Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JURNAL REPORT

“MK. SEJARAH TATA RIAS “

PRODI S-1 PENDIDIKAN TATA RIAS

NAMA : ALISHA NOORISKY

NIM : 5211144001

REG_A

DOSEN PENGAMPU : ALMAIDA VEBIBINA, S.PD, M.PD

A4

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PENDIDIKAN TATA RIAS

UNIVERSITAS NRGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang lagi maha pengasih lagi maha penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur saya atas kehadirat allah swt yang telah melimpahkan ,
rahmat dan hidayah kepada saya ,sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan
tugas CJR(CRITICAL JURNAL REVIEW) . Penulisan ini saya sajikan secara ringkas
sesuai dengan kemampuan yang saya miliki , dan tugas ini disusun dalam rangka ingin
memenuhi tugas CJR pada mata kuliah SEJARAH TATA RIAS Terlepas dari semua itu
saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya ataupun dari tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala kritik
dan saran dari pembaca sehingga saya dapat memperbaiki demi kesempurnaan tugas ini
. Dalam kesempatan ini saya juga ingin berterimah kasih kepada pihak-pihak yang
sudah membantu dan saya juga ingin berterimah kasih kepada Ibu Almaida Vebibina,
S.Pd, M.Pd selaku sebagai dosen pengampu mata kuliah sejarah tata rias. Karena telah
memberikan bimbingannya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas CJR
ini

Medan,29-September-2021

Alisha Noorisky
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Mengkritik Jurnal ( Critical Journal Report ) merupakan kegiatan mengulas


suatu jurnal agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu
jurnal. Kritik jurnal sangat penting karena dapat melatih kemampuan kita dalam
menganalisis dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan peneliti. Sehingga menjadi
masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya . Critical Journal Report yang
berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari jurnal yang sudah ditentukan
dengan judul “Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras Di
Indonesia.” Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
penulis khususnya.

B. Tujuan

Megkritik Jurnal ( critical journal ) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu
yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam
mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan
juga menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah matematika ekonomi di
Universitas Negeri Medan.

C. Manfaat

Manfaat yang di dapat dari Critical Journal ini adalah sebagai berikut:

1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dan sebuah jumal
atau hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.

2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.

3. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat


4. Memberi masukan kepada penulis jurnal berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi jurnal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. IDENTITAS JURNAL

Judul Makna Simbol Pakaian Pernikahan Adat Buton Kajian Semotik

Jurnal Jurnal Jurnal bahasa dan sastra

Download jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/download/10058/800

Volume dan No.8 dan 1-9 Tahun 2018


halaman

Penulis Penulis Fatmawati dan I Gusti Ketut Alit Suputra Reviewer Sri Ayu

Tanggal 16-Oktober-2018

ISSN 2302-2043

B. IDENTITAS JURNAL

Judul Makna Interaksi Simbolik Dalam Proses Upacara pernikahan Suku Buton
Lapandewa Kaindea di Samarinda

Jurnal Jurnal ilmu komunikasi

Download ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp.../Jurnal%20%20(08- 12-


