Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SHARAF
(Isim Marrah Hai’ah,Jamid & Musytaq)

Dosen: Sudi Yahya Husein, LC.M.PD

Oleh

KELOMPOK 7

Muhammad Hakkul Yaqiin (210102108)

Muhamad Rizki Alpiansyah (210102120)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan kami
meminta pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan tema “Isim marrah hai’ah,jamid & musytaq”, Kami pun
menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih mengutamakan
kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Mataram, 03 Oktober 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………........
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………

1. Latar Belakang…………………………………………………………………..

2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….

1. Isim marrah.........................................................................................................

2. Isim hai’ah..........................................................................................................

3. Isim jamid...........................................................................................................

4. Isim musytaq........................................................................................................

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….


1. Kesimpulan……………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa ialah bunyi ujaran yang diujarkan oleh manusia untuk berkomunikasi satu dengan
yang lainnya. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir dan mengkomunikasikan
pikirannya. Menurut Dardjowidjojo (2005:16) bahasa adalah suatu sistem atau simbol
lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka
miliki bersama. Tanpa adanya bahasa, interaksi dan komunikasi antar manusia menjadi
terbatas dan sulit untuk dipahami. Oleh sebab itu, banyak orang yang mempelajari
tentang bahasa. Baik bahasa Indonesia ataupun bahasa asing seperti bahasa Arab.

Bahasa Arab begitu populer sampai saat ini. Hal ini dikarenakan bahasa Arab adalah
bahasa agama, bahasa pengetahuan, dan juga bahasa persatuan umat Islam. Penguasaan
terhadap bahasa Arab merupakan syarat utama untuk mendalami ajaran agama Islam. Al-
Quran secara jelas meletakkan keutamaan bahasa Arab melalui firman Allah SWT dalam
surat Yusuf ayat 2: “Sesungguhnya kami menurunkan Al-Quran berbahasa Arab supaya
kamu menggunakan akal untuk memahaminya”. Dalam kitab Faid al Qadir Syarh al-
Jami‟ al Shaghir susunan Al Manawiy (1976:178) disebutkan dari Ibnu Abbas dengan
riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda : “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal: saya
2 adalah keturuan Arab, Al-Quran berbahasa Arab, dan percakapan penghuni surga
menggunakan bahasa Arab” (Senali 2005:15).

Walaupun dianggap sebagai bahasa asing oleh bangsa Indonesia, kiranya bahasa Arab
tidak asing di telinga mereka, terutama umat Islam. Karena bahasa Arab merupakan
bahasa Al-Qur‟an dan Hadits, dimana keduanya adalah sumber pokok ajaran Islam.
Selain itu bahasa Arab sangat kaya akan kandungannya, sehingga mempelajari bahasa
Arab menjadi kebutuhan setiap orang di berbagai negara, khususnya bagi umat Islam.
Sebagaimana diungkapkan Ali an Najjar (1980: 35 dalam Syahin 1980) dalam (Senali
2005:14), bahwa “Bahasa Arab merupakan bahasa terluas dan terkaya kandungannya,
deskripsi dan pemaparannya sangat mendetail dan dalam”.

B. Rumusan Masalah

1. Isim Marrah

2. Isim Hai’ah

3. Isim Jamid

4. Isim Musytaq
BAB II
PEMBAHASAN

A. Isim Marrah

Ismu al-marrah (‫ )اسم المرة‬adalah istilah untuk sebuah kata dalam bahasa arab yang
menunjukan sebuah kejadian yang terjadi hanya sekali. Contohnya kata ‫َشْر َبة وَأْكَلة وَض ْر بة‬
yang memiliki arti satu kali minum/tenggukan, satu kali makan dan satu kali pukul.

Adapun cara membentuk ismu al-marrah tergantung pada berapa banyak huruf
dalam satu kata. Jika kata tersebut hanya terdiri dari tiga huruf (tsulasi) maka cara
membentuknya cukup dengan menyamakan dengan wazan fa’lah (‫)َفْع َلة‬. Contohnya
adalah ‫َنظرة وَقتلة وَج لسة وَش ربة‬. Misalnya perkataan “‫ ”ضرب األمير اللص ضربة‬artinya bapak
itu memukul pencuri dengan satu kali pukulan.

Kemudian cara membentuk ismu al-marrah dari kata yang terdiri lebih dari tiga
huruf (ghairu tsulasi) adalah dengan mengembalikannya dahulu ke bentuk mashdar
aslinya, baru kemudian ditambahkan ta marbuthah di akhir kata.

Misalnya kata

‫ ة = انتصارة‬+ ‫انتصر – انتصار‬

dan

‫ة = استعمالة‬+‫استعمل – استعمال‬.

Namun jika mashdarnya sudah ada ta marbuthahnya, maka tinggal bumbuhi saja
dengan kata wahidah (‫ )واحدة‬agar menunjukkan “satu kali”. Misalnya kata -‫إقانة واستعان‬-‫أقام‬
‫ استعانة‬maka ismu al-marrahnya adalah ‫إقامة واحدة – استعانة واحدة‬

B. Isim Hai’ah

ismu al-hai’ah (‫ )اسم الهيئة‬adalah istilah dalam bahasa arab yang digunakan pada kata
yang menunjukkan keadaan suatu kejadian. Misalnya kata ‫ ِم شَية – ِج لَس – ِنظَر ة‬yang artinya
keadaan berjalannya, duduknya dan pandangannya.

Adapun cara membentuknya pada kata yang terdiri dari tiga huruf (tsulasi) adalah
dengan menyamakan dengan wazan fi’lah (‫ )ِفْع َلة‬seperti ‫ِم شَية – ِج لَس – ِنظَر ة‬. Contohnya
dalam sebuah kalimat adalah ‫( مشى الرجل ِم ْش َية المتكبر‬orang itu berjalan dengan cara
berjalan orang yang sombong).

Kemudian, jika terdiri dari kata yang lebih dari tiga huruf (ghairu tsulasi) maka cara
membentuknya adalah dengan mengembalikannya dahulu ke bentuk mashdarnya,
kemudian baru ditambahkan dengan kata sifat ataupun dijadikannya kata majemuk
(idhafah).

C. Isim Jamid

1.Pengertian Isim Jamid

‫االسم الجامد هو مالم يؤخذ من غير‬

Isim Jamid yaitu kalimat Isim, yang bentuk kalimatnya tidak diambil dari
kalimat yang lain. Contoh :

‫( رجل‬seorang laki-laki) kalimat tersebut bentuknya tidak diambil dari kalimat lain,
maka ia termasuk Isim Jamid.

‫( علم‬ilmu, pengetahuan) kalimat tersebut bentuknya tidak diambil dari kalimat lain,
maka ia termasuk Isim Jamid.

Berbeda dengan ‫( محّم د‬orang yang terpuji) maka kalimat ini bukan Isim Jamid,
karena bentuk kalimatnya diambil dari ‫) حَّم د‬menurut ulama kufah) atau dari ‫تحميد‬
(menurut ulama basrah), juga ‫( الغفار‬yang maha pengampun) bukan termasuk Isim Jamid
karena kalimat ini adalah bentuk mubalaghah yang diambil dari ‫ غفر‬atau ‫غفران‬.\‫مغفرة‬

2. Pembagian Isim Jamid

Isim Jamid terbagi kepada dua : ‫( اسم الذات‬isim zat) dan ‫( اسم المعنى‬isim ma’na)

a. Isim Jamid Zat (‫ ) اسم الذات‬atau Isim Jenis ( ‫) اسم الجنس‬

‫اسم الذات هو ما لم يؤخذ من لفظه فعل بمعناه‬

Isim Jamid Zat yaitu isim yang tidak diambil dari bentuk lafaznya itu akan
kalimat fi’il (kata kerja) dengan ma’nanya. Contoh:

‫( رجل‬seorang laki-laki), ‫( غصن‬sebuah pohon),‫( نهر‬sungai), maka ketiga kalimat ini


adalah isim Jamid Zat karena tidak bisa dijadikan kalimat fi’il (kata kerja).

Berbeda dengan ‫( حمًدا‬pujian) maka ia bukan Isim Jamid Zat karena bisa
dijadikan kalimat fi’il misalnya : ‫( حمدُت‬aku memuji) ‫( يحمد‬ia sedang memuji) ‫( احمْد‬puji
olehmu!).

b. Isim Jamid Ma’na ( ‫ ) اسم المعنى‬atau Masdar ( ‫) المصدر‬

‫اسم المعنى (المصدر) هو ما دل على معنى مجرد من الزمان‬


Isim Jamid Ma’na (Masdar) yaitu kalimat yang menunjukkan atas
suatu ma’na yang tidak berkaitan dengan waktu, dan bisa dijadikan kalimat fi’il (kata
kerja).

Contoh:

‫( جلوس‬duduk) adalah Isim Jamid Ma’na karena bisa dijadikan kalimat fi’il yaitu
‫( جلسُت‬telah duduk aku), ‫( نجلس‬sedang duduk aku), ‫( اجلس‬duduklah!)

‫( اتحاد‬persatuan) adalah Isim Jamid Ma’na karena bisa dijadikan kalimat fi’il yaitu
‫( اتحدنا‬kami telah bersatu), ‫( نتحد‬kami akan bersatu), ‫( اتحدوا‬bersatulah kalian!)

Isim Jamid Ma’na diambil dari bentuk masdar dari seluruh wazan atau timbangan,
baik tsulatsi (huruf asalnya 3) atau ruba’i (huruf asalnya 4), baik qiyasi (sesuai kaedah)
atau sama’i (dari lisan orang arab), juga dari semua jenis masdar, seperti : masdar mimi
(diawali mim), masdar sina’i (diakhiri ya nisbah), masdar marroh (menunjukkan
kuantitas perbuatan), dan lain-lainnya.

D. Isim Musytaq

Pengertian Isim Musytaq

Isim Musytaq ialah isim yang terjadi atau diambil dari kalimat lain (bisa ditasrif) yang
disifati dengan sifat.[1]

Contoh: ‫ َعاِلٌم‬menunjukkan suatu zat (orang) yang disifati dengan ilmu ( ‫)ِع ْلٌم‬, jadi ‫َعاِلٌم‬
artinya orang yang berilmu.

Pembagian Isim Musytaq

Isim musytaq ada 7 macam, yaitu :

1. Isim fa’il

Yaitu isim sifat yang diambil dari fiil mabni ma’lum untuk menunjukkan makna yang
jatuh pada lafadz yang disifati dengan isim sifat[2].

Wazan isim fa’il dari fi’il tsulasi mujarrot adalah : ‫َفاِع ٌل‬

Contoh :

‫ َكَتَب‬Isim fa’ilnya ‫ َك اِتٌب‬artinya orang yang menulis


‫ َقَر َأ‬Isim fa’ilnya ‫ َقاِر ٌئ‬artinya orang yang membaca
Sedangkan wazan isim fa’il selain tsulasi mujarot, adalah mengikuti wazan fi’il
mudhori’nya, dengan mengganti huruf mudhoro’ahnya menjadi huruf mim yang dibaca
dummah, dan dikasrah hurufnya sebelum akhir.

Contoh:

‫ ُيْك ِر ُم‬- ‫ َأْك َر َم‬Isim fa’ilnya ‫ ُم ْك ِر ٌم‬artinya orang yang menghormati

‫ َيْسَتْغ ِفُر‬- ‫ ِإْسَتْغ َفَر‬Isim fa’ilnya ‫ ُم ْسَتْغ ِفٌر‬artinya orang yang minta ampun

Isim fa’il dapat berperan sebagaimana fi’ilnya yang ma’lum, yaitu merofa’kan fa’ilnya
dan menashobkan maf’ulnya.

2. Isim Maf’ul

Yaitu isim sifat yang diambil dari fiil mabni majhul untuk menunjukkan makna pekerjaan
yang jatuh pada lafadz yang disifati dengan isim sifat[3].

Wazan isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrot adalah ‫َم ْفُعْو ٌل‬

Contoh:

‫ َم ْض ُرْو ٌب‬artinya yang dipukul

Sedangkan wazan isim maf’ul selain dari fi’il tsulasi mujarrot adalah mengikuti wazan
isim fa’ilnya dengan membaca fathah sebelum akhir.

Contoh:

‫ ُم ْك َر ٌم‬dan ‫ُم ْسَتْخ َر ٌج‬

isim maf’ul yang dari fi’il lazim harus diikuti dengan jar majrur atau dzarraf.

Contoh:

‫ ُم َقَّد ٌم َع َلْيِه‬dan ‫ُم ْسَتْفَهٌم َع َلْيِه‬, Jadi tidak boleh hanya ‫ ُم َقَّد ٌم‬dan ‫ ُم ْسَتْفَهٌم‬saja.

Isim maf’ul bisa berperan sebagaimana fi’ilnya yang majhul.

3. Isim Musyabahah

Yaitu isim musytaq yang menunjukkan tentang sifat yang selalu melekat pada mausuf
(yang disifati). Sifat musyabahah bismil fa’il ini dibentuk hanya dari fi’il tsulasi lazim
(fi’il yang tidak mempunyai maf’ul)[4].

Wazan sifat musyabahah bermacam-macam dan hanya bisa diketahui dengan sima’i.
Wazan-wazan itu antara lain, contoh:
‫ َيْش ُجُع‬- ‫ َش ُج َع‬sifat musyabahahnya ‫ ُش َج اٌع‬artinya (selalu) pemberani.

‫ َيِع ُّف‬- ‫ َع َّف‬sifat musyabahahnya ‫ َع ِفْيٌف‬artinya (selalu) menjaga diri

‫ َيْغ َض ُب‬- ‫ َغ ِضَب‬sifat musyabahahnya ‫ َغْض َباٌن‬artinya (selalu) pemarah

Sifat musyabahah bismil fa’il bisa berperan sebagaimana fi’ilnya yang ma’lum.

Adapun fi’il yang bisa dibuat isim tafdhil adalah fi’il tsulasi yang mutasharif (bisa
ditasrif), tam dan ma’lum (kata kerja aktif).

4. Isim Zaman (Waktu) Dan Isim Makan (Tempat).

Isim zaman yaitu isim musytaq yang menunjukkan arti waktu terjadinya suatu pekerjaan.
[5]

Isim makan yaitu isim musytaq yang menunjukkan arti tempat terjadinya suatu pekerjaan.
[6]

Wazan-wazan isim zaman dan makan :

Fi’il tsulasi mujarrot mengikuti wazan ‫ َم ْفَع ٌل‬dan ‫َم ْفِع ٌل‬

a. Wazan ‫ َم ْفَع ٌل‬apabila :

1. Berupa fi’il yang mu’tal lam fi’ilnya. Contoh:

‫ َيْر ِم ى‬- ‫َر َم ْى‬Isim zaman / makannya artinya ‫َم ِرَم ْى‬waktu / tempat melempar.

‫ َيْغُز ْو‬- ‫َغَز ا‬Isim zaman / makannya artinya‫ َم ْغًز ى‬waktu / tempat pertempuran.

‫ َيِقى‬- ‫َو َقْى‬isim zaman / makannya artinya‫ َم ْو ًقى‬waktu / tempat menjaga.

2. ‘Ain fi’il pada fi’il mudhori’nya dibaca dhummah atau fathah

‫ َيْلَع ُب‬- ‫ َلِع َب‬Isim zaman/makannya ‫ َم ْلَع ٌب‬artinya waktu/ tempat bermain.

‫ َيْكُتَب‬- ‫ َكَتَب‬Isim zaman/ makannya ‫ َم ْك َتٌب‬artinya waktu/ tempat menulis.

‫ َيْص َنَع‬- ‫ َص َنَع‬Isim zaman/ makannya ‫ َم ْص َنٌع‬artinya waktu / tempat membuat.

b. Wazan ‫ َم ْفِع ٌل‬apabila:

1. Berupa fi’il yang mu’tal fa’ fi’ilnya.

Contoh:

‫ َيِقُف‬- ‫ َو َقَف‬Isim zaman / makannya ‫ َم ْو ِقٌف‬artinya waktu atau tempat berhenti.


