Anda di halaman 1dari 35

AYAT TENTANG AIR

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Saintifik yang
diampu oleh Bapak Khairul Muttaqin, M. Th. I.

Oleh:

Kholil Mubarak Fauzi (20384011038)

Sulistina Febriyatul Qamariyah (20384012014)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرمحن الرحمي‬

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas nikmat


yang diberikan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Tafsir Ayat Saintifik yang dibina oleh bapak Khairul Muttaqain,
M.Th. I. Selawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan atas junjungan kita
nabi Muhammad saw., serta keluarga sahabat, para penerus risalahnya, yang telah
memberikan arahan dan bimbingan menuju jalan yang lurus dan selaras dengan
tuntunan Islam.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan memberikan semangat bagi kami untuk
memperbaiki tugas makalah kedepannya. Dengan kerendahan hati, kami
memohon maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini. Sebagai makalah
sederhana yang saya harapkan kepada seluruh pencinta ilmu pengetahuan, sudah
sepatutnya kita memohon kepada Allah Swt., semoga Allah senantiasa selalu
memberkati pikiran dan semua tindakan yang kita lakukan.

Pamekasan, 5 Oktober 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

SAMPUL ..............................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................................

C. Tujuan Masalah .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat yang membahas terkait air ........................................................

B. Penafsiran para ulama‟ terkait ayat-ayat tentang air .................................

C. Teori ilmiah daro ayat-ayat tentang air .....................................................

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan ...............................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

air merupakan unsur atau elemen yang terlebih dahulu


diciptakan oleh Tuhan sebelum menciptakan kehidupan di bumi, dan
tidak ada makhluk hidup yang melangsungkan kehidupan tanpa air.
Kedudukan air sebagai penyangga „arasy Tuhan merupakan fakta
teologis yang menunjukkan betapa penting dan mulianya keberadaan
air di alam wujud ini. Terlebih lagi ketika al-Qur‟an menyebutkan
bahwa air merupakan sumber utama kehidupan. Sebagaimana firman
Allah swt. dalam QS. al-Anbiya‟/21: 30. Ayat ini dianggap sebagai
salah satu mukjizat ilmiah terbesar dalam al-Qur‟an. Sebab ayat ini
menegaskan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari air. Jadi
sendi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah air. 1
Air adalah satu-satunya perantara yang mengandung
mineral-mineral dan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup. Salah satu kebutuhan pokok bagi keberlangsungan hidup
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah air. Kalau bukan
karena air, niscaya tidak ada kehidupan di permukaan bumi. Ini
berarti segala yang hidup membutuhkan air, pemeliharaan kehidupan
segala sesuatu adalah air. Air dengan jumlah volume dan kualitas
tertentu serta pada lokasi tertentu sangatlah dibutuhkan oleh manusia
dan makhluk lain. Air menjadi sumber kehidupan. Namun
sebaliknya, dengan jumlah dan atau kualitas tertentu air menjadi
sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan. Bahkan air bisa saja
berubah menjadi sesuatu yang paling kuat dan paling ganas dari
semua yang ada. Sehingga air menjadi sumber ketakutan, kengerian

1
dan bahaya yang dapat mengancam kehidupan seluruh makhluk
hidup.2
B. Rumusan masalah

1. Apa saja ayat-ayat yang membahas terkait air?


2. Bagaimana penafsiran para ulama‟ terkait ayat-ayat tentang
air?
3. Bagaimana teori ilmiah dari ayat-ayat tentang air
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui ayat-ayat yang membahas terkait air


2. Untuk mengetahui penafsiran para ulama‟ terkait ayat-ayat
tentang air
3. Untuk mengetahui tiori ilmiah dari ayat-ayat tentang air

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat yang membahas tentang air


1. Asal air
a) Qs An-Nahl (16): 65
َ‫ٰنِك‬
‫ْ ر‬ِٙ‫ٰ اٌَِّ ف‬
‫َا ِتِّ انْاَسْضَ َتعْذَ يَْٕتَِٓا‬ْٛ‫ٰءً فَاَح‬
‫ٰءِ يَا‬
‫انسًَا‬
َّ ٍَِ‫ُِٰ اََْضَلَ ي‬
ّ‫َٔانم‬
3
٥٦ ٰ ٌَُْٕ‫س ًَع‬
ْ َّٚ ٍ‫ةً نِّمَ ْٕو‬َٚ ٰ
‫نَا‬
Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan
dengannya (air itu) Allah menghidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang mendengarkan (pelajaran
dengan perhatian dan penghayatan).4
b) Qs Al-Mu’minun (23): 18

ٍ‫ٰٖ رََْاب‬
ٰ ‫ٰ َٔاََِّا عَم‬
ِ‫ُِٰ فِٗ انْاَسْض‬
ٍَّ‫سك‬
ْ َ‫ٰ تِمَذَسٍ فَا‬
ً‫ٰء‬
‫ٰءِ يَا‬
‫انسًَا‬
َّ ٍَِ‫َٔاََْضَنَُْا ي‬
٦
٨١ ٰ
ٌَُْٔ‫ٰدِس‬
‫تِّٰ نَك‬

Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran.


Lalu, Kami jadikan air itu menetap di bumi dan
sesungguhnya Kami Mahakuasa melenyapkannya. 6

2. Sirkulasi air bumi


a) Qs Ath-Thariq (86): 11

3
QS.An-Nahl (16): 65
4
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan 2019 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an, 2019)
5
QS.Al-Mu‟minun (23): 18
6
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
7
٨٨ ٰ
ِ‫ٰاءِ رَاتِ انشَّجْع‬
ًَ‫َانس‬
َّ ٔ
Demi langit yang mengandung hujan8

b) Qs Al-Furqon (25): 48

‫جعَهُّٰ سُكَايًا‬
ْ َٚ َّ‫َُّْٰ ثُى‬َٛ‫ُؤَِّنفُ ت‬ٚ َّ‫ْ سَحَاتًا ثُى‬ِٙ‫ُضْج‬ٚ َِٰ
ّ‫اََنىْ تَشَ اٌََّ انم‬
ٍ‫ٰءِ يٍِْ جِثَال‬
‫انسًَا‬
َّ ٍَِ‫َُُضِّلُ ي‬َٚٔ ِّٰ‫ٰن‬
‫َخْشُجُ يٍِْ خِم‬ٚ َ‫فَتَشَٖ انَْٕدْق‬
‫ٰء‬
ُٰ
‫َّشَا‬ٚ ٍَّْ‫َصْشِفُّٰ عٍَْ ي‬َٚٔ ُ‫ٰء‬
‫َّشَا‬ٚ ٍَْ‫ْةُ تِّٰ ي‬ِٛ‫ُص‬َٛ‫ٰ تَشَدٍ ف‬
ٍِْ‫َْٓا ي‬ِٛ‫ف‬
٣39ٰ
ِ‫َزَْْةُ تِانْاَتْصَاس‬ٚ ِّٰ‫كَادُ سََُا تَشْل‬َٚ

Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya


Allah mengarahkan awan secara perlahan,
kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya
bertumpuk-tumpuk. Maka, engkau melihat hujan
keluar dari celah-celahnya. Dia (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya
(butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia
kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang
Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir
menghilangkan penglihatan.10

c) Qs Al-Furqon (25): 50
ٌ‫ْم‬ِٛ‫ٰتٌ يٍِّْ اَعَُْابٍ َّٔصَسْعٌ َّٔ َخ‬
ٍَّ‫ٰتٌ َّٔج‬
‫ِٰٔس‬
‫َٔفِٗ انْاَسْضِ لِطَعٌ يُّتَج‬
ٰٖ
‫ٰ ََُّٔفَضِّمُ َتعْضََٓا عَم‬
ٍ‫ٰءٍ َّٔاحِذ‬
‫ٰٖ ِتًَا‬
‫ُّسْك‬ٚ ٌٍ‫ْشُ صَُِْٕا‬َٛ‫صَُِْٕاٌٌ َّٔغ‬
٨٨
٣ ٌَُْٕ‫عْمِه‬َّٚ ٍ‫٘تٍ نِّمَ ْٕو‬
ٰٰ
‫ٰنِكَ نَا‬
‫ْ ر‬ِٙ‫ٰ اٌَِّ ف‬
ِ‫َتعْطٍ فِٗ انُْاكُم‬

7
QS.Ath-Thariq (86): 11
8
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya
9
QS.An-Nur (24): 43
10
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya
11
QS.Al-Furqon (25): 50
Di bumi terdapat bagian-bagian yang
berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-
tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan
yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan
air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman
yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang mengerti.12
3. Rahasia air
a) Qs Fatir (35): 12
ٌ‫ٰرَا يِهْح‬
َِٔ ُّٰ‫ِٖغٌ شَشَات‬
ٰٰ‫ِٰٰرَا عَزْبٌ فُشَاتٌ سَا‬
ٌِٰ
‫َسْتَِٕٖ انْثَحْش‬ٚ ‫َٔيَا‬
‫ةً تَهْثَسُْٕ ََٓا‬َٛ ْ‫ًّا َّٔتَسْتَخْشِجٌَُْٕ حِه‬ِٚ‫حًًا طَش‬
ْ َ‫ٰ َٔيٍِْ كُمٍّ تَ ْأكُهٌَُْٕ ن‬
ٌ‫اُجَاج‬
ٌَُْٔ‫شكُش‬
ْ َ‫ِّ يََٕاخِشَ نِتَثْ َتغُْٕا يٍِْ فَضْهِّٰ ََٔنعََّه ُكىْ ت‬ْٛ ِ‫َٰٔتَشَٖ انْفُهْكَ ف‬
٨3
٨١
Tidak sama (antara) dua laut: yang ini tawar,
segar, dan mudah diminum serta yang lain sangat
asin. Dari masing-masing itu kamu dapat
memakan daging yang segar dan dapat
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Di sana
kamu melihat bahtera (berlayar) membelah
(lautan) agar kamu dapat mencari sebagian
karunia-Nya dan agar kamu bersyukur.14
b) Qs Al-Mursalat (77): 27

‫ٰءً فُشَاتًا‬
ٰ ‫ٰ ُكىْ يَّا‬
ٍَْٛ‫ٰتٍ َّٔاَسْم‬
‫ٰيِخ‬
‫َ ش‬ِٙ‫َْٓا سََٔاس‬ِٛ‫جعَهَُْا ف‬
َ َّٔ
٨٦
١7

12
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya
13
QS.Fatir (35): 12
14
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya
15
QS.Mursalat (77): 22
Kami menjadikan padanya gunung-gunung
yang tinggi dan memberi minum kamu air
yang tawar?16

c) Qs Ar-Ra’d (13): 4
ٌ‫ْم‬ِٛ‫ٰتٌ يٍِّْ اَعَُْابٍ َّٔصَسْعٌ َّٔ َخ‬
ٍَّ‫ٰتٌ َّٔج‬
‫ِٰٔس‬
‫َٔفِٗ انْاَسْضِ لِطَعٌ يُّتَج‬
ٰٖ
‫ٰ ََُّٔفَضِّمُ َتعْضََٓا عَم‬
ٍ‫ٰءٍ َّٔاحِذ‬
‫ٰٖ ِتًَا‬
‫ُّسْك‬ٚ ٌٍ‫ْشُ صَُِْٕا‬َٛ‫صَُِْٕاٌٌ َّٔغ‬
٨7
٣ ٌَُْٕ‫عْمِه‬َّٚ ٍ‫٘تٍ نِّمَ ْٕو‬
ٰٰ
‫ٰنِكَ نَا‬
‫ْ ر‬ِٙ‫ٰ اٌَِّ ف‬
ِ‫َتعْطٍ فِٗ انُْاكُم‬
Di bumi terdapat bagian-bagian yang
berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-
tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan
yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan
air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman
yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang mengerti.18

B. Penafsiran para ulama’ terkait ayat-ayat trentang air


1) Ayat tentang air
a) Qs An-Nahl (16): 65
Pada ayat ini menurut al-Alusi dalam tafsirnya, mengapa
dalam ayat ini menggunakan lafadz (Mendengar) bukan dengan
lafadz “melihat”, karena Allah mengingatkan kepada kita bahwa
ditusnya para Rasul dengan membawa kitab Allah, untuk menjadi
petunjuk dan kasih sayang kepada kaum yang diutusnya tersebut,
hal itu menjadi isyarat terjadinya perbedaan antar umatnya
terhadap seseorang yang mendekati kebahagiaan di dunia dan di
akhirat, dan menjadi kabar gembira bagi para Rasul dengan

16
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya
17
QS.Ar-Ra‟d (13): 4
18
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahannya
banyaknya pengikut dan sedikitnya penentang, dan mereka akan
masuk kepada agama Islam perlahan-lahan. Kemudian hal itu
diikuti dengan jalan penyerupaan (tamtsil), dengan diturunkannya
kasih sayang itu untuk menghidupkan terhadap hal tersebut dari
kematian yaitu berupa kesesatan. Hal ini diserupakan dengan
diturunkannya hujan untuk menghidupkan kematian bumi , maka
dari itu Allah berfirman (Dan Allah menurunkan air (hujan) dari
langit).19
Kemudian menurut beliau dalam ayat ini kita bisa
mengingat bahwasalnya diturunkannya kitab al-Qur‟an untuk
penjelas bagi kehidupan ruh, dan obat bagi bagi setiap hati dari
berbagai penyakitnya, dan pada semuanya itu Allah mengakhiri
firmannya untuk ditujukan kepada para hambanya yang beriman
atau bersaksi, dan bersaksi itu tempatnya di dalam hati. Maka
allah mengingatkan akan diturunkannya hujan itu untuk
menghidupkan setiap sesuatu dan menjadi sebab bagi
berlangsungnya kehidupannya, hal itu adalah isyarat sebagaimana
bumi dihidupkan setelah kematiannya, sebagaimana hati yang
bisa hidup dengan al-Qur‟an, dan sebagaimana dihiasinya bumi
dengan hijaunya tumbuh-tumbuhan setelah kekeringanhya,
begitulah pula hati yang dihidupkan dengan al-Qur‟an setelah
kematiannya karena kebodohan, kemudian Allah mengakhiri
dengan firman: (orang-orang yang mendengar), maksudnya
mendengarkan perumpamaan tersebut dan mempelajarinya.20
Dari penafsiran al-Alusi tersebut dapat dimengerti
bagaimana Allah menurunkan hujan itu untuk menghidupkan
bumi yang sebelumya mati, sebagaimana Allah menurunkan
Rasul dan kitabnya untuk umatnya sebagai petunjuk dari matinya
umatnya dari kesesatan. Hal itu tanpa langsung mengisyaratkan

19
Sayyid Muhammad al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani (Beirut, Dar Ihya‟
at-Turats al-„Arabi, t.t), Jilid 8, 259
20
Ibid, 260
bahwa asal-muasal air itu berasal dari langit yang mana kemudian
air itu dapat menghidupkan bumi yang sebelumnya tandus.
Hal ini diperkuat oleh Fakhruddin ar-Razi, di dalam
kitabnya Mafatih al-Ghaib beliau berkata (Dan Allah menurunkan
air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi
yang sebelumnya mati) maknanya: sesungguhnya Allah SWT,
menciptakan langit dengan berbagai aspek yang mana
diturunknnya dari situ air, dan dengan air tersebut menjadi sebab
hidupnya bumi, maksudnya ialah, hidupnya bumi dengan
tumbuhan-tumbuhan, pepohonan, bunga, dan buah-buahan, yang
sebelumnya tidak berbuah, dan memberikan manfaat yang
sebelumnya tidak bermanfaat. Kemudian Allah berfirman:
(Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
kebesaran Allah), bagi orang-orang yang mendengarkan
(pelajaran). Maksudnya mendengar pelejaran tersebut; karena
barangsiapa yang tidak mendengarkan dengan hatinya maka ia
seperti orang yang tuli.21
b) Qs Al-Mu’minun (23): 18
Menurut al-Alusi dalam kitabnya Ruh al-Ma’ani dijelaskan,
(Dan Kami turunkan dari langit) ialah hujan menurut mayoritas
para Ulama‟ tafsir, dan maksud dari langit adalah tempat yang
tinggi atau sebuah awan, atau arti yang populer adalah “tidak ada
sesuatupun yang dapat menghalangi Allah”. (Dengan suatu
ukuran) menjadi sifat dari kata maa‟ yang maknanya turunnya air
secara sekaligus akan tetapi dengan perkiraan yang cukup di
dalam kebutuhannya dan kemashlahatannya, atau dengan
perkiraan yang pantas untuk mengambil manfaat dan menghindari
bahayanya. (dan dijadikannya menetap di bumi) maksudnya ialah,

21
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Fakh ar-Razi al-Musytahir bi at-Tafsir al-
Kabir wa Mafatih al-Ghaib, (Lebanon: Dar al-Fikr, 1981),
dijadikannya air darilangit tersebut menetap di bumi sebagaimana
sumber mata air dan sebagainya. 22
Sedangkan ar-Razi menjelaskan pada firman Allah SWT;
(Dan kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran) maksud
dari as-Sama‟ dalam ayat tersebut bahwa kebanyakan mufassir
berpendapat hakikatnya air itu memang turun dari langit, dan
maknanya jelas pada lafadznya. Hal tersebut dikuatkan pula pada
firman Allah SWT ; “Dan di langit ada rezekimu dan apa yang
dijanjikan kepadamu” (QS. Az-Dzaariyat (51): 22).23
Sebagaimana pula al-Alusi dalam tafsirnya, ar-Razi pun tak
jauh berbeda dalam menafsirkan ayat tersebut. Maka dalam
pernyataan tersebut merupakan isyarat bahwa segala air yang ada
di dalam perut bumi itu diperoleh dari air yang turun dari langit
melalui jalan turunnya hujan.
2) Ayat tentang sirkulasi air
a) Qs Ath-Thariq (86): 11
Menurut al-Alusi dalam kitabnya, bahwa firman Allah
SWT; (Demi langit yang mengandung hujan) ialah maksud dari
kata ar-raj’i bermakna untuk kembali, atau karena awan yang
membawanya dari lautan bumi, kemudian mengembalikannya
lagi ke bumi. Banyak yang berpendapat demikian dan ini perlu
untu dikaji. Karena Allah SWT menggerakkannya kembali dari
waktu-kewaktu, dan al-Hassan berkata: dan dia kembali dengan
rezeki setiap tahunnya, atau merea menginginkan nasib yang ba
dengan hal tersebut.24
Sedangkanya ar-Razi menjelaskan ayat tersebut dengan
lebih eksplisit, beliau berkata bahwa ketahuilah imam az-Zujaj
dan beberapa pakar bahasa yang lain secara eksplisit mengatakan
bahwa al-Raj’i bukanlah sebuah kata benda yang ditempatkan
kepada hujan saja, akan tetapi juga bermakna metafora. Salah

22
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani,Jilid 10, 27-28
23
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Fakh ar-Razi,
24
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani, Jilid 16, 178
satunya ialah: pertama, al-Qaffal berkata: seolah-olah itu berasal
dari pengulangan suara, yang mengulanginya dan
menghubungkan huruf dengannya, demikian pula dengan hujan
yang kembali datang, maka dinamai sebagai raj’an. Kedua,
bahwa sesungguhnya orang arab dahulu mengklaim bahwa awan
membawa air dari lautan bumi, kemudian mengembalikannya ke
bumi. Ketiga: mereka menginginkan hujan itu untuk kembali,
maka disebut sebagai “raj’an” karena untuk mengharapkannya
kembali. Keempat: bahwa sesungguhnya hujan kembali di setiap
tahunnya, jika anda mengetahui hal ini maka mari kita ucapkan
“bagi ahli tafsir ada beberapa pendapat”. 25
Diluar konteks tersebut, sebagai penguat pendapat bahwa
air yang ada di bumi kemudian dapat bersirkulasi menjadi hujan
kembali ada beberapa mufassir yang berpendapat demikian pula.
Sebagaimana di dalam Tafsir ibn Katsir dijelaskan: ibnu Abbas
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “ar-raj’i” ialah hujan,
dan diriwayatkan pula darinya bahwa yang dimaksud adalah awan
yang mengandung air hujan, menurut riwayat lainnya lagi yang
bersumber darinya, sehubungan dengan firman Allah SWT (Demi
langit yang mengandung hujan) yakni menurunkan hujan,
kemudian menurunkannya lagi. Qatadah mengatakan bahwa
makna yang dimaksud ialah yang mengembalikan rezeki hamba-
hamba setiap tahunnya; seandainya tidak demikian, maka
binasalah mereka dan juga hewan ternak mereka.26
Maka dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan makna
kata “Raj’i” berarti “kembali”, hujan dinamakan raj’i dalam ayat
ini, karena hujan berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara,
kemudian turun ke buni, kemudian kembali keatas dan dari atas

25
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Fakh ar-Razi
26
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq, Tafsir ibn Katsir, terj.
M.Abdul Ghoffar, Abdurrahim Mu‟thi, Abu Ihsan (Bogor: Pustaka Imam
Syafi‟i, 2007), Jilid 8, 447
kembali ke bumi, dan begitulah seterusnya dari setiap tahun pada
musimnya berulang-ulang.
b) Qs An-Nur (24): 43
Dari ayat tersebut menurut al-Alusi pada lafadz (Kemudian
mengumpulkannya) ialah, dirangkai diantaranya dengan
gambaran satu awan bercampur dengan awan yang lain. Banyak
yang berpendapat bahwa awan itu adalah satu, seperti awan yang
tinggi di langit, maksdunya awan itu terangkai dari bagian-
bagiannya. Karena lafadz “bayna” tidak disandarkan dengan
selain kata jamak, maka dengan ta‟wil semacam ini muncul
makna jamak. Sebagian yang lain mencukupkan dengan adanya
awan itu sebagai kata dan benda jamak sebagaimana yang saya
dengar.27
Pendapat itu juga disebutkan oleh ar-Razi, bahwanya awan
pada ayat itu adalah satu secara lafadznya, sedangkan menurut
maknanya itu banyak, karena jikalau satu menggunakan lafadz
“sahaabatun”, sebagaimana firman Allah: “Dan Ia yang
menjadikan mendung” (QS. Al-Ra‟d (13): 12). Kemudian
dijadikannya menjadi satu dengan mencampurkan antara satu
dengan yang lainnya, maksudnya menyatukan dari berbagai awan
yang kemudian menjadi satu awan.28
Sedangkan pada penafsiran Thantawi, dijelaskan bahwa
awan di atas adalah gelombang yang terkumpul lalu
mengumpulkan dengan yang lain. Pada langit terdapat Tulang-
tulang yang menyerupai gunung dan dari tulang-tulang tersebut
turunlah hamburan yakni hujan es turun dari langit dari
pegunungan di dalamnya. Hal ini dikarenakan apabila uap
membantu dan mencapai lapisan udara yang dingin dan karena
kekuatan dingin nya itulah mereka bisa berkumpul dan menjadi
satu, yaitu hujan atau salju. Hal ini juga di perjelas dalam

27
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani, Jilid 10, 278
28
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Fakh ar-Razi
peribahasa bahwasanya apabila bisa dilihat secara terang bahwa
yang turun itu yang paling dingin maka hal ini merupakan salah
satu keajaiban bahwa awan yang turun memberikan penguatan
Dari yang zalim, sedangkan apabila yang di lihat hanya seperti
cahaya kilat, artinya ada cahaya darinya yang hampir hilang
dengan mata, maka dengan ini dia memperoleh cahaya dari
kegelapan dan petunjuk dari kesesatan.29
Dan sebagai penguat penafsiran di atas, pada kitab Tafsir
Ibn Katsir dijelaskan, bahwa firman Allah SWT: ((butiran-
butiran) es, yaitu dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung) sebagian ahli Nahwu mengatakan bahwa huruf
min pertama mengandung makna permulaan tujuan, sedangkan
huruf min yang kedua mengandung makna sebagian (tab’id), dan
huruf min yang ketiga mengandung makna penjelasan jenis.
Pengertian ini berdasarkan ta’wil yang mengatakan bahwa firman
Allah SWT, tersebut maknanya ialah, sesungguhnya di langit itu
terdapat gunung-gunung es, lalu Allah menurunkan sebagian
darinya ke bumi. Adapun orang yang menjadikan lafadz ¬al-jibal
disini sebagai ungkapan kinayah (perumpamaan) dari kata as-
sahab atau awan, maka sesungguhnya makna min yang kedua
menurut ta’wil ini berdudukan sebagai “ibtida’ul ghayah” juga,
akan tetapi berkedudukan sebagai ganti (badal) dari min yang
pertama.30
c) Qs Al-Furqon (25): 48
Dalam kitab Ruhu al-Ma’ani, al-Alusi berpendapat
bahwasanya, maksud dari (sebelum kedatangan Rahmat-Nya)
ialah menurunkan hujan, dan rahmat disertai denga hujan
tersebut. Karena itu adalah akibat dari apa yang disebutkan
tentang pengiriman angin sebagai kabar gembira. Maksudnya
adalah: Kami menurunkannya dengan keagungan kami dengan

29
Thantawi Juahari, Al-Jawahir al-Qur‟an al-Karim, juz 12 (Mesir: Mustafa al-
Babi al-Halabi, 1351 H), 19..
30
Abdullah bin Muhammad, Tafsir ibn Katsir,Jilid 6, 70
apa yang kami atur untuk peniupan atau pengiriman angin dari
tempat yang tinggi, yang mana tidak diangap sebagai air, atau
awan, atau dari pendapat kebanyakan.31
Selain itu ar-Razi juga menyebutkan bahwa dalam
penafsiran ayat ini ada tiga masalah yang patut dikaji, akan tetapi
dalam pembahasan sirkulasi masalah yang kedua lah yang patut
kita selidiki lebih lanjut, sebagaiamana penafsiran ar-Razi, bahwa;
masalah kedua: firman Allah SWT: (Dan kami turunkan air yang
suci dari langit) adalah teks bahwa yang Mahakuasa menurunkan
air dari langit, bukan dari awan. Dan pendapat yang mengatakan
bahwa: “awan adalah langit” itu lemah, karena meninjau dari
makna etimologinya. Namun secara kebahasaan langit adalah
nama untuk cakrawala, dan beralih dari makna ini adalah
meninggalkan makna dzahir nya.32
Adapun menurut Thantawi Jauhari dalam kitabnya
dijelaskan bahwasannya (dan Dialah yang mengirimkan angin
sebagai pembawa kabar baik sebelum rahmat-Nya).(Mensucikan
air) yaitu fasih dalam pemurrniannya, dan dalam bahasa baik kata
benda untuk apa yang disucikan dengan itu , seperti wudhu untuk
apa yang dilakukan wudhu, dan bahan bakar untuk apa yang
menyalakan api, atau itu adalah kata sifat seperti yang kami
sebutkan di sini.33
Sirkulasi air yang terdapat pada ayat itu pula di kuatkan
oleh pendapat di dalam kitab Tafsir ibn Katsir bahwa ayat ini
menggambarkan kemampuan Allah SWT, yang Maha sempurna
dan kekuasaan-Nya yang Maha besar, yaitu bahwa Dia-lah yang
meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira akan
datangnya awan sesudahnya. Angin itu bermacam-macam sifat
dan karakteristiknya; diantaranya ada angin yang membuyarkan

31
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani, Jilid 11, 44.
32
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Fakh ar-Razi
33
Thantawi Juahari, Al-Jawahir al-Qur‟an al-Karim, juz 12 (Mesir: Mustafa al-
Babi al-Halabi, 1351 H), 200.
awan, dan ada yang membawanya, ada yang menggiringnya, ada
angin yang bertiup sebelum kedatangan awan yang membawa
kabar gembira, ada angin kencang yang menyapu bumi, ada pula
angin yang membuahi awan agar menurunkan hujannya, karena
itu Allah berfirman: (dan Kami turunkan dari langit air yang
amat bersih) yakni sebagai sarana untuk bersuci.34
3) Rahasia air
a) QS. Fathir (35): 12
Menurut al-Alusi dalam penafsirannya, (Dan tiada sama
(antara) dua lautan) ini (bagus) menyegarkan dan menghilangkan
dahaga. Ar-Raghib berkata bahwa “al-Furat” air tawar yang
diucapkan untuk tunggal dan jamak. Adanya penafsiran ini
berdasarkan gaya bahasa: hitam legam dan kuning cemerlang.(
Lezat diminum), mudah dicerna, karena bebas dari hal yang
membahayakan nyawa. Dan Isa membaca “sayyighun” seperti
lafadz mayyit dengan penekanan, dan itu juga berasal dari Abu
„Amr dan Asim, dan Isa juga membacakan ”sayghun” seperti
maytun yang dibaca ringan (takhfif).35
(Dan ini asin) yang rasanya berubah-ubah, Abu nahik dan
Thalhah membaca “malihun” dengan fathah mim dan kasro lam,
dan Abu Fath al-Razi berkata: ini adalah bahasa yang tidak
formal. Dan diperbolehkan terbatas dari kata “maalih” untuk
memperingan. Hal ini didasarkan pada kata maalih yang
sebenarnya jangan digunakan dan bukan bahasa yang buruk
sebagaimana dikatalan. Sang imam membedakan dua kata antara
malih dan maalih, “malih” memang air asing secara mendasaar
sebagaimana air laut. Sedangkan maalih adalah air yang diberi
garam. Air ini tidak disebut kecuali dengan kata maalih.36
Rahasia dibedakannya antara asin dan tawar ini kemudian
diperkuat dengan penafsiran kitab Tafsir Ibn Katsir yang mana

34
Abdullah bin Muhammad, Tafsir ibn Katsir,Jilid 6, 148
35
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani, Jilid 12, 265
36
Ibid
berkata bahwa;Allah SWT berfirman, mengingatkan (manusia)
terhadap kekuasaan-Nya yang Mahabesar melalui ciptaan-Nya
yang beraneka ragam. Dia telah menciptakan dua laut, yang satu
berair tawar lagi segar, yaitu air yang terdapat di sungai-sungai
yang mengalir untuk keperluan manusia; ada yang kecil ada juga
yang besar, sesuai dengan kebutuhan mereka, lagi tersebar di
berbagai kawasan dan berbagai negeri; ada yang mengalir di kota-
kota, ada pula yang mengalir di hutan-hutan dan padang sahara.
Air sungai itu tawar, segar, lagi sedap untuk diminum. (dan yang
lain asin lagi pahit) yakni air laut itu asin; dan karena asinnya
yang sangat, maka terasa pahit. Laut adalah tempat kapal
berlayar, airnya diciptakan oleh Allah terasa sangat asin lagi
pahit, karena itu disebutkan oleh firman-Nya: (dan yang lain asin
lagi pahit).37
b) Qs Mursalat (77): 27
Menurut al-Alusi dalam kitab Ruhu Al-ma’ani menjelasnya
pada ayat (Dan kami beri minum kamu dengan air tawar) yaitu
air yang segar. Pada dasarnya, hal itu Kami telah menciptakan air
dan mengalirkannya di sungai-sungai dan mengeluarkannya dari
sumber mata air yang bisa kamu ambil dari apa yang telah Kami
titipkan di dalamnya. Dan mufassir menafsirkan lebih umum dari
apa yang disebutkan itu, yaitu air yang diturunkannya dari
langit.38
Menurut penafsiran Thantawi dalam kitabnya, ayat ini
menjelaskan bahwasanya gunung-gunung yang dimaksud adalah
gunung yang terhubung ke lapisan batu, yang merupakan lapisan
bumi yang jauh dari permukaannya. Di atasnya terdapat batu api
dan gunung-gunung yang membentang ke nampan ini dipasang di
atasnya. Apabila bukan karena lapisan batu dari mana gunung-
gunung itu memanjang, kerak bumi dan yang ada di atasnya akan

37
Abdullah bin Muhammad, Tafsir ibn Katsir,Jilid 6, 601
38
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani, Jilid 16, 301
runtuh ke dalam api tersebut. Di bagian dalamnya terdapat laut
tertutup yang mana gunung-gunung ini berlabuh di Kedalaman
yang lebih jauh, dan mereka naik ke ketinggian udara. Karena
saat mereka naik lebih tinggi daripada saat mereka turun , maka
gunung-gunung ini menjadi simpanan air yang turun dari awan
yang menyebar bersamanya di bagian dalamnya dan terawetkan
dalam lapisannya, kemudian gunung-gunung itu keluar. Di
sepanjang tahun nya Mengalir dari mata air, menyirami manusia,
ternak, dan tanaman jarak terjadi sehingga gunung-gunung itu
seolah-olah menjadi tua, menjaga angin dan awan mengalir di
antara gunung-gunung yang membentang hingga jarak yang
sangat jauh di darat, sehingga awan keluar dari atas lautan dan
meluas ke jarak jauh. Hal itu terjadi karena gunung-gunung
melindungi angin dan awan dari kanan ke kiri, akan tetapi mereka
tetap mencapai luar tanah. Sehingga dari itu banyak yang
menyirami tanaman, memutar ambing, dan inilah yang dikatakan
barokah Yang Mahatinggi 39
c) Qs Ar-Ra’d (13): 4
Al-Alusi berpendapat bahwa makna lafadz (disirami) yaitu
sesuatu yang disebutkan dari bagian-bagian dan kebiun-kebun,
tanaman-tanaman, dan pohon-pohon. Kebanyakan dari imam
sab‟ah membaca ta‟nis karena untuk pemeliharaan lafadz, yaitu
bacaan al-Hasan dan Abi Ja‟far. Disebutkan: yang pertama lebih
disepakati dengan konteks penjelasan persatuan keseluruhan
dalam kondisi siraman denga air yang sama tidak ada perbedaan
dalam penciptannya baik siraman itu dari air hujan atau dari air
sungai.40
Menurut ar-Razi dalam penafsirannya, Allah SWT
berfirman (disirami dengan air yang sama) maksudnya sebidang
tanah dialiri dengan air yang sama, sehingga otomatis efek sinar

39
Thantawi Juahari, Al-Jawahir al-Qur‟an al-Karim, juz 24 (Mesir: Mustafa al-
Babi al-Halabi, 1351 H), 321
40
al-Alusi al-Baghdadi, Ruh al-ma’ani, Jilid 8, 147
matahari diatasnya sama, apalagi buah-buuahan itu memiliki rasa,
warna, sifat, dan karakterisktik yang berbeda, sejauh anda dapat
mengambi tanda, semisal anggur dan semua biji-bijiannya akan
matang sepebuhnya kecuali satu, karena tetap asam dan layu. Dan
kita semua tahu bahwa proporsi temperatur dan orbit semuanya
sama. Dan termasuk yang sangat menakjubkan, yaitu bahwa ada
beberapa jenis mawar yang salah satu wajahnya berwarna merah
dan wajah kedua sangat hitam, meskipun mawar itu dalam
keadaan kelembutan tertinggi. Maka tidak mungkin kita katakan
bahwa: efek matahari hanya mengenai satu sisi saja, tidak
mengenai sisi yang lainnya. 41
Hal itu diperkuat dengan penafsiran dalam kitab Tafsir Ibn
Katsir bahwa firman Allah SWT: (disirami dengan air yang
sama, Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas
sebagian yang lain tentang rasanya) dengan kata lain, perbedaan
pada buah-buahan dan tanaman-tanaman ini adalah dalam hal
bentuk, warna, rasa, bau, daun-daun, dan bunga-bunganya.
Sebagian di antaranya ada yang berasa manis sekali, yang lainnya
ada yang sangat kecut, ada yang sangat pahit, ada yang berasa
hambar, dan yang lainnya lagi ada yang berasa segar. Ada pula
pada mulanya berasa kecut, kemudian berubah dengan rasa yang
lain (manis) dengan seizin Allah. Warna masing-masing ada yang
kuning, ada yang merah, ada yang putih, ada yang hitam, dan ada
yang biru. Demikian pula halnya dengan bunga-bunganya,
padahal semuanya menyandarkan kehidupannya dari satu sumber,
yaitu air; tetapi kejadiannya berbeda-beda dengan perbedaan yang
cukup banyak tak terhitung. Dalam kesemuanya itu, terkandung
kekuasaan Allah bagi orang yang menggunakan pikirannya.
Keadaan ini termasuk bukti yang paling besar yang menunjukkan
akan penciptan-Nya, dan kekuasan-Nya dijadikan perbedaan di
segala sesuatu. Karena itulah dilanjutkan ayat: “sesungguhnya

41
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Fakh ar-Razi
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-Ra‟d (13): 4).42
C. Teori ilmiah dari ayat-ayat tentang air
Adanya air di bumi adalah suatu keajaiban. Berbagai proses di
permukaan bumi, termasuk proses-proses kehidupan, berlangsung
dengan perantaraan air. Air merupakan zat yang ajaib karena memiliki
sifat-sifat yang memungkinkannya bereaksi dan berinteraksi baik secara
fisik maupun kimia denga benda-benda lain secara khas pula.43 Dalam
hal keajaiban itu patutnya kita telaah berbagai indikasi ilmiah yang
tertuang dalam setiap ayat yang telah di sebut di atas.
1) Ayat Tentang Air
Dari penafsiran yang telah disebutkan di atas dapat kita ketahu
bahwa mayoritas tentang bagaimana asal-muasal air di bumi ini
berasal dari langit. Dengan merujuk penafsiran dari al-Alusi dan ar-
Razi sebagaimana hujan yang menghidupi bumi yang sebelumnya
mati, yang kemudian hidup dikarenakan air yang mebuahi setiap
tanaman, pepohonan, bunga, bahkan buah-buahan untuk kemudian
menjadikan bumi sebagai tempat yang layak.
Kenyataan lainnya dari proses penurunan air yang mana telah
dikira-kira sesuai penafsiran al-Alusi dalam kitabnya berkata bahwa
air yang diturunkan dari langit sesuai QS.Al-Mu‟minun (23): 18, Itu
maksudnya yang cukup di dalam kebutuhannya dan
kemashlahatannya, atau dengan perkiraan yang pantas untuk
mengambil manfaat dan menghindari bahayanya. Hal itu menjadi
petunjuk bahwa keberadaan molekul air dalam bentuk cair di bumi
itu tampak sangat vital bagi kehidupan di bumi. Karena jarak antara
orbit bumi terhadap matahari yang sedemikian rupa sehingga
moleku-molekul air di bumi sebagian besar selalu tersedia dalam
fasa cair, menyebabkan bumi menjadi tempat yang layak huni bagi

42
Abdullah bin Muhammad, Tafsir ibn Katsir,Jilid 5, 475
43
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Ilmi Air
dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2012), 7
makhluk hidup. 44 Hal itu memang telah di tetapkan oeh Allah
melalui ayat tersebut. Di lain sisi, dengan ditambahkannya lafadz
“lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” pada QS. Al-Mu‟minun
(23): 18 tersebut, seakan-akan mengisyaratkan jikalau pada
hakikatnya air tersebut memang berasal dari atas atau langit.
Berdasarkan teori kejadian alam semesta, air, atau paling tidak
unsur-unsur pembentukannya memang terjadi pertamakali di langit.
Agar molekul H2O dijumpai dalam bentuk cair seperti halnya air,
diperlukan suhu lingkungan yang berkisar antara 0o C sampai 100o
C, seperti yang kita jumpai di bumi sekarang. Menurut teori itu,
unsur-unsur pembentukan bumi pun terjadi di langit pula. 45 Dan
masalah kedua, apakah memang air yang ada di bumi tersebut
muncul bersamaan dengan penciptaan unsur-unsur bumi?. Dari
kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa mayoritas dalam al-Qur‟an
air diturunkan dari langit, akan tetapi lebih sering ditafsiri sebagai air
hujan yang jatuh dari langit setelah bumi terbentuk.
Sebagai perbandingan akan masalah tersebut dalam firman
Allah SWT di dalam (QS. An-Nazi‟at (79): 30-31):
٠٣ ٰ
‫ٰيهَا‬
‫ٰءَهَا وَمَسْع‬
‫ َاخْسَجَ ِمنْهَا مَا‬٠٣ ٰ
‫ٰيهَا‬
‫ِٰلكَ دَح‬
‫وَالْاَزْضَ بَعْدَ ذ‬
Setelah itu, bumi Dia hamparkan (untuk dihuni).
Darinya (bumi) Dia mengeluarkan air dan
(menyediakan) tempat penggembalaan.
Dalam ayat itu seakan-akan mengindikasikan bahwa air
dipancarkan dari dalam bumi setelah bumi dihamparkan. Akan tetapi
menurut kitab Tafsir Ibn Katsir, ayat (dan bumi setelah itu
dihamparkan-Nya) dan ayat (Ia memancarkan darinya mata airnya,
dan( menumbuhkan) tumbuh-tumbuhan-Nya) dalam tafsir surat Ha
Mim Sajdah atau surat Fushilat telah diterangkan bahwa bumi
diciptakan sebelum penciptaan langit, sebagaimana fonadasi di
bangun terlebih dahulu baru kemudian atapnya sesuai dengan QS.

44
Ibid, 9
45
Ibid,16
Al-Baqarah (2): 29. Akan tetapi bumi baru dihamparkan sesudah
langit diciptakan. Dengan kata lain, Allah SWT baru mengeluarkan
semua yang terkandung di dalam bumi dengan kekuasann-Nya ke
alam wujud (setelah langit diciptakan). Demikianlah makna ucapan
Ibnu Abbas dan yang lainnya yang bukan hanya seorang, yang
kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. 46 Dari pemaparan tersebut sudah
menjadi jelas bahwasanya memang hakikat dari asal-muasal air itu
memang diturunkan dari langit. Di sisi lain ilmu pengetahuan
berpendapat bahwa air itu berasal dari debu komet yang tercecer dan
tertarik oleh gravitasi bumi, pendapat ini sebenarnya juga
menguatkan terhadap pernyataan bahwa memang benar air
diturunkannya dari langit sebagaimana yang diisyaratkan dalam QS.
Al-Mu‟minun (23): 18.47
2) Ayat Tentang Sirkulasi Air
Pada kenyataannya air selalu berubah dari satu bentuk ke
bentuk yang lainnya, dan bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lainnya dengan adanya aliran arus, baik di lautan maupun maupun di
darat (sungai) dan adanya pergerakan angin. Pergerakan ini disertai
pula dengan perubahan fasa dari fasa gas (uap) menjadi cair (air) dan
padat (es). Dengan demikan, setiap molekul pada suatu saat akan
berubah menjadi bentuk yang lain dalam kurun waktu rata-rata
tertentu untuk setiap bentuk. Pergerakan dan perubahan ini berjalan
secara terus-menerus dan pada suatu saat akan kembali lagi kepada
bentuk semula.48 Hal ini lah yang dinamakan “sirkulasi”.
Sirkulasi air tersebut dapat diuraikan secara sederhana sebagai
berikut:

46
Abdullah bin Muhammad, Tafsir ibn Katsir,Jilid 8, 393-394
47
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Tafsir Ilmi Air dalam Perspektif Al-
Qur’an dan Sains, 16
48
Ibid, 34
1 Evaporasi Proses dimana air yang ada di laut,
rawa, sungai, dan lainnya menguap
karena adanya pemanasan dari sinar
matahari. Dalam hal ini, air diubah
menjadi uap air atau gas, sehingga bisa
naik ke atmosfer.

2 Transpirasi Proses ini serupa dengan Evaporasi,


hanya saja proses penguapan ini terjadi
pada jarigan makhluk hidup, sepeti
tumbuhan.

3 Kondensasi Proses dimana berubahnya uap air di


atmosfer menjadi partikel es yang
sangat kecil di suhu yang rendah.
Partikel es tersebut saling mendekat
satu sama lain, sehingga akan
menggumpal sebagai awan.

4 Presipitasi Ketika terlalu banyak air yang


terkondensasi maka tetesan air di awan
akan menjadi besar dan berat untuk
menahan di udara sehingga jatuh
sebagai hujan, salju, atau hujan es.

Dalam penafsiran para mufassir terhadap QS. Ath-Thariq (86):


11 di atas sudah jelas bahwa kata ar-Raj’i dalam ayat tersebut
menunjukkan makna ialah hujan. Yang mana hujan tersebut
dinamakan demikian karena makna kata “Raj’i” berarti “kembali”,
hujan dinamakan raj’i dalam ayat ini, karena hujan berasal dari uap
yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian
kembali keatas dan dari atas kembali ke bumi, dan begitulah
seterusnya dari setiap tahun pada musimnya berulang-ulang. Dalam
kata lain, bahwa ayat tersebut mengindikasikan proses Evaporasi
maupun Tranpirasi pada proses sirkulasi air.
Adapun proses Kondensasi dan Presipitasi pada proses
sirkulasi air terdapat pada QS. An-Nur (24): 43, sesuai penafsiran di
atas. Sebagaimana terdapat pada lafadz “Yuallifu Baynahu”
mengindikasikan proses dimana partikel es saling mendekat satu
sama lain sehingga menggumpal sebagai awan. Kemudian pada
lafadz “Fataral wadqa yakhruju min khilaalihi”, yang menunjukkan
proses apabila tumpukan partikel es yang menjadi awan itu mencapai
titik jenuh maka akan dipresipitasikan kembali sebagai hujan,
kemudian juga es atau salju pada lafadz “Min jibalin fihaa min
baradin”.
Selain itu proses sirkulasi air ini sangat bergantung kepada
pergerakan angin dan kelembapan udara. Karena dengan adanya
panas matahari, sebagian air yang mengalir dan menggenagi daratan
dan lautan, akan menguap ke udara dan bergerak bersama
pergerakan angin.49 Hal ini pun telah ditunjukknya dalam QS. Al-
Furqan (25): 48 sesuai penafsiran diatas.
Proses Kondensasi pada pembentukan hujan di angkasa ini di
picu oleh adanya inti kondensasi, yakni titik-titik air atau partikel
polutan seperti debu. Inti kondensasi itulah penyebab pembentukan
kondensat air yang lebih besar dan cukup berat untuk jatuh berupa
hujan. Semakin banyak inti kondensasi, semakin mudah awan atau
uap air membentuk hujan. Hal ini dapat kita amati, bagaimana
daerah-daerah yang dekat dengan pabrik semen sebagai sumber
emisi debu halus ke angkasa, merupakan daerah yang relatif lebih
sering hujan daripada tempat yang jauh dari pabrik. 50 Hal itulah
kemudian yang menyebabkan bergilirnya hujan turun di setiap

49
Ibid, 36
50
Ibid, 37-38
daerah, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Furqan (25):
50:
٠٣ ‫ي اَ ْكثَسُ النَّاسِ اِلَّا كُفُىْزًا‬
ٰٰ‫ٰ فَاَب‬
‫ٰهُ َب ْينَهُمْ ِليَرَّكَّسُوْا‬
‫وَلَقَدْ صَسَّفْه‬
Sungguh, Kami benar-benar telah mempergilirkannya
(hujan itu) di antara mereka agar mereka mengambil
pelajaran. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mau
(bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).
3) Rahasia Air
Pada pembahasan rahasia air ini, dapat kita klasifikasi
pembahasan menjadi dua bagian, yakni;
1) Perbedan Air Tawar Dan Air Asin
Dalam QS. Fathir (35): 12 mayoritas Ulama di atas
menafsirkan dengan makna yang relatif sama, yakni air tawar
sebagai air yang segar dan dapat dikonsumsi, sedangkan air asin
ialah yang terdapat di laut. Dalam kasus ini, gambaran umum air
laut adalah asin tetapi keasinan yang tidak merata; setiap laut
memiliki salinitasnya sendiri-sendiri. bahkan dalam bentangan
samudra yang sama, salinitas air bervariasi dari suatu tempat ke
tempat yang lainnya. Rata-rata garam yang terlarut dalam air laut
adalah sebesar 35 gram per satu liter air, sangat banyak
dibandingkan dengan air tawar yang umumnya mngandung
beberapa ratusan miligram garam per satu liternya.51
Tentang rahasia dibedakannya dua air tersebut sebagian
telah di sebutkan pada penafsiran di atas, akan tetapi penafsiran
tersebut di kuatkan lagi oleh beberapa ayat yang barkaitan dengan
itu, ialah QS. Ar-Rahman (55): 19-20:
٠٣ ٰ
ِ‫ٰن‬
‫ َب ْينَهُمَا بَسْشَخٌ لَّا َيبْغِي‬٣١ ٰ
ِ‫ٰن‬
‫مَسَجَ ا ْل َبحْ َسيْهِ يَلْتَقِي‬
Dia membiarkan dua laut (tawar dan asin)
bertemu.
Di antara keduanya ada pembatas yang tidak
dilampaui oleh masing-masing.
51
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 42
Menurut Ibn Katsir, bahwa firman Allah SWT (antara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.)
yakni Allah telah menjadikan diantara keduanya dinding
pembatas yang menghalangi keduanya dapat membaur, agar yang
ini tidak mencemari yang itu, dan sebaliknya, sehingga dapat
melenyapkan spesifikasi masing-masing yang diciptakan oleh
Allah SWT justru untuk tujuan tersebut. 52 hal ini dikuatkan
dengan dua ayat yang menjelaskan hal serupa yakni pada QS. An-
Naml (27): 61, dan QS. Al-Furqan (25): 53.
Hikmah yang terkandung dalam rahasia ini adalah ketika
kita memahami bahwa diantara kedua macam air tersebut
diciptakannya oleh Allah SWT sebuah penghalang agar tidak
saling mencemari satu sama lain, artinya air laut tetaplah asin agar
tidak menimbulkan pencemaran pada udara yang akhirnya akan
merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak berbau busuk
karena hewan-hewan yang mati didalam laut. Mengingat air laut
asin, maka udaranya segar dan bangkai hewannya halal.
Begitupun dengan air tawar tetaplah tawar karena itu dikonsumsi
oleh manusia , Allah membaginya-baginya diantara makhluk-
Nyakarena mereka sangat memerlukannya, melalui sungai-sungai
dan mata air di setiap kawasan di belahan dunia sesuai dengan
kebutuhan mereka. Baik untuk mereka sendiri maupun untuk
keperluan tanah mereka.
Apabila kita tambahkan air tawar ke dalam air garam pada
suatu wadah, maka kita akan menjumpai air di dalam wadah
tersebut berubah menjadi air garam yang lebih encer, dengan
proses yang terjadi hampir seketika. Untuk proses pada skala
kecil, kejadian tersebut memang demikian adanya. Tetapi apabila
proses ini menyangkut massa yang besar, misalnya pada
percampuran air sungai dan air laut di muara, kita akan dapati
bahwa kedua massa air tidak tercampur dengan serta-merta. Prose

52
Abdullah bin Muhammad, Tafsir ibn Katsir,Jilid 7, 624
percampuran pada dasarnya adalah waktu serta zona atau lokasi
peralihan di antara keduanya, di mana sifat-sifat air merupakan
campuran antar keduanya. Zona dan waktu peralihan berbeda-
beda dari suatu tempat ke tempat lainnya, bisa terjadi seketika
atau memakan waktu lama, dan bisa meliputi area yang sangat
luas atau setempat. Pada beberapa muara sungai, batas antara air
laut dan sungai seringkali dapat dilihat dan tampak sebagai garis
batas yang jelas antara keduanya, terutama ketika air laut
memiliki warna yang berbeda dari warna air sungai, misalnya
ketika air sungai membawa lumpur. 53 Proses inilah yang
kemudian diisyaratkan oleh al-Qur‟an di dalam QS. Ar-Rahman
(antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-
masing.).
2) Perbedaan Tumbuhan Yang Disirami Air Yang Sama
Manfaat air yang utama di muka bumi ini adalah sebagai
sumber dan pemeliharaan kehidupan, termasuk salah satunya
kehidupan tumbuh-tumbuhan. Banyak sekali ayat dalam al-
Qur‟an yang menunjukkan bahwa kehidupan tumbuhan di muka
bumi tak lepas ddari peranan air, salah satunya QS. Ar-Ra‟d (13):
4 yang telah disebutkan di atas.
Dalam dunia makhluk hidup, tumbuhan umumnya
merupakan produsen karena mereka membuat sendiri bahan
organik sebagi bahan penyusun tubuhnya, dari bahan anorganik
(berasal dari benda mati) langsung di alam, seperti CO2, nitrogen,
fosfor, dan air. Proses paling sederhana dalam pembentukan zat
organik adalah pembentukan gula dari dari CO2 dan air, yang
berlangsung dengan adanya klorofil dan energi dari penyinaran
matahari yang dikenal dengan proses fotosintesis.54
Dalam penafsiran ar-Razi di atas terkait QS. Ar-Ra‟d (13):
4, dikatakan bahwa maksud dari dialiri dengan air yang sama

53
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tafsir Ilmi Air dalam Perspektif Al-
Qur’an dan Sains, 42-43
54
Ibid, 69
dalam ayat tersebut adalah bahwa sepertihalnya sebidang tanah
dialiri dengan air yang sama, sehingga otomatis efek sinar
matahari diatasnya sama, sedangkan yang kita ketahui bahwa
buah-buahan itu memiliki rasa, warna, sifat, dan karakterisktik
yang berbeda, sejauh kita dapat mengambil tanda, semisal anggur
dan semua biji-bijiannya akan matang sepebuhnya kecuali satu,
karena tetap asam dan layu. Perbedaan itu disebabkan oleh unsur
hara yang tersedia dalam tanah, buah yang dipupuk dan
mendapatkanasupan yang lengkap akan memiliki ciri buah yang
cenderung kulitnya mudah dikupas dan terkandung banyak kapas
di dalamnya., dan rasanya pun cenderung lebih manis. Lain
halnya buah-buahan yang berkulit lengket dengan buah yang
susah dikupas, cita rasanya pun cenderung masam dan kecut,
dikarenakan unsur hara yang dibutuhkan tidak terpenuhi.
Unsur hara tanah itu ibarat makanan, sedangkan tanah dan
tekstur bumi itu ibarat lingkungan tempat tinggal. Tumbuhan
yang kurang makanan, dan tekstur tanah yang kurang unsur hara
akan memiliki cita rasa yang berbeda dengan tumbuhan yang
terpenuhi dari segi makanan dan tempat tinggalnya. Dalam kasus
perbedaan rasa dari buah-buahan tersebut tak lepas dari
kepentingan unsur air di dalam pertumbuhan tumbuhannya, hal
ini karena air tersebut dapat bekerja sebagai pelarut zat hara
dalam proses masuknya mineral dari tanah ke dalam tanaman
serta mendistribusikannya ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
Tanaman memerlukan sekitar enam belas jenis unsur hara
yang mutlak (Esensial) untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Unsur hara karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O) diambil dari udara dalam bentuk CO2, dan dari dalam tanah
dalam bentuk H2O (Air). 55 Dalam perbedaan rasa buah yang
disinggung di dalam al-Qur‟an tersebut menjadi masuk akal untuk

