Anda di halaman 1dari 19

KORUPSI DAN KOLUSI

Revisi Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah

Hadits Tahlili

Dosen Pengampu :

K.H. Ahmad Sya’roni, MSI.

Oleh:

Muhammad Abdullah Yukfa NIM : 2019.01.01.1308

PROGRAM STUDI AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR SARANG
REMBANG

2021

Korupsi dan Kolusi

Oleh : Muhammad Abdullah Yukfa

A. Pendahuluan
Di tengah hiruk pikuk pergaulan manusia yang melibatkan berbagai
kepentingan dan tingkat kekuatan individu atau kelompok diperlukan
sarana kontrol sosial yang menjamin tidak adanya perilaku manusia yang
mementingkan kepentingan sendiri dan berakibat merugikan orang lain.
Kehadiran hukum di tengah masyarakat memiliki arti penting karena
hukum menyediakan aturan hidup bersama dan menjadikan keadilan untuk
semua. Namun persoalannya hukum dan keadilan itu sendiri tidak jarang
dihadapkan pada tantangan-tantangan praktis.
Sikap manusia terhadap kejahatan berbeda-beda, tergantung dari
pandangan hidupnya. Orang yang bersikap skeptis mungkin akan bertanya,
kalau korupsi dan kolusi itu tak dapat disingkirkan sama sekali, untuk apa
bersusah payah berusaha menegakkan atau memberantasnya? Orang yang
berpikir demikian, selain malas berpikir, lupa bahwa masalah ini memiliki
tiga sisi, di satu pihak pelaku kejahatan ini dan di pihak yang orang lain
atau orang-orang yang menderita yang menjadi kejahatan ini, dan
masyarakat pada umumnya mau tidak mau selalu tersangkut dalam setiap
tindakan kejahatan tersebut akibatnya.
Sebagian besar tindakan yang dianggap korupsi dan kolusi oleh
mereka yang melaksanakan norma dalam sistem politik atau oleh
pengancam di luar sistem, pada dasarnya adalah variasi “transaksi
penukaran”. Dilihat dari teknik yang dipakai, “penukar transaksi” tersebut
menimbulkan beraneka ragam kewajiban dengan sifatnya yang khusus.
Salah satunya adalah teknik korupsi dan kolusi yang paling sering dikutip,
karena perbuatan itu menimbulkan kewajiban paling khas di pihak

2
pemegang jabatan. Makin banyak “transaksi” pertukaran politis, pejabat
yang disuap secara khusus setuju untuk melakukan atau membatalkan
tindakan yang ditujukan sebagai imbalan atas kompensasi yang
ditentukan.
Masalah ini telah lama sejarahnya sejalan dengan sejarah manusia itu
sendiri. Sejak era dahulu kala, tepatnya pada masa Nabi Muhammad
terbukti beliau pernah menunjuk hal itu sebagai persoalan yang harus
diberantas. Tetapi ternyata hingga sekarang ini persoalan tersebut belum
dapat terselesaikan, bahkan masih terjadi di negeri-negeri yang dikenal
sudah maju dan dipandang sudah dapat menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi dan hak-hak asasi manusia untuk masyarakat, seperti Amerika,
Inggris, bahkan Indonesia.
Hukum islam dengan karakteristik ke universalannya, menjadi
sumber pengambilan dasar-dasar hukum yang meletakkan prinsip-prinsip
keadilan, keamanan sosial di setiap dimensi kehidupan. Wacana hukum
Islam dalam hal korupsi dan kolusi dipahami lewat istilah Risywah (suap),
Sariqah (pencurian), Khianat (penghianatan), dll. Untuk itu dalam
makalah kali ini penulis ingin mengupas sedikit tentang korupsi dan
kolusi.
B. Hadith tentang korupsi dan kolusi
Korupsi juga disinggung dalam beberapa hadith salah satunya yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad sebagai berikut:

‫الرمْح َ ِن بْ ِن َزيْ ِد‬


َّ ‫ب قَ َال َح َّدثَيِن َم ْوىَل اجْلَ َهْينَ ِة َع ْن َعْب ِد‬
ٍ ْ‫اس ِم َع ِن ابْ ِن أَيِب ِذئ‬
ِ َ‫اشم بن ق‬
ِ َ ‫حد‬
ُ ْ ُ ‫َّثثنَا َه‬ َ
‫ُّهبَ ِة‬ ِ ِ ِ ُ ‫بْ ِن َخالِ ٍد اجْلُ َهيِن ِّ حُيَد‬
َ َّ ‫ِّث َع ْن أَبِْيه أَنَّهُ مَس َع النَّيِب‬
ْ ‫صلَّى الّلهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َن َهى َع ْن الن‬
.‫َواخْلُْل َس ِة‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Hasyim ibn al-Qasim
dari Ibn Dzi’ab berkata: telah menceritakan kepadaku budak Al-Juhainah
dari Abdurrahman ibn Zaid ibn Khalid al-Juhani menceritakan dari
bapaknya sesungguhnya telah mendengar Nabi sallallah ‘alaih wasallam

3
melarang nuhbah (harta rampokan ) dan khulsah (mengambil harta
dengan rahasia dengan cara yang tidak benar).”1
C. Biografi perawi hadith (Sahabat)

Perawi hadith dalam kutipan hadith di atas adalah Zaid bin Khālid
al-Juhani. Nama lengkap beliau adalah Zaid bin Khālid. Kunyah nya
adalah Abū ‘Abdu al-Rahmān, ada riwayat lain yang mengatakan Abū
Ṭalḥah al-Madani. Berasal dari kabilah Juhainah bin Zaid bin Laith bin
Sūd bin Aslam bin al-Ḥāf bin Quḍā’ah, termasuk dari kalangan sahabat
golongan anshor yang masyhur.

Beliau merupakan sahabat yang masyhur dalam meriwayatkan


hadith. Beliau mendengar langsung hadith dari Nabi Muhammad, selain
dari Nabi Muhammad beliau juga meriwayatkan hadith dari ‘Uthmān bin
‘Affān, Abū Ṭalḥah al-Anṣari, dan dari ‘Āishah Ummu al-Mu`minīn.

Lalu banyak juga yang meriwayatkan hadith darinya, di antaranya


Bish bin Sa’īd, Khālid bin Zaid (anaknya), Khallād bin al-Sāib bin
Khallād, Sa’īd bin al-Musayyib, Abū al-Ḥubāb Sa’īd bin Yasār, ‘Abdullah
bin Qays bin Makhramah, ‘Abdurrahman bin Abī ‘Amrah, dan lain-lain.

Imam Ahmad bin ‘Abdullah al-Barqi berpendapat Zaid bin Khālid


wafat di Madinah pada tahun 78 H. Tetapi ada pendapat lain yang
mengatakan beliau wafat pada tahun 68 H.2

D. Asbab al-Wurud al-Hadith


Dalam Perang Badar ada selembar selimut merah dari barang
rampasan hilang sebelum dibagi-bagi. Sebagian dari orang munafik
mengatakan bahwa selimut itu mungkin diambil oleh rasulullah shallallahu
‘alaih wasallam atau pasukan pemanah.
Tidak pantas dan tidak mungkin rasulullah berbuat khianat
mengambil barang ghanimah (rampasan dalam peperangan). Hal itu

1
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Bab : Hadith Zaid ibn Khalid Al-Jauhani No. Hadith :
17178, (Arab Saudi : Bayt al-Afkār, 1998), hlm. 1227.
2
Yūsuf bin ‘Abdurrahman bin Yūsuf al-Mizī, Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā`i al-Rijāl, (Beirut :
Muassasah al-Risālah, 1400 H), jilid. 10, hlm. 63-64.

4
bertentangan dengan shifat-shifat kemaksuman nabi (terpeliharanya dari
perbuatan yang tercela), akhlaknya yang tinggi yang menjadi contoh
utama. Barang siapa berbuat khianat serupa itu maka ia pada hari kiamat
akan datang membawa barang hasil pengkhiatanya dan tidak akan
disembunyikanya. Setiap orang akan menerima balasan atas amal
perbuatanya baik atau buruk, dan dalam hal balasan itu ia tidak akan
teraniaya. Seperti orang yang berbuat baik dikurangi pahalanya atau orang
yang berbuat buruk ditambah siksaanya.
Rasulullah shallallah ‘alahi wasallam bersabda:

‫َّاس! َم ْن َع ِم َل لَنَ ا ِمْن ُك ْم َع َمالً فَ َكتَ َم خَمِ ْيطً ا فَ َم ا َف ْوقَهعن َف ُه َو غُ لٌّ يَ أْيِت بِ ِه َي ْوَم‬
ُ ‫يَ ا أَيُّ َه ا الن‬
ِ
)‫القيَ َام ِة (رواه مسلم‬
Artinya : “Wahai sekalian manusia! Barang siapa di antaramu
mengerjakan sesuatu untuk kita, kemudian ia menyembunyikan sehelai
barang jahitan atau lebih dari itu, maka perbuatan itu ghulul (korupsi)
harus dipertanggung jawabkan nanti pada hari kiamat.” (Riwayat
Muslim).
E. Mufrodat hadith

- Kata ‫ َن َهى‬berarti melarang, mencegah.3

- Kata “ُ‫ُّهبَ ة‬
ْ ‫ ”الن‬menurut kamus al-munawwir diartikan dengan

perampasan4.

- Kata ‫ اخْلُْل َس ة‬berarti sesuatu yang dirampas, diambil dengan tipuan,

barang yang dicuri.5 Kata ini bermakna melakukan suatu perampasan


dengan cara yang tidak benar, salah satunya dengan cara menipu.
F. Fiqhul hadith
Allah berfirman di dalam surah al-Baqarah ayat 188 :

3
Ibid, hlm. 1471.
4
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progessif, 1984), hlm.
1467.
5
Ibid, hlm. 359.

5
ِ ‫اط ِل وتدلوا هبَا إِىَل احْلُ َّكام لِتَأْ ُكلُوا فَ ِري ًقا ِم ْن أ َْم َو ِال الن‬
ِ‫َّاس بِا ِإلمْث‬ ِ ‫وال تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم بينَ ُكم بِالْب‬
َ ْ َْ ْ َ ْ َ

ُ ‫َوأَْنتُم‬
﴾١٨٨﴿ ‫تعلمو َن‬
Artinya : “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu
dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu
kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian
harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”
Pada bagian pertama dari ayat ini Allah melarang makan harta
orang lain dengan jalan batil. Yang dimaksud makan ialah mempergunakan
atau memanfaatkan, sebagaimana biasa dipergunakan dalam bahasa Arab
dan bahasa lainya. Sedang batil ialah cara yang dilakukan tidak menurut
hukum yang telah ditentukan oleh Allah. Para ahli tafsir mengatakan
banyak hal yang dilarang yang termasuk dalam lingkup bagian pertama
ayat ini, antara lain:
1. Makan uang riba.
2. Menerima harta tanpa ada hak untuk itu.
3. Melaksanakan penipuan terhadap pembeli atau penjaul.
Kemudian pada ayat bagian kedua atau bagian terakhir yang
melarang menyuap hakim dengan maksud untuk medapatkan sebagian
harta orang lain dengan cara yang batil, dengan menyogok atau
memberikan sumpah palsu atau saksi palsu.
G. Pembahasan
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin Corruplio atau Corruplus
yang artinya busuk, buruk, bejad, dapat disuap, menyimpang dari
kesucian, perkataan yang menghina atau memfitnah.6 Dalam KBBI,
korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan (uang negara
atau perusahaan, dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. 7
Kemudian dalam literatur keislaman, istilah korupsi identik dengan

6
Andi Hamzah, Bungai Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, cet. I, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1986), hlm. 197.
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), hlm. 756.

6
Risywah atau Rasywah yang berarti suap atau pemberian sesuatu kepada
seseorang karena ada maksud menyuap. 8
Berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa korupsi adalah
salah satu bentuk pelanggaran hukum, yaitu perbuatan penyalahgunaan
wewenang, kekuasaan, dan menggunakan kesempatan untuk kepentingan
pribadi atau orang lain.
Setelah korupsi ada juga istilah kolusi. Kolusi menurut KBBI
berasal dari bahasa Inggris, yaitu collution artinya kerjasama secara
tersembunyi untuk tujuan tidak terpuji atau persekongkolan.9 Di dalam al-
Qur’an kolusi termasuk ke dalam Ta’āwun ‘Ala al-Ithmi wa al-‘Udwān10
yaitu suatu bentuk kerjasama dalam melakukan kejahatan.
Korupsi dan kolusi masih dapat dibedakan dengan korupsi lebih
dikonotasikan kepada penyalahgunaan kepentingan umum (termasuk di
dalamnya negara, pemerintah, masyarakat, atau organisasi/perusahaan)
untuk kepentingan pribadi atau sekelompok orang. Sedangkan kolusi
cenderung berkonotasi penyalahgunaan kedudukan, wewenang, dan
jabatan untuk mewujudkan maksud dan kepentingan sekelompok orang
yang berkepentingan sama.11
Dari berbagai uraian di atas korupsi dan kolusi merupakan istilah
yang dipakai untuk menunjukan pada suatu bentuk pelanggaran hukum
dan dapat disebut sebagai penyakit dalam pembangunan bangsa dan
negara.
Dalam konteks ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan
tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan (al-‘Adalah),
akuntabilitas (al-Amānah), dan tanggung jawab. Korupsi dengan segala
dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai distorsi terhadap
kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan termasuk perbuatan
fasad (merusak), kerusakan di muka bumi, yang juga amat dikutuk Allah
subhanahu wa ta’ala.
8
Muhammad Adib Bisri dan Munawwir Abdul Fatah, al-Bisyri, (Surabaya: Pustaka Progressif,
1999), hlm. 161.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm.741
10
Q.S. Al-Maidah : 2.
11
Faturrahman Djamil, “KKN dalam perspektif hukum dan moral Islam”, Mimbar Hukum, No. 42,
1999, hlm. 63.

7
Dalam konsep Islam beberapa perbuatan mempunyai persamaan
dengan korupsi dan kolusi, baik itu perbuatan yang terbilang besar
maupun kecil. Di antara perbuatan yang hampir mirip-mirip atau bahkan
sama dengan korupsi dan kolusi antara lain, yaitu :
a. Risywah
Di dalam bahasa Arab korupsi bisa juga disebut dengan risywah

yang berarti penyuapan. Kata risywah terbentuk dari kalimat ‫رش الفرخ‬.12
Adapun secara terminologis risywah adalah sesuatu yang diberikan
dalam rangka kemaslahatan atau sesuatu yang diberikan dalam rangka
membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar.13 Dalam
bahasa sehari-hari risywah dapat diartikan sebagai sogok atau suap. 14
Risywah menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalani adalah setiap uang yang
diberikan kepada pejabat sebagai kompensasi atas pertolongan yang
batil. 15
Islam mengharamkan suap dalam segala bentuk, para ulama fiqh
telah menentukan definisinya yaitu: semua harta yang diberikan kepada
seseorang penguasa, hakim (qoḍi) atau pejabat yang dimaksud untuk
memperoleh keputusan mengenai suatu kepentingan yang mestinya
wajib diputuskan olehnya dalam pembayaran dalam bentuk apapun
juga. Harta atau uang yang diberikan dengan kaitannya dengan soal itu
adalah suap. Semua suap adalah haram apapun bentuk dan jenisnya,
banyak ataupun sedikit, dengan cara apapun dibayarkan atau diberikan,
dan dengan jalan apapun juga harta atau uang itu diterimakan. Dalil
syar’i yang mengharamkan suap adalah kuat, karena berlandaskan pada
nash-nash al-Qur’an dan al-hadith.
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan
tentang risywah, di antaranya :

12
Ibn Manzur, Lisan Al-Arab, (Beirut: Daru Sadir. Tth), Jilid 14, hlm. 332.
13
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm. 1.
14
Abdul Ghani, Hukum Suap Dan Hadiah, (Jakarta: Cendikia, 2003), hlm. 122.
15
Ahmad bin ‘Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bar Syarh al-Bukhari, (Riya: Dar al-Salam,
2001), Jilid 5, hlm. 311.

8
‫ض َعْن ُه ْم َوإِ ْن‬ ِ ُّ ِ‫ب أَ ّٰكلُ و َن ل‬
ِ ‫مَسّٰعو َن لِْل َك ِذ‬
ْ َ‫لس ْحت فَ ِإ ْن َج آءُ ْو َك ف‬
ْ ‫اح ُك ْم َبْيَن ُه ْم أ َْو أ َْع ِر‬ ْ ُْ

ُّ ِ‫اح ُك ْم َبْيَن ُه ْم بِالْ ِق ْس ِط إِ َّن اهللَ حُي‬


‫ب‬ َ ‫ض ُّرْو َك َش ْيئًا َوإِ ْن َح َك ْم‬
ْ َ‫ت ف‬ ْ ‫ُت ْع ِر‬
ُ َ‫ض َعْن ُه ْم َفلَ ْن ي‬
ِِ
َ ‫الْ ُم ْقسطنْي‬
Artinya :”Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar
berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang
Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah
(perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika
kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi
mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara
mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (Al-Maidah :
42).
Ayat ini menjelaskan tentang kebiasaan orang Yahudi yang suka
menerima atau mengambil risywah dalam peradilan, dan mereka selalu
memutuskan keputusan palsu. Ibnu Jarir dalam tafsirnya menjelaskan
ada riwayat lain yang mengatakan ayat ini menjelaskan mengenai
hukum zina muhṣān yang ada di taurat, dan lainnya juga beliau
menjelaskan bahwa Allah ingin mengilustrasikan karakter orang-orang
Yahudi yang suka mendengar berita-berita bohong, suka menyebar
fitnah, gemar merubah hukum Allah, dan gemar menerima risywah
(suap). 16
Berdasarkan penafsiran dan keterangan para mufassirin terkait
ayat di atas dapat dipahami kata suht termasuk di antaranya suap
menyuap, merupakan karakter busuk orang Yahudi dan perilaku ini
akan membuat rusaknya agama secara pribadi dan hilangnya
keberkahan dalam kehidupan.
Sebagai bentuk ketidaksukaan Rasulullah terhadap perilaku
suap, beliau melaknat orang yang menyuap maupun yang disuap.
Rasulullah bersabda :
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Ṭabari, Jāmi’ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’an, (Beirut :
16

Muassasah al-Risālah, t.th), Jilid. 4, Hlm. 95.

9
.‫الر ِاش ي َوالْ ُم ْرتَ ِش ي يِف احْلُ ْك ِم‬
َّ ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ
َ ‫ لَ َع َن َر ُس ْو ُل اهلل‬: ‫َع ْن أَيِب ُهَرْيَرةَ قَ َال‬
)‫(رواه الرتمذي‬
Artinya :”Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah melaknat
orang yang menyuap dan yang menerima suap dalam hukum.” 17
Setelah mengetahui kurang lebihnya definisi risywah, maka
dapat digarisbawahi bahwa unsur-unsur risywah adalah :
1) Penerima risywah, yaitu orang yang menerima suatu dari orang
lain baik berupa harta atau uang maupun jasa supaya
melaksanakan permintaan penyuap, padahal tidak dibenarkan
oleh syara’ baik berupa perbuatan atau justru tidak berbuat apa-
apa.
2) Pemberi risywah, yaitu orang yang menyerahkan harta atau uang
atau jasa untuk mencapai tujuan.
3) Suapan, yaitu harta atau uang maupun jasa yang diberikan
sebagai sarana untuk mendapatkan sesuatu yang didambakan,
diharapkan atau diminta.
b. Ghulul

Ghulul berasal dari kata ‫يغُ ُّل‬-


َ ‫َغ َّل‬ yang berarti berkhianat dalam

pembagian harta rampasan perang dan harta-harta lain, sedangkan


menurut Ibn al-Atsir, ghulul adalah berkhianat mengenai harta
rampasan perang atau mencuri harta tersebut dan setiap orang yang
berkhianat secara sembunyi-sembunyi mengenai urusan sesuatu, maka
ia telah berbuat ghulul. 18
Menurut A’la Rofiqul, ghulul adalah berupa tindakan
penggelapan yang dilakukan seseorang untuk memperkaya diri sendiri.
Ada pula yang menganggap harta ghulul adalah harta yang diperoleh
oleh pejabat (pemerintah atau swasta) melalui kecurangan atau tidak
syar’i, baik yang diambil harta negara maupun masyarakat. Ghulul juga
diartikan sebagai pengkhianatan terhadap kas negara, zakat, atau
17
Mardani, Hadis Ahkam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hlm. 384
18
Irdamisraini, Korupsi Perspektif Pidana Islam: Jurnal Hukum Islam, (Riau: 2008), hlm. 123.

10
ghanimah. Ghulul juga berarti perbuatan curang dan penipuan yang
secara langsung merugikan keuangan negara (masyrakat). Istilah ghulul
sendiri diambil dari al-Qur’an dalam surat Ali Imran 161 :

‫ت‬ ٍ ‫ُك ُّل َن ْف‬


ْ َ‫س َم ا َك َس ب‬ ‫ت مِب َا َغ َّل ي وم الْ ِقيام ِة مُثَّ ُت وىّٰف‬
ِ ْ‫وم ا َك ا َن لِنَيِب أَ ْن يغُ َّل ومن ي ْغلُل ي أ‬
َ َ َ ََْ َ ْ َ ْ َ َ َ ٍّ ََ
‫َوُه ْم اَل يُظْلَ ُم ْو َن‬
Artinya :”Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam
urusan harta rampasan perang. Barangsiapa berkhianat dalam urusan
rampasan perang itu. Maka pada hari kiamat ia akan datang
membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan
diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”
Dalam perspektif ghulul juga dimaknai sebagai penyalahgunaan
jabatan terhadap amanat, hukumnya dan termasuk perbuatan tercela. Di
antara bentuk perbuatan ghulul misalnya menerima hadiah, komisi, atau
apa pun namanya yang tidak halal dan tidak semestinya diterima.
Dalam hal ini terdapat hadith Rasulullah riwayat Abu Daud :
ِ ٰ ‫ع ِن النَّيِب‬
َ ‫اس َت ْع َم ْلنَاهُ َعلَى َع َم ٍل َفَرَزْقنَ اهُ ِرْزقً ا فَ َم ا أ‬
‫َخ َد‬ ْ ‫ َم ْن‬: ‫ص لّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال‬
َ ِّ َ
‫ك َف ُه َو غُلُ ْوٌل‬ ِ
َ ‫َب ْع َد َذل‬
Artinya :”Nabi bersabda : barangsiapa yang kami angkat
menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu, dan kami beri upah
menurut semestinya, maka apa yang ia ambil lebih dari upah yang
semestinya, maka itu namanya ghulul.”
Bentuk lain dari penyalahgunaan jabatan (ghulul) adalah
perbuatan kolutif misalnya kolusi atau mengangkat orang-orang dari
keluarga, teman, atau sanak kerabatnya yang tidak memiliki
kemampuan untuk menduduki jabatan tertentu, padahal ada orang lain
yang lebih mampu dan pantas menduduki jabatan tersebut.

11
Adapun hukuman sebagai akibat perbuatan dari ghulul adalah
disiksa dalam neraka dan mendapat kehinaan di dunia dan akhirat
sebagaimana hadith :
ِ ‫ قَ َال رس و ُل‬: ‫ت قَ َال‬
‫اهلل ﷺ اَل َتغُلُّ ْوا فَِإ َّن الْغُلُ ْوَل‬ ِ ‫الص ِام‬
َّ ‫َو َع ْن عُبَ َاد َة بْ ِن‬
َُْ
‫ص َّح َحهُ ابْ ُن ِحبَّا َن‬
َ ‫و‬,
ِ ‫ رواه أَمْح ُد والن‬.‫اآلخرِة‬
َ ‫َّسائ ُّي‬
ِ
َ َ َ ُ َ َ َ ‫الد ْنيَا َو‬ ُّ ‫َص َحابِِه يِف‬
ْ ‫نَ ٌار َو َع ٌار َعلَى أ‬
Artinya :” Dari ‘Ubadah bin Ṣamit dia berkata : Rasulullah
bersabda : janganlah kalian berkhianat (terhadap harta rampasan
perang) sebelum dibagi. Sebab siksaan perbuatan itu api neraka dan
kehinaan kepada pelakunya di dunia dan akhirat.”19
c. Sariqah
Korupsi jenis sariqah dilihat dari sisi penguasaan harta yang
bukan miliknya. Sariqah berarti mencuri, diambil dari kata bahasa Arab
sariqah yang secara etimologis berarti melakukan suatu tindakan
terhadap orang lain secara sembunyi.
Pencurian jelas dilarang dengan tegas oleh Allah melalui al-
Qur’an surat al-Maidah 38 :
ِ ‫السا ِرقَةُ فَاقْطَعوا أَي ِديهما جزآء مِب َا َكسبا نَ ٰكاًل ِمن‬
‫اهلل َواهللُ َع ِزْيٌز َح ِكْي ٌم‬ َّ ‫السا ِر ُق َو‬
َّ ‫َو‬
َ ََ ً َ َ َ ُ َ ْ ُْ
Artinya :”Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sevagai) pembalasan bagi apa yang
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Penegasan larangan mencuri juga ditegaskan lewat sabda Nabi
Muhammad :

‫ف َوالَّ ِذي‬ َّ ‫ك َم ْن َكا َن َقْبلَ ُك ْم أَن َُّه ْم َكانُ ْوا يُِقْي ُم ْو َن احْلّ َّد َعلَى الْ َو ِضْي ِع َوَيْتُرُك ْو َن‬
َ ْ‫الش ِري‬ َ َ‫إِمَّنَا َهل‬

)‫ت يَ َد َها (رواه البخارى‬ ِ َ‫اطمةَ َفعل‬


ِ َّ ‫َن ْف ِسي بِي ِد ِه لَو أ‬
ُ ‫ك لََقطَ ْع‬
َ ‫ت َذل‬
ْ َ َ َ‫َن ف‬ ْ َ
Artinya :”Bahwasanya yang telah menyebabkan kehancuran
umat sebelum kalian adalah apabila ada kaum lemah mencuri, maka

19
Ahmad bin ‘Ali bin Ḥajar al-‘Asqalānī, Bulūgh al-Marām min Adillat al-Ahkām, (Beirut : Dār
al-Kutub al-‘Ilmiah, 2013), hadith no. 1303, hlm. 270.

