Anda di halaman 1dari 21

JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS i

ADSORPSI ISOTERMIS
Najmuts Thoriq, M. Daffiq, Warstyo, Rindi Putri
Departemen Teknik Kimia, Universitas Internasional Semen Indonesia
Jl. Veteran, Kompleks PT Semen Indonesia, Gresik, 61122, Indonesia
e-mail : rindi.warstyo17@student.uisi.ac.id
ABSTRAK
Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika
suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat)
pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh
fluida lainnya membentuk suatu larutan. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengamati
peristiwa adsorbsi dan larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan serta
menghitung konsentrasi akhir asam asetat dengan menggunakan NaOH sebagai titran dan
menghitung luasan adsorpsi. Variabel yang digunakan pada percobaan ini konsentrasi
larutan CH3COOH yakni 0,3 N; 0,7 N dan 1,0 N. Prinsip kerja pada percobaan ini bahwa
jumlah zat yang diadsorpsi pada waktu yang tetap oleh suatu adsorben tergantung pada
konsentrasi zat dan kereaktifan adsorbat mengadsorp zat tertentu dan proses adsorpsi
terjadi pada permukaan adsorben. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan
kesimpulan bahwa semakin besar nilai Normalitas asam asetat yang diadsorp dengan
karbon aktif maka akan semakin besar pula volume titrasi yang dibutuhkan. Antara karbon
aktif granula dan serbuk lebih baik karbon aktif serbuk karena luas permukaan berpengaruh
pada jumalh zat yang akan teradsorp.
Kata kunci : Adsorpsi, Permukaan, Zat.
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS ii

ABSTRACK

Adsorption or absorption is a process that occurs when a fluid, liquid or gas, is bound to a
solid or liquid (adsorbent, adsorbent) and finally forms a thin film or film (adsorbed
substance, adsorbate) on its surface. In contrast to absorption which is the absorption of
fluid by other fluids to form a solution. The purpose of this experiment is to observe the events
of adsorption and acetic acid solution by activated carbon at a constant temperature and
calculate the final concentration of acetic acid using NaOH as a titrant and calculate the
adsorption area. The variable used in this experiment the concentration of CH3COOH
solution was 0.3 N; 0.7 N and 1.0 N. The working principle of this experiment is that the
amount of substance adsorbed at a fixed time by an adsorbent depends on the concentration
of the substance and the reactivity of the adsorbate to adsorb certain substances and the
adsorption process takes place on the surface of the adsorbent. Based on experiments that
have been carried out, it can be concluded that the greater the normality value of acetic acid
which is adsorbed with activated carbon, the greater the titration volume needed. Between
activated carbon granules and powder, better activated carbon powder because the surface
area affects the number of substances to be adsorbed.

Keywords: Adsorption, Substances, Surface.


JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS 1

I. PENDAHULUAN e. Waktu kontak antara adsorbat


dengan adsorben.

A dsorpsi adalah suatu proses


dimana molekul-molekul dari
fasa gas atau cair terikat pada permukaan
[3].
Adsorpsi dibedakan atas adsorpsi
padatan atau cairan. Molekul- molekul kimia ( kemisorpsi) dan adsorpsi fisika
yang terikat pada permukaan disebut atau fisisorpsi. Adsorpsi kimia biasanya
adsorbat sedangkan substan yang terjadi karena ikatan kimia antara absorben
mengikat disebut adsorben. Adsorpsi dengan zat yang teradsorpsi dan bersifat
adalah akumulasi sejumlah zat molekul spesifik. Adsorpsi ini terjadi karena lebih
(senyawa, ion, maupun atom) yang terjadi besar dan lebih panas dibandingkan
pada batas antara dua fasa. Adsorpsi dapat dengan fisisorpsi. Biasanya adsorpsi pada
terjadi diantara dua fasa seperti antara fasa temperature tinggi. Adanya ikatan kimia
cair-padat, fasa padat-gas dan antara fasa menyebabkan terbentuk lapisan pada
gas-cair. Proses adsorpsi biasanya permukaan absorben. Jika semakin
dijelaskan melalui isotherm adsorpsi yaitu bertambah ikatan kimia maka absorben
jumlah adsorbat pada adsorben sebagai akan jenuh dan tidak dapat menyerap zat
fungsi tekananya (jika gas) atau lainnya. Proses kemisorpsi bersifat
konsentrasi (jika cair) pada suhu konstan irreversible [3].
[1]. Fisisorpsi karena adanya
Konsep termodinamika terpenting perbedaan energi atau gaya tarik
yang membantu pengembangan proses bermuatan listrik. Terjadi ikatan secara
adsorpsi bagi komponen tinggal pada fisik antara molekul adsorbat dengan
kondisi kesetimbangan adalah isotermis molekul adsorben. Pada fisisorpsi akan
adsorpsi. Isotermis adalah hubungan menjadi multilayer, karena masing-masing
antara kapasitas adsorben dan tekanan molekul membentuk lapisan diatas lapisan
parsial adsorbat pada temperatur konstan. sebelumnya, sesuai konsentrasi yang
Kapasitas adsorben biasanya dinyatakan digunakan. Fisisorpsi tidak spesifik dan
prosen berat ( gram adsorbat per 100 gram menyerupai proses kondensasi. Fisisorpsi
adsorbet) [2]. terjadi pada suhu rendah dengan adsorpsi
Faktor yang mempengaruhi proses yang relative rendah dibandingkan
adsorpsi antara lain : kemisorpsi, fisisorpsi bersifat reversible
[3].
a. Karakteristik adsorbat, meliputi : Karbon aktif merupakan bahan
ukuran dan bentuk molekul, berat yang memiliki kandungan karbon sangat
jenis dan berat molekul, tekanan tinggi, berpori dan memiliki sifat adsorpsi.
uap, adanya senyawa lain sebagai Bahan dasar untuk pembuatan karbon aktif
competitor, konsentrasi, polaritas berasal dari bahan yang banyak
reaktivitas adsorbat. mengandung karbon, misalnya kayu, batu
b. Luas permukaan adsorben bara, tempurung kelapa, rumput, sekam
c. Afinitas adsorben terhadap dan biomasa lainnya. Proses pembuatan
adsorbat, yang dipengaruhi oleh karbon aktif pada dasarnya terdiri dari
ukuran dan bentuk pori, reaktivitas karbonisasi dan aktivasi. Berdasarkan
dan polaritas. ukuran pori karbon aktif dapat dibedakan
d. Tekanan dan temperature. menjadi tiga tipe, yaitu makropori,
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS 2

mesopori dan mikropori [4]. erlenmeyer dengan alumunium foil dan


Pada fenomena ini adsorpsi dapat dikocok secara periodik selama 30 menit.
digunakan untuk menentukan luas Dan didiamkan selama 20 menit. Lalu
permukaan pada suatu zat. Luas
menyaring larutan dengan kertas halus.
permukaan spesifik yang besar berbanding
lurus dengan besar kapasitas absorben. Buang 10 mL pertama dari filtrat untuk
Jika kapasitas absorben besar maka bisa menghindari kesalahan oleh kertas saring.
diperkirakan bahwa luas permukaan dari Selanjutnya titrasi 25 mL larutan filtrat
suatu zat juga besar. Tetapi berbeda dengan 1,725 N NaOH baku yang sudah
dengan pori – pori. Jika luas permukaan ditambahakan indikator PP.
dari suatu zat besar yang terdapat dalam
zat tersebut memiki pori – pori yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
berukuran kecil [5]. Percobaan dengan judul adsorpsi
isotermis dengan tujuan untuk mengamati
II. URAIAN PENELITIAN peristiwa adsorpsi dari larutan asam asetat
Pada percobaan adsorpsi isotermis ini, oleh karbon aktif pada suhu konstan serta
yang bertujuan untuk mengamati peristiwa menghitung konsentrasi akhir asam asetat
dengan menggunakan NaOH sebagai
adsorpsi dari larutan asam asetat oleh
titran dan menghitung luasan adsorpsi.
karbon aktif pada suhu konstan serta Dalam percobaan ini memiliki langkah
menghitung konsentrasi akhir asam asetat percobaan untuk menunjang
dengan menggunakan NaOH sebagai didapatkannya tujuan percobaan. Langkah
titran dan menghitung luasan adsorpsi. yang pertama yakni menyiapkan 12
Peralatan yang digunakan dalam erlenmeyer untuk tempat percobaan. 6
percobaan ini adalah erlenmeyer, gelas buah Erlenmeyer diguanakan sebagai
tempat karbon aktif serbuk dan 6 buah
arloji, pipet ukur, beaker glass, corong,
erlenmeyer diisikan dengan granula.
buret, klem holder, statif, kertas saring, Erlenmeyer digunakan sebagai tempat
thermometer, karet penghisap dan neraca percobaan karena alat ini biasanya
analitik. Sedangkan bahan yang digunakan digunakan sebagai tempat pencampuran
adalah karbon aktif granul, karbon aktif atau pun tempat titrasi [6]. Dibedakan nya
serbuk, larutan CH3COOH, larutan NaOH karbon aktif serbuk dan granula menjadi
pertimbangan agar bisa didapatkan nya
serta indikator PP. Langkah awal yang
data yang beragam. Masing- masing
harus dilakukan adalah menimbang karbon aktif diambil sebanyak 1 gram
karbon aktif serbuk sebanyak 1 gram dan dengan menggunakan neraca analitik.
dimasukkan ke dalam 6 buah erlenmeyer Neraca analitik digunakan sebagai alat
yang sudah dibersihkan. Selanjutnya penimbangan karena alat ini memiliki
membuat larutan dengan konsentrasi 0,3 ketelitian yang baik yaitu sekitar 0,0001
N; 0,7 N dan 1,0 N dengan volume 100 gram [6]. Digunakan nya karbon aktif
karena karbon aktif memiliki kemampuan
mL. Lalu memasukkan 100 mL larutan
untuk mengadsorpsi berbagai senyawa
CH3COOH 0,5 ke dalam erlenmeyer yang organic maupun anorganik bahkan
tidak ada karbon aktifnya. Selanjutnya senyawa organic yang bersifat racun [4].
menutup semua menutup semua Langkah selanjutnya yakni mengambil
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS 3

larutan CH3COOH dengan konsentrasi 0,3 kedalam biuret yang nantinya digunakan
N; 0,7 N; 1,0 N, dengan volume masing – larutan titran. Didapatkan hasil dari
masing 100 ml dengan cara diencerkan penyaringan masing-masing larutan,
larutan asam asetat 4 N di dalam labu ukur diambil 25 ml larutan dengan ditambahkan
dengan Penggunaan CH3COOH yang indikator pp sebanyak 4 tetes kemudian
berbeda beda yakni untuk mengetahui dilakukan penitrasian dengan
pengaruh konsentrasi terhadap daya serap. menggunakan larutan NaOH 1,725 N
Labu ukur digunakan karena alat ini sampai berubah warna menjadi merah
biasanya digunakan sebagai tempat muda. Indikator PP karena pada kondisi
pengenceran larutan [6]. Dua buah tersebut, pH larutan bersifat netral
erlenmeyer diisi dengan larutan sehingga larutan fenolftalein tidak
CH3COOH tanpa diberikan karbon aktif berwarna. Kemudian penambahan NaOH
dengan masing- masing dilakukan shaker mnyebabkan nilai Ph larutan meningkat,
dan non shaker. Setiap masing-masing sehingga indikator PP berubah menjadi
Erlenmeyer yang sudah diberikan padatan merah muda dan titik akhir tercapai [7].
berupa karbon aktif serbuk dan granula Setelah dilakukan penitrasian dari masing-
dicampurkan dengan CH3COOH yang tiap masing larutan, didapatkan data sebagai
Erlenmeyer dibedakan sesuai dengan berikut :
konsentrasi yang sudah ditentukan. Tabel 3.1 tabel titrasi karbon aktif serbuk
CH3COOH merupakan larutan asam yang N Massa V V Perubahan
apabila ditambahkan indikator pp yang Asam karbon asam NaOH warna
memiliki trayek pH 8,5 yang apabila
Asetat ( gram) asetat
dilakukan penitrasian dengan larutan
NaOH pH larutan akan meningkat 0,3 1,0378 25 4,4 Merah
sehingga warna larutan berubah menjadi muda
merah muda dan didapatkan titik akhir
penitrasian [7]. Tiap masing-masing 0,7 1,1009 25 9,3 Merah
Erlenmeyer yang sudah dicampur dengan muda
CH3COOH ditutup pada ujungnya dengan
menggunakan alumunium foil agar ketika 1,0 1,0251 25 13,8 Merah
dilakukan shaker larutan tidak tumpah dan muda
agar larutan asam asetat tidak teruapkan ke
lingkungan sekitar karena apabila larutan Berdasarkan data tabel diatas,
asam asetat akan berbahaya bagi tubuh. dapat disimpulkan bahwa pada setiap
Masing-masing erlenmeyer dimasukkan konsentrasi larutan memiliki volume
kedalam alat shaker dan dilakukan selama titrasi yang berbeda. Semakin besar
20 menit. Setelah dilakukan shaker selama
konsentrasi sebuah larutan, maka volume
20 menit agar larutan dapat teradsorp
dengan sempurna, larutan didiamkan titrasi yang dibutuhkan semakin besar.
tanpa di shaker selama 20 menit. Larutan semakin besar konsentrasi sebuah larutan
yang sudah di shaker disaring dengan maka semakin banyak zat yang terkandung
menggunakan kertas saring untuk didalamnya, dan semakin besarnya luas
memisahkan filtrate yang terkandung permukaan adsorben makan akan semakin
dalam masing-masing larutan. Larutan
NaOH 1,725 N disiapkan dan dimasukkan
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS 4

