Anda di halaman 1dari 35

AYAT TENTANG WAKTU

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Saintifik
Dosen Pengampu: Khairul Muttaqin, M.Th.I.

Oleh:
Moh. Taufik (20384011009)
Indah Dianis Asriy Fitratuddiniy (20384012004)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin-Nya makalah ini yang berjudul
“Ayat tentang Waktu” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa selawat dan
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
saw. keluarga, sahabat, serta kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis buat guna melengkapi tugas kelompok mata kuliah
Tafsir Ayat Saintifik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan sebagai referensi dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Pamekasan, 11 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Sampul .......................................................................................................................
Kata Pengantar .........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3
1.1 Latar Belakang .......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan ....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5
2.1 Redaksi Ayat dan Terjemahannya tentang Waktu ................................5
2.2 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Waktu ......................12
2.2.1 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Pergantian Siang
dan Malam ................................................................................12
2.2.2 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Relativitas
Waktu ........................................................................................20
2.2.3 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Rahasia Waktu
Masa Iddah................................................................................29
BAB III PENUTUP ..............................................................................................32
3.1 Kesimpulan...........................................................................................32
3.2 Saran .....................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................34

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waktu merupakan seluruh rangkaian saat kita berproses dalam keadaan
berlangsung. Manusia modern menganggap waktu adalah hal yang berharga,
sebab setiap aktivitas manusia berhubungan dengan waktu. Ketika kita tidak
menggunakan waktu dengan sebaik mungkin, maka kita akan termakan oleh
waktu. Karena, waktu lebih berharga daripada emas. Emas bisa kita beli
meskipun mahal, akan tetapi waktu tidak akan terulang kembali seperti semula.
Setiap anusia mempunyai pandangan yang relatif berbeda tentang waktu.
Cara pandang terhadap waktu bukan hanya sekedar cara melihat detikan
arloji pada dinding yang terus berputar tanpa henti, namun waktu lebih dilihat
sebagai kesempatan, uang dan karya yang terus mengukir hidup tiada henti.
Waktu juga dapat diperhitungkan sebagai pedoman manusia dalam berinteraksi
sosial dan membangun kehidupan di Bumi. Pada dasarnya setiap manusia
membutuhkan waktu untuk melakukan aktifitas, baik manusia pada zaman
dahulu maupun sekarang.
Sebelum ditemukan jam tangan untuk menunjukan waktu, jam Matahari
dipergunakan karena kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Matahari maka
manusia zaman dahulu menganggap ukuran waktu dari Matahari ialah
perhitungan waktu yang paling logis. Jam Matahari adalah jam tertua atau
biasanya disebut jam Sundial, jam ini pertama kali digunakan sekitar 3500
sebelum Masehi. Prinsip kerja jam ini, yaitu sebagai petunjuk waktu dengan
memanfaatkan matahari yang menghasilkan bayang-bayang atau lempengan
yang bayang-bayangnya digunakan sebagai penunjuk waktu. Jadi, ada pepatah
yang mengatakan waktu itu seperti pedang. Ketika kita tidak menggunakan
pedang tersebut, maka pedang tersebut yang akan melukai kita.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah
ini adalah:
1. Bagaimana redaksi ayat dan terjemahannya tentang waktu?
2. Bagaimana penafsiran dan teori ilmiah terkait ayat-ayat tentang waktu?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini, yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan waktu
2. Untuk mengetahui dan memahami penafsiran dan teori ilmiah terkait ayat-
ayat tentang waktu

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ayat tentang Waktu


2.1.1 Pergantian Siang dan Malam
QS. Al-Baqarah (2): 164
ْ ُْ َ َّ َ ْ َّ َ ْ َ َْ َ ٰ ْ َ َّ
‫ك‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ال‬ َ
‫و‬ ‫ار‬ ‫ه‬ ‫الن‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫اف‬ ‫ل‬ ‫ت‬ ‫اخ‬ ‫و‬ ‫ض‬ ‫ر‬ْ ‫ا‬‫ال‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫و‬ ‫م‬ٰ َّ
‫الس‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫خ‬ ‫ي‬ْ ‫ف‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِا‬
‫ن‬
َ ْ َ ْ َّ
ْ‫الس َماۤء من‬ َّ ‫اّٰلل م َن‬ُ ‫اس َو َمآ ا ْن َز َل ه‬ َّ ُ َ ْ َ َ
َ ‫الن‬ ْ َْ ْ
‫ال ِتي تج ِري ِفى البح ِر ِبما ينفع‬
ِ ِ ِ
ْ ْ َ َّ َّ َ ُ ْ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ
ِ ِ ‫ما ٍۤء فاحيا ِب ِه الارض بعد مو ِتها وبث ِفيها ِمن ك ِل داۤب ٍةۖ وتص ِِري‬
ْ َ ٰ َٰ ْ َْ َ َ َّ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َّ َ ٰ
‫اب المسخ ِر بين السما ِۤء والار ِض لاي ٍت ِلقو ٍم‬ ِ ‫الري ِح والسح‬ ِ
1 َ ْ
ُ ْ
‫َّيع ِقلون‬
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian
malam dan siang,47) bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan)
yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati
(kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang mengerti.”2

QS. Ali ‘Imrān (3): 190


ُ ٰ َ َ َّ َ ْ َّ َ ْ َْ َّ ‫اَّن ف ْي َخ ْلق‬
‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِض َواخ ِتل ِاف الي ِل والنه ِار لاي ٍت ِلا ِولى‬
ٰ
ِ ِ ِ
3
‫اب‬ َ ‫ْال َا ْل‬
‫ب‬
ِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang berakal,”4

1
Al-Qur’an, Al-Baqarah (2): 164.
2
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019), 33.
3
Al-Qur’an, Ali ‘Imrān (3): 190.
4
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 101.

5
QS. Yunus (10): 6

ْ َْ َ ٰ ٰ َّ ُ ‫َّ ْ َ َّ َ َ َ َ َ َ ه‬ َ ْ َّ
‫ِان ِفى اخ ِتل ِاف الي ِل والنه ِار وما خلق اّٰلل ِفى السمو ِت والار ِض‬
5 َ ْ ُ ََّّ ْ َ
َٰ
‫لا ٰي ٍت ِلقو ٍم يتقون‬
“Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa
yang diciptakan Allah di langit dan di bumi pasti terdapat tanda-
tanda (kebesaran-Nya) bagi kaum yang bertakwa.”6

QS. Al-Mu’minun (23): 80

7 َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ْ َّ ُ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ َّ َ ُ َ
‫وهو ال ِذي يحي وي ِميت وله اخ ِتلاف الي ِل والنه ِارِۗ افلا تع ِقلون‬
ٖ
“Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Bagi-Nyalah
(kekuasaan mengatur) pergantian malam dan siang. Apakah kamu
tidak mengerti?”8

QS. An-Nur (24): 44

َ َْْ ُ ًَْ َ َ ٰ َّ َ َ َّ َ َ ْ َّ ُ ‫ُ َ ُ ه‬
9 ْ
‫يق ِلب اّٰلل اليل والنهارِۗ ِان ِفي ذ ِلك ل ِعبرة ِلا ِولى الابص ِار‬
“Allah menjadikan malam dan siang silih berganti. Sesungguhnya
pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang mempunyai penglihatan (yang tajam).”10

QS. Al-Furqan (25): 62


َ َ َ ْ َ َ َّ ََّّ ْ َ َ َ َ ْ َ ً َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َّ َ ُ َ
‫وهو ال ِذي جعل اليل والنهار ِخلفة ِلمن اراد ان يذكر او اراد‬
ُ ُ
11 ً ْ
‫شكورا‬
“Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi
orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.”12

5
Al-Qur’an, Yunus (10): 6.
6
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 286.
7
Al-Qur’an, Al-Mu’minūn (23): 80.
8
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 493.
9
Al-Qur’an, An-Nūr (24): 44.
10
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 506.
11
Al-Qur’an, Al-Furqān (25): 62.
12
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 520.

6
QS. Al-Jāṡiyah (45): 5
َ َّ َ ْ َّ
َ‫الس َماۤء م ْن ر ْزق َف َا ْحيا‬ ُ ‫الن َهار َو َمآ ا ْن َز َل ه‬
َّ ‫اّٰلل م َن‬ َ ْ َ
‫واخ ِتل ِاف الي ِل و‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
13 َ ْ
ُ ْ َّ ْ َ ٌ ٰ ٰ ٰ ْ ‫صِر‬ْ ََ َ ْ َ َ َْ َ َْْ
‫الري ِح ايت ِلقو ٍم يع ِقلون‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِب ِه الارض بعد مو ِتها وت‬
‫ي‬
“(Pada) pergantian malam dan siang serta rezeki yang diturunkan
Allah dari langit, lalu dihidup suburkannya bumi (dengan air hujan)
sesudah matinya, dan pada perkisaran angin terdapat (pula) tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”14

2.1.2 Relativitas Waktu


QS. Al-Baqarah (2): 259
ٰ ْ ُ ‫َ ْ َ َّ ْ َ َّ َ ٰ َ ْ َ َّ َ َ َ ٌ َ ٰ ُ ُ ْ َ َ َ َ ه‬
‫اوية على عرو ِشهاۚ قال انى يحي ه ِذ ِه‬ ِ ‫او كال ِذي مر على قري ٍة و ِهي خ‬
ٖ
َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ٗ َ َ َ َُّ َ َ َ ُ ‫ه ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ه‬
‫ام ثم بعثهِۗ قال كم ل ِبثتِۗ قال‬ ٍ ‫اّٰلل بعد مو ِتهاۚ فاماته اّٰلل ِمائة ع‬
َ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ً ْ َ ُ ْ َ
‫ام فانظر ِالى طع ِامك‬ ٍ ‫ل ِبثت يوما او بعض يو ٍمِۗ قال بل ل ِبثت ِمائة ع‬
ْ‫لناس َو ْان ُظر‬ َّ ً َ ٰ َ َ َ ْ َ َ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ
ِ ‫وشِر ِابك لم يتسنهۚ وانظر ِالى ِحم ِاركِۗ ولِ نجعلك اية ِل‬
َ َ َ ْ َ ْ َ
ُ‫الى الع َظام ك ْي َ ِ ُن ْنش ُز َها ُثَّم نَك ُس ْو َها ل ْح ًماِۗ َف َلَّما َت َبَّي َن ل ٗه َق َال ا ْع َلم‬
ِ ِ ِ ِ
15 ٌ ْ َ
َ ُ ٰ َ َ ‫ََّ ه‬
ْ
‫ان اّٰلل على ك ِل شي ٍء ق ِدير‬
Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-
bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya.
Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini
setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus
tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah)
bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab,
“Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman,
“Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah
makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah
keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan
menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia.
Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami
menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging

13
Al-Qur’an, Al-Jāṡiyah (45): 5.
14
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 728.
15
Al-Qur’an, Al-Baqarah (2): 259.

7
(sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia
pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.”16

QS. An-Nahl (16): 77


َ َ ْ َ َّ ُ ْ َ َ َ
ْ‫صِر او‬ َ‫اعة اَّلا َك َل ْمح الب‬ ْ َْ َ ٰ ٰ َّ ُ ْ َ ‫َ ه‬
ِ ِ ِ ِ ‫ّٰلل غيب السمو ِت والار ِضِۗ ومآ امر الس‬ ِ ‫ِو‬
17 ٌ ْ َ
َ ُ ٰ َ َ ‫ُ َ َ ْ َ ُ َّ ه‬
ْ
‫هو اقربِۗ ِان اّٰلل على ك ِل شي ٍء ق ِدير‬
Milik Allah (segala) yang tersembunyi di langit dan di bumi. Urusan
kejadian Kiamat itu hanya seperti sekejap mata atau lebih cepat
(lagi). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.18

QS. Al-Kahf (18): 19

َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ٌ َ َ َ ْ ُ َ َْ ْ َُ َ َ َ ْ ُ ٰ ْ ََ َ ٰ َ َ
‫وكذ ِلك بعثنهم ِليتساۤءلوا بينهمِۗقال قاۤىِٕل ِمنهم كم ل ِبثتمِۗقالوا ل ِبثنا‬
ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ َْ َْ ً ْ َ
ْ‫ض َي ْوم َقال ْوا َر ُّبك ْم ا ْع َل ُم ب َما لب ْث ُت ْم َف ْاب َع ُث ْوٓا ا َح َدك ْم ب َورقكم‬ ‫يوما او بع‬
ِ ِ ِ ِۗ ِ ِ ٍِۗ
ُ ْ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ ً َ َ ٰ ْ َ َ ُّ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ٰ
‫ه ِذ ٖ ٓه ِالى الم ِدين ِة فلينظر ايهآ ازكى طعاما فليأ ِتكم ِب ِرز ٍق ِمنه‬
َ ُ َّ ْ ُ َ ْ ََّ َ َ ْ
19 ً َ ْ
‫َوليتلط ِ َولا يش ِع َرن ِبكم احدا‬
Demikianlah, Kami membangunkan mereka agar saling bertanya di
antara mereka (sendiri). Salah seorang di antara mereka berkata,
“Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab,
“Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Mereka (yang lain
lagi) berkata, “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu
berada (di sini). Maka, utuslah salah seorang di antara kamu pergi
ke kota dengan membawa uang perakmu ini. Hendaklah dia melihat
manakah makanan yang lebih baik, lalu membawa sebagian
makanan itu untukmu. Hendaklah pula dia berlaku lemah lembut
dan jangan sekali-kali memberitahukan keadaanmu kepada siapa
pun.20

16
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 57-58.
17
Al-Qur’an, An-Naḥl (16): 77.
18
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 384.
19
Al-Qur’an, Al-Kahf (18): 19.
20
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 413.

8
QS. Al-Kahf (18): 25

21 ً ْ ْ ُ َ ْ َ َْ َ َ َٰ ْ ْ َ ْ ُْ ََ
‫ول ِبثوا ِفي كه ِف ِهم ثلث ِمائ ٍة ِس ِنين وازدادوا ِتسعا‬
Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun.22

QS. Al-Hajj (22): 47

َ َ ْ َّ َ ْ ُ ‫ه‬ َ ْ ُّ َ َ َْ َ َ ُْ َْ َْ َ
‫اّٰلل َوعد ٗهِۗ َواِ ن َي ْو ًما ِعند َر ِبك‬ ِ ‫اب َول ْن يخ ِل‬ِ ‫ويستع ِجلونك ِبالع‬
‫ذ‬
ََْ
23 َ ْ ُّ ُ َ َّ َ َ
‫كال ِ ِ سن ٍة ِّما تعدون‬
Mereka (kaum musyrik Makkah) meminta kepadamu (Nabi
Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan
menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah
seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.24

QS. An-Naml (27): 39-40

َ َ َّ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ
ْ‫كۚ َواِ ِني‬ َ ْ ٰ ََ۠ ْ َ ٌ ْ ْ َ َ
‫الج ِن انا ا ِتيك ِب ٖه قبل ان تقوم ِمن مق ِام‬
ِ ‫قال ِعف ِريت ِمن‬
َ ٌّ َ َ ْ َ َ
25 ٌ ْ
‫علي ِه لق ِوي ا ِمين‬
Ifrit dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya
kepadamu sebelum engkau berdiri dari singgasanamu.
Sesungguhnya aku benar-benar kuat lagi dapat dipercaya.26

َ ْ َ ََّ ْ َّ ْ َ َ ْ َ َ ْ ٰ ََ۠ ٰ ْ َ ٌ ْ َّ
‫ِب ٖه قبل ان يرتد ِاليك‬ ‫ِعلم ِمن ال ِكت ِب انا ا ِتيك‬ ٗ‫َق َال الذ ْي ع ْن َده‬
ِ ِ
ُ ْ َ ْ
ْٓ‫ضل َرب ْيِۗ ِل َي ْبل َوني‬
َ ٰ َ َ ٗ َ ْ َ
‫ُم ْست ِق ًّرا ِعنده قال هذا‬ ُ‫كِۗ َف َلَّما َر ٰاه‬ َ ُ ْ َ
ِ ِ ِ ‫ِمن ف‬ ‫طرف‬

21
Al-Qur’an, Al-Kahf (18): 25.
22
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 415.
23
Al-Qur’an, Al-Ḥajj (22): 47.
24
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 479.
25
Al-Qur’an, An-Naml (27): 39.
26
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 546.

9
َّ َ َ َ ْ ُ َ َ ُْ َ َ ُ َ
ْ‫َءا ْشك ُر ا ْم اكف ُرِۗ َو َم ْن َشك َر ف ِاَّن َما يَ ْشك ُر ِل َنف ِس ٖهۚ َو َم ْن كف َر ف ِان َربي‬
ِ
َ َ
27 ٌ ْ
‫غ ِن ٌّي ك ِريم‬
Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab Suci550) berkata, “Aku
akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum
matamu berkedip.” Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu
ada di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia
Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur.
Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang kufur, maka sesungguhnya
Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.”28

QS. As-Sajdah (32): 5


َ َ َْ ْ َ ُ ْ َ َُّ ْ َْ َ َ َّ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ
ُ
‫السما ِۤء ِالى الار ِض ثم يعرج ِالي ِه ِف ْي يو ٍم كان‬ ‫يد ِبر الامر ِمن‬
29 َ ْ ُّ ُ َ َّ َ َ ََْ َ ْ
‫ِمقد ُار ٗ ٓه ال ِ سن ٍة ِّما تعدون‬
Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (segala
urusan) itu naik kepada-Nya605) pada hari yang kadarnya (lamanya)
adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.30

QS. Al-Qamar (54): 50

َ ْ َ َ ٌ َ َ َّ َ ْ َ َ َ
31
‫احدة كل ْم ٍح ِۢبال َبص ِِر‬ ُ
ِ ‫ومآ امرنآ ِالا و‬
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan
ukuran.32

QS. Al-Ma’ārij (70): 4

33 َ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ ٗ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ ُّ َ ُ َ ٰۤ َ ْ ُ ُ ْ َ
ۚ ‫تعرج الملىِٕكة والروح ِالي ِه ِفي يو ٍم كان ِمقداره خم ِسين ال ِ سن ٍة‬
Para malaikat dan Rūḥ (Jibril) naik (menghadap) kepada-Nya
dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.722) 722)

27
Al-Qur’an, An-Naml (27): 40.
28
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 546-547.
29
Al-Qur’an, As-Sajdah (32): 5.
30
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 598.
31
Al-Qur’an, Al-Qamar (54): 50.
32
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 781.
33
Al-Qur’an, Al-Ma’arij (70): 4.

10
Maksudnya, Jibril dan para malaikat yang lain butuh waktu satu
hari perjalanan untuk menghadap Allah. Satu hari dalam dunia
malaikat sama dengan lima puluh ribu tahun dalam dunia
manusia.34

2.1.3 Rahasia Waktu Masa Iddah


QS. Al-Baqarah (2): 228

َ‫َو ْال ُم َطَّل ٰق ُت َي َت َرَّب ْص َن ب َا ْن ُفسهَّن َث ٰل َث َة ُق ُر ْوء َو َلا َيح ُّل َل ُهَّن َا ْن َّي ْك ُت ْمن‬
ِ ٍِۗ ۤ ِ ِ ِ
ْٰ ْ َ
ْ
َ ‫ه‬ َّ ْ ُ َُّ ْ َّ َ ْ َ ْ ُ ‫ه‬ ََ َ َ
ِۗ‫اّٰلل واليو ِم الا ِخ ِر‬ ِ ‫ما خلق اّٰلل ِف ٓي ارح ِام ِهن ِان كن يؤ ِمن ِب‬
َّ
ْ‫ِۗو َل ُهَّن م ْث ُل الذي‬ َ
َ ‫ك ا ْن ا َر ُاد ْوا ا ْص َل ًاحا‬ َ ٰ ْ َّ َ ُّ َ َ َّ ُ ُ َ ْ ُ ُ َ
ِ ِ ِ ٓ ِ ‫وبعولتهن احق ِبر ِد ِهن ِفي ذ ِل‬
35 ٌ ْ َ ٌ ْ َ ُ ‫َ َ ْ َّ َ َ َ ٌ َ ه‬ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َّ ْ َ َ
ࣖ ‫زز ح ِكيم‬ ‫ال علي ِهن درجةِۗ واّٰلل ع ِ ي‬ ِ ‫لرج‬ ِ ‫علي ِهن ِبالمعرو ِفۖ و ِل‬
Para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu)
tiga kali qurū’ (suci atau haid). Tidak boleh bagi mereka
menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir. Suami-suami
mereka lebih berhak untuk kembali kepada mereka dalam (masa)
itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Mereka (para perempuan)
mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
patut. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan atas mereka.
Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.36

QS. Al-Baqarah (2): 234


َ َ َ ْ َ َّ ُ ْ َ َ ْ ََّ َ َّ ً َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ََّ َ ُ َ ْ َّ َ
‫وال ِذين يتوفون ِمنكم ويذرون ازواجا يتربصن ِبانف ِس ِهن اربعة‬
ْ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َّ ُ ْ َ
ْ‫اح َعل ْيك ْم ِف ْي َما ف َعل َن ِف ٓي‬ ً
‫اشه ٍر وعشِراۚ ف ِاذا بلغن اجلهن فلا جن‬
37 ٌ ْ َ َ ُْ َ َْ َ ُ‫َ ه‬ ْ ُ ْ َ ْ َّ ُ ْ َ
‫انف ِس ِهن ِبالمعرو ِفِۗ واّٰلل ِبما تعملون خ ِبير‬
Orang-orang yang mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri
hendaklah mereka (istri-istri) menunggu dirinya (beridah) empat
bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila telah sampai (akhir) idah
mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai apa yang mereka

34
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 841.
35
Al-Qur’an, Al-Baqarah (2): 228.
36
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 48.
37
Al-Qur’an, Al-Baqarah (2): 234.

11
lakukan terhadap diri mereka71)( 71) Setelah selesai masa idah,
perempuan boleh berhias, bepergian, atau menerima pinangan.)
menurut cara yang patut. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.38

2.2 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Waktu


2.2.1 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Pergantian
Siang dan Malam
Terjadinya siang dan malam (bergantian) bukanlah suatu hal
yang aneh, melainkan merupakan salah satu bukti tanda
kekuasaan (kebesaran) Allah Swt. yang tiada terbatas.
Sebagaimana dijelaskan di dalam QS. Al-Baqarah (2): 164, QS.
Ali ‘Imrān (3): 190, QS. Yunus (10): 6, dan QS. Al-Jāṡiyah (45):
5.
a. QS. Ali ‘Imrān (3): 190
Di dalam tafsir Al-Alusi dijelaskan, bahwa
sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan juga
pergantian antara siang dan malam itu menjadi tanda atau
tendensi bagi orang yang mempunyai akal sehat. Kita
sebagai manusia yang mempunyai akal harus mempercayai
atau meyakini dengan adanya Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi. Tidak hanya itu saja,
melainkan kita harus merenungi dengan apa yang Allah
ciptakan dalam artian Allah Mahakuasa, Maha Agung.
Sedangkan, orang-orang yang tidak mampunyai akal itu
seperti halnya orang yang tidak meyakini bahwa Allah itu
ada. Sehingga, mereka menyangka Allah itu tidak bisa
menciptakan siang dan malam. Maka dari itu, langit, bumi,
siang, malam, dan isinya itu sebagai tanda kebesaran Allah
yang telah menciptakan siang dan malam.39

38
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan
2019, 50-51.
39
Syihabuddin Sayyid Muhammad Al-Alusi Al-Baghdadi, Ruhul Ma'ani Juz 3 (Beirut: Daar al-
Khiyar at-Turots al-Arabi,t.t.), 242.

