NPM : 2231030026
Dosen : H.M.Tauhid,Lc,.M.A
Fi’il kata kerja yang mempunyai pola mutawa’ah lebih lemah pengaruh maknanya
terhadap maf’ul (obyek) dari pada fi’il yang idak mempunyainya. Dalam hal yang
pertama dapat dikatakan ( قطعته فانقطعaku memotongnya maka iapun terpotong). Di sini
Nampak jelas bahwa perbuatan pelaku, berhasil tidaknya, bergantung pada keadaan
obyeknya terpengaruh atau tidak. Jika tidak terpengaruh maka ia tidak ada. Oleh karena
itu maka sah dikatakan ( قطعت<<ه فم<<ا انقط<<عaku memotongnya tetapi ia tidak terpotong).
Sedangkan dalam fi’il yang tidak mempunyai pola mutawa’ah tidak sah kita menyatakan
demikian. Karena itu tidak boleh dikatakan ( ضربته فانضرب أو ما انضربaku pukul dia
maka ia pun terpukul atau tidak terpukul), sebab fi’il atau perbuatan seperti ini bila telah
dilakukan pelaku maka pasti ada pengaruh konkrit terhadap obyeknya, mengingat bahwa
perbuatan pelaku dalam hal fi’il yang tak mempunyai pola mutawa’ah ini tidak
bergantung pada keadaan obyeknya. Dengan demikian maka “al-itha’” lebih kuat (intens)
dari al-I’tha.’”
1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus, Arab-Indojesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 946.
Penggunaan kata “al-ita’” (yu’ti, yu’ta, utiya) dalam ayat ini mengingat bahwa bila
hikmah telah tetap pada tempatnya, maka ia akan menetap di situ selamanya. Contoh
lain:
( حتى يعطوا الجزية عن يد و هم صاغرونat-taubah:29)
penggunaan “yu’thu” di sini karena jizyah itu bergantung kepada kita (kaum
muslimin) menerima atau tidak, orang non muslim pun tidak membayarkan nya dengan
hati rela melainkan karena terpaksa. Dalam kaitannya dengan kaum muslimin tentang
zakat digunakanlah kata “al-ita’”. Ini mengandung isyarat bahwa seorang mukmin
seharusnya membayar zakat itu dengan kesadaran sendiri secara ikhlas, tidak seperti
pembayaran jizyah.
2
Manna Al-Khathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an…hal. 257.
dan objek dalam kalimat. Di bawah ini adalah penjelasan singkat tentang kaidah-kaidah
tersebut:
1. Kaidah Ita dan Itha: Kaidah ini digunakan untuk membentuk kata kerja dalam
bentuk lampau atau selesai (perfect tense) dalam bahasa Arab. Ita digunakan untuk
kata kerja yang dikerjakan oleh subjek laki-laki tunggal, sedangkan Itha digunakan
untuk kata kerja yang dikerjakan oleh subjek perempuan tunggal. Contoh
penggunaan kaidah Ita dan Itha adalah "kataba" (ia menulis) dan "katabat" (ia
menulis, untuk subjek perempuan).
2. Kana: Kana adalah kata kerja bantu yang digunakan untuk mengekspresikan
waktu, keadaan, atau kebiasaan dalam bahasa Arab. Kana dapat digunakan untuk
membentuk kalimat lampau (past tense), sekarang (present tense), atau mendatang
(future tense). Contoh penggunaan Kana adalah "kana yaktubu" (ia sedang
menulis), "kana yaktubu" (ia sedang menulis), dan "sawfa yaktubu" (ia akan
menulis).3
3. Fa'ala: Fa'ala adalah bentuk kata kerja dasar dalam bahasa Arab. Bentuk ini
digunakan untuk membentuk kata kerja dalam kalimat lampau (past tense) untuk
subjek laki-laki tunggal. Contoh penggunaan Fa'ala adalah "kataba" (ia menulis).
Penting untuk dicatat bahwa penjelasan ini hanya memberikan gambaran umum
tentang penggunaan kaidah-kaidah tersebut. Ada banyak aturan dan pengecualian yang
terkait dengan penggunaan kaidah-kaidah ini dalam bahasa Arab yang lebih
rinci dan kompleks.
3
Akrom Fahmi, Ilmu Hahwu dan Sharaf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 7.
Contoh kalimat:
- Ita: أحمُد يكتُب في الكتاِب. (Ahmad menulis di buku.)
- Itha: سارُة تكتُب في الكتاِب. (Sara menulis di buku.)
b. Kaidah Kana:4
- Kalimat lampau: ( كاَن يكُتُبia sedang menulis - lampau)
- Saat ini: ( يكُتُبia sedang menulis - sekarang)
- Masa depan: ( َس يكُتُبia akan menulis)
Contoh kalimat:
- Lampau: كاَن يكُتُب في الكتاِب. (Dia sedang menulis di buku.)
- Saat ini: هو يكُتُب في الكتاِب. (Dia sedang menulis di buku.)
- Masa depan: َس يكُتُب في الكتاِب. (Dia akan menulis di buku.)
c. Kaidah Fa'ala:
- Fa'ala: ( َكَتَبia menulis)
Contoh kalimat:
- َكَتَب أحمُد في الكتاِب. (Ahmad menulis di buku.)
Harap diingat bahwa contoh-contoh ini hanya untuk memberikan pemahaman
dasar tentang penggunaan kaidah-kaidah tersebut. Dalam bahasa Arab, terdapat banyak
aturan dan pengecualian yang perlu dipelajari secara mendalam untuk memahami
penggunaan yang lebih lengkap dan kompleks.
4
Manna Al-Khathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an…hal. 257.