Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

Hukum Pajak dan Acara Perpajakan

NIM :042967034

Nama : KHOYRUL YUSUF MAULANA

1. Jelaskan menurut pemahaman Anda tentang kedudukan dan hubungan hukum


pajak dengan hukum yang lain.
Jawab:
Kedudukan hukum pajak dengan hukum lainnya bahwa hukum pajak merupakan
lex specialis di bidang pungutan pajak terhadap undang-undang lainnya. Undang-Undang
Dasar 1945 mensyaratkan bahwa pajak harus diatur dengan undang-undang. Oleh karena
itu, pajak termasuk sebagai hukum tertulis (statute law = writen law), yaitu hukum yang
dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, tidak
mungkin pajak dikenakan karena adat kebiasaan dari hukum tidak tertulis (unstatute law
= unwriten law), kalau terjadi namanya bukan pajak, tetapi upeti.
Rochmat Soemitro, salah seorang pakar hukum pajak di Indonesia,
menggambarkan kedudukan dan hubungan hukum pajak dengan hukum-hukum lainnya
sebagai berikut:
Referensi: Tjip Ismail. (2019). Hukum Pajak dan Acara Perpajakan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

2. Jelaskan secara singkat fungsi pajak menurut Richard A Musgrave.


Jawab:
Fungsi pajak menurut pendapat modern dari Richard A Musgrave sebagai berikut:
a). Fungsi Budgetair
Fungsi ini merupakan fungsi utama pajak atau fungsi fiskal, yaitu fungsi pajak
semata sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan
undang-undang perpajakan yang berlaku. Sebagai konsekuensinya pengenaan pajak tidak
membedakan dari sebab yang dilarang atau tidak dilarang dalam undang-undang.
b) Fungsi Regulerend
Fungsi ini merupakan fungsi tambahan karena hasil penerimaan dari pajak harus
digunakan untuk mengatur pemerintahan secara adil. Pajak yang memiliki pengaruh
dalam politik anggaran dan keuangan tentunya dapat berperan sebagai instrumen untuk
ikut serta mengatur agar pungutan pajak dapat dipatuhi karena dirasakan adil bagi
masyarakat. Fungsi mengatur dari pajak dimaksudkan bahwa pajak itu dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengatur pelaksanaan kebijakan negara dalam lapangan
ekonomi dan sosial. Fungsi tersebut dapat diwujudkan dalam suatu bentuk paket
kebijakan perpajakan (fiscal policy) secara khusus misalnya insentif pajak terhadap para
investor, tidak mengenakan suatu pajak tertentu di daerah kawasan berikat, mengenakan
tarif pajak yang tinggi terhadap penjualan minuman beralkohol, dll.
c). Fungsi Distribution of Income
Pajak yang dipungut pemerintah didistribusikan kembali kepada masyarakat
sehingga pendapatan nasional melalui pajak dapat dikontribusikan merata di seluruh
lapisan masyarakat. Dalam teori hukum pajak lazim disebut dengan earmarking tax, yaitu
bahwa penerimaan pajak harus diperuntukkan kembali kepada masyarakat. Dengan
adanya fungsi ini memberikan stimulus agar masyarakat patuh membayar pajak, ikut juga
mengawasi penggunaan dari penerimaan pajak.
d) Fungsi Harmonization of Political Wants and Economy
Kepentingan pemerintah dalam memungut pajak harus jelas sesuai dengan
peraturan perpajakan, namun tetap memperhatikan keserasian keadaan politik dan
ekonomi negara. Misalnya, pungutan pajak harus menghormati dan memberlakukan
perjanjian pajak yang dilakukan secara bilateral antarnegara (tax treaty), dan pajak
internasional berikut ini:
1) Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B / Tax Treaty) adalah perjanjian
antar dua negara berisikan kesepakatan perlakuan perpajakan terhadap subjek,
objek, tarif pajak dan hal-hal lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dari
dua negara.
2) Regulasi pajak secara internasional, hendaknya dijadikan rujukan dalam rangka
menghormati dan memperhatikan keserasian politik antarnegara.
e). Fungsi Stabilization of Economy
Pajak merupakan alat untuk menstabilkan perekonomian karena dengan pajak
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada lapangan kerja,
stabilitas harga, inflasi neraca perdagangan, dst. Oleh karena itu, regulasi pajak kebijakan
pajak diupayakan agar:
1) jangan sampai menghambat lancarnya produksi dan perdagangan;
2) tidak menghalangi usaha rakyat untuk mencapai kemakmuran;
3) tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif;
4) memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan rakyat;
5) memperhitungkan potensi penerimaan;
6) tidak merugikan kepentingan umum.

Referensi: Tjip Ismail. (2019). Hukum Pajak dan Acara Perpajakan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

3. Buatlah diagram disertai penjelasan singkat tentang penggolongan pajak yang


Anda ketahui.
Jawab:
Menurut golongannya, pajak dibedakan menjadi:
a) Pajak Langsung: pajak yang dipikul dan dibayar oleh wajib pajak bersangkutan.
Contohnya Pajak Penghasilan (PPh) sebagai pajak langsung di mana pajak
dikenakan terhadap orang atau badan yang sekaligus menanggung dan membayar
pajak tersebut.
b) Pajak Tidak Langsung: pajak yang dipikul oleh konsumen/pembeli, tetapi menjadi
tanggung jawab penjual sebagai wajib pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) merupakan pajak tidak langsung, yaitu orang atau badan (sebagai
Pengusaha Kena Pajak) harus menanggung kewajiban memungut pajak.
Menurut sifatnya, pajak dibedakan antara lain:
a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya didasarkan kepada keadaan
subjeknya. Misalnya, pengenaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPhOP), di dalam
menghitung pajak terutang akan memperhatikan status dari wajib pajak yang
bersangkutan.
b) Pajak objektif, yaitu pajak dikenakan hanya memperhatikan pada objek pajaknya saja,
tanpa memperhatikan status subjek pajak yang bersangkutan. Misalnya, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM)
dikenakan pajak setiap terjadi penyerahan tanpa melihat status yang menyerahkan.
Berdasarkan lembaga pemungutannya, pajak dibedakan antara pajak pusat dan
pajak daerah. Pajak daerah terdiri dari pajak daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Pajak pusat dipungut oleh Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Pajak,
sedangkan pajak daerah, yaitu untuk jenis pajak daerah provinsi adalah gubernur c.q.
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi dan jenis pajak daerah kabupaten/kota adalah
bupati/walikota c.q. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai