Anda di halaman 1dari 15

“Teori Pemungutan Pajak”

Mata Kuliah Perpajakan 1

Kode Mata Kuliah EKU216A

Kelas A2

Pertemuan 3

Kelompok 4 :

1. Luh Sintya Resini (12)


2. Ni Luh Ayu Anggreni (14)
3. Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari (15)
4. Ni Putu Diah Pranaya Kusuma Putri (27)
5. Agung Mirah Prayoga (30)
6. I Gusti Ayu Sintya Dewi (31)

Prodi Sarjana Akuntansi 2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................... i

PETA KONSEP .................................................................................. ii

PEMBAHASAN

2.1 DASAR TEORI PEMUNGUTAN PAJAK ................... 1

2.2 YURISDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK ....................... 2

2.3 STELSEL PEMUNGUTAN PAJAK ............................. 3

2.4 PENGGOLONGAN JENIS PAJAK .............................. 6

2.5 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK ............................... 8

KESIMPULAN ................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 11

LAMPIRAN ....................................................................................... 12

i
PETA KONSEP

Teori Pemungutan Pajak : Sistem Pemungutan Pajak :


1. Teori Asuransi 1. Self Assessment System
2. Teori Kepentingan 2. Official Assessment
3. Teori Gaya Pikul System
4. Teori Bakti 3. Withholding System Stelsel Pemungutan Pajak :
5. Teori Daya Beli 1. Stelsel Pajak Rill
2. Stelsel Pajak Anggapan
3. Stelsel Pajak Campuran

Teori
Pemungutan
Pajak
Yurisdiksi Pemungutan Pajak :
Yuridiksi pemungutan pajak merupakan
Penggolongan Jenis salah satu cara pemungutan pajak
berdasarkan tempat tinggal seseorang,
Pajak
berdasarkan kebangsaan seseorang, dan
berdasarkan darimana sumber penghasilan
itu berasal.

Berdasarkan Jenisnya : Asas Asas


1. Pajak Pemerintah Domisili Sumber
2. Pajak Daerah Asas
Kebangsaan

Berdasarkan Golongannya :
1. Pajak Langsung
2. Pajak Tidak Langsung

Berdasarkan Sifatnya :
3. Pajak Subjektif
4. Pajak Objektif

ii
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori Pemungutan Pajak


A. Teori Asuransi
Menurut teori asuransi, membayar pajak di ibaratkan seperti
membayar premi asuransi karena mendapatkan jaminan perlindungan dari
negara. Warga negara membayar pajak sama seperti membayar premi
asuransi pada perusahaan asuransi yang harapannya negara dapat
melindungi warganya dari segala aspek seperti keselamatan dan keamanan
jiwa raga serta harta benda. Maka, membayar pajak dianggap sebagai premi
asuransi. Namun teori ini ditolak oleh beberapa pakar dengan alasan (a) jika
timbul kerugian tidak ada pergantian secara langsung dari negara,(2) tidak
ada hubungan langsung antara pembayaran jumlah pajak dengan nilai
perlindungan terhadap pajak. Misalnya, jika warga negaranya mengalami
kecelakaan, musibah atau sebagainya negara tidak secara langsung
memberikan ganti rugi kepada rakyatnya seperti asuransi. karena
mengandung banyak kelemahan, teori kemudian ditinggalkan.
B. Teori Kepentingan
Dalam teori ini, negara memberikan pajak kepada warga negara
karena negara telah berjasa memberikan perlindungan kepada rakyat. Teori
mengukur besar kecilnya pajak sesuai dengan kepentingan wajib pajak yang
dilindungi. Semakin banyak kepentingan rakyat yang dilindungi oleh
negara semakin banyak pula pajak yang wajib di bayar oleh rakyat.
C. Teori Gaya Pikul
Yang menjadi dasar pada teori ini adalah asas keadilan, yaitu beban
pajak pada setiap orang harus sama beratnya. Pajak yang dibayarkan harus
sesuai dengan daya pikul masing – masing orang. Daya pikul ini dapat
dihitung memlalui (1) unsur objektif, yaitu dengan melihat besarnya
penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang, (2) unsur subjektif,
yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus
dipenuhi. Misalnya memiliki jumlah penghasilan sama namun memiliki
jumlah tanggungan yang berbeda (status perkawinan dan jumlah
tanggungannya).

