Anda di halaman 1dari 12

MUTASYABIH AL-QUR`AN

QS. (Al-Baqarah/2:38 & Thaha/20;123) (An-Nahl/16:14 &


Fathir/35:12) (Al-Maidah/5:9 & Al-Fath/49:29)
Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Husnul Hakim IMZI, S.Q, MA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Mutasyabih Al-Quran
Oleh :
Nibras Bangkit Syakira
M. Husnul Fuad

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. tuhan semesta alam. Berkat karunia rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan sebuah tugas makalah yang
berjudul “Mutasyabih Al-Qur`an” dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam senantiasa
kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. yang telah menjadi suri tauladan
kita sebagai ummatnya serta telah membawa kita dari zaman jahiliah hingga ke zaman yang
penuh dengan ilmu seperti saat ini. Semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti,
aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Kami tak lupa ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Tafsir
Maudhu’I Tarbawi, yaitu Dr. Ahamd Husnul Hakim IMZI, S.Q, MA. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Mutasyabih Al-Qur`an”. Semoga beliau selalu
dalam lindungan Allah Swt. serta selalu di berikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya.
Kami sebagai penulis sangat bersyukur telah menyelesaikan makalah kami, harapan kami
kedepannya dapat memberikan manfaat kepada pembaca, juga kami menyadari akan
kekurangan dalam penulisan makalah kami, oleh karena itu kami sangat terbuka akan kritik
serta saran dari pembaca agar dapat memperbaiki kesalahan pada makalah yang akan datang.

Depok, 30 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Ayat Pembahasan ................................................................................. 2
B. Penafsiran Ayat Pembahasan ............................................................... 3
C. Mutasyabih Ayat .................................................................................. 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8
A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................... 8
Daftar Pustaka ................................................................................................. 9

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keunikan Al-Quran ialah ditemukan ayat yang serupa namun tak sama. Dan
itu tersebar di berbagai surat dan Juz dari Al-Qur’an. Hal tersebut menandakan adanya pesan
yang tersirat didalamnya. Banyak ulama yang berupaya menyingkap ayat-ayat tersebut.
Dengan harapan bisa mengambil Hikmah serta pesan yang ada.
Salah satu contoh ayat yang serupa namun tak sama dalam surat Al-Baqarah ayat 38 dan
Thaha ayat 123. Dalam ayat itu mengisahkan terkait turunnya Adam dan Hawa ke bumi.
Namun redaksi ayat berbeda, di satu sisi menggunakan redaksi dhamir jama` dan disisi lain
menggunakan dhamir mutsanna. kemudian contoh lainnya terdapat dalam surat An-Nahl ayat
14 dengan surat Fathir ayat 12. Kedua ayat tersebut menjelaskan bukti-bukti atas wujudnya
Allah di alam raya ini. Tapi yang membuat perbedaan satu ayat dengan ayat yang lainnya dalam
penggunakan redaksi yang berbeda. QS. An-Nahl ayat 14 menggunakan ‫ترى الفلك مواخر فيه‬,
sedangkan Fathir ayat 12 menggunakan ‫ترى الفلك فيه مواخر‬. Contoh terakhir dalam surat Al-
Maidah ayat 9 dan surat Al-Fath ayat 29. Kedua ayat ini memiliki kandungan makna yang
sama, aitu janji Allah terhadap orang-orang yang beriman dan beramal sholeh berupa surga.
Tapi yang membuat perbedaan satu ayat dengan ayat yang lainnya dalam penggunaan redaksi
yang berbeda. QS. Al-Maidah ayat 9 menggunakan ‫لهم‬, sedangkan Al-Fath ayat 29
menggunakan ‫منهم‬.
Maka dengan data yang ditemukan, menimbulkan penasaran untuk menggungkap
beberapa contoh di atas. Sehingga Makalah ini di tulis dengan fokus pada QS. Al-Baqarah ayat
38 dengan QS. Thaha ayat 123, QS. An-Nahl ayat 14 dengan QS. Fathir ayat 12, QS. Al-
Maidah ayat 9 dengan QS. Al-Fath ayat 29.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penafsiran dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)
2. Bagaimana Mustayabih dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)
C. Tujuan
1. Mengetahui Penafsiran dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)
2. Mengetahui Mutasyabih dari QS. (2:38 & 20;123) (16:14 & 35:12) (6:9 & 49:29)

