Anda di halaman 1dari 17

Metode/Teknik Akuntansi

Pada umumnya, penggunaan metode akuntansi ada dua yaitu cash basis (kas) dan akrual basis.
Di mana kedua metode ini sering digunakan karena berkaitan dengan prinsip-prinsip akuntansi.
Diantaranya adalah prinsip entitas ekonomi, prinsip periode akuntansi, dan lain sebagainya.
Berikut ini pemaparan mengenai kedua metode akuntansi tersebut.

1. Metode Kas (Cash Basis)

Catatan akuntansi yang disusun menggunakan basis kas mengakui pendapatan dan pengeluaran
sesuai dengan arus kas real-time. Penghasilan dicatat pada saat menerima dana, bukan
berdasarkan pada saat itu benar-benar diperoleh; beban dicatat pada saat dibayarkan, bukan pada
saat terjadi.

Oleh karena itu, dalam metode akuntansi ini, dimungkinkan untuk menunda pendapatan kena
pajak dengan menunda penagihan agar pembayaran tidak diterima pada tahun berjalan.
Demikian juga, dimungkinkan untuk mempercepat pengeluaran dengan membayarnya segera
setelah tagihan diterima, sebelum tanggal jatuh tempo.

Keuntungan Metode Akuntansi Berbasis Kas

 Metode akuntansi berbasis kas membutuhkan usaha yang relatif lebih sedikit dan lebih
mudah dipahami juga dilaporkan. Karena tidak memerlukan banyak staf akuntansi dan
dalam banyak kasus, dapat ditangani sendiri.
 Secara langsung mencerminkan nilai arus kas masuk dan keluar, yang membantu
memahami profitabilitas saat ini dalam hal moneter.
 Ini memungkinkan hanya mencatat penerimaan aktual yang akan dikenakan pajak, bukan
total pendapatan. Metode ini dapat membantu perusahaan dalam perencanaan pajak dan
menghindari beban pajak yang besar dalam periode krisis tunai (arus masuk neto lebih
rendah).
 Cocok untuk ssaha kecil tanpa inventaris atau sedikit aset, pemula dalam membangun
bisnis, dan individu yang umumnya lebih suka metode kasuntuk kemudahan akuntansi.

2. Akrual Basis
Perusahaan yang menggunakan basis akrual untuk akuntansi mengakui pendapatan dan
pengeluaran pada saat mereka diperoleh atau dikeluarkan, terlepas dari kapan kas yang terkait
dengan transaksi tersebut berpindah tangan. Di bawah sistem ini, pendapatan dicatat ketika
diterima daripada saat pembayaran diterima; beban dicatat saat terjadi bukan pada saat
pembayaran dilakukan.

Keuntungan Metode Akuntansi Berbasis Akrual

 Metode akrual memberikan gambaran yang lebih akurat, lebih jelas tentang kondisi
keuangan perusahaan, dalam periode akuntansi tertentu.
 Sebagian besar investor dan analis menemukan keuangan yang dilaporkan menggunakan
metode akrual lebih berguna dalam mengukur kinerja perusahaan.
 Metode akrual juga memberikan dasar yang lebih kuat untuk memperkirakan pendapatan
dan pengeluaran di masa depan dan pengambilan keputusan terkait.
 Biasanya perusahaan besar, bonafit, dan perusahaan publik yang menggunakan metode
akrual yang memudahkan menetapkan kriteria tertentu untuk perusahaan yang diharuskan
melakukan penghitungan pajak.

Prinsip Akuntansi

1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini mengakui
konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudny, bahwa suatu perusahaan adalah sebuah
kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan pribadi pemilik ataupun
entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri dan terpisah adalah dalam hal aset atau kekayaan
perusahaan. Jadi akuntansi menuntut adanya pemisahan aset perusahaan dengan kekayaan
pribadi pemilik perusahaan yang bersangkutan. Seluruh pencatatan atas semua transaksi
keuangan yang terjadi tidak boleh dicampur antara pencatatan perusahaan dengan
pencatatan pribadi pemilik.
Prinsip ini juga berlaku untuk utang atau kewajiban. Antara utang perusahaan dengan utang
pribadi pemilik harus terpisah dengan jelas. Prinsip ini menciptakan adanya tanggung jawab
yang jelas terhadap keuangan perusahaan.

2. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)

Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah penilaian dan
pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu. Prinsip ini bertujuan
untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur. Periode akuntansi yang umum dipakai
dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

3. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)

Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam bentuk
mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non kuantitatif ini
seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya. Faktor-faktor ini tidak termasuk
dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun dilaporkan dalam bentuk uang. Jadi
prinsip moneter menekankan pada pencatatan yang terbatas pada segala sesuatu yang bisa diukur
dan dinilai dengan satuan uang

4. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas suatu
barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa
tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi, maka yang dinilai dan dicatat
adalah harga jadi yang disepakati bersama.

Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa digunakan
seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan harga perolehan atau harga akuisisi
dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan biaya.

Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh kedua belah pihak
yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh, sebidang tanah memiliki harga
pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp 100.000.000,- Namun sebuah perusahaan mampu
membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,- Maka yang diakui dan dicatat adalah Rp
90.0.0 sebagai harga kesepakatan antara penjual dengan perusahaan tersebut.

5. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)

Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan beroperasi terus-
menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada perusahaan yang menginginkan
usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali terjadi peristiwa tertentu misal bencana alam.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi keuangan
secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna informasi akuntansi.

Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi yang terjadi
pada 1 periode. Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1 laporan. Maka pada
laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan yang diperlukan yang tidak
terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut berupa catatan kaki atau lampiran
yang berisi :

 Metode akuntansi yang digunakan


 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi, taksiran,
dan lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan bagaimana perlakuan
perusahaanterhadap perubahan yang terjadi tersebut
 Kontrak pembelian atau kontrak penting lain
 Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat
 Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainnya
 Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail
tentang akun tertentu yang dianggap penting dan material.
7. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan usaha seperti
penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar yang digunakan
untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diperoleh atas transaksi
keuangan tersebut.

Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada kepastian nilai
nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara kas belum diterima
perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh pelaku usaha sehingga
memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan. Contoh ketentuan lain tersebut di
antaranya :

 pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai


 pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang masih
dalam proses produksi
 pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan.
8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusaan dipertemukan atau di-
matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk menentukan nilai
penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada prinsip pengakuan
pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya tidak bisa
dilakukan.

Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak berhubungan
langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya administrasi. Biaya administrasi
adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pendapatan meski mendukung terjadinya
pendapatan itu sendiri. Biaya ini bisa dibebankan pada periode terjadinya pendapatan
tersebut. Biaya semacam itu sering disebut dengan Period Cost.

Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan dengan produksi
tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti ini akan ditunda
pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau dibagi ke dalam periode-
periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian biaya tersebut dihitung berdasarkan
jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan manfaat dari biaya tersebut.

Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan
menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan adanya
jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan pendapatan.

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan keuangan
secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan kebijakan yang
digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode bisa
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode sebelumnya, sehingga bisa
memberikan manfaat bagi para penggunanya. Dengan penggunaan metode dan prosedur secara
konsisten, maka jika ada perbedaan yang terjadi bisa diketahui dengan cepat.

Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur akuntansi.
Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan memberikan penjelasan alasan
penggantian tersebut pada laporan keuangan perusahaannya.

10. Prinsip Materialitas

Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan akuntansi
secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa dijual. Jika tidak
material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.

Standar Akuntansi

PSAK-IFRS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan-International Financial Report Standard (PSAK) adalah


nama lain sari SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang diterapkan Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) pada Tahun 2012 lalu. Standar ini digunakan untuk badan atau bisnis yang memiliki
akuntabilitas publik, yaitu badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar
modal seperti perusahaan publik, asuransi, perbankan, BUMN, ataupun perusahaan dana
pensiun).

PSAK sama dengan SAK, sama-sama bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan bagi
pengguna laporan keuangan. Sedangkan penggunaan IFRS sendiri ditentukan karena Indonesia
merupakan anggota IFAC (Internatinal Federation of Accountants) yang menjadikan IFRS
sebagai standar akuntansi mereka.

SAK-ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik (SAK-ETAP) digunakan
untuk entitas yang akuntabilitas publiknya tidak signifikan dan laporan keuangannya hanya
untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. ETAP merupakan hasil penyederhanaan standar
akuntansi IFRS yang meliputi tidak adanya laporan laba/rugi komprehensif, penilaian untuk aset
tetap, aset tidak berwujud, dan properti investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan
harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar, serta tidak ada
pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan karena beban pajak diakui sebesar jumlah pajak
menurut ketentuan pajak.

Jika hal ini diterapkan dengan tepat, unit bisnis kecil dan menengah dapat membuat laporan
keuangan tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan dapat dilakukan audit terhadap laporannya
tersebut.

PSAK-Syariah

PSAK-Syariah merupakan pedoman yang dapat digunakan untuk lembaga-lembaga kebijakan


syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, badan zakat, dan lain sebagainya.
Pengembangan standar akuntansi ini dibuat berdasarkan acuan dari fatwa yang dikeluarkan oleh
MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Standar ini terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar
penyajian laporan keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah,
murabahah, salam, ijarah, dan istishna.
SAP

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) telah ditetapkan sebagai peraturan pemerintah yang
diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). SAP dibuat untuk menjamin
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara demi terwujudnya
pemerintahan yang baik dan bersih.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum

PABU atau prinsip akuntansi berterima umum adalah suatu kerangka pedoman operasional yang
terdiri dari standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi
(yuridis), teoritis, dan praktis.