banyak pula substansi yang akan melekat Berdasarkan tabel diatas dapat
pada permukaan adsorben [8]. diambil kesimpulan apabila dalam
pelakuan shaker ataupun tanpa shaker
Table 3.2 tabel titrasi granula pada sebuah larutan yang tidak terdapat
N Massa V V Peruba campuran suatu zat tidak akan merubah
Asa karbon asa NaOH han struktur dari larutan tersebut maupun dari
m ( gram) m warna ph larutan tersebut, karena dibuktikan
Aset aseta ketika dilakukan penitrasian dengan
at t penambahan indikator pp volume titrasi
0,3 1,0912 25 4,4 Merah yang dihasilkan sama. Hal ini didukung
muda dengan pernyataan bahwa Indikator PP
0,7 1,0203 25 9,6 Merah dalam larutan shaker ataupun tanpa
muda shaker, pH larutan bersifat netral sehingga
larutan fenolftalein tidak berwarna.
1,0 1,0550 25 14,0 Merah Kemudian penambahan NaOH
muda mnyebabkan nilai Ph larutan meningkat,
sehingga indikator PP berubah menjadi
Berdasarkan data yang diperoleh merah muda dan titik akhir tercapai [7].
diatas menghasilkan kesimpulan pada Dari data yang sudah dodapatkan
setiap perbedaan konsentrasi dibutuhkan diperoleh grafik sebagai berikut ;
volume titrasi yang semakin besar.
semakin besar konsentrasi sebuah larutan
maka semakin banyak zat yang terkandung Grafik N vs C
didalamnya, dan semakin besarnya luas 1 y = 0.9324x +
permukaan adsorben makan akan semakin 0.0086…
N1