1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ayat Pembahasan
1. QS. Al-Baqarah/2; 38 dan Thaha/20; 123
ْ
َ ‫اهب ُط ْوا م ْن َها َجم ْي ًعاۚ َفاَّما َيأت َيَّن ُك ْم من ْي ُه ًدى َف َم ْن َتب َع ُه َد‬
ْ‫اي َف َلا َخ ْو ٌف َع َل ْيهم‬ ْ َُْ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫﴿ قلنا‬
َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ََ
﴾ ٣٨ ‫ولا هم يحزنون‬
“Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang
petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang
menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati”(Al-Baqarah/2; 38)
ْ
َ‫ض ُك ْم ل َب ْعض َع ُد ٌّو َۚفاَّما َيأت َيَّن ُك ْم من ْي ُه ًدى ە َف َمن َّات َبع‬ُ َْ ً ْ َ َ ْ
‫ع‬‫ب‬ ‫ا‬
ۢ ‫ع‬‫ي‬ ‫م‬ ‫ج‬ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ط‬
َ ْ َ َ
‫﴿ قال اه ِب‬
ِ ِِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
ٰ ْ َ َ ُّ َ َ َ َ ُ
﴾ ١٢٣ ‫اي فلا َي ِضل َولا يشقى‬ ‫هد‬
“Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. Sebagian
kamu (Adam dan keturunannya) menjadi musuh bagi yang lain. Jika datang kepadamu
petunjuk dari-Ku, (ketahuilah bahwa) siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka”(Thaha/20; 123)

2. QS. An-Nahl/16; 14 dan QS. Fathir/35; 12


َ َ ْ ُ َ ْ َ ً َ ْ ُ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ َّ ًّ َ ً ْ َ ُ ْ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َّ َ ُ َ
ۚ‫﴿ وهو ال ِذي سخر البحر ِلتأكلوا ِمنه لحما ط ِريا وتستخ ِرجوا ِمنه ِحلية تلبسونها‬
َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ‫َو َت‬
﴾ ١٤ ‫اخر ِفي ِه و ِلتبتغوا ِمن فض ِل ٖه ولعلكم تشكرون‬ِ ‫و‬ ‫م‬ ‫ك‬‫ل‬ ‫ف‬‫ال‬ ‫ى‬‫ر‬
“Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging yang
segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai.
Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-
Nya, dan agar kamu bersyukur”(QS. An-Nahl/16; 14)
َ ْ ُ ُ َْ ُ ْ َ ٌ َ ُ ٌ ْ َ ٰ َ ٗ ُ َ َ ٌ َ ٌ َ ُ ٌ ْ َ َ ٰ ٰ ْ َْ َ َ
‫﴿ َو َما ي ْست ِوى البحر ِنِۖهذا عذب فرات ساۤىِٕغ شرابه وهذا ِملح اجاجٌۗو ِمن ك ٍل تأكلون‬
ْ َ ْ ْ َُ َْ َ َ َ ْ َ ْ ُْ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ً َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َّ ًّ َ ً ْ َ
ِ ‫لحما ط ِريا وتستخ ِرجون ِحلية تلبسونهاۚوترى الفلك ِفي ِه مو‬
‫اخر ِلتبتغوا ِمن فض ِل ٖه‬
َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ َ
﴾ ١٢ ‫ولعلكم تشكرون‬
“Tidak sama (antara) dua laut: yang ini tawar, segar, dan mudah diminum serta yang
lain sangat asin. Dari masing-masing itu kamu dapat memakan daging yang segar dan dapat
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Di sana kamu melihat bahtera (berlayar)
membelah (lautan) agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan agar kamu
bersyukur” (QS. Fathir/35; 12)

3. QS. Al-Maidah/5; 9 dan QS. Al-Fath/48; 29


ٌ ْ َ ٌ ْ َ َّ ٌ َ ْ َّ ْ ُ َ ٰ ‫ه‬ ُ َ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ ُ ‫َ َ َ ه‬
﴾ ٩ ‫﴿ وعد اّٰلل ال ِذين امنوا وع ِملوا الص ِلح ِت لهم مغ ِفرة واجر ع ِظيم‬

2
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh (bahwa)
bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS. Al-Maidah/5; 9)
ً ْ َ ً ْ َ َّ ً َ ْ َّ ْ ُ ْ ٰ ‫ه‬ ُ َ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ ُ ‫َ َ َ ه‬
﴾ ٢٩ ࣖ ‫﴿ وعد اّٰلل ال ِذين امنوا وع ِملوا الص ِلح ِت ِمنهم مغ ِفرة واجرا ع ِظيما‬
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di
antara mereka ampunan dan pahala yang besar”(QS. Al-Fath/48; 29)

B. Penafsiran Ayat Pembahasan


1. QS. Al-Baqarah/2; 38 dan Thaha/20; 123
(QS. Al-Baqarah/2; 38) Pada ayat ini Allah mengulangi lagi perintah-Nya agar Adam
dan Hawa keluar dari surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan hidup, pindah ke bumi
yang menghendaki kerja keras dan perjuangan. Kepadanya dibentangkan dua macam jalan.
Pertama, adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang bahagia di
dunia dan akhirat, yaitu dengan beriman kepada Allah serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya.
Kedua, jalan yang akan membawa manusia kepada kerugian dan kesengsaraan hidup di dunia
dan di akhirat kelak, yaitu jalan orang kafir dan durhaka terhadap-Nya, serta menuruti bujukan-
bujukan setan.
Siapa yang mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan Allah melalui rasul-rasul-
Nya, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman. Mereka tidak akan
merasa cemas, karena iman dan ketaatan mereka yang teguh kepada kekuasaan dan rahmat
Allah. Mereka tidak akan merasa sedih dan menyesal atas kejadian-kejadian pada masa lalu
yang menimbulkan kerugian harta benda atau pun kehilangan anggota keluarga dan
sebagainya, karena bagi orang-orang yang beriman dan selalu berpegang kepada petunjuk-
petunjuk Allah, mudah baginya menghadapi segala macam musibah dan cobaan-cobaan yang
menimpa dirinya. Sebab dia percaya bahwa kesabaran dan penyerahan diri kepada Allah adalah
jalan yang terbaik untuk memperoleh keridaan-Nya, di samping pahala dan ganjaran yang
diperolehnya dari Allah sebagai ganti yang lebih baik dari yang hilang.
Perintah ini menjelaskan bahwa fase hidup ini penuh dengan kenikmatan dan kelezatan
serta kebahagiaan yang takpernah habis. Kemudian datang fase hidup untuk bekerja yang di
dalamnya terdapat dua jalan, hidayah dan iman, serta kekufuran dan kerugian. Khitab pada
term ditujukan kepada Adam, Hawa dan Iblis yang dimaksudkan adalah anak cucu Adam dan
keturunannya, artinya siapa pun yang memegang teguh syariat yang telah disampaikan oleh
Rasul dan mau berpegang teguh pada pendapat akal sehat setelah melakukan kebenaran dengan
menggunakan petunjuk Allah, maka tidak akan merasa takut dengan apa yang terjadi di hari
esok.1
(Thaha/20; 123) Bukan saja Adam yang harus turun ke bumi tetapi Iblis musuh yang
memperdayakannya harus turun pula ke dunia. Kedua jenis makhluk ini akan menjadi musuh
satu sama lain, permusuhan Iblis terhadap manusia adalah permusuhan yang abadi dan
berkesinambungan sampai datangnya hari Kiamat. Iblis akan selalu berusaha menyesatkan
manusia dari jalan yang benar dengan berbagai macam tipu dayanya. Oleh sebab itu Allah
mengingatkan kepada anak cucu Adam agar ia selalu waspada terhadap musuh utamanya itu.
Apabila telah datang petunjuk dari Tuhan dengan perantaraan nabi dan rasul-Nya maka
hendaklah manusia mengikuti petunjuk seperti yang diajarkan rasul. Dengan demikian dia
tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Ibnu Abbas berkata mengenai ayat ini bahwa Allah
melindungi orang-orang yang mengikuti ajaran Al-Qur'an dari kesesatan di dunia dan dari
kecelakaan dan malapetaka di akhirat. Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah bersabda, “Siapa yang
mengikuti kitabullah, Allah akan memberikan petunjuk kepadanya untuk menghindari

1
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. Vol. 1 (Semarang; Toha Putra, 1992), h. 168

3
kesesatan di dunia dan memeliharanya dari keburukan hisab pada hari Kiamat.” (Riwayat
Ibnu Abi Syaibah dan Ath-Thabrani)2

2. QS. An-Nahl/16; 14 dan QS. Fathir/35; 12


(QS. An-Nahl/16; 14) Allah swt menyebutkan nikmat-nikmat yang terdapat di lautan
yang diberikan kepada hamba-Nya. Dijelaskan bahwa Dia yang telah mengendalikan lautan
untuk manusia. Maksudnya ialah mengendalikan segala macam nikmat-Nya yang terdapat di
lautan agar manusia dapat memperoleh makanan dari lautan itu berupa daging yang segar, yaitu
segala macam jenis ikan yang diperoleh manusia dengan jalan menangkapnya.
Selanjutnya Allah swt menyebutkan nikmat lain yang dapat diperoleh manusia dari
lautan, yaitu berupa perhiasan, di antaranya adalah mutiara dan marjan. Nikmat lain yang
diberikan kepada manusia dari lautan ialah mereka dapat menjadikannya sebagai sarana lalu
lintas pelayaran, baik oleh kapal layar ataupun kapal mesin. Kapal-kapal itu hilir mudik dari
suatu negara ke negara lain untuk mengangkut segala macam barang perdagangan sehingga
mempermudah perdagangan antar negara tersebut. Dari perdagangan itu, manusia mendapat
rezeki karena keuntungan yang diperolehnya.
Nikmat-nikmat Allah itu disebutkan agar manusia mensyukuri semua nikmat yang
diberikan-Nya kepada mereka. Juga dimaksudkan agar manusia dapat memahami betapa besar
nikmat Allah yang telah diberikan pada mereka dan memanfaatkan nikmat yang tiada tara itu
untuk beribadah kepada-Nya dan kesejahteraan mereka sendiri.3
(QS. Fathir/35; 12) Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa ada dua keistimewaan air,
masing-masing mempunyai kegunaan sendiri-sendiri. Keduanya dapat menjadi tempat
berkembang biak ikan yang lezat cita rasanya. Air tawar di sungai-sungai yang mengalir
melalui desa-desa dan kota-kota besar, sedap diminum, menghilangkan dahaga, menyuburkan
tanah, dan menumbuhkan rumput-rumputan, tanam-tanaman, dan pohon-pohonan. Perahu-
perahu dapat berlayar di atasnya untuk membawa keperluan hidup dari satu tempat ke tempat
lain. Sedangkan air asin, di dalamnya terdapat mutiara dan karang laut yang dapat dijadikan
perhiasan, dan menjadi tempat berlayarnya kapal-kapal besar membawa hasil bumi dan
tambang dari satu tempat ke tempat-tempat lain, baik di daerah sendiri maupun ke luar negeri
sebagai barang ekspor atau mendatangkannya dari luar negeri sebagai barang impor, yang tidak
dapat dijangkau oleh perahu-perahu kecil, sebagai barang dagangan untuk mencari karunia
Allah.4
Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa kekuasaan Allah dapat menundukkan air tawar dan
air asin sehingga bisa dipergunakan menurut fungsinya masing-masing. Hal demikian itu
bertujuan agar manusia bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan Allah
kepadanya itu.

3. QS. Al-Maidah/5; 9 dan QS. Al-Fath/48; 29


(QS. Al-Maidah/5; 9) Ayat ini menyatakan janji Allah bahwa kepada orang yang beriman
yang banyak beramal saleh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar. Janji Allah pasti
ditepati-Nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ‫َّ ه‬
‫اّٰلل لا يخ ِلف ال ِم ْيعاد‬ ‫ِان‬
“Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (Ali Imran/3:9) Amal saleh ialah setiap
pekerjaan yang baik, bermanfaat dan patut dikerjakan, baik pekerjaan ubudiyah seperti salat

2
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.6, (Jakarta; Depag RI, 2009),
Cet. III, h. 207
3
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.5, h. 296
4
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.8, h. 147