55
Nur Indah Mansyur, Eko Hri Pudjiwati,dkk Pupuk dan Pemupukan (Aceh:
Syiah Kuala University Press, 2021), 8
disandingkan dengan pembahasan air yang termaktub dalam
firman (disirami dengan air yang sama), karena memang peranan
air pada unsur hara tersebut sangatlah penting meskipun tanaman
tersebut berada dalam satu lingkungan yang sama seperti yang
dijelaskan dalam al-Qur‟an tersebut.
Ketersediaan unsur hara tersebut sangatlah mempengaruhi
serapan unsur hara oleh tanaman sehingga pada tanaman yang
memanfaatkan dan menyerap unsur hara akan menunjukkan
gejala unsur hara yang diserap dalam jumlah yang kurang, cukup,
atau berlebihan. Kategori atau harkat unsur hara tanaman dapat
dikelompokkan sebagai berikut56:
1 Kekurangan (deficient) Yaitu keadaan jika unsur hara
essensial berada pada konsentrasi
yang rendah, dan menyebabkan
penurunan hasil pada tanaman
(produksi rendah). Pada keadaan
tersebut tanaman akan
menunjukkan tanda-tanda
difisiensi unsur hara.

2 Kecukupan (sufficient) Yaitu keadaan jika konsentrasi


unsur hara essensial tersedia dalam
tanah berada dala jumlah yang
cukup untuk mendukung
pertumbuhan tanaman.

3 Berlebihan (excessive) Yaitu keadaan jika unsur hara


essensial berada dalam jumlah
yang cukup tinggi melebihi jumlah
yang dibutuhkan tanaman dan
menyebabkan kekurangan unsur

56
Nur Indah Mansyur, dkk , Pupuk dan Pemupukan, 10
hara lainnya.

4 Keracunan (toxic) Yaitu keadaan jika konsentrasi


unsur hara essensial atau unsur
hara lainnya berada dalam jumlah
yang cukup tinggi dan
menyebabkan pertumbuhan
tanaman sangat terhambat
(keracunan berat) dan
mengakibatkan kematian tanaman.

Dari penjelasan ilmiah tersebut maka dapat dipastikan


bahwa apa yang difirmankan Allah SWT, melalui QS. Ar-Ra‟d
(13): 4 itu memanglah sangat masuk akal ketika ada tumbuhan
yang bersebelahan dan disirami oleh air yang sama dan di bawah
terik matahari yang sama, dapat berbeda-beda dalam hal rasa
buahnya, karena tergantung unsur hara yang terkandung oleh
setiap tanaman.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Redaksi ayat sekaligus terjemahannya yang menerangkan tentang Air


disebutkan dalam 3 bentuk. Yang pertama, ayat tentang asal air terdapat
dalam QS. An-Nahl (16): 65, Al-Mu‟minun (23):18. Yang kedua, ayat yang
menerangkan tentang sirkulasi air bumi terdapat dalam QS. Ath-Thariq (86):
11, QS. Al-Furqan (25): 48, QS. Al-Furqan (25): 50. Yang ketiga, ayat yang
menerangkan tentang rahasia air terdapat dalam QS. Fatir (35): 12, QS. Al-
Mursalat (77): 27, QS. Ar-Ra‟d (13): 4.

2. Penafsiran ulama terkait ayat-ayat yang mencakup tentang Air.

a. Ayat tentang asal air

dari penafsiran al-Alusi dakam kitabnya menjelaskan bagaimana Allah


menurunkan hujan itu untuk menghidupkan bumi yang sebelumnya mati,
sebagaimana Allah menurunkan Rasul dan kitabnya untuk umatnya sebagai
petunjuk dari matinya umatnya dari kesesatan. Hal itu tanpa langsung
mengisyaratkan bahwa asal-muasal air itu berasala dari langit yang mana
kemudian air itu dapat menghidupkan bumi yang sebelumnya tandus.

b. Maka dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan makna kata “Raj‟i”
berarti “kembali”, hujan dinamakan raj‟i dalam ayat ini, karena hujan
berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke buni,
kemudian kembali keatas dan dari atas kembali ke bumi, dan begitulah
seterusnya dari setiap tahun pada musimnya berulang-ulang.

c. Menurut ar-Razi dalam penafsirannya, Allah SWT berfirman (disirami


dengan air yang sama) maksudnya sebidang tanah dialiri dengan air yang
sama, sehingga otomatis efek sinar matahari diatasnya sama, apalagi buah-
buuahan itu memiliki rasa warna, sifat, dan karakterisktik yang berbeda,
sejauh anda dapat mengambi tanda, semisal anggur dan semua biji-bijiannya
akan matang sepebuhnya kecuali satu, karena tetap asam dan layu. Dan kita
semua tahu bahwa proporsi temperatur dan orbit semuanya sama. Dan
termasuk yang sangat menakjubkan, yaitu bahwa ada beberapa jenis mawar
yang salah satu wajahnya berwarna merah dan wajah kedua sangat hitam,
meskipun mawar itu dalam keadaan kelembutan tertinggi. Maka tidak
mungkin kita katakan bahwa: efek matahari hanya mengenai satu sisi saja,
tidak mengenai sisi yang lainnya.

3. teori Ilmiah dari Ayat-Ayat tentang Air

a. Berdasarkan teori kejadian alam semesta, air, atau paling tidak unsur-
unsur pembentukannya memang terjadi pertamakali di langit. Agar molekul
H2O dijumpai dalam bentuk cair seperti halnya air, diperlukan suhu
lingkungan yang berkisar antara 0o C sampai 100o C, seperti yang kita
jumpai di bumi sekarang. Menurut teori itu, unsur-unsur pembentukan bumi
pun terjadi di langit pula.

b. Proses sirkulasi air ini sangat bergantung kepada pergerakan angin dan
kelembapan udara. Karena dengan adanya panas matahari, sebagian air yang
mengalir dan menggenagi daratan dan lautan, akan menguap ke udara dan
bergerak bersama pergerakan angin. Hal ini pun telah ditunjukknya dalam
QS. Al-Furqan (25):

c. Hikmah yang terkandung dalam rahasia ini adalah ketika kita memahami
bahwa diantara kedua macam air tersebut diciptakannya oleh Allah SWT
sebuah penghalang agar tidak saling mencemari satu sama lain, artinya air
laut tetaplah asin agar tidak menimbulkan pencemaran pada udara yang
akhirnya akan merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak berbau
busuk karena hewan-hewan yang mati didalam laut.

B. saran
Berdasarkan penjelasan dan tata cara penulisan yang dijelaskan diatas,
penulis berharap pembaca dapat mengambil manfaat dan faedah atas
penjelasan tersebut, sebagai penutup, penulis harap apabila terdapat
kesalahan dan kekeliruan dala hal penulisan dan ejaan, pembaca dapat
memberikan saran yang membantu kami untuk memperbaiki makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Baghdadi (al), Sayyid Mahmud al-Alusi. Rūḥ al-Ma‟ānī. Beirut: Dar Ihya‟
atTurats al-„Arabi, t.t .
Departemen Agama RI.“Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang
disempurnakan.” Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
Jauharī, Ṭ anṭ āwī. Al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur‟ān al-Karīm. Mesir:
Muṣ ṭ afā alBābī al-Ḥalabī, 1925.
Lajnah Pentashihan Mushaf. Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Edisi
Penyempurnaan 2019. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf, 2019.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟ an Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Tafsir Ilmi Air dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains, (Jakarta:
Rāzī (al), Fakhruddīn. Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-
Kabīr wa Mafātiḥ al-Ghaib. Lebanon: Dār al-Fikr, 1981
Mansyur Nur Indah, pupuk dan pemupukan, (Syiah Kuala University press),
2021.

Anda mungkin juga menyukai