16-06-40-11).pdf

Volume dan 4 (3) dan 207-221


halaman
Tahun 2016

Penulis Ririn Indriyani Reviewer Sri Ayu

Tanggal 16-Oktober-2018

ISSN ISSN 2502-597x

1. RIVIEW JURNAL A

Tujuan Untuk mendeskripsikan apa saja makna simbol pakaian pernikahan


penelitian adat buton
Subjek Masyarakat suku Buton
penelitian
Assesment data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah diawali
dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Metode Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode simak
penelitian dan metode cakap.
Langkah Bagi masyarakat kota Bau-Bau pakaian adat tradisional
penelitian mempunyai makna secara khusus. Dalam arti bahwa masyarakat
yang menggunakan pakaian adat tradisional tersebut dengan ciriciri
atau spesifikasi tertentu baik warna, bentuk perhiasan, dan jumlaah
aksesoris yang digunakan maupun perlenkapan lainnya adalah
mereka yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam tingkat
kehidupan masyarakat Buton pada masa lampau maupun saat ini.
Keberadaan pakaian adat tradisional pada suatu daerah merupakan
suatu kebanggaan masyarakat itu sendiri dalam menyampaikan
pesan kepada lingkungan sosial dimana dia berada secara tidak
langsung. Pakaian secara umum dipahami sebagai “alat” untuk
melindungi tubuh atau “fasilitas“ untuk memperindah penampilan.
Tetapi selain untuk memenuhi dua fungsi tersebut, pakaian pun
dapat berfungsi sebagai “alat” komunikasi yang non-verbal, karena
pakaian mengandug simbol-simbol yang memiliki beragam makna.
Islam menganggap pakaian yang dikenakan adalah simbol identitas,
jati diri, kehormatan dan kesederhanaan bagi seseorang, yang dapat
melindungi dari berbagai bahaya yang mungkin mengancam
dirinya. Karena itu dalam islam pakaian memiliki karakteristik yang
sangat jauh dari tujuan ekonomi apalagi tujuan yang mengarah pada
pelecehan penciptaan makhluk Allah. Pakaian Adat Tradisional
Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki
oleh negara Indonesia dan banyak dipuji oleh negara-negara lain.
Dengan banyaknya suku-suku dan pronvinsi yang ada di wilayah
negara Indonesia, maka otomatis pula banyak sekali macammacam
baju adat yang dipakai oleh masing-masing suku di seluruh provinsi
Indonesia. Karena dari banyaknya suku-suku yang ada di Indonesia
memiliki ciri-ciri khusus dalam pembuatan ataupun dalam
mengenakan pakaian adat tersebut. Pakaian adat atau yang biasa
disebut pakaian tradisional dari tiap-tiap provinsi ini memiliki suatu
cerita masing-masing. Warna dan rancangan pakaiannya sangat
indah. Pakaian khas tersebut selain indah juga mempunyai arti
tertentu. Untuk saat ini pakaian adat banyak yang tidak
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya pakaian adat
digunakan saat upacara adat, upacara perkawinan dan saat
memperagakan tarian atau pertunjukan daerah.

 METODE PENELITIAN
Peneliti terjun langsung ke lapangan, mempelajari,
menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena
yang ada di lapangan. Lokasi penelitian dilakukan di kota Bau-Bau,
Sulawesi Tenggara. Lokasi ini dipilih peneliti sebagai lokasi
penelitian, karena objek penelitian dan para informan yang
mengetahui dan memahami makna pakaian pernikahan adat buton,
berdomisili di kota Bau-Bau. Jenis datanya dibagi ke dalam kata-
kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan instrumen penelitian dengan
menggunakan alat seperti: Alat rekaman suara digunakan untuk
merekam secara langsung apa yang disampaaikan oleh informan
tentang makna simbolik pakaian pernikahan adat Buton dan proses
pada saat peneliti melakukan wawancaraa bersama informan,
pedoman wawaancara saat proses wawancara bersama informan
peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berisi bentuk
pertanyaan yang berkaaitan dengan makna paakaian pernikhan adat
Buton. Data yang diperoleh dari wawancara dan menganalisis data
dapat dilakukan dengan cara reduksi dan penyajian data.
Hasil penelitian Hasil penelitian ini terdapat beberapa makna simbol pada pakaian
pernikahan mempelai pria yaitu: ikat kepala (kampurui), mahkota
(lipi-lipi), baju bahaladada, sala arabu, sarung (biasamasil), ikat
pinggang (sulepe), sarung besar (bio ogena), keris (tobo), bunga
(kamba), dan makna simbol yang terdapat pada pakaian pernikahan
mempelai wanita yaitu: penutup kepala (tipolo), baju kombo,
sarung lonjo, punto, kalung ( jao-jaonga), gelang (simbi), pengikat
tangan (kabokema lima), anting-anting (dali-dali), kupu-kupu
(kambarambei), kukuharimau (korokoronjo), kipas (kambero),
benda (sampelaka) dan sapu tangan (kalegona)
Kelebihan jurnal 1. Jurnal ini menggunakan bahasa yang baik sehingga pembaca
mudah memahami tentang apa yang disampaikan didalam jurnal.
2. Menurut saya, judul dari jurnal ini cukup menarik.
3. Didalam, jurnal ini cukup jelas dipaparkan bagaimana makna
simbol dari pakaian pernikahan adat Buton.
4. Susnan jurnal ini sudah cukup bagus, mulai dari pendahuluan,
kajian pustaka, metode penelitian, pembahasan dan lain-lain
Kelemahan 1. Didalam jurnal ini tidak memiliki abstrak dalam bahasa
jurnal Inggris,hanya saja memaparkan abstrak di bahasa Indonesia
2. Jurnal ini tidak memaparkan subjek penelitian di bagian abstrak.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Makna
Simbol Pakaian Pernikahan Adat Buton” maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pakaian pernikahan mempelai pria maupun
wanita masing-masing mempunyai makna tersendiri yang kaitannya
sangat erat dengan sejarah kesultanan Buton maupun masa depan
(rumah tangga). Simbol yang terdapat pada pakaian pernikahan
mempelai pria yakni: kampurui, lipi-lipi, baju bahaladada, sala
arabu, biasamasili, sulepe, bio ogena,, keris, kamba dan kotango.
Dari simbol-simbol yang terdapat pada pakaian pernikahan
mempelai pria sudah diketahui bahwa makna yang terkandung di
dalamnya berkaitan dengan kesultanan Buton dan kepemimpinan
seorang raja. Sedangkan simbol yang terdapat pada pakaian
pernikahan mempelai wanita yaitu: tipolo, baju kombo, sarung
lonjo, punto, jao-jaonga, simbi, kabokema lima, dali-dali,
kambarambei, korokoronjo, kambero (kipas), sampelaka dan
kalegona. Dari simbol-simbol yang terdapat pada pakaian
pernikahan mempelai wanita ada beberapa yang tidak mempunyai
makna, melainkan hanya sebagai penambah untuk memperindah
penampilan mempelai wanita, dan memiliki makna yang berkaitan
dengan masa depan (rumah tangga).
2. RIVIEW JURNAL B

Tujuan Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana makna


penelitian interaksi simbolik dalam proses upacara pernikahan suku buton
lapandewa kaindea di Samarinda.
Subjek Ketua umum himpunan warga buton lapandewa kaindea di
penelitian samarinda , yaitu Bapak La Sina , Pakawi adati atau orang yang
bertugas menikahkan secara batin, yaitu Bapak Bachtiar dan
beberapa pasangan pengantin yang sudah menikah pada tahun 2015
Assasment data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer wawancara dengan informan. Wawancara
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan wawancara terstruktur dan
wawancara yang tidak terstruktur.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber
informasi antara lain: Dokumen Kepala Adat Suku Buton
Lapandewa Kaindea dan buku-buku referensi.
Metode Jenis penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Teknik analisis data
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, akan digunakan metode
kualitatif. Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif, maka penelitian
ini menggunakan model interaktif dari Miles, Huberman, dan
Saldana (2014:31) untuk menganalisis data hasil penelitian.
Langkah Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, penelitian ini
penelitian memfokuskan pada Makna Interaksi Simbolik Dalam Proses
Upacara Pernikahan Suku Buton Lapandewa Kaindea di
Samarinda. Adapun peneliti membagi fokus penelitian , yakni:
1. Proses terjadinya interkasi simbolik dalam upacara pernikahan
suku buton lapandewa kaindea.
2. Fungsi komunikasi interaksi simbolik pada proses upacara
pernikahan suku buton. Fungsi komunikasi sosial seperti dalam
proses upacara pernikahan suku buton terdapat proses gotong
royong yang merupakan saran untuk saling berhubungan satu sama
lain, dan fungsi komunikasi komunikasi ritual dalam upacara
pernikahan suku buton sebagai bentuk mempertahankan tradisi
yang sudah ada
Hasil penelitian Dalam kalangan masyarakat Buton Lapandewa Kaindea,
pelaksaan upacara perkawinan mengungkapan kejelasan tentang
adanya peranan individu yang sekaligus menggambarkan adanya
suatu organisasi sosial dari warga masyarakat setempat. Peraturan
yang berlakukan di kalangan masyarakat Buton Lapandewa
Kaindea pada waktu itu menyangkut masalah perkawinan sangatlah
ketat. Khusunya dalam prasyarat tertentu yang harus dipenuhi oleh
kedua calon yang hendak melangsungkan perkawinan.
Hal pertama yang harus dilakukan calon pengantin adalah
cara melamar tetapi sering disebut acara pilosa yang menanyakan
keseriusan pasangan untuk menjalankan hubungan ke jenjang yang
lebih serius yaitu pernikahan. Uang yang harus dibawa oleh pihak
laki-laki ketika melamar minimal Rp. 12.000,00,umumnya Rp.
48.000,00 dan selebihnya tergantung dari kemampuan pihak laki-
laki tetapi harus berkelipatan dari Rp. 12.000,00.
Dalam upacara pernikahan suku buton lapandewa kaindea
mempunyai fungsi komunikasi ritual misalnya dalam proses
pernikahan suku buton banyak mengikuti proses yang sangat
panjang, mistik, dan lain-lain untuk melestarikan kebudayaan
pernikahan adat suku buton Lapandewa Kaindea yang beradat.
Dalam pernikahan suku Buton Lapandewa Kaindea di Samarinda
kegiatan ritual yang harus dilakukan adalah porokua sumanga.
Pindai kaana dalam suku buton lapandewa kaindea sangat
penting menggunakan air kembang, bahwa pernikahan adat tersebut
sangat kental dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pernikahan
tradisional merupakan sejarah kehidupan manusia karena di zaman
yang maju seperti ini jarang orang yang ingin atau melaksanakan
pernikahan tradisional karena mereka menganggap pernikahan
tersebut sudah kuno atau jadul.
Pernikahan adat itu harus dilakukan berurutan sesuai dengan
apa yang telah berlaku dan tidak dapat diubah lagi. Seperti yang
dijelaskan oleh kepala himpunan warga buton lapandewa kaindea
dan pande pakawi adati (petugas menikahkan secara adat). Serta
bahasa merupakan salah satu simbol dalam proses upacara
pernikahan suku buton lapandewa kaindea di Samarinda
Kelebihan jurnal 1. Jurnal ini bisa dikatakan jurnal yang remi karena memiliki nomor
ISSN serta memiliki tahun terbit dan volume.
2. Jurnal ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
pembaca
Kekurangan 1. Abstrak pada jurnal ini tidak memaparkan bagaimana metode
jurnal serta hasil dan tujuan penelitian. Biasanya di dalam asbtrak sebuah
jurnal selalu memaparkan bagaimana metod, subjek, hasil dan
tujuan penelitian.
2. Menurut saya jurnal ini lebih mengarah kepada karya ilmiah
karena hasil penelitian yang ada didalam jurnal ini tidak terlalu
detail bagaimana hasil yang didapatkan dari penelitian.
3. Isi Jurnal ini tidak menjelaskan makna interaksi simbolik seperti
apa yang ada di dalam pernikahan adat buton. Hanya saja
memaparkan pengertian interaksi simbolik menurut beberapa
pendapat.
kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti
kemukakan maka fungsi interaksi simbolik pada pernikahan suku
buton lapandewa kaidea di Samarinda , yaitu: 1. Proses pernikahan
suku buton lapandewa kaidea lebih banyak menggunakan interaksi
simbolik yang menunjukkan kekhasan budaya buton lapandewa
kaindea sehingga dapat selalu melestarikan budaya yang merupakan
peninggalan nenek moyang. 2. Dalam proses pernikahan suku
buton lapandewa kaidea mempunyai fungsi yang berguna bagi
rumah tangga kedepannya namun banyak mempelai yang kurang
memahami fungsi-fungsi tersebut. 3. Interaksi simbolik merupakan
komunikasi yang digunakan dalam proses pernikahan suku buton
lapandewa kaindea seperti melalui simbol-simbol yang memiliki
arti-arti tertentu

Anda mungkin juga menyukai