2.‘Ain fi’il pada fi’il mudhori’nya dibaca kasrah.

‫ َيْنِز ُل‬- ‫َنَز َل‬Isim zaman / makannya ‫ َم ْنِز ٌل‬artinya waktu atau tempat turun (rumah).

Adapun isim zaman dan makan dari fi’il selain tsulasi mujarrot mengikuti wazan isim
maf’ulnya.

Contoh:

‫ َيْسَتْخ ِر ُج‬- ‫ ِإْسَتْخ َر َج‬Isim zaman/makannya ‫ ُم ْسَتْخ َر ٌج‬artinya waktu atau tempat minta keluar.

Untuk menentukan bahwa isim-isim tersebut di atas isim zaman atau makan adalah
adanya qarinah yang menjelaskannya.

Misalnya, adanya kata ‫( َأْم ِس‬kemarin) menunjukkan isim zaman. Dan adanya ‫( ُهَنا‬disini)
menunjukkan isim makan.

5. Isim Alat

Yaitu isim yang menunjukkan arti alat suatu pekerjaan.[7] Isim alat ini hanya
terbentuk dari fi’il tsulasi mujarrot yang muta’addi. Adapun wazan isim alat ada 4, yaitu :

a. ‫ ِم ْفَع ٌل‬Contoh ‫ ِم ْنَص ٌر‬artinya alat menolong.

b. ‫ ِم ْفَع اٌل‬Contoh‫ ِم ْفَتاٌح‬artinya alat membuka (kunci).

c. ‫ َفَّعاٌل‬Contoh ‫ َثَّالَج ٌة‬artinya alat pendingin (kulkas).

d. ‫ ِم ْفَع َلٌة‬Contoh ‫ ِمْمَسَح ٌة‬artinya alat menghapus.

Terkadang isim alat ini tidak berupa wazan-wazan tersebut di atas, tetapi menggunakan
kalimat yang lain. Contoh :

‫ َقَلٌم‬artinya pena, ‫ َك ْأٌس‬artinya gelas / piala.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ismu al-marrah (‫ )اسم المرة‬adalah istilah untuk sebuah kata dalam bahasa arab yang
menunjukan sebuah kejadian yang terjadi hanya sekali. Contohnya kata ‫ َشْر َبة وَأْكَلة وَض ْر بة‬yang
memiliki arti satu kali minum/tenggukan, satu kali makan dan satu kali pukul.
Adapun cara membentuk ismu al-marrah tergantung pada berapa banyak huruf dalam satu
kata. Jika kata tersebut hanya terdiri dari tiga huruf (tsulasi) maka cara membentuknya cukup
dengan menyamakan dengan wazan fa’lah (‫)َفْع َلة‬. Contohnya adalah ‫َنظرة وَقتلة وَج لسة وَش ربة‬.
Misalnya perkataan “‫ ”ضرب األمير اللص ضربة‬artinya bapak itu memukul pencuri dengan satu
kali pukulan.
Isim haiah adalah masdar yang menunjukkan kepada keadaan fi’il ketika terjadi.
Isim haiah berwazan ‫ ِفْع َلًة‬apabila 3 huruf, dan tidak mempunyai bentuk selain 3 huruf
(tsulasi). isim jamid dan isim musytaq. Isim jamid ialah isim yang terbentuk bukan berasal
dari kalimat lain.
Sedangkan isim musytaq ialah isim yang terbentuk dan berasal dari kalimat lain, bahkan
menunjukkan sesuatu yang disifatkan dengan sifat.
Isim jamid ada dua macam:
1) Isim zat atau isim jenis
2) Isim ma’na atau masdar

Isim musytaq adalah isim atau kata benda yang berasal dari fi’il, yaitu : isim mashdar, isim
mashdar mim, isim fa’il, isim maf’ul, isim makan, isim zaman, isim alat dan isim tafdhil.

Anda mungkin juga menyukai