Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mohammad Syahronny

Nbi : 1112000138
Matkul : Analisis Kebijakan Publik ( A )

Soal :

1. Carilah 5 Definisi Analisis Kebijakan Publik!


2. Jelaskan Tentang Substantive dan Prosedural Polices serta Berikan Masing-masing
contohnya!
3. Jelaskan tentang proses kebijakan publik!
4. Bagaimana cara kerja analisis kebijakan?
5. Jelaskan pengertian informasi dan apa pentingnya informasi dalam pembuatan kebijakan!

Jawaban :

1.
- Homas R. Dye (1978)
"Public policy is whatever governments choose to do or not to do" (Kebijakan publik adalah
apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan). Definisi ini
termasuk yang ringkas atau tidak kompleks, tetapi banyak mendapat perhatian di kalangan
ahli kebijakan untuk ditelaah. Bagi Dye, kebijakan publik itu harus mencakup bukan saja
apa yang benar-benar diinginkan pemerintah untuk melakukan sesuatu, tetapi juga apa yang
tidak dilakukannya. Mengapa? Karena menurut Dye, baikyang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan mempunyai dampak atau konsekuensi yang sama
besarnya terhadap masyarakat.

Contoh,
misalnya Ketika pemerintah RI belum membuat larangan tentang peredaran minuman
keras secara bebas mempunyai dampak yang sama besarnya kepada masyarakat dengan
ketika pemerintah RI telah membuat kebijakan yang melarang peredaran secara bebas
minuman keras tersebut. Maknanya, sebelum pemerintah membatasi ruang peredaran
minuman keras (berarti pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu) akan
berdampak negatif pada banyaknya perilaku peminum yang tidak terkendali seperti
hilangnya kesadaran, tindak kriminal, dan sebagainya, kemudian setelah pemerintah
membatasi peredarannya (berarti pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu)
diharapkan berdampak positif, yaitu semakin banyaknya perilaku masyarakat yang positif
dan menekan angka tindak kriminal. Jadi, baik memilih melakukan atau tidak melakukan
sesuatu keduanya sama-sama mempunyai konsekuensi. Berdasarkan definisi ini setidaknya
Anda bisa memahami bahwa kebijakan publik itu dibuat oleh aktor pemerintah yang isi
atau substansinya adalah mengenai apa yang dipilih oleh aktor pemerintah untuk dilakukan
dan dipilih untuk tidak dilakukan. Ini adalah definisi yang singkat, tetapi cukup substansial

- James E. Anderson (1979)


"A purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a
problem or matter of concern" (Serangkaian tindakan yang bertujuan dan dilakukan serta
diikuti oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah tertentu).

Penjelasannya Anderson tersebut menegaskan bahwa definisi kebijakan publik tersebut


mempunyai 5 macam implikasi, yaitu (1) setiap kebijakan pasti bertujuan atau mempunyai
tujuan tertentu yang hendak dicapai; 2) kebijakan itu terdiri dari serangkaian tindakan atau
pola-pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah; 3) kebijakan itu merupakan
apa yang benar-benar dilakukan pemerintah dan bukanlah apa yang pemerintah
berkeinginan melakukan sesuatu atau hendak melakukan sesuatu; 4) kebijakan itu bisa
berbentuk positif ataupun negatif; dan 5) kebijakan publik setidak-tidaknya dalam
bentuknya yang positif didasarkan pada hukum dan karenanya bersifat otoritatif. Tentunya
kelima implikasi tersebut adalah menjadi haknya Anderson untuk mengemukakannya
walaupun definisinya juga termasuk yang singkat dan substansial.

Makna kebijakan publik menurut pandangan Anderson adalah bahwa kebijakan publik itu
dirumuskan oleh seorang aktor (eksekutif, misalnya SK Presiden) atau sejumlah aktor
(eksekutif dan legislatif, misalnya UU dan yudikatif untuk menguji material UU dan
sebagainya) bahkan di era kepemerintahan (governance) aktor nonpemerintah seperti
swasta dan lembaga pelayanan masyarakat (Community Service Organization), media
massa, universitas, dan seterusnya juga diikutsertakan dalam proses kebijakan misalnya
kebijakan tentang 'Pembangunan Berkelanjutan'; berupa serangkaian tindakan pemerintah
yang mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk mengatasi masalah tertentu, yang
didasarkan pada aturan hukum yang bersifat memaksa (otoritatif), artinya mutlak harus
ditaati oleh pihak-pihak terkait, untuk mengatasi masalah tertentu. Jadi, setiap kebijakan
publik itu harus jelas siapa aktor-aktor yang terlibat di dalamnya dan jelas pula tujuan yang
hendak dicapainya. Dapat diberikan contoh di sini misalnya pemerintah membuat
kebijakan tentang "Lingkungan Hidup" maka secara otoritatif pemerintah dapat melakukan
berbagai tindakan untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan lestari menekan
sekecil mungkin terjadinya kerusakan lingkungan. Demikian pula misalnya untuk
mendukung bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat maka pemerintah membuat
kebijakan tentang "Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat". Kebijakan ini harus
mempunyai tujuan yang jelas, yaitu pemerintah memberikan jaminan pelayanan kesehatan
yang memuaskan bagi masyarakat dengan menyediakan tenaga medis dan paramedik yang
cukup dan profesional, rumah sakit dan puskesmas yang berkualitas, biaya pelayanan
kesehatan yang terjangkau dan pelayanan yang merata bagi seluruh masyarakat kita.