4
dan lain-lain, maupun pekerjaan seperti menolong fakir miskin, menyantuni anak yatim, dan
perbuatan sosial lainnya.5
Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan
isi hati mereka dan membuktikannya dengan beramal sholeh, bahwa untuk mereka ampunan
terhadap dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, baik di dunia lebih-lebih di akhirat sebagai
buah dan imbalan amal-amal baik mereka. Janji Allah pasti ditepati-Nya. Karena sebab-sebab
pengingkaran janji tidak dapat menyentuh Allah. Biasanya seseorang tidak memenuhi janjinya
jika ia tidak tahu apa yang akan terjadi, atau tidak mampu memenuhi janjinya, atau tajut dan
ada kepentingan yang lain. Hal-hal tersebut tidak mungkin menyentuh Allah SWT sedikitpun
dan karena itu pasti janji yang terpenuhi.6
(QS. Al-Fath/48; 29) Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad saw adalah rasul Allah
yang diutus kepada seluruh umat. Para sahabat dan pengikut Rasul bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi lemah lembut terhadap sesama mereka. Orang-orang yang beriman
selalu mengerjakan salat dengan khusyuk, tunduk, dan ikhlas, mencari pahala, karunia, dan
keridaan Allah. Tampak di wajah mereka bekas sujud. Maksudnya ialah air muka yang
cemerlang, tidak ada gambaran kedengkian dan niat buruk kepada orang lain, penuh
ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, bersikap dan berbudi pekerti yang halus sebagai
gambaran keimanan mereka. Mengenai cahaya muka orang yang beriman, Utsman berkata,
“Adapun rahasia yang terpendam dalam hati seseorang; niscaya Allah menyatakannya pada
raut mukanya dan lidahnya.” Sifat-sifat yang demikian itu dilukiskan dalam Taurat dan Injil.7
Para sahabat dan pengikut Nabi semula sedikit dan lemah, kemudian bertambah dan
berkembang dalam waktu singkat seperti biji yang tumbuh, mengeluarkan batangnya, lalu
batang bercabang dan beranting, kemudian menjadi besar dan berbuah sehingga menakjubkan
orang yang menanamnya, karena kuat dan indahnya, sehingga menambah panas hati orang-
orang kafir. Kemudian kepada pengikut Rasulullah SAW itu, baik yang dahulu maupun yang
sekarang, Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa mereka, memberi mereka pahala yang
banyak, dan menyediakan surga sebagai tempat yang abadi bagi mereka. Janji Allah yang
demikian pasti ditepati.
Allah SWT mnejanjikan kepada orang-orang yang beriman dan kepada Nabi Muhammad
SAW. Bahwa dia akan mengampuni dosa-dosa mereka dan memberi pahala mereka banyak-
banyak, yakni dengan memasukkan mereka ke dalam sruga yang penuh kenikmatan. Dan janji
Allah adalah benar, hak tak mungkin diganti dan tak mungki disalahi. Dan siapapun mengikuti
jejak para sahabat, maka ia hukumnya sama dengan mereka. Namun demekian, para sahabat
adalah manusia yang tetap mempunyai keunggulan, keutamaan dan kesempurnaan yang tak
bisa ditandingi oleh siapapun.8

C. Mutasyabih Ayat
1. QS. Al-Baqarah/2; 38 dan Thaha/20; 123
Yang diperintahkan untuk turun dari surga pada surat Al-Baqarah adalah adam, istrinya
dan iblis, karna menggunakan dhamir jama`. Pendapat inilah yang dikemukakan Ibnu Abbas,
Mujahid dan Ulama salaf. Pendapat ini diperkuat dengan kesaksian firman Allah: . (sebagian
kamu menjadi musuh bagi yang lain). Yang dimaksud permusuhan di sini ialah pemusuhan
antara manusia dengan setan.9 Namun pada surat Thaha, yang diperintahkan untuk turun dari
adalah Adam dan Iblis karna menggunakan dhamir mutsanna.