Sebagai pedoman operasional PABU akan menjadi kriteria untuk menentukan apakah Laporan
Keuangan telah menyajikan informasi keuangan dengan baik, benar, dan jujur.Atau yang secara
teknis disebut menyajikan secara wajar (present fairly).

Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)

Kerangka konseptual yang berfungsi sebagai semacam konstitusi hanya memuat konsep-konsep
umum yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai ‘ konstitusi akuntansi’ di suatu negara.

Konstitusi tersebut harus dijabarkan/ diuraikan dalam bentuk ketentuan atau pedoman
operasional teknis, atau praktis sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap praktik dan
perilaku.

Pedoman dapat ditentukan secara resmi oleh badan yang berwenang dalam bentuk standar
akuntansi (accounting standards).

Atau dapat juga berupa pedoman-pedoman yang baik dan telah banyak dipraktikan, dapat
digunakan sebagai acuan bila hal tersebut tidak bertentangan dengan kerangka konseptual.
Kedua pedoman tersebut secara keseluruhan membentuk kerangka pedoman operasional yang
disebut generally accepted accounting principles (prinsip akuntansi berterima umum/
PABU/GAAP).

Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang
diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Akan mempengaruhi pengakuan, pengukuran dan penyajian atas elemen seperti aset, liabilitas,
ekuitas, pendapatan dan beban, pada laporan keuangan.

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan


prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan
atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang
paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk
keadaan keuangan dan hasil operasi.

Tujuan Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi dibuat untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi:

1. relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan; dan

2. dapat diandalkan, dengan pengertian: mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi
keuangan organisasi; menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan
tidak semata-mata bentuk hukumnya; netral yaitu bebas dari berpihakan; mencerminkan kehati-
hatian; dan mencakup semua hal yang material.

Sifat Dasar Informasi Akutansi

Ciri-ciri dasar informasi akuntansi adalah informasi itu tersedia untuk umum dengan sedikit
biaya/tidak sama sekali, biaya publikasi dan produksinya ditanggung perusahaan. Beberapa teori
akuntansi dapat berfokus pada masalah khusus, seperti preferensi manajemen, akuntan,
perorangan, atau pasar, atau kelompok lain. Tetapi, kebijakan akuntansi nasional harus
mempertimbangkan kesejahteraan sosial yang lebih luas.

Keseragaman Dan Keterbandingan

Keseragaman (uniformity) sering dianggap untuk kepentingan sendiri. Tujuan yang sebenarnya
haruslah keterbandingan (komparabilitas). Dalam hal tidak terdapat bukti satu prosedur lebih
baik daripada prosedur lain, perbedaan prosedur yang digunakan oleh berbagai perusahaan dalam
suatu industri diperkenankan hanya bila kondisi dalam beberapa perusahaan tidak sama. Karena
tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi ekonomi, ada baiknya perusahaan
diperkenankan membuat beberapa pilihan selama para investor dan kreditor tidak dirugikan dari
tindakan itu. Akibatnya, disarankan kebijakan akuntansi harus berdasarkan pertimbangan teknis
sehingga tidak berat sebelah terhadap pihak-pihak berkepentingan.

Pertimbangan Kebijakan Akuntansi

Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan
penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:

1. Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui dalam penyusunan
laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau
disembunyikan.

2. Substansi Mengungguli Bentuk

Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan hakekat
transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau
kejadian.

3. Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material yang
mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.

Laporan keuangan harus jelas dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan akuntansi yang
berbeda di antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam satu negara maupun antar
negara. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar laporan
keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu pemakai
laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk
suatu komponen neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari
pengungkapan kebijakan terpilih.

Kebijakan Akutansi Bagi Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda, seperti pemegang
saham, kreditur dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi pemasok, pelanggan, organisasi
perdagangan, analis keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi, petugas
pajak dan pihak yang berwenang membuat peraturan.

Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai
bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan
keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian handal jika laporan keuangan tidak
mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan
laporan keuangan.

Kebijakan Akuntansi

1. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (sekarang Bapepam dan LK)
Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical
cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana
diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut, antara lain persediaan yang
dinyatakan sebesar nilai uang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the
lower of cost or net realizable value). Laporan keuangan konsolidasi ini disusun dengan metode
akrual, kecuali laporan arus kas.

Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan
mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah
mata uang Rupiah (Rp).

2. Prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang
dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50 %, baik langsung maupun tidak
langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi
dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut.
Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara
karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu
dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak
perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan.

Saldo atas transaksi termasuk keuntungan atau kerugian yang belu direalisasi atas transaksi antar
perusahaan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan
anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama
untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan
menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan
keuangan anak perusahaan tersebut.
Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi
pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan
presentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut.

Kerugian yang menjadi bagian pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat
melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang
menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham
mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk
menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya.
Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus
terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian
pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup.

Pada saat akuisisi, aktiva dan kewajiban anak perusahaan diukur sebesar nilai wajarnya pada
tanggal akuisisi. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian perusahaan atas nilai wajar aktiva
dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal transaksi, maka nilai wajar
aktiva non moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proporsional, sampai seluruh selisih
tersebut tereliminasi. Sisa selisih lebih setelah penurunan nilai wajar aktiva dan kewajiban
nonmoneter tersebut diakui sebagai goodwill negative, dan diperlakukan sebagai pendapatan
ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan dengan menggunakan garis lurus selama 20 tahun.

3. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan, kecuali Mayora Nederland B.V, diselenggarakan
dalam mata uang Rupiah. Transaksi–transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing
dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aktiva dan
kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku
pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan
pada laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.

4. Transaksi Hubungan Istimewa

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah antara lain sebagai berikut:
a. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan atau dikendalikan oleh atau
berada dibawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies,
subsidiaries, dan fellow subsidiaries;

b. Perusahaan asosiasi

c. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan
hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat
dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan keluarga dekat adalah mereka yang dapat
diharapaka mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan
perusahaan pelapor);

d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempengaruhi wewenang dan tanggungjawab untuk
merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota
dewan komisaris, direksi dan manager dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang
tersebut; dan

e. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau
setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut

5. Pajak Penghasilan

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial
telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan
laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

6. Laba per Lembar

Laba perlembar dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang
saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

7. Informasi Segmen
Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha
sedangkan segemen sekunder adalah segmen geografis.

Keanekaragaman Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapannya

Tugas interpretasi laporan keuangan sulit dilaksanakan jika menggunakan berbagai kebijakan
beberapa bidang (akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan lain-lain) atau wilayah
akuntansi yang berbeda (wilayah akuntansi per negara, kumpulan negara dan lain-lain).

Di dunia belum ada sebuah daftar tunggal kebijakan akuntansi dapat digunakan bersama-sama,
sehingga para pemakai dapat memilih dari daftar tunggal itu, sehingga perbedaan pilihan
kebijakan berdasar pertimbangan kejadian, syarat dan kondisi yang serupa.

Contoh berikut adalah bidang yang menimbulkan perbedaan kebijakan akuntansi dan karena itu
diperlukan pengungkapan atas perlakuan akuntansi terpilih:

1. Umum

a. Kebijakan konsolidasi

b. Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan keuntungan dan kerugian
pertukaran

c. Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli umum, nilai penggantian

d. Peristiwa setelah tanggal neraca

e. Sewa guna usaha, sewa beli atau transaksi cicilan dan bung

f. Pajak

g. Kontrak jangka panjang

h. Franchise atau waralaba


2. Aktiva

a. Piutang

b. Persediaan (persediaan dan barang dalam proses) dan beban pokok penjualannya

c. Aktiva dapat disusutkan dan penyusutan

d. Tanaman belum menghasilkan

e. Tanah yang dimiliki untuk pembangunan dan biaya pembangunan

f. Investasi pada anak perusahaan, investasi dalam perusahaan asosiasi dan investasi lain

g. Penelitian dan pengembangan

h. Paten dan merek dagang

i. Goodwill

3. Kewajiban dan Penyisihan

a. Jaminan

b. Komitmen dan kontinjensi

c. Biaya pensiun dan tunjangan hari tua

d. Pesangon dan uang penggantian

4. Keuntungan dan kerugian

a. Metode pengakuan pendapatan

b. Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan–penambahan (improvement)

c. Untung-rugi penjualan aktiva


d. Akuntansi Dana, wajib atau tak wajib, termasuk pembebanan dan pengkreditan langsung ke
perkiraan surplus

Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh diungkapkan dalam
semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi dalam bentuk, kejelasan dan
kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu negara maupun antar negara atas kebijakan
akuntansi harus diungkapkan. Dalam sebuah laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi
yang penting telah diungkapkan sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak
diungkapkan.

Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan akuntansi penting,
tak selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman metode pengungkapan. Pertumbuhan
perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi keuangan internasional telah memperbesar
kebutuhan keseragaman laporan keuangan melewati batas negara.

Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode


sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan
perlu diungkapkan, dampak perubahan secara kuantitatif harus dilaporkan.

Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan
juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai