Anda di halaman 1dari 12

ISLAM DAN PERADABAN MELAYU

SEJARAH ISLAM DI KAMBOJA

DISUSUN OLEH:

BACHORI RAMADHAN 1820103093

MAHENDRA SAPUTRA

ABUL KHAIR

SAWARUDIN

DOSEN PENGAMPUH:

DRA, NAPSIAH, M.HUM

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kamboja atau Kampuchea merupakan negara yang berada di teritori


AsiaTenggara. Terletak di semenanjung indo-cina bagian barat daya, yang berbatasan
langsung dengan Thailand di barat laut, Vietnam di timur dan tenggara, dan teluk
Thailand di barat daya1. Sebagian besar penduduk Kamboja adalah Etnis Khemr 2.
Mayoritas penduduk Kamboja memeluk agama Budha, sebagaian kecil Katholik,dan
satu persen atau sekitar 700.000 adalah Muslim Kedatangan Islam di Kamboja
setidaknya memberikan warna baru bagikancah kebudayaan dan keagamaan di Kamboja.
Islam masuk di Kamboja diperkirakan pada abad 15.

Kedatangan islam di Kamboja tidak sepertikedatangan islam di negara Asia


Tenggara lainnya yang langsung di bawa oleh orang-orang arab, persia, maupun
Gujarat5. Melainkan islam masuk di Kamboja di bawa oleh orang-orang Cham. 6yang
terdiaspora ketika terjadi serangan olehkerajaan Vietnam pada abad ke 15 7. Sejak
kedatannganya di Kamboja umat islam di kamboja memiliki sejarahyang tidak bisa di
pandang sebelah mata. Umat islam memiliki alasan yang kuatyang mendorong mereka
untuk melakukan islamisasi.

Ketika mereka berakulturasi pun pastinya mengalami respon, baik positif


maupun negatif dari pemerintah maupun masyarakat pribumi setempat. Dalam kancah
geo-politik, perubahan sosial dan hubungan pemerintah Kamboja dengan umat islam
darimasa ke masa juga menjadi subjek yang patut di angkat sejarahnya.
B. Rumusan Masalah

1. Kapan Masuknya Islam di Kamboja?


2. Bagaimana Kondisi Islam Setelah Kemerdekaan?
3. Bagaimana Penerapan Hukum Islam di Kamboja?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui kapan masuknya Islam di Kamboja.


2. Untuk mengetahui Kondisi Islam Setelah Kemerdekaan.
3. Untuk mengetahui bagaimana Hukum Islam diterapkan di kamboja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam di Kamboja

Secara geografis, Kamboja berbatasan dengan Thailand disebelah Barat, Laos


disebelah Utara dan Vietnam disebelah Timur. Disebelah selatan, Kamboja berbatasan
dengan Teluk Thailand. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk
11.400.000 jiwa, 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas
Katholik.

Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin
berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada
tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu
kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan
pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Masuk dan
berkembangnya islam di Kamboja tidak dapat dipisahkan dari datangnya orang Campa
yang telah memeluk agama islam ke negeri kamboja. Mereka bertemu dengan kelompok
Melayu yang datang dari Nusantara. Migrasi Campa terjadi karena melarikan diri dari
penghancuran Vietnam, sedangkan migrasi melayu dari Nusantara terjadi karena
perdagangan dan penyebaran agama islam. Maka, terjadilah akulturasi budaya karena
persamaan agama dan rumpun bahasa kedalam masyarakat baru yang disebut Melayu-
Campa atau Jva-Cam. Kemudian mereka saling bekerjasama dan menjalin hubungan
perkawinan.

Jadi, mayoritas Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-
benar penduduk asli Indochina. berakulturasi pun pastinya mengalami respon, baik positif
maupun negatif dari pemerintah maupun masyarakat pribumi setempat. Dalam kancah
geo-politik, perubahan sosial dan hubungan pemerintah Kamboja dengan umat islam
darimasa ke masa juga menjadi subjek yang patut di angkat sejarahnya.Tujuan dari
makalah ini ingin menjawab berbagai permasalahan yangterjadi, baik mengenai Faktor
pendorong islamisasi, proses asimilasi, perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan,
dan hubungan umat islamdengan pemerintah Kamboja dari masa ke masa.Dari berbagai
permasalahan tersebut timbulah pertanyaan diantaranya,Apa motif yang islamisasi di
Kamboja, Bagaimana Islam dapat berasimilasidengan masyarakat Kamboja, dan
bagaimana perkembangan umat Islam diKamboja. Serta Bagaimana hubungan umat islam
dengan pemerintah kambojadari awal kedatangannya abad ke 10 sampai abad 19 pasca
rezim Pol-pot8.

Pertanyaan-pertanyaan tersebutlah yang akan pemakalah jawab dan kemukakandalam


makalah ini.Kedatangan Islam Di Kamboja Seperti yang pemakalah telah sebutkan di
muka, bahwa islam masuk dikamboja pada abad ke 15 atau sekitar tahun 1471 masehi
ketika kejatuhankerajaan Champa di Vietnam akibat serangan kerajaan Annam9.
Orang muslim yang berada di Champa melarikan diri ke wilayah-wilayah sekitar
Vietnam,termasuk salah satunya adalah Kamboja.Orang-orang muslim Champa sebelum
serangan kerajaan vietnam padaabad 15 terdiri dari beberapa etnis, yaitu Arab, India,
Pakistan, Afganistan, danMelayu10. Etnis-etnis inilah yang membawa islam ke Champa.
Namun setelah serangan kerajaan Vietnam etnis-etnis itu terdiaspora menyebar ke
seluruhwilayah Asia TenggaraKamboja menjadi salah satu tempat pelarian muslim
Champa dariserangan Vietnam pada abad 15. Kedatangan mereka dikamboja di sambut
baikoleh pemerintah setempat, yakni raja Khemr.

yang memerintah Kamboja saat itu.Orang-orang Champa yang berimigrasi ke


Komboja di dominasi oleh etnis Chamdan Melayu, yang sampai masa berikutnya mereka
menjadi etnis muslim yang bertahan di Kamboja.Pola-pola islamisasi yang terjadi di
Kamboja memiliki perbedaan dengannegara-negara di Asia Tenggara Lainnya. Faktor
pendorong sejauh yang pemakalah ketahui mengenai islamisasi di Kamboja adalah
diaspora etnis Chamdan Melayu ke Kamboja akibat serangan Vietnam pada Abad ke 15.
Yang manamayoritas penduduk kerajaan Champa pada saat itu menganut agama Islam
sejakDinasti Zoong di China.

Terdapat teori yang mengatakan bahwa jauh sebelum kejatuhan KerajaanChampa,


orang-orang Kamboja telah menjalin hubungan niaga dengan para pedagang-pedagang
Arab, Persia, Gujarat, dan Melayu. Karena sejauh yang pemakalah ketahui Kamboja
bukan merupakan jalur perdagangan yang ramaidilalui oleh para pedagang

Namun hal ini bisa jadi benar, karena sebelum abad 15 pada saat kejatuhan Kerajaan
Champa, Kamboja merupakan daerah penghasil beras yang besar. Dan telah lama
Kamboja melakukan kontak niaga dankebudayaan dengan etnis lain terutama melayu

B. Kondisi Islam Setelah Kemerdekaan

Pada awal tahun 1970-an, jumlah kaum Muslimin sekitar 700 ribu jiwa. Semua
Muslim ini mengikuti Mazhab Syafi’i. Pada tahun ini, mereka memiliki 122 Masjid, 200
Mushalla, 300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan Al-Qur’an. Mayoritas
Muslim Campa adalah petani, nelayan, pembuat sampan dan tukang daging. Mereka
hidup di desa-desa padat, sebagian hidup di kota-kota dan bekerja sebagai pedagang dan
industri.

Komunitas Muslim Kamboja terorganisasi dengan baik. Setiap desa Muslim dipimpin
oleh seorang hakam dibantu oleh seorang kalik (qadi). Imam memimpin sembahyang dan
ketib (katib) mengajar Qur’an, bilal memanggil orang untuk sembahyang. Dan beberapa
ratus orang Muslim Kamboja setiap tahunnya pergi ke Makkah untuk melaksanakan
ibadah haji.
Pada tahun 1975, situasi berubah secara drastis ketika Khmer Merah mengambil alih
kekuasaan. Sehingga mengakibatkan masyarakat Campah hijrah ke negara-negara lain di
seluruh dunia seperti ke Malaysia, Amerika Syarikat, Perancis, Australia dan lain-lain.
Khmer Merah merupakan komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan
menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, Muslim, Budha ataupun
lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk
Kamboja, di antaranya 500.000 kaum Muslimin, di samping pembakaran beberapa
masjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa
kaum Muslimin di Kamboja.

Merah jatuh di tangan pemerintahan baru yang di topang dari Vietnam dan ini
merupakan berita baik bagi minoritas Muslim Kamboja. Sejak itu, keadaan penduduk
Kamboja mulai membaik dan kaum Muslimin mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat
melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas. Mereka memiliki 268 Masjid, 200
Mushallah, 300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan Al-Qur’an. Kemudian
bermunculan organisasi-organisasi Islam, seperti:

· Ikatan Kaum Muslimin Kamboja


· Ikatan Pemuda Islam Kamboja
· Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan
· Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembagan.

Meskipun kaum Muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan mereka seperti


biasanya, namun program-program mereka ini mengalami kendala finansial yang cukup
besar, karena kondisi perekonomian mereka yang sulit sehingga identitas mereka tidak
diketahui.

Saat ini kaum Muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campa bagian utara
sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut
sekitar 15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 Muslim.

C. Hukum Islam di Kamboja

Sudah diketahui bahwasannya agama Islam di Kamboja merupakan minoritas dan


mayoritas beragama Budha. Menurut estimasi, terdapat sekitar 700.000 Muslim di
Kamboja. Sekitar 80% dari Muslim Kamboja adalah keturunan etnis Cham.

Umat Islam di Kamboja khususnya keturunan etnis Cham mengikuti mazhab Syafi’I
dalam bidang Fiqih, sedangkan dalam bidang Tauhid mereka mengikuti mazhab Imam
Abu Hasan Al-As’ari. Dalam bidang amalih atau peribatan, mereka mengikuti faham
Ahlusunnah wal Jama’ah. Karena itu mereka sangat toleran dan bisa hidup berdampingan
dengan komunitas Budha sebagai agama mayoritas Kamboja.
Terutama yang berkaitan dengan situasi hak-hak Manusia (HAM). Hal ini karena
peradilan tidak berjalan secara independen sebagaimana semestinya dan dasar kebebasan
berekspresi dan berkumpul sedang dibatasi. Sedangkan mengenai hukum Islam di
Kamboja belum terlembagakan. Secara umum, umat Islam di Kamboja menjalankan
syari’at Islam sebagaimana umat Islam di Indonesia terutama hukum keluarga yang
meliputi perkawinan, ruju’, talaq dan warisan.

Dalam hal perkawinan, orang-orang Campa di Kamboja tidak mengijinkan


perkawinan antar agama kecuali dengan syarat bahwa pihak yang bukan Islam masuk
Islam. Oleh karena itu, orang-orang Khmer dikatakan tak pernah akan meninggalkan
agama Budha karena tidak mungkin kedua Bangsa akan terpadu. Sedangkan orang
Campa dengan orang Melayu sering terjadi perkawinan. Kalau dalam hal perceraian,
hampir tidak pernah terjadi. Karena perkawinan mereka hampir selalu subur, akan tetapi
orang Campa di Kamboja bertambah banyak jumlahnya dengan mengangkat anak asing
ke dalam sukunya, yaitu anak bangsa Annam atau lagi-lagi anak Khmer yang diterimanya
sebagai pembayaran hutang yang tak terlunasi dan akan dididiknya dalam agama Islam.

Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia yang
akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara
Indochina yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah
Majelis Mufakat Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah
organisasi yang mirip seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam
usaha membantu umat Islam negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci
Makkah.

D. Respon Pemerintah

1. Bidang Politik

Sejumlah muslim diberikan kesempatan untuk bekerja dikantor pemerintah.


Beberapa muslim bertugas dilembaga-lembaga politik papan atas negara, mulai dari:

• senat,
• dewan perwakilan
• Senator Premier (salah satu anggota senat) pun memiliki penasihat khusus urusan
Muslim.
• perdana menteri
• menteri pendidikan
• wakil menteri transportasi
• 2 orang menteri agama dan
• 2 anggota majelis ulama.

2. Bidang Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan dasar sampai menengah sudah ada madrasah yang
mengeluarkan ijazah dan terdaftar di Kementrian Pendidikan Kamboja. Sementara
untuk pendidikan tinggi, ini menjadi tantangan.

3. Bidang Ekonomi

Perizinan label halal yang dikeluarkan Dewan Muslim Kamboja untuk


mendapatkan makanan halal, beberapa restoran dibangun khusus dengan konsep
halal, seperti: area masjid a-Serkal terdapat pilihan makanan yang beragam, termasuk
masakan Thailand muslim.

4. Bidang Sosial Budaya

Peranan pemerintah yang berinisiatif memuluskan toleransi bagi muslim di


Kamboja, seperti:
• Pembangunan mesjid dan memberi saluran udara gratis bagi muslim untuk
menyiarkan program-program khusus islam
• Mengizinkan siswa muslim yang ingin mengenakan atribut islam termasuk jilbab.

5. Bidang KesehataN Untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya Pemerintah


Kerajaan Kamboja berencana dengan menanggulangi: HIV/AIDS, malaria, dan wabah
lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah 5,8%.