0.5
banyak pula substansi yang akan melekat Series1
0
pada permukaan adsorben [8]. 0 1 2
C Linear
Table 3.3 tabel larutan tanpa karbon aktif (Series1)
N V V Perubahan Grafik 3.1 hubungan antara C vs N
Asam Asam NaOH warna karbon aktif serbuk
Asetat Asetat
0,3 25 ml 4,5 ml Merah muda Berdasarkan data dari grafik
dengan diatas, nilai N yang terdapat pada grafik
shaker semakin bertambah seiring dengan
perubahan C. hal ini berbanding lurus
0,3 25 ml 4,5 ml Merah muda dengan perubahan masing-masing
tanpa komponen dan didapatkanniali R2 sebesar
shaker 0,9973 yang dikatakan linear karena
mendekati nilai 1. Semakin tinggi
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS 5

konsentrasi larutan, maka semakin banyak Berdasarkan grafik diatas semakin besar
zat yang akan teradsorp [8]. nilai log c maka semakin besar juga nilai
log y, hal ini dikatakan untuk nilai
berbanding lurus dan didapatkan nilai R2
Grafik C/N vs C 0,0005. Semakin tinggi konsentrasi
1 y = -0.1569x + larutan, maka semakin banyak zat yang
0.8831…
C/N

0.5 akan teradsorp [8].


Series1
0
0 2 4
C Linear Grafik N vs C
(Series1) y = 0.9436x +
2
Grafik 3.2 hubungan antara nilai C vs 0.0149…
Series1

N1
1
C/N karbon aktif serbuk
0
Linear
Berdasarkan grafik diatas 0 1 2
(Series1)
diperoleh kesimpulan bahwa semakin C
tinggi nilai C/N dari suatu larutan maka
Grafik 3.4 hubungan antara nilai C vs N
laju nilai C berbanding terbalik atau
granula
semakin turun. Hal ini berbanding terbalik.
Dari literature yang ada bahwa nilai C/N Berdasarkan data dari grafik
berbanding lurus dengan nilai C yang bisa diatas, nilai N yang terdapat pada grafik
disebabkan beberapa factor kurang semakin bertambah seiring dengan
telitinya pembacaan nonius saat titrasi atau perubahan C. hal ini berbanding lurus
alat yang digunakan terkontaminasi dan dengan perubahan masing-masing
didapatkan nilai R2 sebesar 0,6844. komponen dan didapatkanniali R2 sebesar
Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka 0,9988 yang dikatakan linear karena
semakin banyak zat yang akan mendekati nilai 1. Semakin tinggi
teradsorp[9]. konsentrasi larutan, maka semakin banyak
zat yang akan teradsorp [8].
Grafik log Y vs log Cy = 0.3458x -
0 0.2551 Grafik C/N vs C
0 0.05 R² = 0.0005 y = 0.1233x + 0.707
1.5
-0.5 R² = 0.8564
Y

Series1 1 Series1
C/N

0.5
-1 Linear 0
C Linear
(Series1) -5 0 5 (Series1)
Grafik 3.3 hubungan antara log C vs log C
y pada karbon aktif serbuk
Grafik 3.5 hubungan antara nilai C vs
C/N granula
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS 6

Berdasarkan grafik diatas diperoleh berpengaruh pada jumalh zat yang akan
kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai teradsorp.
C/N dari suatu larutan maka laju nilai C
UCAPAN TERIMA KASIH
berbanding lurus. Hal ini berbanding lurus.
Dari literature yang ada bahwa nilai C/N Penulis mengucapkan terima kasih
berbanding lurus dengan nilai C dan kepada asisiten laboratorium yang telah
didapatkan nilai R2 sebesar 0,8564. membimbing jalannya praktikum dan juga
mengajarkan ilmunya yang sangat
Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka
diutuhkan oleh penulis, juga kepada
semakin banyak zat yang akan kelompok yang membantu praktikum
teradsorp[8]. hingga praktikum berjalan baik.

Grafik log C vs log Y DAFTAR PUSTAKA


y = -11.646x
0 + 0.0341 [1].Botahala. L, 2019, Afektivitas adsorpsi
0 0.02 0.04 R² = 0.4392 Sekam Padi, Jakarta ,Deepublish.
-0.5 [2].Juliananda,2017,Teknik Perlakuan
Y

Series1
Limbah Gas, Malang, UB press.
-1 [3].Gapsari. F, 2017,Pengantar Korosi,
C Linear
(Series1) Malang, UB Press.
[4].Saptati. N ,2018, Perlakuan Fisiko
Grafik 3.6 hubungan antara log c vs log y
Kimia Limbah Cair Indutri, Malang,
granula UB Press.
[5].Brantoro, Yimi. 2010. Pengolahan
Berdasarkan grafik diatas semakin
Emas Skala Home Indutry. Jakarta : PT
besar nilai log y maka semakin kecil nilai
Gramedia Pusaka.
log c, hal ini dikatakan untuk nilai
[6]. Hartutik, 2012, Mutu Metode Pangan,
berbanding terbalik dan didapatkan nilai
Malang, UB Press.
R2 0,4392. Semakin tinggi konsentrasi
[7].Muchlisiyah, 2015, Kimia Fisika
larutan, maka semakin banyak zat yang
Pangan, Malang, UB Press.
akan teradsorp [8].
[8]. Underwood, A, L. (2002). Analis
IV. KESIMPULAN Kimia Kuantitatif. Edisi keenam.
Penerbit Erlangga dengan Power Mac
Berdasarkan percobaan yang telah G4. Jakarta
dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa [9]. Change. R,2005, Kimia Dasar,
semakin besar nilai Normalitas asam asetat Jakarta, Erlangga.
yang diadsorp dengan karbon aktif maka
akan semakin besar pula volume titrasi
yang dibutuhkan. Antara karbon aktif
granula dan serbuk lebih baik karbon aktif
serbuk karena luas permukaan
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS iii

SKEMA KERJA

Karbon Aktif

Karbon Aktif Ditimbang sebanyak 1 gram (serbuk)

Dimasukkan ke erlenmeyer 4 buah

Ditimbang sebanyak 1 gram (granule)

Dimasukkan ke 4 buah erlenmeyer

Diteteskan dengan CH3COOH 4N menjadi 0,5 N; 0,6 N; 0,9


N yang kemudian diencerkan dengan asam asetat 4 N masing
– masing 100 mL

Ditutup dengan alumunium foil dan dishaker selama 15 menit

Didiamkan 15 menit sampai terjadi kesetimbangan

Disaring dan dibuang 10 mL pertama dari filtrat

Dititrasi 25 mL lantar filtrat dengan 1,725 N NaOH baku


dengan indikator PP

Dihitung perubahan konsentrasi asam asetat

HASIL
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS iv

SKEMA ALAT
No Gambar Alat Keterangan

1 Karbon aktif serbuk ditimbang 1 gram


dengan teliti

2 Karbon aktif dimasukkan ke dalam 4 buah


Erlenmeyer 250 ml

3 Karbon aktif granular ditimbang 1 gram


kemudian dimasukkan ke dalam 4 buah
Erlenmeyer 250 ml

4 Larutan dibuat dengan konsentrasi 0,3 n


0,7 n 1,0 n dengan cara asam asetat 4 N
diencerkan masing-masing 100 ml
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS v

5 Larutan asam asetat 0,5 n sebanyak 100


ml dimasukkan ke dalam 2 elemen air
yang tidak berisi karbon aktif kemudian
ditutup dengan aluminium foil dan
dikocok 30 menit

6 Diamkan selama 30 menit kemudian


disaring dengan kertas saring

7 Larutan dititrasi sebanyak 25 mL dengan


1,725n NaOH dengan indikator pp
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS vi

LAMPIRAN
PERLAKUAN DAN PENGAMATAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan tabel perlakuan pengamatan
sebagai berikut :

Tabel 1.1 Perlakuan dan Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan
1 Karbon aktif granule dan serbuk Massa karbon aktif granule pada erlenmeyer
ditimbang 1 gram dengan neraca m1 : 1,0192 m2: 1,0203 m3: 1,0550
analitik sebanyak 6 kali
penimbangan Karbon aktif berupa serbuk pada
Erlenmeyer m1: 1,0378, m2: 1,1009, m3:
1,0251

2 Karbon aktif granule dan serbuk 3 erlenmeyer terdapat karbon aktif granule
dimasukkan kedalam 6 masing –
masing erlenmeyer 3 erlenmeyer terdapat karbon aktif serbuk
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS vii

3 Asam asetat 4 N diencerkan Konsentrasi 0,3 N dipipet sebanyak 7,5 ml


dengan variable 0,3 N; 0,7 N dan diencerkan dalam labu ukur 100 ml
1,0 N dengan volume 100 ml
Konsentrasi 0,6 N dipipet sebanyak 17,5 ml
diencerkan dalam labu ukur 100 ml
Konsentrasi 1,0 N dipipet sebanyak 25 ml

diencerkan dalam labu ukur 100 ml

4 Larutan asam asetat 0,5 N Larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,5
dimasukkan dalam erlenmeyer N sebanyak 100 ml dituangkan dalam 2
250 ml erlenmeyer tanpa karbon aktif

5 Larutan asam asetat 0,3 N, 0,7 N, Larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,3
1,0 N dimasukkan dalam N; 0,7 N; 1,0 N sebanyak 100 ml dituangkan
erlenmeyer 250 ml dalam 2 erlenmeyer yang terdapat campuran
karbon aktif
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS viii

6 Larutan ditutup dengan aluminium 7 erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil


foil serta semua larutan tidak homogen

7 Larutan dishaker selama 20 menit 7 larutan dalam erlenmeyer 250 ml dishaker


dan didiamkan selama 20 menit selama 20 menit dan didiamkan selama 20
menit. Larutan karbon aktif serbuk homogen
dan larutan karbon aktif granule tetap
heterogen
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS ix

8 Larutan disaring dengan Larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,3


menggunakan corong gelas dan N;0,7 N;1,0N sebanyak 100 ml dituangkan
diambil 10 ml filtrate dibuang dalam 2 erlenmeyer yang terdapat campuran
karbon aktif, disaring dengan 10 ml filtrate
pertama langsung dibuang dan disaring
kembali hingga volume filtrate 25 ml

9 Larutan filtrate 25 ml ditambahkan Larutan filtrate 25 ml dalam Erlenmeyer


dengan indikator pp ditambahkan indikator pp sebanyak 4 tetes.
Larutan tetap berwarna bening
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS x

10 Larutan filtrate dititrasi dengan Larutan filtrasi terjadi perubahan warna dari
larutan NaOH 1,725N tak berwarna menjadi merah muda dengan
volume NaOH

Karbon aktif serbuk 0,3 N : 4,3 ml

Karbon aktif granule 0,3 N : 4 ml

Karbon aktif serbuk 0,7 N : 9,3 ml

Karbon aktif granule 0,7 N :9,6 ml

Karbon aktif serbuk 1,0 N : 13,8 ml

Karbon aktif granule 1,0 N : 14 ml

Tanpa karbon aktif (Shaker) : 4,5 ml

Tanpa karbon aktif (No Shaker) : 4,5 ml


JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS xi

N
V1
C n0 n N Log C C/N Log C/N NaO Log Y Y
(ml)
H
25 0.2967 7,5 7,4175 0,0825 -0,52768 3,596364 0,555864 0.016114 1,0378
25 0.6417 17,5 16,0425 1,4575 -0,19267 0,440274 -0,35628 1.725 0,041748 1,1009
25 0.9522 25 23,805 1,195 -0,02127 0,79682 -0,09864 0,010766 1,0251
APPENDIKS

MENGHITUNG KARBON AKTIF 0.3 N

1. Mencari nilai C
𝑉𝑁𝑎𝑐𝑙×𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 10,7×1,725
C= = = 0,7383
𝑉𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 25

2. N1 × V1 = N2 × V2
0,3 × 100 = 4 × V2
V2 = 7,5 mL
3. N0 = n1 × V1
= 0,3 × 50 mL = 15N
4. n = V1 × C
= 50 mL × 0.2967 = 14,835
N= n0-n
= 7,5 – 7,4175 = 0,0825
log C
log 0,2967 = -0.52768
𝑪
5. Log 𝑵
0,2967
Log 0,0825
= Log 3,5963 = 0,5558
6. Log Y
Log 1,0378 = 0,016114
7. sumbu X = 0,2967
sumbu Y = 0,3
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS xii

