Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TAFSIR QAWA’IDUHU

(KAIDAH ITA’ DAN ITHA, FA’ALA DAN KANA)

Nama : Ahmad Fachriza

NPM : 2231030026

Kelas : C IAT 2022

Dosen : H.M.Tauhid,Lc,.M.A

1. Pengertian dan Perbedaan Ita, dan Itha’


Al-ita’ (‫ )األيتاء‬berasal dari bahasa Arab (‫ايتاء‬-‫ يوثي‬-‫ )أتي‬yang bearti memberikan.
Sedangkan Al-I’tha’ (‫ )عطاءاأل‬berasal dari bahasa Arab (- ‫ األعطاءالعط<<اءة‬-‫ )والعط<<اوة‬yang
bearti pemberian.1

Terdapat perbedaan antara “al-ita’” dengan “al-I’tha’” di dalam al-quran. Al-


juwaini menjelaskan lafaz “al-ita’” lebih kuat dari “al-i’tha’” dalam menetapkan
maf’ulnya, karena “al-I’tha’” mempunyai pola kata mutawa’alah. Dikatakan ‫أعطاني فعتوت‬
( ia memberikan [sesuatu] kepadaku maka aku pun menerimanya). Sedang tentang “al-
ita’” tidak dapat dikatakan ‫( أتاني فأخذت‬ia memberikan [sesuatu] kepadaku maka akupun
memberikannya). Tetapi hendaklah dikatakan: ‫( أت<<اني فأخ<<ذت‬ia memberikan [sesuatu]
kepadaku maka akupun menerimanya)

Fi’il kata kerja yang mempunyai pola mutawa’ah lebih lemah pengaruh maknanya
terhadap maf’ul (obyek) dari pada fi’il yang idak mempunyainya. Dalam hal yang
pertama dapat dikatakan ‫( قطعته فانقطع‬aku memotongnya maka iapun terpotong). Di sini
Nampak jelas bahwa perbuatan pelaku, berhasil tidaknya, bergantung pada keadaan
obyeknya terpengaruh atau tidak. Jika tidak terpengaruh maka ia tidak ada. Oleh karena
itu maka sah dikatakan ‫( قطعت<<ه فم<<ا انقط<<ع‬aku memotongnya tetapi ia tidak terpotong).
Sedangkan dalam fi’il yang tidak mempunyai pola mutawa’ah tidak sah kita menyatakan
demikian. Karena itu tidak boleh dikatakan ‫( ضربته فانضرب أو ما انضرب‬aku pukul dia
maka ia pun terpukul atau tidak terpukul), sebab fi’il atau perbuatan seperti ini bila telah
dilakukan pelaku maka pasti ada pengaruh konkrit terhadap obyeknya, mengingat bahwa
perbuatan pelaku dalam hal fi’il yang tak mempunyai pola mutawa’ah ini tidak
bergantung pada keadaan obyeknya. Dengan demikian maka “al-itha’” lebih kuat (intens)
dari al-I’tha.’”

1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus, Arab-Indojesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 946.
Penggunaan kata “al-ita’” (yu’ti, yu’ta, utiya) dalam ayat ini mengingat bahwa bila
hikmah telah tetap pada tempatnya, maka ia akan menetap di situ selamanya. Contoh
lain:
‫( حتى يعطوا الجزية عن يد و هم صاغرون‬at-taubah:29)
penggunaan “yu’thu” di sini karena jizyah itu bergantung kepada kita (kaum
muslimin) menerima atau tidak, orang non muslim pun tidak membayarkan nya dengan
hati rela melainkan karena terpaksa. Dalam kaitannya dengan kaum muslimin tentang
zakat digunakanlah kata “al-ita’”. Ini mengandung isyarat bahwa seorang mukmin
seharusnya membayar zakat itu dengan kesadaran sendiri secara ikhlas, tidak seperti
pembayaran jizyah.

2. Pengertian dan Perbedaan Fa’ala dan Kana

Lafaz fa’ala digunakan untuk menunjukkan beberapa jenis perbuatan, bukan


hanya satu perbuatan saja, penggunaan lafaz ini adalah untuk meringkas kalimat.2
Lafaz kaana dalam al-Qur’an banyak digunakan berkenaan dengan zat dan sifat-sifat
Allah. Para ahli nahwu dan ahli yang lainnya berbeda pendapat tentang lafaz kaana
tersebut. Ibnu Athiyah menyebutkan dalam tafsir surah al-Fatihah, apabila kaana
digunakan berkenaan dengan sifat Allah maka ia tidak mengandung unsur waktu.
Menurut penelitian Abu Bakar Ar-Razi, penggunaan kaana didalam al-Qur’an terdapat
lima macam yaitu:
a) Dengan makna azali dan abadi dalam firman Allah Q.s An-Nisa: 170.
b) Dengan makna terputus (terhenti) seperti dalam Q.s An-Naml: 48
c) Dengan makna masa sekarang seperti dalam Q.s Ali-Imran: 110 dan Q.s An-Nisa:
103.
d) Dengan makna masa akan datang seperti Q.s Al-Insan: 7
e) Dengan makna sara (menjadi) seperti dalam Q.s al-Baqarah: 34.

