Anda di halaman 1dari 12

Tanggung Jawab Kepemimpinan

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hadist Tahlili

Dosen Pengampu:

KH.Ahmad Sya’roni, Msi.

Oleh:

Dimas Nugroho NIM: 2019.01.01.1267

Hanif Fattahul Alim NIM: 2019.01.01.1288

Mahhada Mafaz NIM: 2019.01.01.1245

M Syauqi Aniq NIM: 2019.01.01.1232

M Kurniawan NIM: 2019.01.01.1246

Nur Lailul Muqodar NIM: 2019.01.1.1254

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR

SARANG REMBANG

2020
A. Pendahuluan
Allah swt menciptakan manusia baraneka bangsa, suku, agama, bahasa, kepercayaan,
warna kulit, kecenderungan, dan masih banyak perbedaan lainnya.Maka diharapkan saling
mengenal untuk saling membantu demi mewujudkan kemaslahatan bersama.Perbedaan yang
ada dikelompokan dalam suatu wilayah yang berbeda-beda baik dikelompokan dalam sebuah
Negara, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dll.
Dalam suatu perkumpulan manusia sangat diperlukan satu orang yang berperan sebagai
pemimpin.Dengan adanya pemimpin, suatu permasalahan dapat diputuskan. Pemimpinlah
yang akan menentukan kemajuan dan kemunduran sebuah peradaban, disamping factor-
faktor yang lain. Didalam islam Allah swt sudah memilih pemimpin umat manusia dalam hal
beragama yaitu diwujudkan dalam bentuk nabi dan rosul.
B. Bentuk-bentuk Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang (pemimpin atau leader) untuk


mempengaruhi orang lain sehingga orang lain bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh
pemimpin tersebut.1

Dalam khazanah islam ada beberapa istilah untuk menyebutkan seseorang pemimpin.
Secara bahasa kata tersebut saling berkaitan atau bersinonim, namun jika dilihat secara istilah
maka kata tersebut akan berbeda arti dan maksudnya, nama-nama tersebut adalah2

1. Khalifah
Menurut Ibnu Khaldun bahwa khalifah punya dua tuntutan kemaslahatan yaitu dunia
dan akhirat.Kalifah memiliki dua sisi yang berkaitan, pertama bahwa pemimpin
mengemban tugas kepemimpinan sebagai tugas dari Allah SWT pengganti rasul setelah
beliau tidak ada.Kedua, pemimpin mengatur kehidupan manusia agar tidak terjadi
kekacauan.
2. Ulul Amri

1
Koentjaraningrat, “Beberapa Antropologi Sosial”, (Dian Rakyat, 1967), 181.
2
Devi Paramitha, “Kajian Temaris Tentang Al-Quran dan kepemimpinan”, Vol. 3 No. 1 Juli-Desember (2016), 4.
Bisa diartikan dengan pemilik kekuasaan dan pemilik hak untuk memerintah
sesuatu.Untuk memerintah sesuatu seseorang harus memiliki kekuasaan dalam arti yang
bersangkutan dapat mengatur dan mengendalikan kekuasaan.

3. Imam

Menurut kamus arab imam berarti pokok, maksud, waktu, tempat kembali dan
lainnya. Kata Imam oleh ulama didefinisikan sebagai orang yang bisa diikuti dan dapat di
tampilkan dalam berbagai permasalahan.

4. Malik

Arti Malik adalah seseorang yang memiliki kewenangan untuk memerintah sesuatu
dan melarang sesuatu dalam kaitan dengan sebuah pemerintahan.

Sebenarnya istilah-istilah diatas memiliki persamaan dalam hal menuntun sejumlah


manusia untuk mencapai tujuan Bersama yang diridhoi oleh allah Swt. Istilah tersebut
akan bertitik pada pengabdian manusia terhadap sang pencipta dalam mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.3

C. Kewajiban Pemimpin Terhadap yang Dipimpin


1. Bunyi hadits

‫إن المقس?طين عن??د هللا‬.‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وس??لم‬: ‫وعن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما قال‬
)‫ ( رواه مسلم‬.‫ الذين يعدلون في حكمهم وأهليهم وماولوا‬: ‫على منابر من نور‬

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash R.A, dia mengatakan: Rasulullah SAW. bersabda,
“Sesungguhnya, orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah bagaikan berada di atas
mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka orang-orang yang berlaku adil dalam
menegakkan hukum terhadap keluarga dan rakyat yang di pimpin”. (HR. Muslim)4

2. Mufrodat hadits
- ‫المقسطين‬ : Berlaku adil
- ‫على منابر‬ : Di atas mimbar
- ‫من نور‬ : Dari Cahaya
- ‫يعدلون‬ : Berlaku adil
3
Ibid.,4
4
Imam Abi Zakariya Yahya bin Tsarafin Nawawi al-Datsuqi, Riyadh al-Shalihin, (t.tt: al-Riyan al-Turats, t.th),
- ‫أهليهم‬ : Keluarga
3. Fiqh Hadits
Allah SWT. Berfirman di dalam surah Asy- Syura: 215

َ‫ك ِمنَ ْٱل ُم ْؤ ِمنِين‬ ْ ‫َو‬


َ ‫ٱخفِضْ َجنَا َحكَ لِ َم ِن ٱتَّبَ َع‬

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang


yang beriman” (Asy- Syura: 215).5

Maksud dari hadits di atas adalah untuk rendah kanlah dirimu -dalam berkata-kata
dan bertingkah laku- terhadap orang-orang yang mengikutimu dari kalangan mukminin,
sebagai bentuk kasih sayang dan lemah lembut terhadap mereka. Setiap orang berhak
mengeluarkan pendapatnya dan seorang pemimpin berkewajiban mendengarkan. Ia
wajib menjalankan hasil musyawarah. Setiap keputusan yang telah disepakati bersama
wajib dilaksanakan karena itu merupakan amanat yang dibebankan kepadanya. Dalam
hadits diatas diungkapkan keutamaan seorang pemimpin yang adil sehingga
mendapatkan posisi pertama orang yang mendapatkan naungan dari Allah pada hari
kiamat. Hal ini menunjukkan begitu beratnya menjadi seorang pemimpin untuk selalu
adil dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan.

Perintah Kepada Pemegang Pemerintahan Supaya Bersikap Lemah-lembut Kepada


Rakyatnya, Memberikan Nasihat Serta Kasih-sayang Kepada Mereka, Jangan
Mengelabui Dan Bersikap Keras Pada Mereka, Juga jangan Melalaikan Kemaslahatan-
kemaslahatan Mereka, Lupa Mengurus Mereka Ataupun Apa-apa Yang Menjadi Hajat
Kepentingan Mereka.

D. Tanggung jawab bagi setiap pemimpin


1. Bunyi Hadist
َ ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ُع َم َر ـ رضى هللا عنهما ـ أَ َّن َرس‬،‫َار‬
‫ُول هَّللا ِ صلى هللا‬ ٍ ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ِدين‬،‫ك‬
ٌ ِ‫ َح َّدثَنِي َمال‬،ُ‫َح َّدثَنَا إِ ْس َما ِعيل‬
،‫اع َو ْه َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬ ٍ ‫اس َر‬ ٍ ‫عليه وسلم قَا َل قَا َل " أَالَ ُكلُّ ُك ْم َر‬
ِ َّ‫ فَا ِإل َما ُم الَّ ِذي َعلَى الن‬،‫ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬،‫اع‬
ِ ‫ َو ْال َمرْ أَةُ َرا ِعيَةٌ َعلَى أَ ْه ِل بَ ْي‬،‫اع َعلَى أَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َو ْه َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬
،‫ت زَ وْ ِجهَا َو َولَ ِد ِه َو ِه َي َم ْسئُولَةٌ َع ْنهُ ْم‬ ٍ ‫َوال َّر ُج ُل َر‬
ٍ ‫ أَالَ فَ ُكلُّ ُك ْم َر‬،ُ‫ال َسيِّ ِد ِه َو ْه َو َم ْسئُو ٌل َع ْنه‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬ ِ ‫اع َعلَى َم‬
ٍ ‫َو َع ْب ُد ال َّر ُج ِل َر‬