12
Dalam tafsir al-Jawāhir dijelaskan, bahwa pergantian
siang dan malam itu jelas (bagi yang berakal sehat) akan
tetapi samar (bagi yang lupa kepada Allah). Malam dan
siang itu jelas silih berganti dengan bergantinya panjangnya
waktu malam dan siang tersebut. Maka, hari itu terbit dari
timur dan terbenam dari arah barat. Sehingga bisa jadi
matahari terbenam bahkan sebelum waktu maghrib tiba.
Oleh karena itu, waktu tidak tentu (adakalanya kurang, pas,
dan lebih).40
Menurut Ar-Razi dijelaskan dalam tafsirnya, bahwa Al-
Qur'an bermaksud menarik hati dan ruh yang sibuk dengan
mahluk agar lebih memperhatikan untuk mengetahui al-
Haq (Allah). Ayat ini menunjukan pencerahan hati dengan
menyebut perkara-perkara yang menunjukkan kepada
tauhid, sifat–sifat ketuhanan, keagungan dan
kehebatanNya. (al-tauhid, al-ilahiyyah, al-kibriya’, al-
jalal). Dijelaskan pula bahwa baginda bersabda: “Binasalah
َْ َّ ‫)اَّن ف ْي َخ ْلق‬
orang yang membaca ayat itu (‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِض‬ ِ ِ ِ

dan tidak berfikir tentangnya. Dan diriwayat (juga hadis itu


dengan bentuk begini) “Binasalah orang yang memamah-
mamahnya dengan mulutnya tetapi tidak berfikir
tentangnya.
Dan dikisahkan ada seorang laki-laki dari Bani Israil
bahwa kalau sudah beribadah kepada Allah selama 30
tahun, dia akan dinaungi oleh awan. Setelah 30 tahun
beribadah ternyata tidak dapat naungan awan, maka ibunya
berkata kepadanya, "Mungkin kamu ada yg batal dalam
ibadahmu selama engkau beribadah!” Dia menjawab, "saya
tidak ingat.” Ibunya berkata "Mungkin kamu satu saat

40
Ṭanṭāwī Jauharī, al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm Juz 2 (Mesir: Muṣṭafā alBābī al-Ḥalabī,
1925), 190.

13
memandang langit, tapi kamu tidak mengambil pelajaran.”
Dia berkata, "benar.” Ibunya berkata, "awan itu tidak
datang karena sebab itu.”41

b. QS. Yunus (10): 6


Menurut Al-Alusi ayat di atas menjelaskan, bahwa
sesungguhnya siang dan malam itu bisa diganti. Ketika
terbit dan terbenamnya matahari ini sesuai dengan apa yang
telah dilontarkan oleh filsuf, bahwasanya malam dan siang
itu dibedakan dengan terbit dan terbenamnya matahari.
Kemudian, ketika Allah menginginkan matahari terbit
maka terjadilah siang, begitupun dengan terbenam maka
terjadilah malam. Akan tetapi, ada sebagian ulama’
berpendapat tentang adanya sebuah matahari, mengingat
ِ ‫ف الَّ ْي ِل اوالنَّ اه‬
ayat ‫ار‬ ْ ‫ ا َِّن فِى‬, itu sebagian matahari bisa untuk
ِ ‫اختِ اَل‬
bumi dan sebagian lagi bisa untuk astronomi. Ada sebagian
yang mengatakan, bahwa matahari ini dijadikan untuk bumi
dan sebagian lainnya untuk astronom. Maksudnya, tidak
hanya untuk siang dan malam saja, melainkan matahari
berjalan sebagaimana Allah menginginkannya (menurut
ahli hadis).42
Menurut Ṭanṭāwī Jauharī ayat tersebut menjelaskan,
bahwa pergantian siang dan malam itu datang berurutan,
artinya setelah malam, siang; setelah siang, malam;
begitupun seterusnya. Dan sesuatu yang diciptakan Allah,
baik di langit maupun di bumi dari beberapa bentuk dan itu
luar biasa yang tiada batas. Tujuan dari pergantian siang
dan malam itu, agar kita menjadi orang yang bertakwa

41
Fakhruddīn Al-Rāzī, Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātiḥ al-
Ghaib Juz 9 (Lebanon: Dār al-Fikr, 1981), 137-138.
42
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 7, 104.

14
terhadap ‫( العواقب‬konsekuensi perkara), dalam artian takut
tidak mendapat ridho Allah Swt. di akhirat kelak.43
Adapun menurut Ar-Razi, bahwa sesungguhnya Allah
menyampaikan dalil tentang keesaan dan ketuhanan,
diantaranya:
1. Dengan Penciptaan langit dan bumi.
2. Dengan keadaan Matahari dan Bulan.
3. Dengan manfaat yang diperoleh dari pergantian siang
dan malam. Dan tafsirnya sudah di surat al Baqoroh
dalam firman Allah ( ‫)ان في خلق السمواة واالرض‬.
4. Dengan semua yg diciptakan Allah di langit dan di
bumi, yaitu bagian dari kejadian yang terjadi di alam
dan terbatas hanya dalam empat bagian, yakni:
a. Kejadian dalam 4 unsur dan termasuk di dalamnya
adalah tentang kilat, petir, hujan dan salju. Dan
masuk juga di dalamnya juga tentang kota-kota dan
pulau-pulau, serta masalah petir, gempa, dan
gerhana.
b. Tentang macam-macam logam yang sangat
menakjubkan.
c. Corak ragam berbagai tumbuhan.
d. Corak ragam berbagai macam hewan. Dan
kesatuan ragam yang empat ini termasuk di dalam
firman Allah:
( ‫)وما خلق هللا فى السمواة واالرض‬

Kemudian, sesungguhnya Allah Swt setelah


menyebutkan dalil-dalil ini, berfirman ( ‫)آليات لقوم يتقون‬.
Dikhususkan bagi orang-orang yang bertaqwa. Karena
mereka memperhatikan akibat, sehingga mengajak mereka
untuk mempelajari dan memperhatikan.

43
Ṭanṭāwī Jauharī, al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm Juz 6, 4.

15
Alqoffal berkata: Barangsiapa yg memperhatikan hal ini,
maka dia akan tahu bahwa dunia adalah untuk kesengsaraan
manusia di dalamnya. Dan sesungguhnya pencipta alam
dan pencipta manusia tidak pernah membiarkannya bahkan
menjadikan alam untuk mereka sebagai tempat beramal.
Jika demikian maka harus ada perintah dan larangan,
kemudian pahala dan hukuman agar ada perbedaan antara
yang baik dengan yang jelek di dalam hal ini dan dalam
kebenaran yang menunjukkan atas kebenaran perkataan
dengan ketetapan permulaan dan ketetapan bahan/materi.44

c. QS. Al-Jāṡiyah (45): 5


Al-Alusi menjelaskan dalam kitabnya, bahwa pergantian
siang dan malam itu sebagai tanda adanya segala sesuatu
dari keduanya sebagai pengganti dari yang lain. Atau,
pergantian itu terjadi pada diri malam panjang itu sendiri,
seperti bertambah atau berkurangnya malam dan siang,
serta malam mendahului dalam penciptaannya atau
kemuliaannya.45

Tidak hanya kuasa dalam hal menciptakan serta


mengembangbiakkan, Allah Swt. juga mempunyai kuasa
untuk menghidupkan dan mematikannya. Dan juga terdapat
teguran di dalamnya (QS. Al-Mu’minūn (23): 80 dan QS. An-
Nūr (24): 44).
a. QS. Al-Mu’minūn (23): 80
Menurut Al-Alusi dalam kitab tafsirnya menjelaskan,
bahwa Allah itu menghidupkan dan mewafatkan apa yang
dikehendaki-Nya tanpa membutuhkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Dan Allah itu, dzat-Nya (pada diri

44
Fakhruddīn Al-Rāzī, Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātiḥ al-
Ghaib Juz 17, 39.
45
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 11, 45.

16
Allah) terdapat perbedaan malam dan siang. Jadi, yang
dikehendaki Allah siang dan malam itu ada perbedaan.
Seperti halnya, seseorang membedakan orang lain yakni
nama yang sama, namun orang yang berbeda baik itu
َ ُ ْ َ َ ََ
perginya atau sebaliknya. ‫( افلا تع ِقل ْون‬apakah kalian tidak

berfikir?) ‫أي أفلا تتفكرون‬. Maka dari itu, Allah

menghendaki malam dan siang harusnya kalian berfikir,


baik itu secara mata atau berangan-angan bahwasanya itu
semua pemberian dari Allah Swt.46
Di dalam tafsir al-Jawāhir juga dijelaskan, bahwa
Allah menghidupkan dan juga mematikan, serta
menggantikan malam dan siang. Apakah kamu tidak
berfikir bahwa Allah menciptakan hidup dan mati, malam
dan siang itu supaya manusia berfikir. Sebab manusia
diberi hati, pendengaran, dan penglihatan maka, harus
berfikir tentang kekuasaan Allah.47
Ar-Razi menjelaskan dalam kitabnya,
(‫)وهو الذي يحيى ويميت وله اختَلف الليل والنهار أفَل تعقلون‬
Yaitu nikmat hidup, walaupun termasuk dari
keagungan nikmat tetapi, ia akan terputus/berakhir. Dan
sesungguhnya Allah walaupun memberikan nikmat ini
(yang diputus) dengan tujuan memindahkan ke tempat
pembalasan.
Kemudian, dalam firman-Nya (‫)وله اختَلف الليل والنهار‬
dan nikmat tentang pergantian siang dan malam sudah
maklum/diketahui, kemudian Allah mengingatkan
tentang bahaya mengabaikan masalah ini (pergantian
siang dan malam). Serta (‫ )افَل تعقلون‬Tidakkah kalian

46
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 10, 84.
47
Ṭanṭāwī Jauharī, al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm Juz 11, 149.

17
mengerti ? Karena hal itu adalah dalil tentang teguran dan
ancaman.48

b. QS. An-Nūr (24): 44


Di dalam tafsir Ruḥ al-Ma’ānĭ dijelaskan, bahwa
Allah membolak-balikkan antar malam dan siang dengan
cara pergantian dari malam ke siang, begitupun
sebaliknya dan seterusnya. Atau dengan cara mengurangi
salah satu, bahkan menambahkannya; berubahnya suatu
keadaan, dari musim panas ke musim hujan atau
sebagaimana kondisi negaranya. Pergantian tersebut
terdapat sebuah hikmah yang diberikan Allah Swt. Dan
awal dari keduanya itu merupakan permulaan karena,
untuk menjelaskan bahwasanya Allah Swt. tidak durhaka
kepada hambanya. Maka dari itu, diberi waktu siang dan
malam.49
Dijelaskan pula dalam tafsir Al-Jawāhir, bahwa Allah
membolak-balikkan malam dan siang itu dengan
pergantian (sesudah malam, siang; sesudah siang,
malam). Allah bisa mengurangi salah satu dari keduanya
dan bisa juga menambahkannya. Antara musim kemarau
dan penghujan itu dalam hitungan 24 jam tidak sama.
Tidak tentu siang 12 jam, malam 12 jam. Bisa jadi, siang
12 jam itu bertambah/ berkurang dalam tempo 1 bulan
(terkadang lebih panjang siangnya, begitupun dengan
malam). Contohnya, terkait waktu shalat maghrib bisa
berubah-ubah. Dengan berubahnya pergantian siang dan
malam, itu menyebabkan cuaca yang berbeda-beda
(kadang panas, mendung, dingin, dan lain sebagainya).
sesungguhnya, dalam pergantian malam dan siang itu

48
Fakhruddīn Al-Rāzī, Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātiḥ al-
Ghaib Juz 23, 114-115.
49
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 10, 281.

18
menjadi sebuah pelajaran dan sebagai petunjuk bagi orang
yang mempunyai penglihatan (dalam hati) serta akal atas
kekuasaan dan hikmahnya Allah Swt.50
Menurut Ar-Razi, adapun Firman Allah : "Allah
mempergantikan malam dan siang". Dikatakan di
dalamnya ada beberapa pendapat, diantaranya pertukaran
dan ke munculnya satu dengan yang lain, hal itu seperti
firman Allah:
( ‫)وهو الذي جعل الليل والنهار خلفة‬
Dan diantaranya adalah wajudnya yg satu dan
hilangnya yang lain, dan juga pergantian-pergantian
keadaan keduanya dalam dingin dan panas serta yg
lainnya. Dan dalam hal seperti ini tidak terlarang jika
dimaksudkan untuk semuanya karena dalam nikmat dan
iktibar (mengambil pelajaran) lebih penting dan lebih
kuat.
Adapun kalimat :
ِ ‫﴿إن في ذالِكا لا ِعب اْرة ً ِِلُو ِلي اِلب‬
﴾‫ْصار‬ َّ

Maknanya, bahwa hal yg telah disebut di atas adalah


dalil bagi yang memiliki penglihatan yang tajam. Maka
dari sisi ini, menunjukkan kewajiban seseorang untuk
memperhatikan dan berfikir tentang masalah ini dan
menunjukkan pada rusaknya taqlid.51

c. QS. Al-Furqān (25): 62


Menurut Al-Alusi ayat di atas menjelaskan, bahwa
Allah telah menciptakan malam dan siang sebagai
pergantian, yakni menggantikan dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan tujuan untuk mendirikan suatu

Ṭanṭāwī Jauharī, al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm Juz 12, 19.


50
51
Fakhruddīn Al-Rāzī, Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātiḥ al-
Ghaib Juz 24, 12-14.

19
keberadaan dalam hal yang pantas untuk dilakukan. Jadi,
Allah Swt. menciptakan malam dan siang sebagai
pengganti dari apa yang Allah inginkan dan sebagai bukti
bahwa pergantian itu sebagai tanda kekuasaan Allah
Swt.52
Allah menjadikan malam dan siang sebagai pergantian
bagi orang-orang yang berdzikir dan bersyukur.
Pergantian keduanya merupakan pengingat dan awal kita
bersyukur. Jadi, kita bisa bersyukur ketika kita ingat atau
sadar akan terjadinya segala sesuatu. Seseorang tidak
dikatakan bersyukur kecuali ketika orang tersebut
mengetahui terhadap sesuatu yang disyukuri. Jadi, kita
harus sadar bahwa nikmat itu dari Allah.53

Secara sains, terjadinya pergantian siang dan malam


merupakan akibat yang ditimbulkan oleh rotasi bumi. Yakni,
berputarnya bumi pada porosnya. Sehingga, ketika belahan
bumi terkena sinar matahari, maka terjadilah siang. Begitupun
ketika belahan bumi tidak terkena sinar matahari, maka
terjadilah malam.

2.2.2 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Relativitas


Waktu
a. QS. Al-Baqarah (2): 259
Al-Alusi, Allah menghidupkan Nabi Ibrahim selama
seratus tahun. Pada waktu, itu Nabi Ibrahim
memperjuangkan dakwahnya. Al-Alusi memberikan arti
menghidupkan, sebab ‫ من اعتبارهذا التضمين‬yaitu, menyimpan
rahasia yang ada di dalamnya. Dan al-alusi tidak memberi
arti kematian, sebab jika demikian maka nabi ibrahim itu

52
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 11, 62.
53
Ṭanṭāwī Jauharī, al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm Juz 12, 245.

20
‫ ِلن االمامة بمعنى اخراج الروح‬ruhnya tidak ada (rohnya dicabut)
serta tidak akan hidup lagi ketika dicabut nyawanya. Maka
dari itu Al-Alusi menjelaskan ‫ أمات‬disini bermakna
menghidupkan sementara. ‫ والعام‬Lafadz lam itu diambil dari
lafadz ‫ العوم‬yang berarti satu tahun. ‫ عام‬diartikan tahun,
sebab matahari itu setiap hari, setiap minggu, setiap
tahunnya itu ada. Makanya dinamakan ‫ سنة‬.54
Menurut Ar-Razi, ulama’ sepakat bahwa yang
mengatakan kalimat ‫ قال كم لبثت‬adalah Allah Swt.
Percapakan itu berhubungan dengan mukjizat, karena
sesungguhnya setelah orang tersebut hidup dia
menyaksikan himarnya menjadi tulang dan dengan hal itu
dia mengetahui bahwa mukjizat tersebut tidak tampak
kecuali dari Allah Swt. Dan di dalam ayat ini terdapat
kebingungan, yakni sesungguhnya Allah mengetahui
bahwa dia adalah orang yang mati dan pastinya orang yang
hidup setelah mati tidak akan mengetahui bahwa dia mati
sebentar atau mati dalam waktu yang lama, maka dari itu
apa hikmah Allah menanyakan hal tersebut?
Maksud dari pertanyaan tersebut adalah sebagai
peringatan atas terjadinya apa yang telah dicertakan
(mukjizat dari Allah Swt.)
Adapun ‫ لبثت يوما او بعد يوم‬dari ayat ini muncul
pertanyaan, “apakah orang itu tahu bahwa sesungguhnya
tinggalnya orang tersebut di tempat itu disebabkan karena
mati? Atau dia tidak mengetahui akan tetapi dia
berkeyakinan bahwa tinggalnya orang tersebut disebabkan
karna mati?
Secara dzahir, sesungguhnya tinggalnya orang
tersebut di tempat itu disebabkan karena mati. Karena
sesungguhnya tujuan asal dari Allah mematikan orang itu

54
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 3, 34.

21
kemudian menghidupkannya setelah seratus tahun adalah
untuk menperlihatkan kehidupan setelah kematian dan
orang tersebut juga menyaksikan baik pada dirinya atau
pada himarnya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa
tinggalnya orang tersebut di tempat itu disebabkan karena
mati.
Adapun firman Allah ‫وانظر الى حمارك‬, makna dari ayat
ini adalah Allah memberitahu tentang panjangnya masa
kematiannya dengan memperlihatkan tulang himarnya
yang rusak dan rapuh. ‫ ولنجعلك اية للناس‬maka, sesungguhnya
kami telah menjelaskan bahwa tujuan dari mukjizat itu
adalah untuk keagungan dan kemuliaan Allah Swt. dan juga
sebagai janji Allah dengan derajat yang tinggi di dunia dan
agama, serta hal itu tidak berlaku bagi orang yang mati
dalam keadaan kufur dan ragu akan keesaan Allah Swt.
‫ كيف ننشزها‬Tujuannya adalah ‫ يحييها‬sesungguhnya
Allah merangkai sebagian tulang terhadap sebagian yang
lain hingga menjadi teratur, kemudian Allah
mengembangkan daging pada himar tersebut dan Allah
membentangkan kulit padanya.
Firman allah ‫ فلما تبيين له‬maka ketika Allah
memperlihatkan bahwa sesungguhnya maha kuasa atas
segala sesuatu, maka orang tersebut berkata ‫أعلم ان هللا على كل‬
‫ شيئ قدير‬aku mengetahui bahwa mahakuasa atas segala
sesuatu.55
Di dalam tafsir Ilmi disebutkan, bahwa ayat ini
berkenaan dengan kisah perjalanan orang yang melewati
daerah yang sudah hancur, yang kemudian dihidupkan
kembali. Daerah tersebut diperkirakan kota Yerussalem.
Hal yang menarik dari kisah ini, yakni ketika Nabi Hezqiyal

55
Fakhruddīn Al-Rāzī, Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātiḥ al-
Ghaib Juz 7, 30-39.

22
dihidupkan kembali setelah 100 tahun dan kondisi keledai
yang sudah menjadi tulang-belulang, namun tidak dengan
makanan dan minumannya (tetap utuh dan masih sama
seperti 100 tahun yang lalu). Tentu hal ini bertentangan
dengan hukum Thermodinamika dalam fisika yang
menyatakan, bahwa benda atau materi akan mengalami
peluruhan sesuai dengan perjalanan waktu. Dalam hal ini
terdapat beberapa pendapat terkait jenis makanan yang
dibawa oleh Nabi Hezqiyal, diantaranya buah-buahan,
gandum-ganduman, buah Tin yang hijau (Qatadah), dan
Anggur hitam (aṭ-Ṭabariy). Dalam tafsir ini pun, dijelaskan
bahwa ada kemungkinan awetnya makanan dan minuman
tersebut sebab menggunakan teknologi pengawetan. 56

b. QS. An-Naḥl (16): 77


Al-Alusi menjelaskan, bahwa dahsyatnya hari kiamat itu
secepat kilat seperti kedipannya mata (lebih dekat atau lebih
cepat daripada itu). Allah mengatakan Kun fayakun itu
apapun akan terjadi, sebab Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.57

c. QS. Al-Kahf (18): 19


Al-Alusi, mereka (Ashabul Kahfi) berada di dalam gua
itu tidak sadar. ‫ أي التدري‬mereka itu tidak sadar berapa hari
atau berapa tahun. Setelah mereka bangun dari tidurnya
bahwasanya, masa mereka tidur itu ratusan tahun… maka
dari itu, ketika mereka bangun dari tidurnya seakan-akan
tidur satu malam saja/ satu hari saja, padahal ratusan tahun.

56
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Ilmi Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Sains, 109-113.
57
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 8, 293.

23
Dan saat mereka keluar (gua), keadaan berbeda dengan saat
mereka akan memasuki gua.58

d. QS. Al-Kahf (18): 25


Al-Alusi, saat mereka (Ashabul Kahfi) berada di dalam
gua, mereka berada dalam keadaan tertekan. Bahkan, secara
tidak sadar 309 tahun lamanya mereka berada di dalam gua.
Dan jumlah itu adalah jumlah yang asli (tetap) seperti yang
dikatakan oleh Imam Mujahid dalam firman Allah Swt. (QS.
Al-Kahf (18): 11,
ً َ َ َْ ْ َ ْ َ ٰ ٰٓ َ َ ْ َ َ
‫فض َِربنا على اذ ِان ِه ْم ِفى الكه ِ ِ ِس ِنين عددا‬

Maka, Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu 444)


selama bertahun-tahun. 444) Allah Swt. menidurkan
mereka selama 309 tahun qamariah dalam gua itu (lihat
ayat 25 surah ini) sehingga mereka tidak dapat
dibangunkan oleh suara apa pun.

Al-Alusi memilih pendapat Imam Mujahid yang


berkomentar dalam kitab al-Kasysyaf, bahwa Allah lebih
mengetahui berapa lamanya mereka tinggal di gua.59
Berkenaan dengan teori Relativitas waktu, pemuda
(Ashabul Kahf) tersebut bisa tidur selama 309 tahun karena,
mereka bergerak mendekati kecepatan cahaya. Adapun
rumus dilatasi waktu yang digunakan untuk menganalisis
kisah Ashabul Kahfi, yakni
𝑡0 2 𝑡0
𝑣 2 = [1 − 2 ] . 𝑐 2 𝑡1 = 2
𝑡1
√1−𝑣2
𝑐

Di dalam QS. Al-Kahf (18): 18 dijelaskan, bahwa


mereka tidur dalam keadaan bergerak (dibolak-balikkan).
Ke kanan dan ke kiri dengan kecepatan tertentu dan bisa

58
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 9, 231.
59
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 9, 363.

24
dipastikan kecepatannya sangat maksimal hingga akhirnya
mereka bisa menembus lorong waktu melintasi ratusan
zaman.
Rumus yang dijelaskan para ahli fisika ini,
mengindikasikan jika sebenarnya para pemuda tersebut
hanya tertidur selama satu hari meski waktu yang dilalui
selama 309 tahun. Hal ini juga terkait dengan kalender
Qomariyah. Jika 1 tahun = 354 hari, maka 309 x 354 =
109.386 hari.
Dari hasil kalkulasi rumus tersebut, kecepatan cahaya
akan konstan pada 299.792.458 m/s atau 3 x 108. Hasil dari
rumus tadi menunjukkan, jika Ashabul Kahf selalu bergerak
mendekati kecepatan cahaya dan mengalami dilatasi waktu.
Adapun konsep dilatasi waktu mirip dengan astronot yang
melakukan perjalanan ke luar angkas dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya. Alhasil, mereka mengalami
waktu yang lebih lambat disbanding manusia yang menetap
di bumi.60

e. QS. Al-Ḥajj (22): 47


Al-Alusi, orang kafir Quraisy cepat mendapatkan
siksaan dari Allah Swt. Sehingga Rasulullah saw.
memberikan peringatan kepada mereka terhadap siksaan
Allah dan memberikan janji dengan kedatangan mereka.
Akan tetapi, mereka masih ingkar dengan janjinya
Rasulullah saw. Mereka masih ingkar untuk percaya kepada
Allah dan ikut kepada Nabi Muhammad. Mereka menuntut
kedatangan siksaan Allah (mana siksaanmu ya Allah jika
engkau benar-benar menyiksaku?). Mereka benar-benar
menghina. Kemudian, setelah mereka ingkar, Rasulullah
saw. menyatakan bahwa mereka sudah jelas tidak ingkar

