B. Macam-macam Al-‘Am
Al-‘Am terbagi atas tiga macam:
a) Al-‘Am yang tetap dalam keumumannya ()العام الباقي على عمومه
Qadhi Jalaludin Al-Baqilani mengatakan bahwa al-‘am seperti ini jarang
ditemukan, sebab tidak satu pun lafadz al-‘am kecuali didalamnya terdapat takhsis
(pengkhususan). Tetapi Imam Zarkarsyi dalam Al-Burhan mengemukakan bahwa
al-‘am demikian banyak terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu antara lain: وهللا بكل شيء
(عليمAn-Nisa’ [4]: 176) dan (حرمت عليكم أمهاتكمAn-Nisa’ [4]: 23). Al-‘Am dalam ayat-
ayat ini tidak mengandung kekhususan.
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Haida Karya Agung, Cet.VIII, 1990), Hlm.279.
2
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2007), Hlm. 312.
3
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, hlm.117.
4
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, hlm. 319.
b) Al-‘Am yang dimaksud khusus ()العام المرادبه الخصوص
Misalnya firman Allah: دجمعوا لكم9اس ق9(الذين قال لهم الناس إن النAli ‘Imran [3]:
173). Yang dimaksud dengan “an-nas” yang pertama adalah Nu’aim bin Mas’ud,
sedang “an-nas” kedua adalah Abu Sufyan. Kedua lafadz tersebut tidak
dimaksudkan untuk makna umum. Kesimpulan ini ditunjukkan lanjutan ayat
sesudahnya, ِإَّنَم ا َذ اِلُك ُم الَّش ْيَطاُنsebab isyarah dengan dzalikum ( )ذالكمhanya menunjuk
kepada satu orang tertentu. Seandainya yang dimaksud adalah banyak (jama’),
tentulah akan dikatakan ِإَّنَم ا ُأوآلِئُك ُم الَّش ْيَطاُن.
c) Al-‘Am yang dikhususkan ()العام المخصوص
2. Kaidah al-khash: Kaidah al-khash berarti "kaidah yang khusus". Kaidah ini
menyatakan bahwa ketika ada nash yang bersifat spesifik atau terbatas, maka hukum
6
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, hlm. 318-319.
tersebut hanya berlaku pada kasus yang sesuai dengan spesifikasinya. Dalam konteks
ini, "khash" mengacu pada kata "khusus" atau "terbatas" dalam teks hukum.
Contoh penerapan kaidah al-khash adalah ketika ada hadis yang merujuk pada situasi
tertentu atau pada orang-orang tertentu. Hukum yang terkandung dalam hadis tersebut
hanya berlaku pada situasi atau individu yang spesifik yang disebutkan dalam hadis
tersebut.
Dalam praktiknya, kedua kaidah ini sering digunakan bersama-sama untuk
memahami dan menginterpretasikan hukum Islam. Kaidah al-am digunakan ketika tidak
ada pengecualian atau perbedaan yang jelas, sementara kaidah al-khash digunakan ketika
ada spesifikasi atau kekhususan dalam nash yang membatasi aplikasi hukum tersebut. 7
7
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, hlm.117.
Dalam kedua contoh ini, kaidah al-am digunakan untuk menerapkan hukum secara umum
pada semua kasus yang serupa, sedangkan kaidah al-khash digunakan untuk membatasi
aplikasi hukum pada kasus-kasus yang sesuai dengan spesifikasi dalam nash. Keduanya
saling melengkapi dalam memahami dan menginterpretasikan hukum Islam.