5
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol. 2, h. 207
6
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 3, (Jakarta; Lentera Hati, 2007), Cet. IX h. 42
7
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan) Vol.9, h. 391
8
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. Vol. 26, h. 197
9
Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. V.1, h. 168

5
Penggunaan dhomir jama` pada kalimat ini karena perintah turun ini tertuju kepada
Adam, Hawa dan keturunanya yang berada di sulbi Adam. Keturunan Adam menanggung
akibat dari kesalahan orang tuanya sebab mereka juga mendapatkan kemuliaan ketika malaikat
diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Dan implementasinya adalah siapapun melakukan
kesalahan yang sama (mengikuti godaan setan) maka akan mendapatkan akibat yang sama.
Ketika dhomir yang digunakan adalah tatsniyyah yang artinya 2, namun setelah kata ‫طا‬ َ ِ‫ا ْهب‬
ْ
menyebutkan yang menggunakan tatsniyyah, Allah menyebutkan kata ‫ يَأتِيَنَّكُ ْم‬yang dhomir-nya
jama` dan ‫ َج ِم ْي ًعا‬. Sehingga seakan bertentangan. untuk mengungkapkan siapa yang dituju dalam
perintah ini. Sya`rawi berpendapat bahwa ‫طا‬ َ ِ‫ ا ْهب‬ditujukan kepada Adam dan Hawa, karena pada
ayat ini melihat dari munasabahnya dan konteks ayatnya, bukan akibat dari kesalahan Adam,
namun konteksnya adalah Adam yang mendapatkan tugas dan kewajiban sebagai khalifah yang
akan dimulai setelah turun.10
Kata ini memiliki kesamaan yaitu berupa fi’il madhi yang artinya mengikuti. Namun jika
dilihat kata ini sama tapi tidak serupa, karena kata ‫ اتّبع‬adalah kata yang akarnya ‫ تبع‬namun
ditambah dalam wazannya mengikuti wazan ‫افتعل‬. Dalam kaidah Shorof, penambahan huruf ini
memiliki fungsi, dan fungsi pada ‫ افتعل‬pada kata ini adalah ‫ لزيادة المبالغة‬. Sehingga kata memiliki
arti dengan mengikuti susah payah. Allah tidak menjelaskan bentuk godaan iblis pada surat Al-
Baqarah ayat 38, sehingga lebih tepat penggunaan katanya ‫ تبع‬adalah yang menunjukkan ajakan
untuk mengikuti jalan-Nya Allah. Sedangkan pada Thaha ayat 123, Allah menjelaskan bentuk
godaan Iblis kepada Adam yang begitu menggiurkan pada munasabah ayat ini. Sehingga ketika
Allah mengajak dan memotivasi untuk mengikuti jalan-Nya kata yang digunakan adalah ‫اتّبع‬
untuk menunjukkan ketika ingin mengikuti jalan-Nya, dibutuhkan usaha dan susah payah
karena Iblis akan selalu menggunakan berbagai macam strategi untuk meggoda dan
menjatuhkan sebagaimana yang telah terjadi kepada Adam.11

2. QS. An-Nahl/16; 14 dan QS. Fathir/35; 12


Meski sama-sama menunjukkan bukti wujudnya Tuhan di alam raya ini, sekaligus
merangkum berbagai macam kenikmatan; namun kedua ayat tersebut terdapat perbedaan
redaksi. Surah an-Nahl: 14, mengambil bentuk: ‫ َوت ََرى ا ْلفُ ْلكَ َم َواخِ َر فِ ْي ِه‬Oleh Sebagian ulama,
dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan i'rab, yaitu term َ‫ ا ْلفُ ْلك‬sebagai maf`ul awalnya ‫;وت ََرى‬ َ dan
sebagai maf`ul keduanya yang posisinya sebagai ‫ ظرف‬yang memang harus diakhirkan.
Ibn 'Asyur menjelaskan bahwa kalimat ‫ وترى الفلك مواخر فيـه‬merupakan kalimat yang
disisipkan (‫ )جملة معترضة‬di antara rangkaian kalimat yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan sesuatu yang menakjubkan, yakni sebuah bahtera kapal yang bisa membelah
samudera dan tidak tenggelam, yang seakan dihadirkan di depan mata kita untuk melihatnya.
Dalam hal ini, ayat menggunakan kata kerja ‫( ترى‬kamu melihatnya). Dan huruf wawu pada
kalimat ‫ َو ِلت َ ْبتَغُ ْوا‬dimaksudnya sebagai wawu 'athaf, yakni kalimat ‫ ِلت َ ْبتَغُ ْوا‬diathafkan kepada
kalimat ‫لتأكلوا منه‬
Sementara di surah Fathir: 12, yang mengambil bentuk: ‫ ترى الفلك فيه مواخر‬, term ‫فيه‬
didahulukan daripada term ‫ مواخر‬, adalah dimaksudkan untuk menunjukkan betapa detilnya
ciptaan Allah yang diselipkan di antara anugerah-anugerah Allah yang lain. Sementara dari
segi l'rab nya, adalah untuk menyesuaikan pada kalimat sebelumnya‫ط ِريًّا‬ َ ‫ َوم ِْن كُ ٍّّل ت َأْكُلُ ْونَ لَ ْح ًما‬, di
mana ‫ الجار والمجرور‬didahulukan daripada fi'il-fa'ilnya.
Sementara pada kalimat yang tidak ada wawunya, karena hal itu dimaksudkan sebagai
illat (alasan), yaitu bahwa membelahnya bahtera di atas samudera demi mencari anugerah
Allah adalah menjadi bukti kekuasaan Allah yang paling nyata. Bagaimana tidak? benda yang
sedemikian besar, ternyata bisa mengapung di atas air dan tidak tenggelam. Adapun kalimat

Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi Vol. 1, (Mesir; Mustafa Al-Bab Al-Halabi, 1996), h. 277
10
11
Ahmad Husnul Hakim, "Mutasyabih Al-Quran Menyingkap Rahasia Di Balik Tata Letak Yang
Berbeda" (Depok: Elsiq Lingkar Studi Al-Quran Tabarokarrahman). h. 49

6
sebelum dan sesudahnya yang tetap berbentuk jama` adalah untuk menyesuaikan khithabnya
yang juga berbentuk jamak yaitu ‫ ِلت َ ْبتَغُ ْوا‬, ‫ ِلت َأْكُلُ ْوا َّوت َ ْست َ ْخ ِر ُج ْوا‬pada surah an-Nahl, dan kalimat َ‫ت َأْكُلُ ْون‬
dan َ‫ َّوت َ ْست َْخ ِر ُج ْون‬di surah Fathir.12

3. QS. Al-Maidah/6; 9 dan QS. Al-Fath/48; 29


Kedua Ayat ini memiliki perbedaan dalam penggunaan kata sandang. Di Al-Maidah ayat 9
menggunakan term ‫ لهم‬, sedangkan di Al-Fath menggunakan term ‫منهم‬. Al-Maidah: 9, sesuai
konteksnya, ditujukan kepada orang-orang mukmin secara umum. Ini bisa dipahami dari ayat
sebelumnya, yaitu seruan kepada semua orang mukmin agar senantiasa berlaku adil semata-
mata karena Allah dalam segala hal, yang balasannya adalah surga. Hanya saja,
pengungkapannya menggunakan redaksi umum, yakni orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh. Demikian ini, agar kita tidak hanya terpaku pada sikap adil, namun juga mencakup
semua bentuk amal shaleh. Artinya, setiap orang mukmin yang beramal shaleh, pasti akan
memperoleh balasan di akhirat kelak.
Berangkat dari penjelasan di atas, maka menjadi sangat tepat jika di al-Maidah
menggunakan term ‫لهم‬, karena janji tersebut ditujukan kepada semua umat mukmin yang
senantiasa beramal saleh di mana pun dan kapan pun sampai hari kiamat.
Berbeda halnya dengan al-Fath: 29, ayat ini cara khusus ditujukan kepada sahabat-sahabat
Nabi. Sebab diantara para sahabat tersebut terdapat orang-orang munafik. Rangkaian ayat ini
sesungguhnya menjelaskan tentang sifat Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau, antara lain;
tegas dan keras kepada orang-orang kafir, yakni di saat peperangan atau mereka yang
mengganggu agama Islam dan bersikap lemah lembut dan kasih sayang kepada sesamanya,
senantiasa beribadah, baik yang wajib maupun yang sunnah, terutama di malam hari, semata-
mata mengharap ridho-Nya, dan siang harinya mereka bekerja demi mencari karunia-Nya.
Inilah sifat para sahabat Rasulullah. Namun, di antara mereka ternyata ada yang munafik.
Artinya, mereka melakukannya tidak sepenuh hati demi mengharap ridho-Nya semata, akan
tetapi agar Rasulullah dan para sahabat bersimpati kepada mereka.
Rasulullah dengan kekuatan mata hatinya, juga tentunya dapat informasi dari Allah,
melalui Malaikat Jibril, sesungguhnya sudah tahu kalau di antara mereka ada yang munafik,
yang sejatinya membahayakan eksistensi umat Islam dan kesucian serta keluhuran aganma
Islam; namun, beliau juga serba salah mau mengambil sikap, karena secara lahiriyah mereka
adalah muslim. Karena itu, ayat ini menggunakan term ‫منهم‬, bukan ‫لهم‬. sebab janji Allah
tersebut hanya diperuntukkan kepada sahabat-sahabt beliau. Meski ayat ini bersifat khusus,
akan tetapi, sesuai dengan kaidah keumuman lafaz, ayat ini juga ditujukan kepada setiap orang
mukmin kapanpun dan dimanapun.

12
Ahmad Husnul Hakim, "Mutasyabih Al-Quran Menyingkap Rahasia Di Balik Tata Letak Yang
Berbeda" (Depok: Elsiq Lingkar Studi Al-Quran Tabarokarrahman). h.39-40

7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengenai 1.QS. Al-Baqarah/2; 38 dan Thaha/20; 123, Kedua ayat di atas sama-sama
mengisahkan terkait turunnya Nabi Adam dan Hawa dari surga ke bumi, yaitu tidak hanya
mereka berdua yang diturunkan, melainkan iblis juga ikut serta diusir dari surga. Dan termasuk
semua anak keturunan Nabi Adam yang masih dalam keadaan ruh sulbi Adam dan keturunan
Iblis. Iblis akan terus menghasut keturunan Nabi Adam hingga hari Akhir, dan diantara tersebut
ada manusia yang mengikuti jalan-Nya Allah, dan ada pula yang memang berusaha secara
sungguh-sungguh untuk menghindari godaan setan dan mengikuti jalan-Nya Allah.
Mengenai QS. An-Nahl/16; 14 dan QS. Fathir/35; 12, kedua ayat ini menjelaskan
menunjukkan bukti wujudnya Tuhan di alam raya ini, sekaligus merangkum berbagai macam
kenikmatan. Kekuasaan Allah ditunjukkan pada kapal yang bergerak membelah lautan, itu
semua karena rahmat Allah. Dan bukti ada wujudnya Allah ditunjukkan juga melalui air laut
dan air sungai yang bertemu, dimana kedua berbeda rasa dan warna, sedemikian detinya
ciptaan Allah.
Mengenai QS. Al-Maidah/6; 9 dan QS. Al-Fath/48; 29, Kedua Ayat ini menjelaskan
tentang janji Allah kepada orang yang beriman yang banyak beramal saleh akan diberikan
ampunan dan pahala yang besar. Di surat Al-Maidah menggunakan term ‫لهم‬, karena janji
tersebut ditujukan kepada semua umat mukmin yang senantiasa beramal saleh di mana pun dan
kapan pun sampai hari kiamat. Dan pada Al-Fath menggunakan term karena janji tersebut
ditujukan kepada umat muslim yang ikhlas serta tulus beramal saleh karna Allah, bukan
semata-mata karna manusia ataupun yang lainnya.

B. Saran
Penulis mengetahui akan kekurangan makalah yang penulis tulis oleh karena itu kami
sangat terbuka kepada para pembaca untuk memberikan saran serta kritik untuk memperbaiki
penulisan ataupun menyusun makalah kami kedepannya.

8
Daftar Pustaka
Al-Qur`an Al-Kariim
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi terj. (Semarang; Toha Putra, 1992)
Depag RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi Yang Disempurnakan), (Jakarta; Depag RI, 2009),
Cet. III
Hakim, Ahmad Husnul "Mutasyabih Al-Quran Menyingkap Rahasia Di Balik Tata Letak
Yang Berbeda" (Depok: Elsiq Lingkar Studi Al-Quran Tabarokarrahman, 2021).
Shihab. Quraish, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta; Lentera Hati, 2007), Cet. IX
Sya’rawi. Mutawalli, Tafsir Sya’rawi, (Mesir, Mustafa Al-Bab Al-Halabi, 1996)

Anda mungkin juga menyukai