8. sumbu X = 0,2967
sumbu Y= 3,596364
9. sumbu X = -0,52768
sumbu y = 0,016114

A. Perhitungan Persamaan Freundlich

Y= mx+C

y = 0,345x + 0.255

R² = 0
1 1
- nilai n = 𝑚 = 0,3455 = 2,8943
- nilai k, log k = 0.255 , k = -0,5934
B. perhitungan persamaan Langmuir,

y= ax+b

y = 0,345x + 0.255

R² = 0
𝑎 0,255
- m = 𝑏 = 0,345 = 0,73913
1 1
- c = 𝑎 = 0,255 = 3,92156
1 1
- a = 𝑐 = 3,92156 = 0,2550
- b = m × a = 0,18847
10. mencari nilai C/N
𝐶 0,2967
= 𝑁 = 0,0825 = 3,5963
Mencari nilai n
n= V1×C
= 25 ml × 0,2967
= 7,4175
1 1
11. a. NM = 𝑚 = 1.0445 = 30.86419753
1 1
12. k = 𝑚×𝑁𝑚 = 1.0445 ×0.95739=1.099512067
13. A= Nm × Na
= 30.86419753× 6.02×1023 × 21 × 10-20
=3901851.852(m2/gr)
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS xiii

MENGHITUNG GRANULE 0.3 N

V. Massa
N1 Asam V2 V1 N Karbon
C n0 n N LOG C C/N LOG C/N LOG Y
(mL) Asetat (mL) (mL) NaOH Aktif
(mL) (gr)

0,3 7,5 4,4 25 0,3036 7,5 7,59 -0,09 -0,5177 -3,37333 -0,52806 1,725 1,0912 0,037904

-
0,7 17,5 9,6 25 0,6624 17,5 16,56 0,94 0,704681 -0,15201 1,725 1,0203
0,17888 0,008728

-
1 25 14 25 0,966 25 24,15 0,85 1,136471 0,055558 1,725 1,055
0,01502 0,023252

1. Mencari nilai C
𝑉𝑁𝑎𝑐𝑙×𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 10,7×1,725
C= = = 0,7383
𝑉𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 25

2. N1 × V1 = N2 × V2
3. 0,3 × 100 = 4 × V2
V2 = 7,5 mL

4. N0 = n1 × V1
= 0,3 × 50 mL = 15N

n = V1 × C
= 25 mL × (-0,5177)
= 12,9425
N= n0-n
= 7,5 – 7,59
= -0,09
log C
log 0,3036 = -0,5177
𝑪
Log 𝑵
−0,5177
Log −0,09
= Log 5,7522 = 0,75983
5. Log Y
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS xiv

Log 1.0912 = 0,037904


6. sumbu X = 0,3036
sumbu Y = 0,3
sumbu X = 0,3036
sumbu Y= -3,37333
7. sumbu X = -0,5177
sumbu y = 0,037904

A. Perhitungan Persamaan Freundlich

- Grafik log Y vs Log C

Y= mx+C

y = -11,64x + 0,034
R² = 0,439
1 1
nilai n = 𝑚 = 11,64 = 0,085

- nilai k, log k = 0.034,


- k = -1,46852
- B. perhitungan persamaan Langmuir,
y= ax+b

y = -11,64x + 0,034
R² = 0,439
𝑏
m = 𝑎 = 0,034/(-11,64) = -2,92096
1 1
- c = 𝑎 = −11,64 = -0,0859
1 1
- a = 𝑐 = −0,0859 = -11,641
- b = m ×- a = -2,92096/-(-11,641)
= -0.2509
8. mencari nilai C/N
𝐶 0,3036
=𝑁= = -3,3733
−0,09
mencari nilai n
n= V1×C
= 25 ml × 0.3036
= 7,59
JURNAL ADSORPSI ISOTERMIS xv

1 1
9. a. NM = 𝑚 = 1.96 = 0.5102
1
10. k = 𝑚×𝑁𝑚
1
= 525.90 ×0.5102 = -1.96 M/s
11. A= Nm × Na
=-34.0136 × 6.02×1023 × 21 × 10-20
= -4300000 m2/gr

Anda mungkin juga menyukai