6. Bidang Sarana dan Prasarana

Kamboja telah memperbaiki jalan raya sehingga memenuhi standar internasional


pada tahun 2006. Kebanyakan jalan utama sekarang telah dipaving. Kamboja memiliki
dua jalur kereta api dengan total panjang sekitar 612 kilometer. Jalur kereta api
tersedia untuk rute Sihanoukville sampai ke bagian selatan Kamboja, dan dari Phnom
Penh sampai Sisophon. Angka kecelakaan lalu lintas di Kamboja sangat tinggi
berdasarkan standar internasional. Pada tahun 2004, angka kecelakaan per 10.000
kendaraan adalah sepuluh kali lipat lebih tinggi dari pada angka kecelakaan di negara
maju, dan angka kematian kecelakaan telah meningkat dua kali lipat dalam waktu tiga
tahun. Kamboja memiliki empat bandara. Bandara Internasional Phnom
Penh(Pochentong) di Phnom Penh adalah yang terbesar kedua di Kamboja. Bandara
Internasional Siem Reap-Angkor adalah bandara terbesar di Kamboja. Bandara lainnya
terdapat di Sihanoukville dan Battambang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk pemerintahan negara Kamboja adalah kerajaan. Negara dipimpin oleh


raja, sedangkan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri. Kamboja memiliki
lima pemerintahan lokal dengan ibu kota Phnom Penh. Kamboja merupakan wilayah
protektorat Perancis sejak tahun 1863, dan pada tahun 1951 pemerintah Perancis
mengangkat Sihanouk sebagai raja, yang menjadikan negara ini berbentuk kerajaan
konstitusional dengan nama resmi Kerajaan Kamboja.

Pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk


Kamboja dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara
netral yang tidak terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja
memasuki masa perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan
kemampuan sumber daya manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri,
keponakannya Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta.
Semenjak itu kemelut semakin besar di negara Kamboja di masa ini juga ditandai
dengan berkuasanya rezim Khmer Merah. Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah
bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar
penduduk beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian
besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah
beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil
tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah
tekstil, kertas, plywood, dan minyak.

Kerajaan Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong).
Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik
besar (khett), dan kepulauan(koh). Kamboja mempunyai area seluas 181.035 kilometer
per segi.

Meskipun tergabung dalam satu perhimpunan negara-negara kawasan Asia


Tenggara, letak geografis Kamboja yang berbatasan darat dengan Thailand, membuat
kedua negara seringkali terlibat konflik yang memperebutkan batas wilayah kedua
negara.
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut
sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat
Kepala Negara, tetapi tidak memberikan perintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana
Menteri dan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri.

Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum
muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum
keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa
merupakan suatu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke
Campa diperkirakan pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara
tetangga. Jadi, mayoritas Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu
benar-benar penduduk asli Indochina.

Menurut estimasi, terdapat sekitar 700.000 Muslim di Kamboja. Sekitar 80%


dari Muslim Kamboja adalah keturunan etnis Cham.

Umat Islam di Kamboja khususnya keturunan etnis Cham mengikuti mazhab


Syafi’I dalam bidang Fiqih, sedangkan dalam bidang Tauhid mereka mengikuti mazhab
Imam Abu Hasan Al-As’ari. Dalam bidang amalih atau peribatan, mereka mengikuti
faham Ahlusunnah wal Jama’ah. Karena itu mereka sangat toleran dan bisa hidup
berdampingan dengan komunitas Budha sebagai agama mayoritas Kamboja.

Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia
yang akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara
Indochina yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah
Majelis Mufakat Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah
organisasi yang mirip seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam
usaha membantu umat Islam negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci
Makkah.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, penulis menyadari bahwa


makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran saya harapkan
guna perbaikan makalah berikutnya. Apabila ada kesalahan kata dan penyampaian,
mohon di maafkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengan dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &
XVIII , Jakarta : Kencana, 2013D.G.E HALL, Sejarah AsiaTenggara, Surabaya: Usaha
Nasional, 1988.D.G.E HALL.

Sejarah Asia Tenggara, Surabaya: Usaha Nasional, 1988. Ensiklopedia Nasional Indonesia,
Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990.

Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan,2001.

Roger M.Smith, Kerajaan dan Politik Asia Tenggara, Adabi Sdn. Bhd, Kuala Lumpur,
Cetakan Pertama, 1982.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/04/kamboja-artikel-lengkap.html

http://komunitasislam.wordpress.com/2010/04/24/islam-di-kamboja/

http://imam2992.blogspot.com/2013/10/kamboja-geografi-asia-tenggara_5721.html

Anda mungkin juga menyukai