PENDAHULUAN
1
3. Apa pengertian kalam tam, kalam naqish, kalam mujab dan
kalam manfi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
d. Terdiri dari (bisa disebut fi’il bisa juga disebut huruf), yaitu:
3
Adat-adat istitsna’ tersebut secara garis besar kesemuanya
itu artinya adalah kecuali, contoh:
saudaranya.2
4. Mustatsna minhu yaitu kata yang menjadi pengecualiannya.
Lafadz yang jatuh sebelum adat istitsna’ (pada umumnya) seperti
4
جلس التال ميذإال محا را3
5
D. Penggunaan Istitsna’ dengan Illa (بإال )مستثنى
Menggunakan istitsna’ dengan إالada tiga (3) hukum, yaitu5:
5
Syaiful Rahman, Nahwu Praktis & Aplikasinya dalam Bahasa Arab Jilid (2), (Surabaya:
Alpha, 2009) hlm. 119
6
Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat, (Yogyakarta: Diva Press, 2010) hlm. 126
6
sempurna, yang menyebutkan mustatsna minhunya serta
didahului oleh huruf nafi atau syibhu nafi. Contoh:
burung)
Kalau kita perhatikan pada beberapa contoh diatas, contoh
yaitu املدرسون. tetapi jumlah tersebut didahului oleh nafi yaitu ما
fa’il (pelaku).7
3. Di i’rabi menurut amil sebelumnya.8 Di I’rab tergantung dengan
kedudukannya dalam jumlah tersebut apabila mustatsnanya
7
Syaiful Rahman, Nahwu Praktis & Aplikasinya dalam Bahasa Arab Jilid (2), (Surabaya:
Alpha, 2009) hlm. 120
8
Muhammad Maftuhin Sholih An-Nadwi, IlmuNahwu,(Surabaya: Al-Hidayah, 1989) hlm.
277
9
Syaiful Rahman, Nahwu Praktis & Aplikasinya dalam Bahasa Arab Jilid (2), (Surabaya:
Alpha, 2009) hlm. 122
7
Maksudnya, kalam yang tidak disebutkan mustatsna minhunya,
dan didahului oleh huruf nafi.10 Contoh:
pelajaran)
kecuali dokter)
ما توكلنا إال علي اهلل (kami tidak bertawakal kecuali pada
Allah)
Kalau kita perhatikan pada beberapa contoh diatas, pada contoh
Pada contoh ketiga, اهلل عليadalah maf’ul bih ghoiru sharikh atau
jar majrur. Dalam hal ini mustatsna dibaca jar karena sebelum
isimnya kemasukan huruf jar.11
10
Rusdianto, Tebas Bahasa Arab Secepat Kilat, (Yogyakarta: Diva Press, 2010) hlm. 127
11
Syaiful Rahman, Nahwu Praktis & Aplikasinya dalam Bahasa Arab Jilid (2), (Surabaya:
Alpha, 2009) hlm. 123
8
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Istitsna’ adalah mengeluarkan (mengecualikan) sesuatu yang
asalnya itu masuk (dalam hukum pembicaraan) atau seperti hal yang
masuk (dalam hukum pembicaraan) dengan adat-adat istitsna’.
Adat istitsna’ yaitu suatu lafadz yang berfungsi mengeluarkan
sesuatu dari hukum kalimat. Mustatsna yaitu kata yang dikecualikan.
Mustatsna minhu yaitu kata yang menjadi pengecualiannya.
Istitsna’ muttashil ialah hendaknya mustatsna merupakan bagian dari
kalam yang sebelumnya. Istitsna Munqathi’ ialah hendaknya
mustatsna bukan termasuk bagian dari dari kalam sebelumnya.
Kalam tam yaitu yang disebutkan mustatsna minhunya. Kalam
naqish yaitu yang tidak disebutkan mustatsna minhunya. Kalam
mujab, yaitu yang tidak didahului oleh nafi ( lafadz yang
menunjukkan arti tidak) atau syibhu nafi (yang menyerupai nafi
seperti nahi dan istifham).Kalam manfi (kalam ghoiru mujab), yaitu
yang didahului oleh nafi atau syibhu nafi.
Menggunakan istitsna’ dengan إالada tiga (3) hukum, yaitu:
wajib nashab, boleh nashab atau boleh menjadi badal (penggantinya)
mustatsna minhu, dan di i’rabi menurut amil sebelumnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10