anak untuk
memahami arah, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan anak untuk memahami
hubungan sosial, atau mungkin membuat penyelesaian beberapa tugas akademik tidak
mungkin tanpa bantuan atau intervensi dari orang lain.
J. Tanda-tanda child neglect
Anak :

 Sering absen dari sekolah


 Meminta atau mencuri makanan atau uang
 Kekurangan perawatan medis atau gigi, imunisasi, atau kacamata
 Berbadan kotor dan berbau
 Memakai pakaian yang tidak sesuai
 Penyalahgunaan alkohol atau narkoba lain
 Menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengurusnya
Orang tua :

 Tidak mempedulikan anak


 Terlihat apatis atau tertekan
 Berperilaku tidak rasional atau dengan cara yang aneh
 Penyalahgunaan alkohol atau narkoba lain
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHILD ABUSE
Pengkajian
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan
dengan child abuse, antara lain:
 Psikososial
 Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
 Gagal tumbuh dengan baik
 Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan
psikososial
 With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
 Muskuloskeletal
 Fraktur
 Dislokasi
 Keseleo (sprain)
 Genito Urinaria
 Infeksi saluran kemih
 Perdarahan per vagina
 Luka pada vagina/penis
 Nyeri waktu miksi
 Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
 Integumen
 Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
 Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
 Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
 Bengkak.
Diagnosa Keperawatan
 Resiko tinggi b.d perilaku agresif
 Tidak efektifnya koping keluarga: kompromi b.d factor-faktor yang menyebabkan
child abuse
 Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain yang berhubungan
dengan kelakuan yang maladaptif.
 Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain yang berhubungan
dengan kelakuan yang maladaptive
 Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang terganggu
Intervensi
1. Resiko tinggi b.d perilaku agresif
Tujuan : Anak tidak mengalami cidera Intervensi :
a. Lindungi anak dari cidera lebih lanjut
Rasional : menghindari anak dari cidera/ luka yang lebih parah dan meminimalkan dampak
psikologis yang ditimbulkan.
b. Bantu diagnosis penganiaan anak: fisik, seksual /emosional
Rasional : membantu dalam menetukan alternatif tindakan yang tepat untuk menghindari
penganiaan anak lebih lanjut.
c. Laporkan kecurigaan adanya penganiayaan
Rasional : dengan melaporkan adanya penganiayaan anak seperti luka pada kulit dapat
mencegah terjadinya cedera yang lebih serius pada anak serta mencegah kematian.
d. Lakukan resusitasi dan stabilisasi seperlunya
Rasional : resusitasi dan stabilisasi dilakukan ketika anak mendapatkan penganiayaan yang
menyebabkan mengalami henti nafas, dilakukan sampai stabil dan dibawa kerumah sakit.
2. Tidak efektifnya koping keluarga: kompromi b.d factor-faktor yang menyebabkan child
abuse
Tujuan : mekanisme koping keluarga menjadi efektif
Intervensi :
a. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya mekanisme koping pada
keluarga ,usia orang tua, anak ke berapa dalam keluarga, status sosial ekonomi terhadap
perkembangan keluarga , adanya support system dan kejadian lainnya.
Rasional : dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang dilakukan intervensi yang dibutuhkan
dan penyerahan pada pejabat yang berwenang pada pelayanan kesehatan dan organisasi
sosial.
b. Konsulkan pada pekerja sosial dan pelayanan kesehatan pribadi yang tepat mengenai
problem keluarga, tawarkan terapi untuk individu atau keluarga.
Rasional : keluarga dengan child abuse dan neglect biasanya memerlukan kerja sama multi
disiplin, support kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang spesifik.
c. Dorong anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang apa yang mungkin
menyebabkan perilaku kekerasan.
Rasional: dengan mendorong keluarga dengan mendiskusikan masalah mereka maka dapat
dicari jalan keluar untuk memodifikasi perilaku mereka.
d. Ajarkan orang tua tentang perkembangan & pertumbuhan anak sesuai tingkat umur.
Ajarkan kemampuan merawat spesifik dan terapkan teknik disiplin.
Rasional : orang tua mungkin mempunyai harapan yang tidak realistis tentang pertumbuhan
dan perkembangan anak.
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak
adekuatnya perawatan
Tujuan : Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan
tingkatan umurnya
Intervensi Keperawatan:
a. Diskusikan hasil test kepada orang tua dan anak
Rasional : orang tua menyadari, sehingga mereka dapat merencanakan
tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
b. Melakukan aktivitas (seperti membaca, bermain sepeda, dll) antara orang tua dan anak
untuk meningkatkan perkembangan.
Rasional: kekerasan pada akan menyebabkan keterlambatan perkembangan karena tugas
keluarga. Aktivitas dapat mengkoreksi masalah perkembangan akibat dari hubungan yang
terganggu.
c. Tentukan tahap perkembangan anak seperti 1 bulan, 2 bulan, 6 bulan dan 1 tahun.
Rasional: Dengan menentukan tahap perkembangan anak dapat membantu perkembangan
yang diharapkan.
d. Libatkan keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan yang normal.
Rasional :Program stimulasi dapat membantu meningkatkan perkembangan menentukan
intervensi yang tepat.
4. Resiko perilaku kekerasan oleh anggota keluarga yang lain yang berhubungan dengan
kelakuan yang maladaptif.
Tujuan : Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang.
Intervensi Keperawatan :
a. Identifikasi perilaku kekerasan ,saat menggunakan/ mengkonsumsi alkohol atau obat atau
saat menganggur.
Rasional: Dengan mengidentifikasi perilaku kekerasan dapat membantu menentukan
intervensi yang tepat.
b. Selidiki faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kekerasan seperti minum alkohol atau
obat-obatan.
Rasional: Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan akan
lebih memberikan kesadaran akan tipe situasi yang mempengaruhi perilku, membantu
dirinya mencegah kekambuhan.
c. Lakukan konsuling kerjasama multi disiplin, termasuk organisasi komunitas dan
psikolologis.
Rasional : konseling dapat membantu perkembangan koping yang efektif.
d. Menyarankan keluarga kepada seorang terapi keluarga yang tepat.
Rasional: Terapi keluarga menekan dan memberikan support kepada seluruh keluarga untuk
mencegah kebiasaan yang terdahulu.
e. Melaporkan seluruh kejadian yang aktual yang mungkin terjadi kepada pejabat
berwenang .
Rasional : Perawat mempunyai tanggung jawab legal untuk melaporkan semua kasus dan
menyimpan keakuratan data untuk investigasi.
5. Peran orang tua berubah berhubungan dengan ikatan keluarga yang terganggu.
Tujuan : Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif.
Intervensi Keperawatan :
a. Diskusikan ikatan yang wajar dan perikatan dengan orang tua yang keras
Rasional :Menyadarkan orang tua akan perikatan normal dan proses pengikatan akan
membantu dalam mengembangkan keahlian menjadi orang tua yang tepat.
b. Berikan model peranan untuk orang tua.
Rasional : Model peranan untuk orang tua, memungkinkan orang tua untuk menciptakan
perilaku orang tua yang tepat.
c. Dukung pasien untuk mendaftarkan dalam kelas yang mengajarkan keahlian yang efektif.
Rasional: Kelas akan memberikan teladan & forum praktek untuk mengembangkan keahlian
orang tua tepat
d. Arahkan orang tua ke pelayanan kesehatan yang tepat untuk konsultasi dan intervensi
seperlunya.
Rasional: Kelas akan memberikan teladan & forum praktek untuk mengembangkan keahlian
orang tua yang efektif.
4. Evaluasi
1. Anak tidak mengalami cedera
2. Mekanisme koping keluarga menjadi efektif
3. Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan
tingkatan umurnya
4. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang
5. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik, seksual atau emosional atau
penelantaran anak atau anak-anak. Di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) and the Department for Children And Families (DCF) (Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit(CDC) dan Departemen Anak dan Keluarga (DCF)) mendefinisikan
penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan atau kelalaian oleh
orang tua atau pengasuh lainnya yang mengakibatkan kerugian, potensi bahaya, atau
ancaman membahayakan anak. Penyalahgunaan anak dapat terjadi di rumah anak, atau
dalam organisasi, sekolah atau komunitas anak berinteraksi. Ada empat kategori utama
kekerasan terhadap anak: pengabaian, kekerasan fisik, kekerasan psikologis atau emosional,
dan kekerasan seksual. Etiologi, faktor penyebab kekerasan pada anak baik kekerasan fisik
atau psikhis yaitu: Stress yang berasal dari anak, Stress keluarga, dan Stress berasal dari
orang tua. Manifestasi klinis atau dampak dari kekerasan anak baik fisik ataupun pshikis
yaitu: Akibat pada fisik anak, Akibat pada tumbuh kembang anak, Akibat dari penganiayaan
seksual. Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis yang lengkap, laboratorium
dan radiologi. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak
adalah melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegak hukum dan keamanan dan
Media massa.