12
ditegakkan hukum hadd seadil-adilnya, tetapi sebaliknya jika yang
mencuri bangsawan, dibiarkanlah mereka. Aku bersumpah demi Allah
di mana jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya Fatimah
putri Muhammad mencuri niscaya akan kupotong tangannya.”
Dalam kajian fiqh jinayah, para fuqaha mengklasifikasikan
pencurian ke dalam dua kategori. Pertama, pencurian yang diancam
dengan hukuman hadd (ancaman hukuman yang telah ditegaskan
macam dan kadarnya dalam al-Qur’an atau sunnah). Kedua, pencurian
yang diancam dengan hukuman ta’zir (ancaman hukuman yang bentuk
dan kadarnya diserahkan kepada hakim untuk menetapkannya).
Pencurian baru dapat diancam hukuman hadd jika memenuhi
beberapa unsur. Unsur-unsur itu adalah tindakan mengambil secara
sembunyi-sembunyi, unsur benda yang diambil berupa harta, unsur
benda yang diambil adalah hak orang lain, dan unsur kesengajaan
berbuat kejahatan. Pencurian yang diancam hukuman hadd dibagi
menjadi dua macam : al-Sariqah Sughra (pencurian kecil) dan al-
Sariqah Kubra (pencurian besar).
Dengan demikian bentuk kejahatan terhadap harta terbagi
kepada :
1) Tindak kejahatan terhadap harta yang diancam dengan hukuman
hadd, terdiri dari dua macam :
a) Pencurian yang dikenal sebagai al-Sariqah Sughra
b) Pencurian yang dikenal sebagai al-Sariqah Kubra
2) Tindak kejahatan pencurian yang diancam dengan hukuman
ta’zir, yaitu pencurian dan perampokan yang tidak mencukupi
syarat-syarat untuk dijatuhi hukuman hadd.
d. Khiyanat
Khiyanat adalah tidak menepati amanah dan termasuk salah satu
sifat tercela. Sifat khianat adalah salah satu sifat orang munafiq
sebagaimana sabda Rasulullah bahwa tanda-tanda orang munafiq itu
ada tiga, yaitu apabila berkata berdusta, apabila janji ingkar, dan apabila

13
diberi amanah berkhianat. Oleh karena itu, Allah sangat membenci dan
melarang khianat. Allah berfirman dalam surat al-Anfal 27 :

َّ ‫يَأَيُّ َها الَّ ِذيْ َن ءَ َامُن ْوا اَل خَتُْونُ ْوا اهللَ َو‬
‫الر ُس ْوَل َوخَتُْونُ ْوا أَٰمنٰتِ ُك ْم َوأَْنتُ ْم َت ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui.”
Menurut al-Raqib al-Isfahani, seorang pakar Bahasa Arab,
khiyanat adalah sikap tidak memenuhi suatu janji atau suatu amanah
yang dipercayakan kepadanya. Ungkapan khianat juga digunakan bagi
seorang yang melanggar atau mengambil hak-hak orang lain, dapat
dalam bentuk pembatalan sepihak perjanjian yang dibuatnya, khususnya
dalam masalah mu’amalah.
Kesemua jenis-jenis korupsi di atas ini ditinjau dari kemiripan
perbuatan dan hasil akhir tujuan tersebut, yang mana hasilnya sama-
sama berupa perbuatan yang bersifat kejelekan dan merugikan beberapa
pihak tertentu.
H. Bahaya Korupsi dan Kolusi
Dampak yang ditimbulkan akibat adanya korupsi dan kolusi antara lain
:
1. Aspek Demokrasi
Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik dengan cara menghancurkan proses formal
dan menghasilkan ketidakseim,bangan dalam pelayanan masyarakat.
Korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena
pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat
atau dinaikan jabatannya bukan karena prestasi. Pada saat yang
bersamaan korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai
demokrasi seperti kepercayaan dan toleran.
2. Aspek Kesejahteraan Umum Negara
Korupsi politis berarti berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh

14
lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi
perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil.
Politikus-politikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan
kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada
kampanye pemilu mereka . tidak menutup kemungkinan bahwa
korupsi politis ini merupakan ancaman besar bagi warga negara yang
bersangkutan.
3. Pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, ketimpangan sosial
budaya, pengurangan kapasitas administrasi, dan hilangnya
kewibawaan administrasi, dll.
4. Bahaya korupsi terhadap generasi muda
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada
jangka panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat
yang korupsi telah menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh dengan
pribadi anti sosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap
bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan budaya), sehingga
perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan
tidak bertanggung jawab. Jika generasi muda suatu bangsa keadaannya
seperti itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa
tersebut.

Secara umum akibat yang ditimbulkan adalah merugikan negara dan


merusak sendi-sendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan
nasional.

I. Hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi


Bagi pelaku tindak pidana korupsi hukuman yang ada dalam
lingkup agama Islam beraneka ragam bentuk, di antaranya pidana denda
ganti rugi (diyat), pidana hukuman mati, potong kaki dan tangan secara
silang, dll. Rasulullah, bahkan Allah sendiri pun melaknat orang yang
berbuat korupsi (suap) maupun yang menerima (suap). Karena jelas-jelas
tindakan ini merugikan banyak orang dan golongan.

15
Dalam negara sendiri, khususnya negara Indonesia penegak hukum
tindak pidana korupsi sudah dibuatkan kelembagaan sendiri bernama KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi). Lembaga ini diberi amanat melakukan
pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan
berkesinambungan.20
Dalam menjalankan tugasnya, tentunya KPK bekerjasama dengan
instansi terkait. KPK juga membuat undang-undang tindak pidana korupsi
bagi para koruptor. Contoh undang-undang tentang pemberantasan
korupsi, yakni :
Bab II Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 bahwa setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Bab II Tindak Pidana Korupsi Pasal 3 bahwa setiap orang yang
dengan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian keluarga, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).21
J. Kesimpulan
Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal. Haram
hukumnya melakukan korupsi dan kolusi, karena ditinjau dari sudut
pandang manapun tetap merupakan suatu bentuk pelanggaran. Keharaman
20
KPK, “Sekilas KPK”, dalam https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-komisi-
pemberantasan-korupsi (diakses pada 14 Januari 2021).
21
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi

16
korupsi dan kolusi ini karena bertentangan dengan ajaran al-Qur’an,
hadith, dan tujuan syariat. Selain itu juga bertentangan dengan rasa
kemanusiaan dan rasa keadilan, dan juga merugikan orang lain,
masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun tujuan utama dalam syari’at Islam (Maqashid al-Syariah)
ialah menjaga dan melindungi kemanusiaan. Perlindungan ini dirumuskan
oleh para ulama dalam lima tujuan (Maqashid al-Khamsah), yakni
perlindungan terhadap agama (Hifz al-Din), perlindungan terhdap jiwa
(Hifz al-Nafs), perlindungan terhadap akal (Hifz al-‘Aql), perlindungan
terhadap keturunan (Hifz al-Nasl), dan perlindungan terhadap harta (Hifz
al-Mal). Tindakan korupsi jelas merupakan perlawanan terhadap Hifz al-
Mal. Apabila dalam kepustakaan hukum Islam, contoh populer perbuatan
perlawanan terhadap Hifz al-Mal ini adalah mencuri milik perorangan,
maka korupsi sebagai kejahatan mencuri harta milik bangsa dan negara.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

‘Asqalānī (al), Ahmad bin ‘Ali bin Ḥajar. Bulūgh al-Marām min Adillat al-
Ahkām. Beirut : Dār al-Kutub al-‘Ilmiah, 2013.

______________. Fath al-Bar Syarh al-Bukhari. Riya: Dar al-Salam, 2001.

Bisri, Muhammad Adib dan Munawwir Abdul Fatah. al-Bisyri. (Surabaya:


Pustaka Progressif, 1999.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat


Bahasa, 2008.
Djamil, Faturrahman. “KKN dalam perspektif hukum dan moral Islam”. Mimbar
Hukum. No. 42. 1999.

Ghani, Abdul. Hukum Suap Dan Hadiah. Jakarta: Cendikia, 2003.


Hamzah Andi. Bungai Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, cet. I. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1986.
Hanafi, Ahmad. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1967.
Hanbal, Ahmad bin. Musnad Ahmad. Arab Saudi : Bayt al-Afkār, 1998.

Irdamisraini. Korupsi Perspektif Pidana Islam: Jurnal Hukum Islam. Riau: 2008.

KPK, “Sekilas KPK”, dalam https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-


komisi-pemberantasan-korupsi (diakses pada 14 Januari 2021).

Manzur, Ibn. Lisan Al-Arab. Beirut: Daru Sadir. Tth.


Mardani. Hadis Ahkam. Jakarta : Rajawali Pers, 2012.

Mizī (al), Yūsuf bin ‘Abdurrahman bin Yūsuf. Tahdhīb al-Kamāl fī Asmā`i al-
Rijāl, Beirut : Muassasah al-Risālah, 1400 H.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progessif,


1984.

18
Ṭabari (al), Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Jāmi’ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’an.
Beirut : Muassasah al-Risālah, t.th.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

19

Anda mungkin juga menyukai