5
Q.S. Asy- Syura/42: 215.
Artinya :Berkata kepada kami ismail, berkata kepadaku malik dari abdillah bin dinar dari
abdillah bin umar ra. Sesungguhnya Rasulullah bersabda : “Setiap orang adalah
pemimpin dan akan di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang
kepala negara akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.
Seorang suami akan di tanya perihal keluarga yang dipimpinnya.Seorang isteri yang
memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya.
Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik
majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin
dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. H.R. Al-
Bukhari
2. Mufrodat Hadist
- ‫اع‬
ٍ ‫َر‬ : pemimpin
- ‫ت بَ ْعلِهَا‬
ِ ‫ بَ ْي‬: memelihara rumah tangga suaminya
- ‫ َم ْسئُو ٌل‬: pertanggung jawaban
- ‫ْال َع ْب ُد‬ : pembantu/pekerja rumah tangga
- ٌ‫اعيَة‬
ِ ‫َر‬ : kepemimpinannnya
- ‫َسيِّ ِد ِه‬ : majikannya
- ‫أ ِمي ُر‬ : kepala negara
- ‫ أَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه‬: keluarga yang dipimpinnya
3. Fiqh hadist
Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanah oleh
Allah swt untuk memimpin rakyat, yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggung
jawabannya oleh Allah swt. Dengan demikian, meskipun seorang pemimpin dapat
meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya, karena ketidakadilannya, misalnya, ia tidak akan
mampu meloloskan diri dari tuntutan Allah swt kelak di akhirat..Q.S.Asy-
Syuʿarā`26:215Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dari kaum mukminin
Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai
manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan
tetapi, sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan
pengayom masyarakat, sebagaimana firman-Nya adalam Alquran:
َ‫ك ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬
َ ‫ك لِ َم ِن اتَّبَ َع‬ ْ ‫َو‬
َ ‫اخفِضْ َجنَا َح‬
Artinya: “Rendahkanlah sikapmu terhadap pengikutmu dari kaum mukminin” 6
Dalam sebuah hadis yang diterima dari siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, Nabi saw pernah berdo’a:
َ َ‫ق َعلَ ْي ِه ْم فَا ْشقُّ ْق َعلَ ْي ِه َو َم ْن َولِ َى ِم ْن أَ ْم ِرأُ َّمتِى َش ْيئًا فَ َرف‬
‫ رواه مسلم‬.‫ق بِ ِه ْم فَارْ فُ ْق بِ ِه‬ َّ ‫من أَ ْم ِرأُ َّمتِى فَ َش‬
ْ ِ‫أَللّهُ َّم َم ْن َول‬
Artinya:“Ya Allah, siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku lalu
mempersulit mereka, maka persulitlah baginya dan siapa yang mengurusi umatku dan
berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya.”
Hal itu menunjukkan bahwa Allah dan Rasul-Nya sangat peduli terhadap hambanya
agar terjaga dari kezaliman para pemimpin yang kejam dan tidak bertanggung jawab.
Pemerintah yang kejam dikategorikan sebagai sejahat-jahatnya pemerintahan,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ُ ‫ال لَهُ أَىُّ بُنَ ّ?ًًّى إِنِّى َس ِمع‬
َ ِ‫ْت َرسُو َل هللا‬ َ َ‫ض َى هللُ َع ْنهُأَنَّهُ َد َخ َل َعلَى ُعبَ ْي ِدهللاِ ْب ِن ِزيَا ٍدفَق‬ ِ ‫ع َْن عَائِ ِد ْب ِن َع ْم ٍر َر‬
‫ متفق عليه‬.‫ك أَ ْنتَ ُكونَ ِم ْنهُ ْم‬ َ ‫إِ َّن ّشرَّالرِّ عَا ِء ْال ُح‬: ‫يَقُو ُل‬
َ ‫ط َم ِة” فَإِيَّا‬
Artinya:” Dari A’id bin Amru r.a ketika memasuki rumah Ubaidillah bin Ziyad ia
berkata, hai anakku saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabada,“sesungguhnya
sejahat-sejahatnya pemerintahan yaitu yang kejam, maka janganlah kamu tergolong dari
mereka.”H.R. Al-Bukhari dan Muslim.
Pemimpin yang zalim yang tidak mau mengayomi dan melayani rakyatnya diancam
tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi memasukinya, sebagaimana
disebutkan dalam hadis yang lain. Oleh karena itu, agar kaum muslim terhindar dari
pemimpin yang zalim, berhati-hatilah dalam memilih seorang pemimpin. Pemilihan
pemimpin harus betul-betul didasarkan pada kualitas, integritas, loyalitas, dan yang
paling penting adalah perilaku keagamaannya. Jangan memilih mereka karena didasarkan
pada rasa emosional, baik karena ras, suku bangsa, atau pun keturunan. Karena jika
mereka dapat memimpin, rakyatlah yang akan merasakan kerugiannya.
Menurut Quraish Shihab, dari celah-celah ayat Alquran ditemukan sedikitnya dua
pokok sifat yang harus disandang oleh seseorang yang memikul suatu jabatan yang
berkaitan dengan hak-hak masyarakat. Kedua hal tersebut harus diperhatikan dalam
menentukan seorang pemimpin. Salah satu ayat yang menerangkan tentang hal itu adalah
ungkapan putri Nabi Syu’aib yang dibenarkan dan diabadikan dalam Alquran:

6
http://abdanmatin.blogspot.com/2013/02/hadits-tentang-kepemimpinan.html
ُ‫ت ا ْستَ ْئ ِجرْ هُ إِ َّن َخ ْي َر َم ِن ا ْستَ ْئ َجرْ تَ ْالقَ ِوىُّ اأْل َ ِميْن‬
ِ َ‫ت إِحْ دَاهُ َما يَا أَب‬
ْ َ‫قَال‬
Artinya:”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
Kedua kriteria itu yang menjadi landasan utama ketika Abu Bakar r.a. Menunjuk
Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia pengumpulan Mushaf. Alasannya antara lain tersirat
dalam ungkapannya, “Engkau seorang pemuda (kuat lagi bersemangat) dan telah
dipercaya oleh Rasulullah saw. Untuk menulis wahyu. Bahkan Allah swt pun memilih
Jibril sebagai pembawa wahyu-Nya, antara lain, karena malaikat Jibril memiliki sifat kuat
dan terpercaya (Q.S. 82:19-21).
Pemimpin yang memiliki dua sifat tersebut, sangat kecil kemungkinan untuk berbuat
zalim. Ia selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan aspirasi rakyat.
E. Batasan ketaatan terhadap Pemimpin
1. Bunyi Hadist

ِ ?‫صلَّى هَّللا ُ َعلَيْه َو َسلَّ َم قَا َل ال َّس ْم ُع َوالطَّا َع? ةُ َعلَى ْال َمرْ ِء ْال ُم ْس ?لِ ِم فِي َم??اأَ َحبَّ َو َك‬
َ‫?ره‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُما َع ِن النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر َر‬
ٌ ّ‫ ُمتَّف‬.َ‫طا َعة‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ َ ‫صيَ ٍة فَاَل َس ْم َع َواَل‬ِ ‫صيَ ٍة فَإ ِ َذا أُ ِم َربِ َم ْع‬
ِ ‫َمالَ ْم ي ُْؤ َمرْ بِ َم ْع‬

Artinya : Dari Ibn Umar r.a berkata bersabda Nabi saw “Seorang muslim wajib
mendengar dan  ta’at pada pemerintahannya, dalam apa yang disetujui atau tidak
disetujui, kecuali jika diperintah ma’siyat. Apabila disuruh ma’siyat, maka tidak wajib
mendengar dan tidak wajib ta’at.H.R.al-Bukhary dan Muslim.7

َ ?َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَوْ َد َخ َل َونَحْ نُ تِ ْس َعةٌ َوبَ ْينَنَا ِو َسا َدةٌ ِم ْن أَد ٍَم فَق‬
‫?ال إِنَّهَ??ا‬ َ ِ ‫ب ْب ِن عُجْ َرةَ قَا َل خ ََر َج َعلَ ْينَا َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن َك ْع‬
ُ‫ت ِم ْن?ه‬ ُ ?‫ْس ِمنِّي َولَ ْس‬ َ ‫ظ ْل ِم ِه ْم فَلَي‬
ُ ‫ص? َّدقَهُ ْم بِ ِك ْ?ذبِ ِه ْم َوأَعَ?انَهُ ْم َعلَى‬
َ َ‫ظلِ ُم?ونَ فَ َم ْن َدخَ? َل َعلَ ْي ِه ْم ف‬ ْ َ‫َستَ ُكونُ بَ ْع ِدي أُ َم َرا ُء يَ ْك? ِذبُونَ َوي‬

َ ْ‫ي ْال َحو‬


‫ض‬ ِ ‫ص ِّد ْقهُ ْم بِ َك ِذبِ ِه ْم َويُ ِع ْنهُ ْم َعلَى ظُ ْل ِم ِه ْم فَهُ َو ِمنِّي َوأَنَا ِم ْنهُ َوه َُو َو‬
َّ َ‫ار ٌد َعل‬ َ ْ‫ي ْال َحو‬
َ ُ‫ض َو َم ْن لَ ْم ي‬ َّ َ‫ار ٍد َعل‬ َ ‫َولَي‬
ِ ‫ْس بِ َو‬
Artinya : Dari Ka’ab bin Ujrah ia berkata, “Rasulullah SAW pernah keluar atau masuk
menemui kami, ketika itu kami berjumlah sembilan orang. Dan di antara kami ada
bantal dari kulit. Baginda lalu bersabda: “Sesungguhnya akan ada setelahku para
pemimpin yang berdusta dan dzalim. Barangsiapa mendatangi mereka kemudian
membenarkan kebohongan mereka, atau membantu mereka dalam kezalimannya, maka
ia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Serta ia tidak akann minum

7
Imam Abi Zakariya Yahya bin Tsarafin Nawawi al-Datsuqi, Riyadh al-Shalihin, (t.tt: al-Riyan al-Turats, t.th), 203.
dari telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak
membantu mereka dalam berbuat kezaliman, maka ia adalah dari golonganku dan aku
adalah dari golongannya. Dan kelak ia akan minum dari telagaku.” (HR Ahmad No:
17424)

2. Lafal Hadist
- ?َ ‫يَ ْك ِذب‬
‫ُون‬ : berdusta
- ‫ار ٍد‬
ِ ‫بِ َو‬ : tidak akann minum
- ‫ص َّدقَهُ ْم‬
َ َ‫ف‬ : membenarkan
- ‫ض‬ َ ْ‫ْال َحو‬ : telaga
- ‫ظُ ْل ِم ِه ْم‬ : kezalimannya
- ‫ي ُِع ْنهُ ْم‬ : tidak membantu mereka
3. Fiqh hadis

Prinsip dasar sebagai rakyat adalah mematuhi pemimpinnya, sebagaimana firman


Allah swt:
ُ
‫ول إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬ ِ ?‫َّس?و َل َوأولِى اأْل َ ْم‬
ُ ‫?ر ِم ْن ُك ْم فَ?إ ِ ْن تَنَ??ا َز ْعتُ ْم فِى َش?ي ٍْئ فَ? ُر ُّدوهُ إِلَى هللاِ َوالر‬
ِ ?‫َّس‬ ُ ‫يَاأَيُّهَاالَّ ِذ ْينَ َءا َمنُواأَ ِط ْيعُواهللاَ َوأَ ِط ْيعُوا الر‬
‫ك خَ ْير ٌَوأَحْ َسنُ تَأْ ِو ْياًل‬
َ ِ‫تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َذال‬

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.8

Ulil amri yang tersebut dalam ayat tersebut di atas ialah pemimpin, seperti raja,
presiden dan lain-lain. Sementara hadis di atas menunjukkan kepada kita bahwa
kepatuhan seorang rakyat terhadap pemimpin tidaklah mutlak. Ada batasan-batasan
tertentu dimana seorang rakyat wajib ta’at dan patuh dan ada pula saat dimana rakyat
tidak perlu patuh, bahkan boleh berontak atau melawan. Dalam hadis di atas, batasan-
batasan kepatuhan terhadap pemimpin itu adalah selama pimimpin tidak memerintahkan
rakyatnya untuk berbuat ma’siyat.

8
Q.S.An-Nisā`/4:59
Oleh sebab itu, dari hadis di atas bisa kita simpulkan bahwa apabila pemimpin kita
sudah tidak lagi memegang prinsip-prinsip kejujuran serta tidak lagi berpihak pada
kepentingan rakyat kecil, maka batasan kepatuhan terhadap pemimpin tersebut sudah
gugur dengan sendirinya, karena pemimpin itu sendiri sudah termasuk kema’siyatan
yang perlu untuk di hapuskan di muka bumi ini.9

4. Asbabul Wurud Batas Ketaatan Kepada Pemimpin

Diriwayatkan didalam “Al Jami’ul Kabir” dari Khabab bahwa dia pernah duduk-
duduk di pintu rumah Nabi sampai beliau keluar. Kata beliau : “Dengarlah!”. Jawab
kami “Kami dengar ya Rasulullah”. Beliaupun bersabda : “Akan ada setelahkunanti
pemimpin…………dan seterusnya”.

F. Larangan ambisius menduduki jabatan

1. Bunyi Hadist

‫اش ?قُ ْق‬ْ َ‫ق َعلَ ْي ِه ْم ف‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل فِي بَ ْيتِي هَ َذا اللَّهُ َّم َم ْن َولِ َي ِم ْن أَ ْم ِر أُ َّمتِي َش ْيئًا فَ َش‬َ ِ ‫ْت ِم ْن َرسُو ِل هَّللا‬ ُ ‫َس ِمع‬
ُ‫ي َح? َّدثَنَا َج ِري ? ُر بْن‬ َ َ‫َعلَ ْي ِه َو َم ْن َولِ َي ِم ْن أَ ْم ِر أُ َّمتِي َش ْيئًا فَ َرف‬
ٍّ ‫ق بِ ِه ْم فَارْ فُ ْق بِ ِه و َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ َحاتِ ٍم َح َّدثَنَا ابْنُ َم ْه ? ِد‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ ِم ْثلِ ِه‬ َ ‫ي ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِن ِش َما َسةَ ع َْن عَائِ َشةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬ ِّ ‫از ٍم ع َْن َحرْ َملَةَ ْال ِمصْ ِر‬ ِ ‫َح‬
Artinya :‘Aisjah r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda di
rumahku ini : ya allah siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu
mempersukar pada mereka, maka persukarlah baginya. Dan siapa yang mengurusi
umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya. (H.R.
Muslim)

2. Mufrodat hadis
- َّ ‫فَ َش‬
‫ق‬ : mempersukar
- َ َ‫فَ َرف‬
‫ق‬ : berlemah lembut
3. Fiqh hadis

Hadis ini menerangkan tentang larangan seorang pemimpin untuk bersikap


arogan, elitis, represif dan birokratis atau mempersulit urusan-urusan
rakyatnya.Karena sebagaimana kita ketahui, tidak sedikit pemimpin yang bersikap
9
http://abdanmatin.blogspot.com/2013/02/hadits-tentang-kepemimpinan.html
arogan dan mempersulit urusan-urusan rakyatnya.Untuk mengurusi dokumen-
dokumen kewarganegaraan saja misalkan, seperti ktp, akta kelahiran, perijinan
usaha, dsb, seorang rakyat harus melalui tahapan-tahapan yang cukup rumit dan
memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Padahal, seorang pemimpin, menurut hadis ini, harus memberikan pelayanan


yang maksimal serta tidak menyulitkan warga atau rakyat.Bila semua urusan itu bisa
dipermudah kenapa harus dipersulit.Akibatnya, birokrasi yang sejatinya bertujuan
untuk mempermudah, berbalik menjadi mempersulit segala urusan rakyat. Oleh
sebab itu, bila sorang pemimpin suka mempersulit urusan rakyatnya, maka niscaya
allah akan mempersulit segala urusan dia baik di dunia lebih-lebih di akhirat nanti.

4. Asbabul Wurud larangan ambisius menduduki jabatan


Ibnu Syammah masuk kerumah Aisyah. Lalu istri Rasulullah SAW itu bertanya
: “Darimana (dari suku apa) kamu berasal? Dia menjawab : “dari suku (bani)
Mudhar. Aisyah bertanya lagi : “bagaimana kesanmu tentang ibnu Khudaij dalam
peperanganmu?”ia menjawab : “Dia adalah pemimpin yang terbaik. Tetapi Aisyah
mengatakan sebaliknya: “Dia tidak mencegahku membunuh saudaraku. Akan aku
ceritakan kepadamu apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah SAW : “Ya Allah,
barang siapa yang mengendalikan urusan umatku ……….dan seterusnya seperti
bunyi hadits di atas”.
G. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang (pemimpin atau leader) untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh
pemimpin tersebut.
Kewajiban Pemegang Pemerintahan terhadap yang dipimpin supaya bersikap lemah-
lembut kepada rakyatnya, memberikan nasihat serta kasih-sayang kepada mereka, jangan
mengelabui dan bersikap keras pada mereka, juga jangan melalaikan kemaslahatan-
kemaslahatan mereka, lupa mengurus mereka ataupun apa-apa yang menjadi hajat
kepentingan mereka.
Kewajiban bagi setiap pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai
manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan tetapi,
sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom
masyarakat.
Batasan ketaatan seseorang terhadap pemimpin apabila pemimpin sudah tidak lagi
memegang prinsip-prinsip kejujuran serta tidak lagi berpihak pada kepentingan rakyat kecil,
maka batasan kepatuhan terhadap pemimpin tersebut sudah gugur dengan sendirinya, karena
pemimpin itu sendiri sudah termasuk kema’siyatan yang perlu untuk di hapuskan di muka
bumi ini.
Larangan bagi seorang pemimpin untuk bersikap arogan, elitis, represif dan birokratis
atau mempersulit urusan-urusan rakyatnya.Karena sebagaimana kita ketahui, tidak sedikit
pemimpin yang bersikap arogan dan mempersulit urusan-urusan rakyatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Kareem.

an-Nawawy, Muḥyi ad-Dīn Aby Zakaryya Yaḥya bin Syaraf, Syarḥ Riyāḍ aṣ-Ṣāliḥīn (Beirut:
Dār aṡ-Ṡaqāfah al-Islāmiyah, 1955)

Ṣāliḥ al-ʿUṡaimīn, Muhammad bin, Syarh Riyāḍ aṣ-Ṣāliḥīn (Riyāḍ: Dār al-Waṫan Linnasyr,
1425J), Jil III

http://ekonurdiansyah.blogspot.com/2011/04/hadits-tentang-kepemimpinan.html?m=1 diakses
pada tanggal 08/10/2020

https://islamislogic.wordpress.com/kumpulan-hadits-shahih/40-hadits-tentang-pemimpin-dan-
penjelasanya/ diakses pada tanggal 08/10/2020
http://abdanmatin.blogspot.com/2013/02/hadits-tentang-kepemimpinan.html diakses pada
tanggal 08/10/2020

Koentjaraningrat, “Beberapa Antropologi Sosial”, (Dian Rakyat, 1967),

Paramitha, Devi. “Kajian Temaris Tentang Al-Quran dan kepemimpinan”, Vol. 3 (No. 1 Juli-
Desember (2016))

Anda mungkin juga menyukai