1
D. Teori Bakti
Dalam teori ini berdasarkan atas paham organische staatsleer yang
menyatakan bahwa justru karena sifat negara inilah yang membuat adanya
hak mutlak untuk memungut pajak. Orang-orang tidaklah berdiri sendiri dan
pasti adanya persekutuan (yang kemudian menjadi bagian dari negara)
sehingga persekutuan tersebut berhak atas satu dan yang lain. Sejak dulu,
hak ini telah diakui dan orang-orang telah menyadarinya sebagai suatu
kewajiban untuk memberikan bukti kepada negara dalam bentuk
pembayaran pajak.
E. Teori Gaya Beli
Pemungutan pajak menurut teori daya beli, disamakan dengan
pompa yaiti mengambil gaya beli dari rumah tangga masyarakat untuk
rumah tangga negara dan kemudian disalurkan Kembali ke masyarakat
untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan untuk menjaga hidup
masyarakat dan membawanya kea rah tertentu. Teori di mengajarkan
penyelenggaraan kepntingan masyarakat inilah yang dapat dianggap
sebagai dasar keadilan dalam pemungutan pajak.
2.2 Yuridiksi pemungutan pajak
Yuridiksi pemungutan pajak merupakan salah satu cara pemungutan
pajak berdasarkan tempat tinggal seseorang, berdasarkan kebangsaan
seseorang, dan berdasarkan darimana sumber penghasilan itu berasal.
Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai yuridiksi pemungutan
pajak:
A. Asas Domisili (Domicile, Residence Principle)
Dalam asas domisili, negara mengenakan pajak kepada setiap orang
maupun lembaga yang merupakan penduduk atau berdomisili di negara
tersebut. Dalam hal ini tidak dipermasalahkan darimana penghasilan yang
akan dikenakan pajak tersebut berasal, selama ia masih berdomisili di
negara tersebut maka ia wajib dikenakan pajak. Misalnya terdapat suatu
badan usaha milik asing yang menetap dia Indonesia, maka merekan wajib
untuk membayar pajak kepada pemerintah Indonesia. Tidak peduli bahwa
badan usaha tersebut merupakan badan usaha milik asing.

2
B. Asas Sumber ( Source Principle)
Negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang
diterima oleh orang pribadi atau lembaga yang hanya sumber penghasilan
tersebut diterima atau diperoleh dari negara yang berangkutan. Jadi tidak
masalah darimana orang atau lembaga tersebut mendapat penghasilan
karena yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah penghasilan yang
berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya ada orang asing yang
bekerja dan mendapatkan gaji dari Indonesia, maka orang orang tersebut
waib untuk membayar pajak ke pemerintah Indonesia.

C. Asas Kebangsaan, Nasionalitas, Kewarganegaraan ( Nationality,


Citizenship principle)
Yang menjadi landasan dalam asa kebangsaan ini adalah status
kewarganegaraan dari orang atau lembaga yang memperoleh penghasilan.
Artinya kewajiban dari seorang warga negara untuk tetap membayar pajak
kepada negara meskipun orang atau lembaga tersebut tidak berada di
negaranya baik itu bekerja diluar negeri maupun tinggal di luar negeri.
Selama ia masih menjadi bagian kewarganegaraan tersebut maka tetap akan
dipungut pajak. Misalnya ada seorang yang berkewarganegaraan Indonesia
yang bekerja di luar negeri sekama 1 tahun. Dalam jangka waktu 1 tahun
tersebut ia memperoleh penghasilan maka ia wajib membayar pajak kepada
Indonesia karena masih berstatus sebagai warga negara Indonesia.

2.3 Stelsel Pemungutan Pajak


Stelsel dalam artiannya memiliki arti yaitu sebuah sistem,
sedangkan pajak memiliki arti pemungutan biaya yang wajib dikeluarkan
dari rakyat untuk negaranya. Jadi stelsel pajak adalah sistem pemungutan
pajak yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang akan
dikelurkan wajib pajak kepada negaranya. Untuk tata cara pemungutan
pajak ini, dibagi dalam 3 stelsel pajak yaitu :
A. Stelsel Pajak Rill (Stelsel Pajak Nyata)
Stelsel Pajak Rill/Nyata adalah sistem pemungutan pajak yang
didasari oleh penghasilan wajib pajak yang sesungguhnya. Untuk itu

3
perhitungan pemungutan pajak yang dilakukan dengan stelsel pajak
rill/nyata adalah pada akhir tahun, atau setelah penghasilan yang
sesungguhnya diketahui.
Adapun kelebihan serta kekurangan dari penggunaan stelsel pajak rill/nyata,
yaitu :
- Kelebihan Stelsel Pajak Rill/Nyata :
 Perhitungan pemungutan pajak akan lebih akurat dengan
perhitungan penghasilan sesungguhnya.
 Memiliki kesesuaian pajak (realistis) yang besaran nya akan
tepat sasaran dengan besarnya pajak terutang.
- Kekurangan Stelsel Pajak Rill/Nyata :
 Perhitungan pajak yang dilakukan akan lebih sulit, karena
baru dapat dilakukan pada akhir tahun.

Sehingga dari kelemahan tersebut dapat menimbulkan sebab dan


akibatnya seperti :

1. Pada akhir tahun wajib pajak akan dikenakan pemungutan pajak


yang tinggi serta pembayarannya dilakukan secara sekaligus.
2. Negara tidak akan mendapatkan penerimaan pajak jika wajib pajak
membayarkannya pada akhir tahun.

Dalam sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia, stelsel riil dapat


diterapkan pembayarannya secara bulanan maupun tahunan. Contohnya
adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh
Pasal 15, PPh Pasal 29.

B. Stelsel Pajak Anggapan


Berbeda dengan stelsel pajak rill/nyata, stelsel pajak anggapan ini
merupakan kebalikan dari stelsel pajak rill/nyata. Stelsel pajak anggapan
adalah sistem pemungutan pajak yang perhitungannya didasari oleh
anggapan yang diatur dalam Undang-Undang.
Adapun kelebihan serta kekurangan dari penggunaan stelsel pajak
anggapan, kelebihannya adalah pemungutan pajak dapat dilakukan lebih
cepat karena pajak dapat dibayarkan pada tahun berjalan tanpa harus

4
menunggu hingga akhir tahn. Kekurangannya adalah pajak yang dibayarkan
itu tidak dalam keadaan yang sesungguhnya, karena perhitungan dari
penghasilan pajak berdasarkan tahun sebelumnya.
Contoh penerapan stelsel pajak anggapan di Indonesia adalah PPh
Pasal 25 atau yang sering kita kenal dengan istilah angsuran pajak tahun
berjalan.
C. Stelsel Pajak Campuran/Mix
Stelsel pajak campuran/mix merupakan gabungan antara penerapan
stelsel pajak rill/nyata dengan stelsel pajak anggapan. Stelsel Campuran
adalah pemungutan pajak yang dilakukan pada awal tahun, saat itu pajak
sudah dapat diperhitungkan berdasarkan anggapan dari besarnya
penghasilan wajib pajak selama 1 tahun yang diatur oleh undang-undang.
Tetapi di akhir tahun atau setelah tutup buku, perhitungan
pemungutan pajak in akan dilakukan kembali berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya. Kemudian saat diakhir tahun jika besarnya pajak terutang
lebih besar dari pada angsuran pajak tahun berjalan (PPh Pasal 25), maka
wajib pajak harus menambah pembayaran atas keadaan yang sesungguhnya
(PPh Pasal 29).
Dan begitu juga sebaliknya, apabila saat diakhir tahun perhitungan
besarnya pajak terutang lebih kecil dari pada angsuran pajak tahun berjalan
(PPh Pasal 25), maka wajib pajak bisa meminta kembali kelebihan
pembayaran pajaknya (restitusi).
Adapun kelebihan serta kekurangan dari penggunaan stelsel pajak
campuran/mix, kelebihannya adalah memiliki tata cara pemungutan pajak
yang nyata walaupun pemungutan pajaknya dilakukan pada awal tahun
dengan berdasarkan anggapan. Tetapi pada saat akhir tahun akan dilakukan
lagi perhitungan yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya
sedangkan kekurangannya adalah dapat menyebabkan beban pajak yang
lebih tinggi pada awal tahun berjalan jika penghasilannya menurun.
Mengenai penerapan sistem pemungutan pajak yang diterapkan di
Indonesia adalah stelsel pajak campuran.

5
2.4 Penggolongan Jenis Pajak
A. Berdasarkan Jenisnya
Pajak menurut lembaga pemungutan terbagi menjadi 2 jenis pajak yaitu
pajak pusat yang biasanya dikelola oleh pemerintah pusat dalam hal ini
adalah direkotar jendral pajak yang dibawah naungan kementrian keuangan
atau kemenkeu. Yang kedua adalah pajak daerah. Pajak daerah adalah jenis
pajak yang dipungut dan dikelola oleh dinas pendapatan daerah.
1. Contoh dari pajak pusat adalah sebagai berikut:
a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
e. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
f. Bea Materai.
2. Sedangkan untuk pajak daerah adalah sebagai berikut:
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
b. Pajak Hotel dan Restoran
c. Pajak Hiburan dan tontonan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
B. Berdasarkan Golongannya
Pajak menurut golongannya dibagi menjadi 2 yaitu pajak langsung dan
pajak tidak langsung, berikut penjelasannya :
1) Pajak Langsung
Jenis pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain. Dengan kata lain, pajak langsung harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak bersangkutan. Pajak langsung
biasanya melekat pada orang pribadi si wajib pajak, sehingga hak
dan kewajibannya tidak dapat dialihkan ke pihak lain.

6
Pajak yang termasuk dalam pajak langsung di antaranya adalah
pajak:
a. Pajak penghasilan (PPh).
b. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
c. Pajak Kendaraan Bermotor.
2) Pajak tidak langsung
Jenis ajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat
dialihkan atau digeser kepada pihak lain. Dengan kata lain,
pembayarannya dapat diwakilkan kepada pihak lain. Pajak tidak
langsung tidak memiliki surat ketetapan pajak, sehingga
pengenaannya tidak dilakukan secara berkala melainkan dikaitkan
dengan tindakan perbuatan atas kejadian.
Pajak yang termasuk pajak tidak langsung di antaranya:
a. Pajak pertambahan nilai (PPN).
b. Pajak bea masuk.
c. Pajak ekspor.
C. Berdasarkan Sifatnya
Untuk pajak menurut siftanya juga menjadi terbagi 2 jenis pajak,
yaitu pajak subyektif dan pajak objektif, untuk perbedaannya adalah:
1) Pajak Subyektif
Pajak Subyektif ( Pajak yang Bersifat Perorangan ) yaitu
jenis pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan keadaan
atau kondisi pribadi wajib pajak ( status kawin atau tidak kawin,
mempunyai tanggungan keluarga atau tidak ).Jadi pada dasarnya
setiap orang yang menghuni wilayah di Indonesia memiliki
kewajiban untuk membayar pajak tersebut. Mulai dari anak kecil
hingga orang dewasa.Sementara bagi warga negara asing yang
tinggal di Indonesia dikenakan wajib pajak jika memiliki
keterikatan ekonomis dengan Indonesia, Contohnya jika WNA
tersebut memiliki usaha di Indonesia maka akan dikenakan
wajib pajak. Contoh pajak subyektif adalah Pajak Penghasilan
(PPh)

