Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Ayat Pembahasan ................................................................................. 2
B. Penafsiran Ayat Pembahasan ............................................................... 3
C. Mutasyabih Ayat .................................................................................. 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8
A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ................................................................................................. 9
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keunikan Al-Quran ialah ditemukan ayat yang serupa namun tak sama. Dan
itu tersebar di berbagai surat dan Juz dari Al-Qur’an. Hal tersebut menandakan adanya pesan
yang tersirat didalamnya. Banyak ulama yang berupaya menyingkap ayat-ayat tersebut.
Dengan harapan bisa mengambil Hikmah serta pesan yang ada.
Salah satu contoh ayat yang serupa namun tak sama dalam surat Al-Baqarah ayat 38 dan
Thaha ayat 123. Dalam ayat itu mengisahkan terkait turunnya Adam dan Hawa ke bumi.
Namun redaksi ayat berbeda, di satu sisi menggunakan redaksi dhamir jama` dan disisi lain
menggunakan dhamir mutsanna. kemudian contoh lainnya terdapat dalam surat An-Nahl ayat
14 dengan surat Fathir ayat 12. Kedua ayat tersebut menjelaskan bukti-bukti atas wujudnya
Allah di alam raya ini. Tapi yang membuat perbedaan satu ayat dengan ayat yang lainnya dalam
penggunakan redaksi yang berbeda. QS. An-Nahl ayat 14 menggunakan ترى الفلك مواخر فيه,
sedangkan Fathir ayat 12 menggunakan ترى الفلك فيه مواخر. Contoh terakhir dalam surat Al-
Maidah ayat 9 dan surat Al-Fath ayat 29. Kedua ayat ini memiliki kandungan makna yang
sama, aitu janji Allah terhadap orang-orang yang beriman dan beramal sholeh berupa surga.
Tapi yang membuat perbedaan satu ayat dengan ayat yang lainnya dalam penggunaan redaksi
yang berbeda. QS. Al-Maidah ayat 9 menggunakan لهم, sedangkan Al-Fath ayat 29
menggunakan منهم.
Maka dengan data yang ditemukan, menimbulkan penasaran untuk menggungkap
beberapa contoh di atas. Sehingga Makalah ini di tulis dengan fokus pada QS. Al-Baqarah ayat
38 dengan QS. Thaha ayat 123, QS. An-Nahl ayat 14 dengan QS. Fathir ayat 12, QS. Al-
Maidah ayat 9 dengan QS. Al-Fath ayat 29.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penafsiran dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)
2. Bagaimana Mustayabih dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)
C. Tujuan
1. Mengetahui Penafsiran dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)
2. Mengetahui Mutasyabih dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ayat Pembahasan
1. QS. Al-Baqarah/2; 38 dan Thaha/20; 123
ْ
َ اهب ُط ْوا م ْن َها َجم ْي ًعاۚ َفاَّما َيأت َيَّن ُك ْم من ْي ُه ًدى َف َم ْن َتب َع ُه َد
ْاي َف َلا َخ ْو ٌف َع َل ْيهم ْ َُْ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ﴿ قلنا
َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ََ
﴾ ٣٨ ولا هم يحزنون
“Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang
petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang
menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati”(Al-Baqarah/2; 38)
ْ
َض ُك ْم ل َب ْعض َع ُد ٌّو َۚفاَّما َيأت َيَّن ُك ْم من ْي ُه ًدى ە َف َمن َّات َبعُ َْ ً ْ َ َ ْ
عب ا
ۢ عي م ج اهن م اط
َ ْ َ َ
﴿ قال اه ِب
ِ ِِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
ٰ ْ َ َ ُّ َ َ َ َ ُ
﴾ ١٢٣ اي فلا َي ِضل َولا يشقى هد
“Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. Sebagian
kamu (Adam dan keturunannya) menjadi musuh bagi yang lain. Jika datang kepadamu
petunjuk dari-Ku, (ketahuilah bahwa) siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka”(Thaha/20; 123)
2
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh (bahwa)
bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al-Maidah/5; 9)
ً ْ َ ً ْ َ َّ ً َ ْ َّ ْ ُ ْ ٰ ه ُ َ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ ُ َ َ َ ه
﴾ ٢٩ ࣖ ﴿ وعد اّٰلل ال ِذين امنوا وع ِملوا الص ِلح ِت ِمنهم مغ ِفرة واجرا ع ِظيما
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di
antara mereka ampunan dan pahala yang besar”(QS. Al-Fath/48; 29)
1
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. Vol. 1 (Semarang; Toha Putra, 1992), h. 168
3
kesesatan di dunia dan memeliharanya dari keburukan hisab pada hari Kiamat.” (Riwayat
Ibnu Abi Syaibah dan Ath-Thabrani)2
2
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.6, (Jakarta; Depag RI, 2009),
Cet. III, h. 207
3
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.5, h. 296
4
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.8, h. 147
4
dan lain-lain, maupun pekerjaan seperti menolong fakir miskin, menyantuni anak yatim, dan
perbuatan sosial lainnya.5
Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan
isi hati mereka dan membuktikannya dengan beramal sholeh, bahwa untuk mereka ampunan
terhadap dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, baik di dunia lebih-lebih di akhirat sebagai
buah dan imbalan amal-amal baik mereka. Janji Allah pasti ditepati-Nya. Karena sebab-sebab
pengingkaran janji tidak dapat menyentuh Allah. Biasanya seseorang tidak memenuhi janjinya
jika ia tidak tahu apa yang akan terjadi, atau tidak mampu memenuhi janjinya, atau tajut dan
ada kepentingan yang lain. Hal-hal tersebut tidak mungkin menyentuh Allah SWT sedikitpun
dan karena itu pasti janji yang terpenuhi.6
(QS. Al-Fath/48; 29) Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad saw adalah rasul Allah
yang diutus kepada seluruh umat. Para sahabat dan pengikut Rasul bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi lemah lembut terhadap sesama mereka. Orang-orang yang beriman
selalu mengerjakan salat dengan khusyuk, tunduk, dan ikhlas, mencari pahala, karunia, dan
keridaan Allah. Tampak di wajah mereka bekas sujud. Maksudnya ialah air muka yang
cemerlang, tidak ada gambaran kedengkian dan niat buruk kepada orang lain, penuh
ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, bersikap dan berbudi pekerti yang halus sebagai
gambaran keimanan mereka. Mengenai cahaya muka orang yang beriman, Utsman berkata,
“Adapun rahasia yang terpendam dalam hati seseorang; niscaya Allah menyatakannya pada
raut mukanya dan lidahnya.” Sifat-sifat yang demikian itu dilukiskan dalam Taurat dan Injil.7
Para sahabat dan pengikut Nabi semula sedikit dan lemah, kemudian bertambah dan
berkembang dalam waktu singkat seperti biji yang tumbuh, mengeluarkan batangnya, lalu
batang bercabang dan beranting, kemudian menjadi besar dan berbuah sehingga menakjubkan
orang yang menanamnya, karena kuat dan indahnya, sehingga menambah panas hati orang-
orang kafir. Kemudian kepada pengikut Rasulullah SAW itu, baik yang dahulu maupun yang
sekarang, Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa mereka, memberi mereka pahala yang
banyak, dan menyediakan surga sebagai tempat yang abadi bagi mereka. Janji Allah yang
demikian pasti ditepati.
Allah SWT mnejanjikan kepada orang-orang yang beriman dan kepada Nabi Muhammad
SAW. Bahwa dia akan mengampuni dosa-dosa mereka dan memberi pahala mereka banyak-
banyak, yakni dengan memasukkan mereka ke dalam sruga yang penuh kenikmatan. Dan janji
Allah adalah benar, hak tak mungkin diganti dan tak mungki disalahi. Dan siapapun mengikuti
jejak para sahabat, maka ia hukumnya sama dengan mereka. Namun demekian, para sahabat
adalah manusia yang tetap mempunyai keunggulan, keutamaan dan kesempurnaan yang tak
bisa ditandingi oleh siapapun.8
C. Mutasyabih Ayat
1. QS. Al-Baqarah/2; 38 dan Thaha/20; 123
Yang diperintahkan untuk turun dari surga pada surat Al-Baqarah adalah adam, istrinya
dan iblis, karna menggunakan dhamir jama`. Pendapat inilah yang dikemukakan Ibnu Abbas,
Mujahid dan Ulama salaf. Pendapat ini diperkuat dengan kesaksian firman Allah: . (sebagian
kamu menjadi musuh bagi yang lain). Yang dimaksud permusuhan di sini ialah pemusuhan
antara manusia dengan setan.9 Namun pada surat Thaha, yang diperintahkan untuk turun dari
adalah Adam dan Iblis karna menggunakan dhamir mutsanna.
5
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol. 2, h. 207
6
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 3, (Jakarta; Lentera Hati, 2007), Cet. IX h. 42
7
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.9, h. 391
8
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. Vol. 26, h. 197
9
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. V.1, h. 168
5
Penggunaan dhomir jama` pada kalimat ini karena perintah turun ini tertuju kepada
Adam, Hawa dan keturunanya yang berada di sulbi Adam. Keturunan Adam menanggung
akibat dari kesalahan orang tuanya sebab mereka juga mendapatkan kemuliaan ketika malaikat
diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Dan implementasinya adalah siapapun melakukan
kesalahan yang sama (mengikuti godaan setan) maka akan mendapatkan akibat yang sama.
Ketika dhomir yang digunakan adalah tatsniyyah yang artinya 2, namun setelah kata طا َ ِا ْهب
ْ
menyebutkan yang menggunakan tatsniyyah, Allah menyebutkan kata يَأتِيَنَّكُ ْمyang dhomir-nya
jama` dan َج ِم ْي ًعا. Sehingga seakan bertentangan. untuk mengungkapkan siapa yang dituju dalam
perintah ini. Sya`rawi berpendapat bahwa طا َ ِ ا ْهبditujukan kepada Adam dan Hawa, karena pada
ayat ini melihat dari munasabahnya dan konteks ayatnya, bukan akibat dari kesalahan Adam,
namun konteksnya adalah Adam yang mendapatkan tugas dan kewajiban sebagai khalifah yang
akan dimulai setelah turun.10
Kata ini memiliki kesamaan yaitu berupa fi’il madhi yang artinya mengikuti. Namun jika
dilihat kata ini sama tapi tidak serupa, karena kata اتّبعadalah kata yang akarnya تبعnamun
ditambah dalam wazannya mengikuti wazan افتعل. Dalam kaidah Shorof, penambahan huruf ini
memiliki fungsi, dan fungsi pada افتعلpada kata ini adalah لزيادة المبالغة. Sehingga kata memiliki
arti dengan mengikuti susah payah. Allah tidak menjelaskan bentuk godaan iblis pada surat Al-
Baqarah ayat 38, sehingga lebih tepat penggunaan katanya تبعadalah yang menunjukkan ajakan
untuk mengikuti jalan-Nya Allah. Sedangkan pada Thaha ayat 123, Allah menjelaskan bentuk
godaan Iblis kepada Adam yang begitu menggiurkan pada munasabah ayat ini. Sehingga ketika
Allah mengajak dan memotivasi untuk mengikuti jalan-Nya kata yang digunakan adalah اتّبع
untuk menunjukkan ketika ingin mengikuti jalan-Nya, dibutuhkan usaha dan susah payah
karena Iblis akan selalu menggunakan berbagai macam strategi untuk meggoda dan
menjatuhkan sebagaimana yang telah terjadi kepada Adam.11
Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi Vol. 1, (Mesir; Mustafa Al-Bab Al-Halabi, 1996), h. 277
10
11
Ahmad Husnul Hakim, "Mutasyabih Al-Quran Menyingkap Rahasia Di Balik Tata Letak Yang
Berbeda" (Depok: Elsiq Lingkar Studi Al-Quran Tabarokarrahman). h. 49
6
sebelum dan sesudahnya yang tetap berbentuk jama` adalah untuk menyesuaikan khithabnya
yang juga berbentuk jamak yaitu ِلت َ ْبتَغُ ْوا, ِلت َأْكُلُ ْوا َّوت َ ْست َ ْخ ِر ُج ْواpada surah an-Nahl, dan kalimat َت َأْكُلُ ْون
dan َ َّوت َ ْست َْخ ِر ُج ْونdi surah Fathir.12
12
Ahmad Husnul Hakim, "Mutasyabih Al-Quran Menyingkap Rahasia Di Balik Tata Letak Yang
Berbeda" (Depok: Elsiq Lingkar Studi Al-Quran Tabarokarrahman). h.39-40
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengenai 1.QS. Al-Baqarah/2; 38 dan Thaha/20; 123, Kedua ayat di atas sama-sama
mengisahkan terkait turunnya Nabi Adam dan Hawa dari surga ke bumi, yaitu tidak hanya
mereka berdua yang diturunkan, melainkan iblis juga ikut serta diusir dari surga. Dan termasuk
semua anak keturunan Nabi Adam yang masih dalam keadaan ruh sulbi Adam dan keturunan
Iblis. Iblis akan terus menghasut keturunan Nabi Adam hingga hari Akhir, dan diantara tersebut
ada manusia yang mengikuti jalan-Nya Allah, dan ada pula yang memang berusaha secara
sungguh-sungguh untuk menghindari godaan setan dan mengikuti jalan-Nya Allah.
Mengenai QS. An-Nahl/16; 14 dan QS. Fathir/35; 12, kedua ayat ini menjelaskan
menunjukkan bukti wujudnya Tuhan di alam raya ini, sekaligus merangkum berbagai macam
kenikmatan. Kekuasaan Allah ditunjukkan pada kapal yang bergerak membelah lautan, itu
semua karena rahmat Allah. Dan bukti ada wujudnya Allah ditunjukkan juga melalui air laut
dan air sungai yang bertemu, dimana kedua berbeda rasa dan warna, sedemikian detinya
ciptaan Allah.
Mengenai QS. Al-Maidah/6; 9 dan QS. Al-Fath/48; 29, Kedua Ayat ini menjelaskan
tentang janji Allah kepada orang yang beriman yang banyak beramal saleh akan diberikan
ampunan dan pahala yang besar. Di surat Al-Maidah menggunakan term لهم, karena janji
tersebut ditujukan kepada semua umat mukmin yang senantiasa beramal saleh di mana pun dan
kapan pun sampai hari kiamat. Dan pada Al-Fath menggunakan term karena janji tersebut
ditujukan kepada umat muslim yang ikhlas serta tulus beramal saleh karna Allah, bukan
semata-mata karna manusia ataupun yang lainnya.
B. Saran
Penulis mengetahui akan kekurangan makalah yang penulis tulis oleh karena itu kami
sangat terbuka kepada para pembaca untuk memberikan saran serta kritik untuk memperbaiki
penulisan ataupun menyusun makalah kami kedepannya.
8
Daftar Pustaka
Al-Qur`an Al-Kariim
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. (Semarang; Toha Putra, 1992)
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan), (Jakarta; Depag RI, 2009),
Cet. III
Hakim, Ahmad Husnul "Mutasyabih Al-Quran Menyingkap Rahasia Di Balik Tata Letak
Yang Berbeda" (Depok: Elsiq Lingkar Studi Al-Quran Tabarokarrahman, 2021).
Shihab. Quraish, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta; Lentera Hati, 2007), Cet. IX
Sya’rawi. Mutawalli, Tafsir Sya’rawi, (Mesir, Mustafa Al-Bab Al-Halabi, 1996)