60
Lihat: youtube Islam Populer (Kisah Ashabul Kahfi, Bukti Bisa Menembus Lorong Waktu)

25
lagi. Allah tidak mengingkari janji seorang hamba ingkar
kepada Allah dan utusan-Nya. Karena, semua yang
dijanjikan Allah pasti akan terjadi.
َ َ ْ َّ
‫ َواِ ن َي ْو ًما ِعند َر ِبك‬Satu hari di sisi Allah sama dengan

seribu tahun di sisi manusia. Maksudnya, siksaan di neraka


itu sangat lama sekali bagi manusia yang tidak selamat.
Sehingga, di bawahnya terdapat ayat lagi yang menjelaskan,
bahwa mereka menyangka masa itu sangat jauh, sedangkan
di sisi Allah itu dekat. Maksud dari dua ayat tersebut, Sang
Khaliq dan makhluk-Nya itu beda jauh. Sehingga tidak sama
sisi pandangnya dari segi apapun.61
Di dalam tafsir al-Jawāhir dijelaskan, bahwa
sesungguhnya satu hari di sisi Allah seperti seribu tahun dari
tahun yang kalian hitung. Karena, pada hakikatnya tahun itu
hanya satu. Namun, satu hari tersebut terasa seribu tahun
bagi orang yang mendapatkan siksaan yang sangat pedih.
Ketika mereka mengatakan “sungguh janji Allah itu lama
dan belum selesai juga siksaan yang menimpa, maka
cukupkanlah ya Allah”. Sesungguhnya Allah itu Maha
lemah lembut. Seribu tahun bagi mereka, namun satu hari di
sisi-Mu ya Rabb. Di sisi Allah itu tidak ada pagi dan sore,
akan tetapi pagi dan sore itu ada di bawah perintah-Nya.
Maka, sungguh lama sekali siksa Allah bagi orang yang
tidak selamat di akhirat, seperti yang Allah firmankan dalam
QS. Al-Ma’ārij ayat 6 dan 7.62

f. QS. An-Naml (27): 39-40


Di ayat 40, Al-Alusi menjelaskan bahwa Nabi Sulaiman
ingin membuat singgasana kerajaan. Beliau bingung karena

61
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 10, 251.
62
Ṭanṭāwī Jauharī, al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm Juz 11, 42.

26
Ratu Balqis sedang berada di perjalanan menuju
singgasananya Nabi Sulaiman a.s. Kemudian, Nabi
Sulaiman mengajukan sebuah pertanyaan “siapakah yang
berani memindahkan istana Ratu Balqis ke tempat ini?” jin
Ifrit menjawab, “saya nabi. Saya bisa memindahkan
istananya Ratu Balqis sebelum engkau berdiri dari
tempatmu.” “Iya, silahkan”, ucap Nabi Sulaiman.
Kemudian, terdapat satu orang lagi dari golongan
manusia yang mengatakan, “saya bisa saya bisa
memindahkan kerajaan ratu balqis sebelum engkau
berkedip”. Manusia lebih hebat daripada jin. Akhirnya, Nabi
Sulaiman a.s. memerintahkan orang yang lebih cepat dari jin
tersebut. Jadi, manusia yang membawa singgasana pada saat
yang menyenangkan kala itu termasuk derajat yang tinggi.63
Ar-Razi menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa ulama’
berbeda pendapat tentang “Dia” dalam ayat tersebut. Ada
yang berpedapat “Dia” itu adalah malaikat (Jibril, malik
yang Allah utus kepada Nabi Sulaiman), adapun yang
mengatakan manusia (Ibn Mas’ud, Qatadah, Ibn Zaid). Ibn
Mas’ud berpendapat, bahwa sesungguhnya orang tersebut
adalah orang yang hadir bersama Nabi Sulaiman. Ibn Abbas
mengatakan, orak yang dimaksud yakni Aṣif (menteri Nabi
Sulaiman yang jujur dan terpercaya). Qatadah menyebutkan,
bahwa orang tersebut merupakan laki-laki dari golongan
manusia yang mengenal nama Allah yang agung. Sedangkan
menurut Ibn Zaid, orang tersebut merupakan laki-laki shaleh
yang berada di suatu pulau di sebuah laut (Ia keluar pada
hari itu menemui Nabi Sulaiman).
Adapun pendapat yang dianggap paling kuat, yakni yang
dimaksud adalah Nabi Sulaiman itu sendiri. Nabi Sulaiman
hendak menunjukkan mukjizatnya kepada Ifrit, kemudian

63
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 13, 206.

27
Nabi Sulaiman menantang mereka terlebih dahulu. Lalu,
Nabi Sulaiman menjelaskan kepada Ifrit bahwa ia bisa
melakukan hal tersebut dengan mudah secara cepat yang
tidak bisa dilakukan oleh si Ifrit.64
Di dalam tafsir Ilmi dijelaskan, bahwa Ifrit termasuk
pembesar dari golongan jin. Dia mengatakan, bahwa
sanggup membawa singgasana Ratu Balqis dari negeri
Saba’ (Yaman) ke Yerussalem sebelum Sulaiman berdiri
dari tempat duduknya. Adapun rentang duduknya dengan
saat menerima para pembesarnya, yakni mulai pagi
pertengahan hari (tergelincirnya matahari). Kurang lebih
sekitar pukul 09.00-12.30 (3,5 jam). Jadi, Ifrit mampu
membawa singgasana tersebut dalam waktu 3,5 jam (dua
kali jarak dari kedua tempat tersebut). Jika jarak tempuh
darat dari Yaman-Palestina sekitar 2 bulan (1.440 jam),
maka waktu yang dibutuhkan Ifrit yakni 960 kali lebih cepat
dari kendaraan Unta.
Namun, masih kalah cepat dengan orang yang memiliki
pengetahuan tentang Al-Kitab. “Dia” pada ayat tersebut
sanggup membawa singgasana itu sebelum mata berkedip.
Adapun kedipan mata memiliki kecepatan 300-400 ms.65

g. QS. As-Sajdah (32): 5


Al-Alusi menjelaskan dalam kitabnya, bahwa dalam satu
hari di akhirat ukurannya sama dengan 1000 tahun di dunia.
Hitungan ini bukanlah hitungan secara hakikat, melainkan
“seakan-akan”, sebab saking pedihnya siksaan bagi orang
yang tidak selamat nanti di akhirat. 66

64
Fakhruddīn Al-Rāzī, Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātiḥ al-
Ghaib Juz 24, 197-198.
65
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tafsir Ilmi Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Sains,103-107.
66
Al-Alusi al-Baghdadi, Rūḥ al-Ma‟ānī Juz 12, 182.

28
Albert Einstein menjelaskan tentang relativitas waktu. Di
dalam Al-Qur’an dikatakan ‫ يا ْع ُر ُج اِلا ْي ِه فِ ْي يا ْوم‬bahwa semua peristiwa
di bumi ini dilaporkan kepada Tuhan setiap hari. ‫سناة ِم َّما‬ ‫ار ٓٗه ا ا ْل ا‬
‫ف ا‬ ُ ‫ِم ْقدا‬
ُ ‫ِم ْقدا‬
‫تاعُد ُّْونا‬, sama dengan seribu tahun dalan hitunganmu. ‫اره خ ْام ِسيْنا‬
‫سناة‬ ‫ا ا ْل ا‬, sama dengan lima puluh ribu tahun dalam hitunganmu.
‫ف ا‬
Waktu itu relatif. Selama ini kita mengira bahwa matahari
yang mengelilingi bumi, padahal justru sebaliknya. Sama seperti
halnya kita menaiki kereta. Ketika di dalam kereta, kita mengira
bahwa tiang listrik di luar itu saling berkejar-kejaran. Akan tetapi,
ketika kita keluar dari kereta maka kita akan tahu bahwa yang
sebenarnya bergerak adalah kereta bukan tiang listriknya. Jika
dalam 24 jam bumi berputar sekali pada porosnya, lantas
bagaimana jika matahari yang berputar, berapa kecepatan
matahari tersebut?
Waktu itu ditentukan dimana kita berada dan mengukurnya
dengan benda mana yang bergerak (patokan). Jika kita
patokannya pada bulan, maka sekali bulan berputar mengelilingi
bumi sama dengan tiga puluh kali bumi berputar pada porosnya
(30 hari). Jika patokannya adalah matahari, maka untuk
mengelilingi penuh matahari, membutuhkan waktu 365 hari
bagi bumi. Sehingga, andaikan kita tinggal di bulan, maka usia
kita akan lebih muda 30 kali dibanding tinggal di bumi.67

2.2.3 Penafsiran dan Teori Ilmiah tentang Ayat-ayat Rahasia


Waktu Masa Iddah
a. QS. Al-Baqarah (2): 234
Di dalam tafsir Ar-Razi dijelaskan, bahwa masa iddah itu
wajib bagi setiap perempuan yang ditinggal mati oleh
suaminya kecuali dalam 2 perkara:

67
Lihat: Kanal youtube IP Creative: Ternyata Begini Memahami Teori Relativitas Waktu Einstein
(Buya Syakur)

29
a. Budak perempuan, maka masa iddahnya itu sebagian dari
iddah yang ditentukan (ulama). Iddah perempuan 4 bulan
10 hari (separuhnya itu, 2 bulan 5 hari).
Abu Bakar al-Aṣim, iddahnya perempuan itu
sebagaimana yang telah ditentukan (sudah berpegang
pada kejelasan sebuah ayat (arba’ata asyhurin wa
‘asyran)).
Allah juga menjadikan (masa iddah) bagi orang yang
hamil hanya sampai dia melahirkan sebagai ganti dari
masa iddahnya. Kemudian, orang yang melahirkan tadi
umumnya disebut dengan Janda. Maka, masa iddah yang
seperti ini merupakan sebuah pertimbangan dengan masa
yang pertama (yang sudah diwajibkan/iddah yang umum).
Semua para ahli hukum berkata, membagi idah menjadi 2
itu mungkin dan di dalam orang yang melahirkan itu tak
mungkin. Sehingga muncul perbedaan.

b. Iddahnya orang hamil sampai melahirkan.


Sedangkan pendapat Ali bin Abi Ṭalib, iddahnya sama
dengan 4 bulan 10 hari dan dalilnya mengambil dari al-
qur’an dan as-Sunnah.
a. Iddah bagi orang haid.
Jika iddah yang 4 bulan 10 hari itu sudah selesai,
maka selesai sudah masa iddah nya dan jika dia tidak
melihat haid di dalamnya.
Maliki berkata, masa iddahnya tidak akan habis
sampai melihat masa haidnya pada hari-hari haidnya.
Misalnya, jika kebiasaannya adalah haid sebulan
sekali, maka dalam masa iddahnya harus sampai
empat kali haid. Jika kebiasaan haidnya dua bulan
sekali, maka masa iddahnya harus dua kali haid.
Begitupun jika haidnya empat bulan sekali, maka

30
cukup satu kali haid. Dan jika kebiasaan haidnya lima
bulan sekali, maka cukup dengan kadar iddah
biasanya. Syafi’i berkata, jika dia masih ragu dengan
keadaan haidnya, dia harus berhati-hati (perlu
mencari hukum lagi).68

68
Fakhruddīn Al-Rāzī, Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa Mafātiḥ al-
Ghaib Juz 6, 134-138.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Redaksi ayat tentang waktu:
a. Pergantian siang dan malam
 QS. Al-Baqarah (2): 164  QS. An-Nūr (24): 44
 QS. Ali ‘Imrān (3): 190  QS. Al-Furqān (25): 62
 QS. Yunus (10): 6  QS. Al-Jāṡiyah (45): 5
 QS. Al-Mu’minūn (23):
80
b. Relativitas Waktu
 QS. Al-Baqarah (2): 259  QS. An-Naml (27): 39-40
 QS. An-Naḥl (16): 77  QS. As-Sajdah (32): 5
 QS. Al-Kahf (18): 19, 25  QS. Al-Qamar (54): 50
 QS. Al-Ḥajj (22): 47  QS. Al-Ma’arij (70): 4
c. Rahasia waktu masa idah
 QS. Al-Baqarah (2): 228, 234

2. - Pergantian Siang dan Malam


Allah Swt. sangat memuji orang-orang yang dianggap cerdas akalnya
jika mereka pandai memanfaatkan waktu yang dimilikinya dengan
ungkapan
َّ َ ْ َّ
َ ‫الن َهار َل ٰا ٰيت ل ُاولى ْال َا ْل‬ َ ْ َ َّ ‫اَّن ف ْي َخ ْلق‬
ْ ‫الس ٰم ٰوت َو ْال َا‬
‫اب‬
ِ ‫ب‬ ِ ِ ٍ ِ ‫و‬ ‫ل‬ِ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫اف‬ ‫ل‬
ِ ِ ‫ت‬ ‫اخ‬‫و‬ ‫ض‬ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal.” (QS. Ali ‘Imrān (3): 190)

Allah menciptakan bergantinya siang dan malam dalam rangka untuk


berdzikir kepada Allah, mengambil pelajaran-pelajaran yang ada,
mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt.

32
ُ ُ َ َ َ َّ َّ ْ َ َ َ ً َْ َّ َ َّ َ َ َ َّ ُ
‫َوه َو ال ِذ ْي جعل ال ْيل َوالن َه َار ِخلفة ِل َم ْن ا َراد ان َّيذك َر ا ْو ا َراد شك ْو ًرا‬
“Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang
yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.” (QS. Al-Furqān
(25): 62)

Dengan kata lain, bagaimana mereka mengisi waktunya untuk berdzikir


kepada Allah Swt., mentaati Allah, mensyukuri nikmat-nikmat Allah,
maka ulil albab orang yang benar-benar menggunakan waktunya untuk
hal-hal yang demikian.

- Relativitas Waktu
Allah Swt. menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya (QS. Al-
Qamar (54): 50), yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi,
kemudian urusan itu naik kepada-Nya pada hari yang kadarnya adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu (QS. As-Sajdah (32): 5).
Sains mengatakan, bahwa jika kecepatan suatu benda bertambah, maka
waktunya akan lambat. Waktu itu bersifat relatif, pada hakikatnya tidak
ada. Waktu itu ada, karena ada tempat dan benda lain yang bergerak.

- Rahasia Waktu Masa Iddah


Secara umum, masa iddah seorang perempuan yakni empat bulan
sepuluh hari dan masa iddah ini hukumnya wajib bagi yang ditinggal mati
oleh suaminya, kecuali dua hal:
a. Budak perempuan (masa iddahnya separuh)
b. Perempuan hamil (hingga melahirkan)

3.2 Saran
Sebagai manusia yang dikarunia akal, hendaklah kita pandai-pandai dalam
menggunakan waktu. Tidak sekali-kali untuk menyia-nyiakannya, sebab
mengikuti hawa nafsu, panjangnya angan-angan, lalai dari kematian, serta
bergelimang dalam fitnah-fitnah yang ada. Sebagaimana sudah dikatakan,
bahwa sungguh manusia berada dalam kerugian.

33
DAFTAR PUSTAKA

Al-Baghdadi, Syihabuddin Sayyid Muhammad Al-Alusi. Ruhul Ma'ani. Beirut:


Daar al-Khiyar at-Turots al-Arabi, tt.
Al-Rāzī, Fakhruddīn. Tafsīr al-Fakh ar-Rāzī al-Musytahir bi at-Tafsīr al-Kabīr wa
Mafātiḥ al-Ghaib. Lebanon: Dār al-Fikr, 1981.
Jauharī, Ṭanṭāwī. al-Jawāhir fī Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm. Mesir: Muṣṭafā alBābī
al-Ḥalabī, 1925.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tafsir
Ilmi Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains. Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2013.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi
Penyempurnaan 2019. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
2019.

34

Anda mungkin juga menyukai