7
2) Pajak Objektif
Pajak obyektif ( Pajak yang Bersifat Kebendaan ) yaitu jenis
pajak yang dalam pengenaannya hanya memperhatikan sifat
obyek pajaknya saja, tanpa memperhatikan keadaan atau kondisi
diri wajib pajak. Lebih tepatnya pajak objektif dikenakan pada
seorang warga negara Indonesia jika penghasilan yang dimiliki
sudah memenuhi syarat sesuai dengan undang-undang yang
berlaku. Untuk contoh pajak objektif sendiri adalah :
a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
b. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
2.5 Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia
Untuk pemungutan pajak di Indonesia terbagi menjadi tiga sistem yang
biasa digunakan oleh negara kepada wajib pajak. Berikut tiga sistem
pemungutan pajak di Indonesia beserta dengan penjelasan yang lebih rinci:
1) Self Assessment System
Self Assessment System adalah sistem penentuan pajak yang
membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib
pajak yang bersangkutan secara mandiri. Bisa dikatakan, wajib pajak adalah
pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan
besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem
administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah. Kekurangan dari
system ini, yaitu karena wajib pajak memiliki wewenang menghitung
sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan berusaha untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin dengan
membuat laporan palsu atas pelaporan kekayaan
2) Official Assessment System
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada
fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut pajak kepada seorang wajib
pajak.

8
3) Withholding System
Pada sistem pemungutan pajak withholding system, besarnya pajak
biasanya dihitung oleh pihak ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan
juga aparat pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah pemotongan
penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi atau
perusahaan terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke kantor pajak
untuk membayarkan pajak tersebut.

9
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan materi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dasar Teori dalam pemungutan pajak ada 5 yaitu teori asuransi yang
mengartikan pemungkutan pajak oleh negara sama dengan membayar premi
asuransi pada perusahaan asuransi. teori kepentingan yang diartikan pengenaan
pajak kepada warga negara karena negara telah berjasa dalam melindungi
warganya. teori gaya pikul artinya pengenaan pajak setiap orang harus sama sesuai
dengan daya pikul dari orang tersebut. teori bakti artinya negara memiliki hak
mutlak untuk memungut pajak, dan teori daya beli ini artinya pemungutan pajak ke
masyarakat lalu disalurkan Kembali ke masyarakat dengan tujuan memenuhu
kebutuhan rakyat.

Yuridiksi pemungutan pajak merupakan salah satu cara pemungutan pajak


berdasarkan tempat tinggal seseorang, berdasarkan kebangsaan seseorang, dan
berdasarkan darimana sumber penghasilan itu berasal.

Stelsel pajak adalah sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk


menghitung besarnya pajak yang akan dikelurkan wajib pajak kepada negaranya.
Untuk tata cara pemungutan pajak ini, dibagi dalam 3 stelsel pajak yaitu: Stelsel
pajak riil, stelsel pajak anggapan dan stelsel pajak campuran.

Pajak digolonngkan berdasarkan jenisnya, berdasarkan golongannya dan


berdasarkan sifatnya. Pajak berdasarkan jenisnya ada pajak pusat yang dikelola oleh
pemerintah pusat dan ada pajak daerah. Pajak berdasarkan golongannnya ada pajak
langsung dan pajak tidak langsung. Sedangkan pajak berdasarkan sifatnya ada pajak
subjektif dan pajak objektif. Sistem pemungutan pajak di Indonesia di bagi menjadi
3 sistem yaitu: self assessment system, official assessment system, dan withholding
system.

10
DAFTAR PUSTAKA

Accurate. Sistem Pemungutan Pajak dan Pengelompokan Pajak di Indonesia.


Diakses dari https://accurate.id/ekonomi-keuangan/sistem-pemungutan-pajak-dan-
pengelompokan-pajak-di-indonesia/

Cpssoft. Pengelompokan dan Jenis Pajak di Indonesia. Diakses dari


https://cpssoft.com/blog/pajak/pengelompokan-dan-jenis-pajak-di-indonesia/

Dokterpajak. Tata Cara Penerapan Stelsel Pajak. Diakses dari


https://dokterpajak.com/memahami-tata-cara-penerapan-stelsel-pajak-di-indonesia

E-journal, uajy. Dasar Teori Pemungutan Pajak. Diakses dari http://e-


journal.uajy.ac.id/974/3/2EA16812.pdf

Eprints, undip. Dasar Teori Pemungutan Pajak. Diakses dari


http://eprints.undip.ac.id/58993/3/BAB_III.pdf

Repository, umy. Dasar Teori Pemungutan Pajak. Diakses dari


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15815/F.%20BAB%20II.
pdf?sequence=6&isAllowed=y\

11
LAMPIRAN

PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh
PPh Pasal 25, Pasal 29.

12

Anda mungkin juga menyukai