- William J. (1978)
"Public policy as a set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors
cencerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified
situation where those decisions should, in principle, be within the power of those actors to
achieve " (Kebijakan public adalah serangkaian keputusan yang dibuat oleh seorang aktor
atau sekelompok aktor politik mengenai pemilihan tujuan-tujuan dan cara untuk mencapai
tujuan dalam suatu situasi tertentu di mana keputusan-keputusan tersebut selagianya secara
prinsip masih berada dalam kekuasaan aktor-aktor tersebut untuk mencapainya). Definisi
di atas dapat dimaknai bahwa kebijakan publik itu berisi sejumlah keputusan yang
terangkai (tidak tunggal tetapi banyak keputusan dan tidak terpisah), tujuannya jelas
termasuk cara untuk mencapai tujuan tersebut, dibuat untuk merespons masalah yang
terjadi pada suatu situasi tertentu oleh seorang aktor atau sejumlah aktor politik (eksekutif,
legislative dan yudikatif, termasuk pula aktor nonpemerintah). Berdasarkan definisi ini,
bila dilihat dari aspek aktor yang terlibat, yaitu seorang aktor atau sejumlah aktor, mirip
dengan apa yang dikemukakan oleh Anderson.

Kelebihan Jenkins adalah menambahkan dengan kata 'politik' setelah kata aktor sehingga
menjadi aktor politik. Ini mempunyai arti bahwa dalam proses kebijakan publik yang
terlibat adalah aktor pemerintah (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) dan juga aktor
nonpemerintah (swasta, LSM, media, dan lain-lain). Selain itu, juga ditegaskan oleh
Jenkins bahwa perumusan kebijakan itu dalam rangka merespons masalah sosial yang
terjadi pada situasi tertentu. Tentunya tidak sembarang masalah perlu diatasi lewat sebuah
kebijakan publik, tetapi masalah social yang strategis yang menyentuh kepentingan orang
banyak dan tingkat urgensinya sangat tinggi. Mereka yang berkewenangan perlu segera
membuat kebijakan publik untuk mengatasi masalah tersebut. Contoh, misalnya kebijakan
tentang "Pengentasan Kemiskinan" dibuat untuk mengatasi semakin tingginya jumlah
penduduk miskin, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Juga kebijakan "Selamatkan
Bumi Kita" dibuat untuk menanggulangi semakin tingginya tingkat kerusakan bumi akibat
ulah tangan manusia: penebangan hutan tropis, pemanasan global, perubahan iklim, polusi
udara, air, dan sebagainya. Masih banyak lagi yang lain di mana Anda pun bisa mencermati
masalah sosial strategis yang terjadi di lingkungan sekitar kita

- Easton (1969)
Mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk
seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam pengertian ini hanya pemerintah
yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut
merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari
pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

- Leo Agustino (2008: 6)


Leo Agustino mendefinisikan pengertian kebijakan publik sebagai suatu hubungan yang
terjadi di antara unit pemerintah dengan lingkungannya. Banyak pihak yang beranggapan
bahwa definisi tersebut terlalu luas. Terlebih untuk dipahami, sebab apa yang dimaksud
dengan kebijakan publik bisa mencakup banyak hal.

2.
Substantive Policies adalah kebijakan yang dilihat dari substansi masalah yang di hadapi
oleh pemerintah. Misalnya: kebijakan politik luar negeri, kebijakan dibidang pendidikan,
kebijakan ekonomi, dan sebagainya. Dengan demikian yang menjadi tekanan dari
substantive policies adanya pokok masalahnya kebijakan.

Procedural Policies adalah suatu kebijakan yang dilihat dari pihak-pihak mana saja yang
terlibat dalam perumusan kebijakan publik, serta cara bagaimana suatu kebijakan publik
diimplementasikan, contoh: dalam pembuatan suatu kebijakan publik meskipun ada
InstansiOrganisasi Pemerintah yang secara fungsional berwenang membuatnya, misalnya
Undang- undang tentang Pendidikan, yang berwenang membuat adalah Departemen
Pendidikan Nasional, tetapi dalam pelaksanaan pembuatannya, banyak instansiorganisasi
lain yang terlibat, baik instansiorganisasi pemerintah ataupun organisasi bukan pemerintah,
yaitu antara lain DPR, Departemen Hukum HAM, Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI, dan Presiden yang mengesahkan
Undang-undang tersebut
3.
Proses Analisis Kebijakan Publik

- Fase Penyusunan Agenda


Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu
lama.

Ilustrasi : Legislator negara dan co- sposornya menyiapkan rancangan undang- undang
mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui. Atau
rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.

- Fase Formulasi Kebijakan


Karakteristik : Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah.
Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan
dan tindakan legislatif.

Ilustrasi : Peradilan Negara Bagian mempertimbangkan pelarangan penggunaan tes


kemampuan standar seperti SAT dengan alasan bahwa tes tersebut cenderung bias terhadap
perempuan dan minoritas.

- Fase Adopsi Kebijakan


Karakteristik : Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas
legislatif, konsensus di antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

Ilustrasi : Dalam keputusan Mahkamah agung pada kasus Roe.v. Wade tercapai keputusan
mayoritas bahwa wanita mempunyai hak untuk mengakhiri kehamilan melalui aborsi.

- Fase Implementasi Kebijakan


Karakteristik : Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang
memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

Ilustrasi : Bagian Keuangan Kota mengangkat pegawai untuk mendukung peraturan baru
tentang penarikan pajak kepada rumah sakita yang tidak lagi memiliki status pengecualian
pajak.

- Fase Penilaian Kebijakan


Karakteristik : Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemeritnahan menentukan
apakah badan-badan eksekutif, legislatif dan peradilan undang-undang dalam pembuatan
kebijakan dan pencapaian tujuan.

Ilustrasi : Kantor akuntansi publik memantau program- program kesejahteraan sosial


seperti bantuan untuk keluarga dengan anak tanggungan (AFDC) untuk menentukan
luasnya penyimpangan/korupsi.
4.

- Tujuan yang akan dicapai, mencakup kompleksitas tujuan yang akan dicapai. Jika
tujuan semakin kompleks maka akan semakin sulit mecapai kinerja kebijakan,
begitupun sebaliknya.

- Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan.
Suatu kebijakan yang mengandung berbagai cariasi nilai akan jauh lebih sulit dicapai
dibandingkan dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar suatu nilai. Secara
sederhana misalnya jika dibandingkan antara kebijakan e-budgeting yang lebih
mengedepankan nilai transparansi dengan kebijakan adanya bantuan operasional
sekolah yang lebih mengedepankan nilai keadilan.

- Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan
oleh sumber daya finansial, manusia, material, infrastruktur, dan lainnya.

- Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan, yang akan


mempengaruhi. Misalnya dari tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,
pengalaman kerja dan integritas marahnya.

- Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya.

5.

Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang dikelola menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya, informasi akan diproses terlebih dahulu agar
penerima mudah memahami informasi yang diberikan. Sederhananya, informasi sudah
diolah menjadi bentuk yang bernilai atau bermakna.

Apa pentingnya? Menurut William N. Dunn (1994) memberikan definisi Anafisis


kebijakan publik sebagai "suatu disiplin Ijmu Sosial Ter&pan yang menggunakan
berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan
mentransformasikan informasi yang relevan dengan kebijakan yang digunakan dalam
lingkungan~ politik tertentu untuk memecahkan masalah-masalah kebijakan.
Dari pengertian Analisis Kebijakan Publik tersebut dapat dilihat bahwa untuk
memecahkan masalah-masalah kebijakan diperlukan informaji.
Dalam perumusan/pembuatan kebijakan, diperlukan informasi, yang berasal dari data
yang telah diolah.
Misalnya pemerintah akan merumuskan/membuat kebijakan kependudukan, maka
untuk ini diperlukan informasi tentang pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk,
kualitas dan strukturumur penduduk. Apabilapemerintah ingin merumuskan/ membuat
kebijakan ekonomi, maka diperlukan informasi tentang sektor-sektor yang potensial
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat,
misalnya: sektor-sektor Industri, Perdagangan, Keuangan/ Perbankan, Pariwisata,
Pertanian, dan Iain-lain.

Anda mungkin juga menyukai