DISUSUN OLEH:
MAHENDRA SAPUTRA
ABUL KHAIR
SAWARUDIN
DOSEN PENGAMPUH:
A. Latar Belakang
C. Tujuan Masalah
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin
berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada
tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu
kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan
pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Masuk dan
berkembangnya islam di Kamboja tidak dapat dipisahkan dari datangnya orang Campa
yang telah memeluk agama islam ke negeri kamboja. Mereka bertemu dengan kelompok
Melayu yang datang dari Nusantara. Migrasi Campa terjadi karena melarikan diri dari
penghancuran Vietnam, sedangkan migrasi melayu dari Nusantara terjadi karena
perdagangan dan penyebaran agama islam. Maka, terjadilah akulturasi budaya karena
persamaan agama dan rumpun bahasa kedalam masyarakat baru yang disebut Melayu-
Campa atau Jva-Cam. Kemudian mereka saling bekerjasama dan menjalin hubungan
perkawinan.
Jadi, mayoritas Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-
benar penduduk asli Indochina. berakulturasi pun pastinya mengalami respon, baik positif
maupun negatif dari pemerintah maupun masyarakat pribumi setempat. Dalam kancah
geo-politik, perubahan sosial dan hubungan pemerintah Kamboja dengan umat islam
darimasa ke masa juga menjadi subjek yang patut di angkat sejarahnya.Tujuan dari
makalah ini ingin menjawab berbagai permasalahan yangterjadi, baik mengenai Faktor
pendorong islamisasi, proses asimilasi, perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan,
dan hubungan umat islamdengan pemerintah Kamboja dari masa ke masa.Dari berbagai
permasalahan tersebut timbulah pertanyaan diantaranya,Apa motif yang islamisasi di
Kamboja, Bagaimana Islam dapat berasimilasidengan masyarakat Kamboja, dan
bagaimana perkembangan umat Islam diKamboja. Serta Bagaimana hubungan umat islam
dengan pemerintah kambojadari awal kedatangannya abad ke 10 sampai abad 19 pasca
rezim Pol-pot8.
Namun hal ini bisa jadi benar, karena sebelum abad 15 pada saat kejatuhan Kerajaan
Champa, Kamboja merupakan daerah penghasil beras yang besar. Dan telah lama
Kamboja melakukan kontak niaga dankebudayaan dengan etnis lain terutama melayu
Pada awal tahun 1970-an, jumlah kaum Muslimin sekitar 700 ribu jiwa. Semua
Muslim ini mengikuti Mazhab Syafi’i. Pada tahun ini, mereka memiliki 122 Masjid, 200
Mushalla, 300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan Al-Qur’an. Mayoritas
Muslim Campa adalah petani, nelayan, pembuat sampan dan tukang daging. Mereka
hidup di desa-desa padat, sebagian hidup di kota-kota dan bekerja sebagai pedagang dan
industri.
Komunitas Muslim Kamboja terorganisasi dengan baik. Setiap desa Muslim dipimpin
oleh seorang hakam dibantu oleh seorang kalik (qadi). Imam memimpin sembahyang dan
ketib (katib) mengajar Qur’an, bilal memanggil orang untuk sembahyang. Dan beberapa
ratus orang Muslim Kamboja setiap tahunnya pergi ke Makkah untuk melaksanakan
ibadah haji.
Pada tahun 1975, situasi berubah secara drastis ketika Khmer Merah mengambil alih
kekuasaan. Sehingga mengakibatkan masyarakat Campah hijrah ke negara-negara lain di
seluruh dunia seperti ke Malaysia, Amerika Syarikat, Perancis, Australia dan lain-lain.
Khmer Merah merupakan komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan
menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, Muslim, Budha ataupun
lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk
Kamboja, di antaranya 500.000 kaum Muslimin, di samping pembakaran beberapa
masjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa
kaum Muslimin di Kamboja.
Merah jatuh di tangan pemerintahan baru yang di topang dari Vietnam dan ini
merupakan berita baik bagi minoritas Muslim Kamboja. Sejak itu, keadaan penduduk
Kamboja mulai membaik dan kaum Muslimin mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat
melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas. Mereka memiliki 268 Masjid, 200
Mushallah, 300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan Al-Qur’an. Kemudian
bermunculan organisasi-organisasi Islam, seperti:
Saat ini kaum Muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campa bagian utara
sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut
sekitar 15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 Muslim.
Umat Islam di Kamboja khususnya keturunan etnis Cham mengikuti mazhab Syafi’I
dalam bidang Fiqih, sedangkan dalam bidang Tauhid mereka mengikuti mazhab Imam
Abu Hasan Al-As’ari. Dalam bidang amalih atau peribatan, mereka mengikuti faham
Ahlusunnah wal Jama’ah. Karena itu mereka sangat toleran dan bisa hidup berdampingan
dengan komunitas Budha sebagai agama mayoritas Kamboja.
Terutama yang berkaitan dengan situasi hak-hak Manusia (HAM). Hal ini karena
peradilan tidak berjalan secara independen sebagaimana semestinya dan dasar kebebasan
berekspresi dan berkumpul sedang dibatasi. Sedangkan mengenai hukum Islam di
Kamboja belum terlembagakan. Secara umum, umat Islam di Kamboja menjalankan
syari’at Islam sebagaimana umat Islam di Indonesia terutama hukum keluarga yang
meliputi perkawinan, ruju’, talaq dan warisan.
Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia yang
akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara
Indochina yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah
Majelis Mufakat Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah
organisasi yang mirip seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam
usaha membantu umat Islam negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci
Makkah.
D. Respon Pemerintah
1. Bidang Politik
• senat,
• dewan perwakilan
• Senator Premier (salah satu anggota senat) pun memiliki penasihat khusus urusan
Muslim.
• perdana menteri
• menteri pendidikan
• wakil menteri transportasi
• 2 orang menteri agama dan
• 2 anggota majelis ulama.
2. Bidang Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan dasar sampai menengah sudah ada madrasah yang
mengeluarkan ijazah dan terdaftar di Kementrian Pendidikan Kamboja. Sementara
untuk pendidikan tinggi, ini menjadi tantangan.
3. Bidang Ekonomi
A. Kesimpulan
Kerajaan Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong).
Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik
besar (khett), dan kepulauan(koh). Kamboja mempunyai area seluas 181.035 kilometer
per segi.
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum
muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum
keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa
merupakan suatu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke
Campa diperkirakan pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara
tetangga. Jadi, mayoritas Muslim Kamboja sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu
benar-benar penduduk asli Indochina.
Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia
yang akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara
Indochina yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah
Majelis Mufakat Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah
organisasi yang mirip seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam
usaha membantu umat Islam negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci
Makkah.
B. Saran
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengan dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &
XVIII , Jakarta : Kencana, 2013D.G.E HALL, Sejarah AsiaTenggara, Surabaya: Usaha
Nasional, 1988.D.G.E HALL.
Sejarah Asia Tenggara, Surabaya: Usaha Nasional, 1988. Ensiklopedia Nasional Indonesia,
Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990.
Roger M.Smith, Kerajaan dan Politik Asia Tenggara, Adabi Sdn. Bhd, Kuala Lumpur,
Cetakan Pertama, 1982.
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/04/kamboja-artikel-lengkap.html
http://komunitasislam.wordpress.com/2010/04/24/islam-di-kamboja/
http://imam2992.blogspot.com/2013/10/kamboja-geografi-asia-tenggara_5721.html