3. Fungsi Kaidah Ita’ dan I’tha, Fa’ala dan Kana


Kaidah Ita dan Itha, Kana, dan Fa'ala adalah kaidah tata bahasa dalam bahasa
Arab yang digunakan untuk membentuk kata kerja dan menggambarkan waktu, subjek,

2
Manna Al-Khathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an…hal. 257.
dan objek dalam kalimat. Di bawah ini adalah penjelasan singkat tentang kaidah-kaidah
tersebut:

1. Kaidah Ita dan Itha: Kaidah ini digunakan untuk membentuk kata kerja dalam
bentuk lampau atau selesai (perfect tense) dalam bahasa Arab. Ita digunakan untuk
kata kerja yang dikerjakan oleh subjek laki-laki tunggal, sedangkan Itha digunakan
untuk kata kerja yang dikerjakan oleh subjek perempuan tunggal. Contoh
penggunaan kaidah Ita dan Itha adalah "kataba" (ia menulis) dan "katabat" (ia
menulis, untuk subjek perempuan).
2. Kana: Kana adalah kata kerja bantu yang digunakan untuk mengekspresikan
waktu, keadaan, atau kebiasaan dalam bahasa Arab. Kana dapat digunakan untuk
membentuk kalimat lampau (past tense), sekarang (present tense), atau mendatang
(future tense). Contoh penggunaan Kana adalah "kana yaktubu" (ia sedang
menulis), "kana yaktubu" (ia sedang menulis), dan "sawfa yaktubu" (ia akan
menulis).3
3. Fa'ala: Fa'ala adalah bentuk kata kerja dasar dalam bahasa Arab. Bentuk ini
digunakan untuk membentuk kata kerja dalam kalimat lampau (past tense) untuk
subjek laki-laki tunggal. Contoh penggunaan Fa'ala adalah "kataba" (ia menulis).

Penting untuk dicatat bahwa penjelasan ini hanya memberikan gambaran umum
tentang penggunaan kaidah-kaidah tersebut. Ada banyak aturan dan pengecualian yang
terkait dengan penggunaan kaidah-kaidah ini dalam bahasa Arab yang lebih
rinci dan kompleks.

4. Contoh Penafsiran Kaidah Ita’ dan I’tha Fa’ala dan Kana


Berikut adalah beberapa contoh penafsiran untuk memperjelas penggunaan kaidah Ita dan
Itha, Kana, dan Fa'ala:
a. Kaidah Ita dan Itha:
- Ita: ‫( يكتُب‬ia menulis)
- Itha: ‫( تكتُب‬ia menulis, untuk subjek perempuan)

3
Akrom Fahmi, Ilmu Hahwu dan Sharaf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 7.
Contoh kalimat:
- Ita: ‫أحمُد يكتُب في الكتاِب‬. (Ahmad menulis di buku.)
- Itha: ‫سارُة تكتُب في الكتاِب‬. (Sara menulis di buku.)
b. Kaidah Kana:4
- Kalimat lampau: ‫( كاَن يكُتُب‬ia sedang menulis - lampau)
- Saat ini: ‫( يكُتُب‬ia sedang menulis - sekarang)
- Masa depan: ‫( َس يكُتُب‬ia akan menulis)
Contoh kalimat:
- Lampau: ‫كاَن يكُتُب في الكتاِب‬. (Dia sedang menulis di buku.)
- Saat ini: ‫هو يكُتُب في الكتاِب‬. (Dia sedang menulis di buku.)
- Masa depan: ‫َس يكُتُب في الكتاِب‬. (Dia akan menulis di buku.)
c. Kaidah Fa'ala:
- Fa'ala: ‫( َكَتَب‬ia menulis)
Contoh kalimat:
- ‫َكَتَب أحمُد في الكتاِب‬. (Ahmad menulis di buku.)
Harap diingat bahwa contoh-contoh ini hanya untuk memberikan pemahaman
dasar tentang penggunaan kaidah-kaidah tersebut. Dalam bahasa Arab, terdapat banyak
aturan dan pengecualian yang perlu dipelajari secara mendalam untuk memahami
penggunaan yang lebih lengkap dan kompleks.

4
Manna Al-Khathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an…hal. 257.

Anda mungkin juga menyukai