B. Saran
Kekerasan memang tidak dapat ditolerir, apalagi terhadap anak. Menyarankan agar orang
tua bahkan semua orang 'bergerak' bila mengetahui anak mengalami kekerasan. Tidak perlu
ragu meski pelaku kekerasan datang dari kerabat atau pasangan Anda sendiri. Sebab bila
ada seseorang yang mengetahui ada anak mendapat kekerasan, namun tidak ada tindakan
akan terancam tahanan 5 tahun penjara sesuai pasal 78 Tahun 2002. Berpikir untuk
bertindak menyudahi kekerasan ini merupakan langkah apik yang pertama. Selanjutnya
orangtua dapat melakukan : o Menegur pelaku tindak kekerasan. Bentuk teguran tidak
harus keras, point terpenting adalah pelaku menyadari bahwa perilakunya itu menyimpang
dan merugikan anak.

 Berikan masukan bagaimana cara menangani anak untuk kasus pengasuh atau
seseorang yang melakukan kekerasan karena tidak sabar menghadapi anak. Ingatkan
bahwa anak-anak belum bisa bersikap seperti orang dewasa.
 Hentikan dengan paksa bila pelaku masih melakukan kekerasan. Bila kekerasan
dilakukan oleh pengasuh seperti pembantu atau baby sitter, segeralah memutuskan
kontrak kerja.
 Laporkan pada pihak yang berwajib bila luka yang diakibatkan oleh kekerasan masuk
dalam kategori fatal, misalnya luka robek yang parah, luka tusuk, atau pemerkosaan.
 Memantau tumbuh kembang anak sesuai dengan usia perkembangannya. Jika tidak
sesuai dengan tahap perkembangannya, segeralah datang ke ahli medis tumbuh
kembang, misalnya psikolog.
 Lakukan fisum untuk kasus kekerasan secara fisik. Sehingga saat Anda ingin
melaporkan pelaku pada pihak berwajib, Anda memiliki bukti otentik .

Anda mungkin juga menyukai