0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan5 halaman
Tugas membahas pengertian hukum pajak dan hubungannya dengan hukum lain, fungsi pajak menurut Richard Musgrave, dan penggolongan pajak berdasarkan subjek, objek, lembaga pemungut, dan sifatnya. Pajak digolongkan menjadi langsung dan tidak langsung, subjektif dan objektif, serta dipungut oleh pusat dan daerah.
Tugas membahas pengertian hukum pajak dan hubungannya dengan hukum lain, fungsi pajak menurut Richard Musgrave, dan penggolongan pajak berdasarkan subjek, objek, lembaga pemungut, dan sifatnya. Pajak digolongkan menjadi langsung dan tidak langsung, subjektif dan objektif, serta dipungut oleh pusat dan daerah.
Tugas membahas pengertian hukum pajak dan hubungannya dengan hukum lain, fungsi pajak menurut Richard Musgrave, dan penggolongan pajak berdasarkan subjek, objek, lembaga pemungut, dan sifatnya. Pajak digolongkan menjadi langsung dan tidak langsung, subjektif dan objektif, serta dipungut oleh pusat dan daerah.
1. Jelaskan menurut pemahaman Anda tentang kedudukan dan hubungan hukum
pajak dengan hukum yang lain. Jawab: Kedudukan hukum pajak dengan hukum lainnya bahwa hukum pajak merupakan lex specialis di bidang pungutan pajak terhadap undang-undang lainnya. Undang-Undang Dasar 1945 mensyaratkan bahwa pajak harus diatur dengan undang-undang. Oleh karena itu, pajak termasuk sebagai hukum tertulis (statute law = writen law), yaitu hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, tidak mungkin pajak dikenakan karena adat kebiasaan dari hukum tidak tertulis (unstatute law = unwriten law), kalau terjadi namanya bukan pajak, tetapi upeti. Rochmat Soemitro, salah seorang pakar hukum pajak di Indonesia, menggambarkan kedudukan dan hubungan hukum pajak dengan hukum-hukum lainnya sebagai berikut: Referensi: Tjip Ismail. (2019). Hukum Pajak dan Acara Perpajakan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
2. Jelaskan secara singkat fungsi pajak menurut Richard A Musgrave.
Jawab: Fungsi pajak menurut pendapat modern dari Richard A Musgrave sebagai berikut: a). Fungsi Budgetair Fungsi ini merupakan fungsi utama pajak atau fungsi fiskal, yaitu fungsi pajak semata sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Sebagai konsekuensinya pengenaan pajak tidak membedakan dari sebab yang dilarang atau tidak dilarang dalam undang-undang. b) Fungsi Regulerend Fungsi ini merupakan fungsi tambahan karena hasil penerimaan dari pajak harus digunakan untuk mengatur pemerintahan secara adil. Pajak yang memiliki pengaruh dalam politik anggaran dan keuangan tentunya dapat berperan sebagai instrumen untuk ikut serta mengatur agar pungutan pajak dapat dipatuhi karena dirasakan adil bagi masyarakat. Fungsi mengatur dari pajak dimaksudkan bahwa pajak itu dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengatur pelaksanaan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi tersebut dapat diwujudkan dalam suatu bentuk paket kebijakan perpajakan (fiscal policy) secara khusus misalnya insentif pajak terhadap para investor, tidak mengenakan suatu pajak tertentu di daerah kawasan berikat, mengenakan tarif pajak yang tinggi terhadap penjualan minuman beralkohol, dll. c). Fungsi Distribution of Income Pajak yang dipungut pemerintah didistribusikan kembali kepada masyarakat sehingga pendapatan nasional melalui pajak dapat dikontribusikan merata di seluruh lapisan masyarakat. Dalam teori hukum pajak lazim disebut dengan earmarking tax, yaitu bahwa penerimaan pajak harus diperuntukkan kembali kepada masyarakat. Dengan adanya fungsi ini memberikan stimulus agar masyarakat patuh membayar pajak, ikut juga mengawasi penggunaan dari penerimaan pajak. d) Fungsi Harmonization of Political Wants and Economy Kepentingan pemerintah dalam memungut pajak harus jelas sesuai dengan peraturan perpajakan, namun tetap memperhatikan keserasian keadaan politik dan ekonomi negara. Misalnya, pungutan pajak harus menghormati dan memberlakukan perjanjian pajak yang dilakukan secara bilateral antarnegara (tax treaty), dan pajak internasional berikut ini: 1) Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B / Tax Treaty) adalah perjanjian antar dua negara berisikan kesepakatan perlakuan perpajakan terhadap subjek, objek, tarif pajak dan hal-hal lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dari dua negara. 2) Regulasi pajak secara internasional, hendaknya dijadikan rujukan dalam rangka menghormati dan memperhatikan keserasian politik antarnegara. e). Fungsi Stabilization of Economy Pajak merupakan alat untuk menstabilkan perekonomian karena dengan pajak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada lapangan kerja, stabilitas harga, inflasi neraca perdagangan, dst. Oleh karena itu, regulasi pajak kebijakan pajak diupayakan agar: 1) jangan sampai menghambat lancarnya produksi dan perdagangan; 2) tidak menghalangi usaha rakyat untuk mencapai kemakmuran; 3) tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif; 4) memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan rakyat; 5) memperhitungkan potensi penerimaan; 6) tidak merugikan kepentingan umum.
Referensi: Tjip Ismail. (2019). Hukum Pajak dan Acara Perpajakan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
3. Buatlah diagram disertai penjelasan singkat tentang penggolongan pajak yang
Anda ketahui. Jawab: Menurut golongannya, pajak dibedakan menjadi: a) Pajak Langsung: pajak yang dipikul dan dibayar oleh wajib pajak bersangkutan. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh) sebagai pajak langsung di mana pajak dikenakan terhadap orang atau badan yang sekaligus menanggung dan membayar pajak tersebut. b) Pajak Tidak Langsung: pajak yang dipikul oleh konsumen/pembeli, tetapi menjadi tanggung jawab penjual sebagai wajib pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung, yaitu orang atau badan (sebagai Pengusaha Kena Pajak) harus menanggung kewajiban memungut pajak. Menurut sifatnya, pajak dibedakan antara lain: a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya didasarkan kepada keadaan subjeknya. Misalnya, pengenaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPhOP), di dalam menghitung pajak terutang akan memperhatikan status dari wajib pajak yang bersangkutan. b) Pajak objektif, yaitu pajak dikenakan hanya memperhatikan pada objek pajaknya saja, tanpa memperhatikan status subjek pajak yang bersangkutan. Misalnya, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM) dikenakan pajak setiap terjadi penyerahan tanpa melihat status yang menyerahkan. Berdasarkan lembaga pemungutannya, pajak dibedakan antara pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah terdiri dari pajak daerah provinsi dan kabupaten/kota. Pajak pusat dipungut oleh Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Pajak, sedangkan pajak daerah, yaitu untuk jenis pajak daerah provinsi adalah gubernur c.q. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi dan jenis pajak daerah kabupaten/kota adalah bupati/walikota c.q. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro