Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS CORPORATE FOVERNANCE

TERHADAP TAX AVOIDANCE

Oleh:
MEIDITYA LARASATI – 01017190019
NUR HAYATI FAJRIAH - 01017190025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI
2020
1. Pendahualuan

1.1 Latar belakang Penelitian

Penghindaran pajak sangat sulit untuk diketahui keberadaannya karena

menyangkut kerahasiaan perusahaan, manajemen serta strategi yang

dilakukan, namun menurut Hanlon dan Heitzman dalam a review of tax

research (2010:135-136), hal tersebut dapat diukur dengan melihat effective

tax rate (ETR) yakni tarif pajak efektif dihitung menambahkan beban pajak

kini dan beban pajak tangguhan dibagi laba sebelum pajak. Tata kelola

perusahaan atau dapat disebut corporate governance, merupakan hubungan

antara berbagai partisipan perusahaan yang dijelaskan berupa sistem dalam

hal menentukan arah kinerja perusahaan (Haruman, 2008 dalam

Annisa,2012:123). Oleh karenanya, Good Corporate Governance (GCG)

adanya sangat erat berkaitan dengan pemerintah dalam hal ini pemenuhan

kewajiban perpajakan setiap perusahaan. Pengawasan merupakan salah satu

bagian dari inti tata kelola perusahaan, sehingga tata kelola yang baik harus

sejalan dengan dilaksanakannya pengawasan yang baik. Aktivitas tax

avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dalam upaya

semata mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak perusahaan (Khurana

dan Moser, 2009). Tax avoidance merupakan suatu strategi pajak yang agresif

yang dilakukan oleh perusahaan dalam memimalkan beban pajak, sehingga

kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan

buruknya reputasi perusahaan dimata publik. Dalam beberapa tahun terakhir

otoritas pajak tampaknya telah berusaha dengan semaksimal mungkin tidak

hanya menegakkan batas yang jelas antara penghindaran pajak dan


penggelapan pajak dalam upaya perencanaan pajak, tetapi juga untuk

mencegah Wajib Pajak masuk kedalam celah ambiguitas yang ditimbulkan

oleh peraturan perpajakan (Bovi, 2005). Tujuannya untuk mencegah Wajib

Pajak menggunakan struktur penilaian terhadap status hukum yang tampak

ambigu tersebut sehingga dapat diterima sebagai upaya perencanaan pajak

tetapi ternyata malah melanggar peraturan itu sendiri. Dalam upaya mencapai

tujuan tersebut maka dilakukan berbagai macam tindakan antara lain

diadakannya audit intensif, tekanan prosedural, publisitas yang

mempengaruhi reputasi, dll. Penelitian ini merupakan modifikasi dari

penelitian terkait dengan pengaruh corporate governance terhadap tax

avoidance.

1.2 Pertanyaan Riset

Atas dasar latar belakang penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini

adalah: Apakah kualitas corporate governance mempengaruhi tax

avoidance? Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah ingin mengetahui

bagaimana kualitas corporate governance mempengaruhi aktivitas tax

avoidance pada perusahaan.

2. Literatur Review dan Pengembangan Hipotesis

2. 1 Landasan Teori

2. 1. 1 Teori Agensi
Teori agensi dianggap sesuai dengan penelitian ini karena sebuah

perusahaan memiliki sebuah penerapan teori agensi antara pemegang saham

dan manajer di dalam perusahaan. Pemegang saham mendelegasikan

wewenang kepada manager untuk mengelola perusahaan dan memberikan

return yang baik sesuai dengan keinginan pemegang saham.

Teori keagenan merupakan hal dasar yang digunakan dalam memahami

corporate governance. Teori keagenan dikembangkan oleh Michael Johnson,

seorang professor dari Harvard yang memandang bahwa manajemen

perusahaan (agents) akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi

kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang bijaksana terhadap

pemegang saham.

Teori agensi memunculkan konflik kepentingan antara pemegang saham

dan manajer. Konflik kepentingan yang memunculkan biaya didefinisikan

sebagai biaya keagenan oleh (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Addiyah,

2014) menjadi tiga jenis biaya, yaitu:

1. Biaya monitoring, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi segala

aktivitas yang dilakukan oleh agen. Biaya-biaya yang terkait dengan

monitoring menjadi tanggung jawab dari principal.

2. Biaya bonding, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai jaminan bahwa

agen tidak akan melakukan perbuatan yang merugikan. Biaya-biaya yang

termasuk sebagai biaya bonding menjadi tanggung jawab dari agen.

3. Biaya residual loss, yaitu biaya yang diukur dari nilai uang yang

ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang dialami principal

akibat terjadinya perbedaan kepentingan.


2. 2 Corporate Governance

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) mendefinisikan

Corporate Governance adalah hubungan antara pihak pengelola, pemerintah,

kreditur, karyawan, serta para stakeholder lainnya yang diatur dalam

seperangkat aturan. Corporate governance memiliki tujuan antara lain untuk

memberikan nilai tambah kepada seluruh pihak. (Tjager, Alijoyo, Djemat,

dan Soembodo, 2003:26). Keberhasilan penerapan GCG tidak terlepas dari

unsur yang terdapat di dalamnya yakni internal dan eksternal perusahaan, hal

ini dinyatakan oleh (Sutedi, 2012:41-42). Unsur-unsur Good Corporate

Governance tersebut harus ada dalam perusahaan yang akan menerapkan

prinsip-prinsip tata kelola perusahaan, dalam pelaksanaannya maka harus

dibentuk melalui baik internal maupun eksternal perusahaan. Unsur internal

perusahaan merupakan sesuatu yang bisa mengontrol kinerja manajemen

dalam melaksanakan kegiatannya, sedangkan unsur dari luar perusahaan

merupakan alat acuan dan kontrol bagi manajemen dalam melaksanakan

pengelolaan perusahaan. Good corporate governance secara definitif

merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stockholder (Desai dan

Dharmapala, 2007). Secara singkat, ada empat komponen utama yang

diperlukan dalam konsep good corporate governance ini, yaitu fairness,

transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut

penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten

terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.


2. 3 Tax Avoidance

Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai

dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan

yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak secara

eufimisme sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning).

Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan

transaksi Wajib Pajak (WP) supaya utang pajak berada dalam jumlah minimal

tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan (Suandy, 2008). Dalam

melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui

manajemen pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan

berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun

yang melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering digunakan adalah

tax evasion dan tax avoidance. Sophar Lumbantoruan dalam bukunya

akuntansi pajak (1996: 489) memaparkan definisi terkait dua istilah tersebut.

Tax evasion (penggelapan pajak) adalah penghindaran pajak dengan

melanggar ketentuan peraturan perpajakan. Tax avoidance (penghindaran

pajak) adalah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada.

2. 4 Pengukuran Corporate Governance

Di Indonesia Corporate Governance Index telah dikembangkan oleh

Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Pemeringkatan

corporate governance oleh IICG tersebut tidak dilakukan untuk semua

perusahaan, sehingga sampel penelitian hanya terbatas. Adanya keterbatasan


Corporate Governance Index, dalam berbagai penelitian seringkali terkait

corporate governance akan menggunakan proksi sebagai alat ukur.

2.4.1 Struktur Kepemilikan Institusional

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Shleifer dan Vishney (1986)

menyatakan bahwa pemilik institusional memainkan peran penting dalam

memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer. Mereka

berpendapat bahwa seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan

hak suara yang dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada

kinerja ekonomi dan menghindari peluang untuk perilaku mementingkan

diri sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khurana dan Moser (2009)

adalah besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan

mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin

besarnya konsentrasi short-term shareholder institusional akan

meningkatkan kebijakan pajak agresif, tetapi semakin besar konsentrasi

kepemilikan long-term shareholder maka akan semakin mengurangi

tindakan kebijakan pajak yang agresif. Kepemilikan Institusional dapat

diukur dengan menggunakan rasio sebagai berikut:

Konsep Institusional = Saham yang dimiliki Institusional


Jumlah Saham yang di terbitkan

2.4.2 Struktur Dewan Komisaris


Dalam pedoman Good Corporate governance (GCG) yang diterbitkan

KNKG di tahun 2006 dijelaskan bahwa dewan komisaris sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk

melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta

memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Tugas dewan komisaris

dapat dikatakan efektif bila memenuhi beberapa prinsip, diantaranya:

1. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan

keputusan secara efektif, tepat dan cepat.

2. Anggota dewan komisaris harus professional, yaitu berintegritas dan

memiliki kemampuan.

3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat mencakup tindakan

pencegahan, perbaikan, dan pemberhentian sementara.

2.4.3 Kualitas Audit

Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah transparansi.

Transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan

hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para pemegang

saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak

semakin dituntut oleh otoritas publik (Sartori, 2010). Alasannya adalah

adanya asumsi bahwa implikasi dari perilaku pajak yang agresif, pemegang

saham tidak ingin perusahaan mereka mengambil posisi agresif dalam hal

pajak dan akan mencegah tindakan tersebut jika merekatahu sebelumnya.

Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four menurut

beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai


perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang

diaudit oleh KAP The Big Four memiliki tingkat kecurangan yang lebih

rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non The

Big Four. oleh karena itu perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four

pengukuran kualitas audit Bernilai 1 dan 0 jika sebaliknya.

2.4.4 Komite Audit

Daniri (2006) dalam Pohan (2008) menyebutkan sejak direkomendasikan

GCG di Bursa Efek Indonesia tahun 2000, komite audit telah menjadi

komponen umum dalam struktur corporate governance perusahaan publik.

Pada umumnya, komite ini berfungsi sebagai pengawas proses pembuatan

laporan keuangan dan pengawasan internal, karena BEI mengharuskan

semua emiten untuk untuk membentuk dan memiliki komite audit yang

diketuai oleh komisaris independen. Pohan (2008) dalam penelitiannya

memaparkan bahwa dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang

beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang anggota, diangkat dan

diberhentikan serta bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Komite

audit yang beranggotakan sedikit, cenderung dapat bertindak lebih efisien,

namun juga memililki kelemahan, yakni minimnya ragam pengalaman

anggota, sehingga anggota komite audit seharusnya memiliki pemahaman

memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip

pengawasan internal. Kualifikasi terpenting dari anggota komite audit

terletak pada common sense, kecerdasan dan suatu pandangan yang

independen.
2.5 Pengukuran Tax Avoidance

Penghindaran pajak pada penelitian menggunakan alat ukur Effective tax rate

(Minnick dan Noga, 2010) yakni Tarif pajak efektif dihitung menambahkan

beban pajak kini dan beban pajak tangguhan dibagi laba sebelum pajak.

Semakin besar ETR ini menunjukkan bila tingkat penghindaran pajak

perusahaan rendah. Penggunaan alat ukur ETR karena data tersebut secara

terbuka dapat diakses dan ditabulasi pada laporan keuangan perusahaan.

2. 6 Variabel Kontrol

2.6.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan diartikan sebagai sebuah skala dimana perusahaan dapat

dikategorikan besar dan kecil dengan berbagai cara, salah satunya adalah

dilihat dari besar kecilnya aset yang dimiliki (Ardyansyah, 2014); (Ferry

dan Jones, 1979, dalam Budiman, 2012). Perusahaan yang dikategorikan

berskala besar dianggap memiliki tingkat agresif pajak yang lebih besar

(Lanis dan Richardson, 2007 dalam Ardyansyah, 2014).

2.6.2 Leverage

Leverage atau sumber pendanaan hutang berasal dari luar perusahaan.

Sumber pendanaan hutang dianggap mampu memproyeksikan sejauh mana

perusahaan dapat melunasi hutang jangka panjang dan jangka pendeknya.

Perusahaan dengan persentase yang lebih kecil dianggap lebih mampu

menyelesaikan total hutangnya dibandingkan dengan perusahaan yang


memiliki persentase lebih besar. Sumber pendanaan dihitung dengan

membandingkan total hutang dan total aset sesuai dengan perhitungan

Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
Nama dan
No. Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1. Prasetyo mengetahui Metode yang secara simultan
dan pengaruh digunakan dalam kepemilikan
Pramuka kepemilikan penelitian ini adalah institusional,
(2018) institusional, metode kuantitatif dan kepemilikan manajerial
kepemilikan data yang digunakan dan proporsi dewan
manajerial dan adalah data sekunder. komisaris independen
proporsi dewan Sampel yang berpengaruh signifikan
komisaris digunakan dalam terhadap tax avoidance.
independen penelitian ini ada 10 Secara parsial
terhadap tax perusahaan yang kepemilikan
avoidance termasuk dalam Jakarta institusional
Islamic Index (JII) berpengaruh signifikan
selama 4 tahun periode terhadap tax avoidance,
pengamatan sehingga Akan tetapi
terdapat 40 observasi kepemilikan manajerial
Metode analisis yang dan proporsi dewan
digunakan adalah komisaris independen
Analisis statistik tidak berpengaruh
deskriptif dan analisis signifikan terhadap tax
regresi linier berganda. avoidance.
2. Khoirunnisa Membuktikan Populasi dalam - kepemilikaan
(2015) secara empiris penelitian ini adalah institusional, dan
pengaruh seluruh perusahaan dewann komisaris
komponen manufaktur yang tidak berpengaruh
corporate terdaftar pada tahun oleh tax avoidance
governance seperti 2011-2013 di BEI. - Dewan komisaris
kepemilikan Teknik pengambilan independen
institusional, sampel yang digunakan berpengaruh negatif
dewan komisaris dalam penelitian terhadap tax
independen, adalah nonprobability avoidance.
kualitas audit, sampling. sampel - kualitas audit
komite audit, dan dipilih berdasarkan berpengaruh negatif
dewan direksi purposive sampling. terhadap tax
terhadap tax menggunakan data avoidance
avoidance pada sekunder, data
perusahaan diperoleh secara tidak
manufaktur di langsung atau melalui
Bursa Efek media perantara yaitu
Indonesia periode website pasar modal
2011-2013 (www.idx.co.id) serta
badan pengawas pasar
modal (BAPEPAM).
3. Annisa dan mengetahui Data yang digunakan tidak terdapat pengaruh
Kurniasih bagaimana dalam penelitian signifikan kepemilikan
(2012) pengaruh dari merupakan data institusional, dan
corporate sekunder dan diambil komposisi dewan
governance dari laporan keuangan komisaris independen
terhadap aktivitas dan laporan tahunan terhadap tax avoidance,
tax avoidance perusahaan yang sedangkan komite audit
pada perusahaan terdaftar di BEI tahun dan kualitas audit
yang terdaftar di 2008. Pengambilan berpengaruh negatif
BEI tahun 2008. sampel dalam terhadap tax avoidance.
penelitian ini
menggunakan teknik
disproportionate
stratified random
sampling,
4. Irawan dan Memberikan bukti- Metode Common hubungan yang dan
Aria (2012) apakah Effect (Pooled signifikan antara
Kepemilikan saham Ordinary Least corporate governance
oleh direksi, Square). dan kompensasi dengan
Pemberian tingkat- Metode Fixed Effect manajemen pajak,
kompensasi kepada (Fixed Effect model - kepemilikan saham
direksi perusahaan, EFM ). institusi berpengaruh
dan Penerapan- Metode Random Effect negatif. kepemilikan
corporate (Random Effect model saham direksi dan
governance dapat - RFM ) kompensasi
mengurangi memberikan pengaruh
pembayaran pajak yang positif
perusahaan.

2.7 Kerangka Teoritikal

Gambar 2.1

Kerangka Teoritikal

Variabel Independen Variabel Dependen


Corporate Governance Tax Avoidance

2.8 Pengembangan Hipotesis

Sejumlah penelitian telah dilakukan tentang pengaruh corporate

governance terhadap tax avoidance kesimpulannya yang sangat meyakinkan

Beberapa diantaranya menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara

corporate governance dan tax avoidance. Sesekali lain menyimpulkan bahwa

hubungan yang ada antara corporate governance dan tax avoidance adalah

positif jika dan hanya jika diikuti dengan rendahnya biaya agensi dan biaya
transaksi (Sartori, 2010). Sejumlah penelitian yang dilakukan di luar negeri

telah menunjukkan bahwa dampak corporate governance yang efektif negatif

pada aktivitas tax avoidance. Tindakan penghematan pajak yang dilakukan

oleh sejumlah perusahaan di Indonesia dimaksudkan bukan untuk

menggelapkan pajak, tapi lebih pada tujuan penghematan besarnya beban

pajak yang dibayar oleh perusahaan dengan cara memanfaatkan celah pada

peraturan perpajakan yang ada di Indonesia Oleh karena itu dalam penelitian

kali ini ami mengambil Hipotesis sebagai berikut.

H1: Corporate governance berpengaruh negatif terhadap praktek tax

avoidance.

3. Metodologi Penelitian

3.1 Model Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang terdiri dari

variabel terikat (variabel dependen), variabel bebas (variabel independen) dan

variabel kontrol (control variable). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah penghindaran pajak yang diproksikan dengan effective tax rate.

Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi Corporate Governane yang di

proksikan dengan , sedangkan variabel kontrol dalam penelitian ini adalah

ukuran perusahaan dan leverage.

Definisi Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research

pendekatan kuantitatif. Penelitian ekspalatori adalah “Penelitian yang

bertujuan menelaah kausalitas antara variabel yang menunjukkan suatu

fenomena tertentu”. (Zulganef, 2008:11).


Rumus model penelitian utama:

Ket:

TA : Tax Avoidance

A : Konstanta

CG : Corporate Governance

E : Error

3.2 Operasionalisai Variabel

Pada bagian ini akan dijelaskan definisi operasional variabel yang

terdiri dari variabel, dimensi, indikator dan skala pengukuran. Berikut adalah

rumus operasional variabel:

Rumus model penelitian:

Keterangan:

TA : Tax Avoidance

A : Konstanta

Committe : Komite Audit

Board : Dewan komisaris

Lev : Leverage

Size : Ukuran Perusahaan

e : Error
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang

terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulan

(Sugiyono, 2009). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

3.2.1 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tax

avoidance (TA). Pengukuran terkait tax avoidance dilakukan dengan

menggunakan proksi effective tax rates (ETR) yang diharapkan mampu

mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan

menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al.

2010) dengan rumus sebagai berikut:

ETR : Beban Pajak


Laba Sebelum Pajak

Semakin besar ETR ini menunjukkan bila tingkat penghindaran pajak

perusahaan rendah.

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjelaskan variabel dependen yaitu Corporate

Governance. Corporate governance secara komperhensif (bersama-sama)

biasanya diukur menggunakan proksi Corporate Governance Indeks

menyebutkan bahwa corporate governance dibagi dalam tiga area, yaitu:

struktur kepemilikan, transparansi informasi dan struktur dewan.

3.2.2.1 Komite Audit


Komite audit yang beranggotakan sedikit pada suatu perusahaan,

cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun juga memililki kelemahan,

yakni minimnya ragam pengalaman anggota, sehingga anggota komite audit

seharusnya memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan

keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal. Pada penelitian ini

perhitungan komite audit kami menggunakan nilai 1 untuk perusahaan yang

memiliki jumlah anggota komite audit lebih dari atau sama dengan 3 dan

nilai 0 untuk jumlah anggota komite audit kurang dari 3.

3.2.2.2 Dewan Komisaris

Perhitungan Komisaris independen menggunakan persentase jumlah

komisaris independen terhadap jumlah total komisaris dalam susunan dewan

komisaris perusahaan sebagai berikut:

Komisaris Independen = Jumlah dewan Komisaris Independen x 100%

Jumlah dewan Komisaris

3.2.3 Variabel Kontrol

Variabel Kontrol adalah variabel yang dibuat tetap sehingga pengaruh

variabel yang tidak dihitung di dalam penelitian ini tidak menimbulkan

pengaruh terhadap variabel independen dan dependen. Variabel control yang

digunakan di dalam penelitian ini diantaranya adalah ukuran perusahaan dan

sumber pendanaan dari hutang.

3.2.3.1 Ukuran Perusahaan


Firm Size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya

perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total

asset) yang diperoleh dari Data Indonesia Capital Market Directory (ICMD)

periode 2010 – 2015.

3.2.3.2 Leverage

Sumber pendanaan dari hutang dapat memberikan perbedaan antara

perusahaan yang memiliki persentase pendanaan dari hutang yang besar

ataupun yang lebih kecil. Perusahaan dengan persentase yang lebih kecil

dianggap lebih mampu menyelesaikan hutang-hutangnya dibandingkan

dengan perusahaan yang memiliki persentase lebih besar. Sumber pendanaan

dihitung dengan menggunakan rumus.

Leverage : Total Hutang


Total Aset

Total hutang dan total aset perusahaan dapat ditemukan di dalam laporan

tahunan yang diterbitkan perusahaan.

4. Sampel Penelitian

Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Kriteria sampel perusahaan yang diteliti adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur sub sektor capital goods yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2016 – 2018.

2. Perusahaan tidak mengalami kerugian pada laporan keuangan periode

2016-2018.

3. Memiliki data yang lengkap untuk variabel yang dibutuhkan.


4.1. Data Sampel Penelitian

Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Data sampel perusahaan yang diteliti adalah sebagai berikut:

No
. Kriteria Total

1 Perusahaan manufaktur sub sektor capital goods yang terdaftar di 66


Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2018

2 Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap untuk (30)


variabel yang dibutuhkan

3 Perusahaan yang mengalami kerugian pada pelaporan keuangan (20)


periode 2017-2019

Jumlah Perusahaan Sampel 14

Periode 3

Jumlah Sampel 42

4.2. Hasil Uji R2

Coefficientsa

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 ,
a
,714 ,510 ,457 0759666025719
62

a. Predictors: (Constant), Board, Leverage, Size, Commite

Sumber: Output SPSS 22 (2020)

Uji Koefisinesi Determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-
variabel independen memiliki pengaruh kepada variabel dependen. Tabel diatas
menunjukan R2 senilai 0,510 atau 51%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 51%
variasi tax avoidance pada perusahaan manufaktur tahun 2016-2018 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia disebabkan oleh variable-variabel independent. Sedangkan 49% di
sebabkan oleh variable lain yang tidak di teliti dalam penelitian.

4.3. Hasil Uji F Statistics

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,222 4 ,056 9,619 ,000b

Residual ,214 37 ,006

Total ,436 41

a. Dependent Variable: Tax_Avoidance


b. Predictors: (Constant), Board, Leverage, Size, Commite

Untuk tingkat signifikansi yang mewakili F value harus berada pada batas toleransi 1%
5% dan 10% . pada pengujian F Statistics diatas menunjukkan bahwa F value sebesar
9,619 dengan nilai signifikansi hasil penelitian berdasarkan perhitungan SPSS pada Tabel
diatas adalah sebesar 0,000 artinya secara bersama-sama variabel independen yang
diproksikan dengan dewan komisaris dan komite audit mempengaruhi variabel
dependen yaitu tax avoidance.

4.4. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)

 Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -,050 ,173 -,289 ,774

Commite ,012 ,014 ,192 ,829 ,412


Board ,015 ,007 ,367 2,059 ,047
Leverage -,117 ,077 -,192 -1,510 ,139

Size ,025 ,032 ,175 ,789 ,435

Persamaan regresi linier berganda dengan pengukuran tax avoidance yang


diperoleh berdasarkan table diatas adalah:
TA = -,050 + ,012 A1+ ,015 A2 - ,117A3 + ,025 A4 + e

Berdasarkan hasil pengujian coefficients menunjukkan bahwa variabel


ukuran perusahaan dan komite audit memiliki pengaruh positif terhadap
tax avoidance. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai signifikansi masing-
masing sebesar 0,21 dan 0,20 lebih besat atau tidak signifikan dengan
nilai signifikansi yang telah ditentukan yaitu alpha 10%. Sedangkan
variabel selanjutnya yaitu leverage menunjukan nilai signifikansi sebesar
0,06 yang artinya signifikan dengan alpha 10% dan variabel Dewan
komisaris memiliki nilai signifikansi 0,02 signifikan dengan alpha 5%
sehingga leverage memiliki pengaruh negatif dan dewan komisaris
memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Nuralifmida Ayu dan Kurniasih, Lulus, 2012. Pengaruh corporate governance
terhadap Tax avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing.Volume 8. No2

Bovi, Maurizio. 2005. Book-Tax Gap, An Income Horse Race. Working Paper
No. 61, Desember 2005.

Desai, M. A. dan D. Dharmapala. 2006. Corporate Tax Avoidance and High


Powered Incentives. Journal of Financial Economics, 79, 145-179.

Desai, M. A. dan D. Dharmapala. 2007. Corporate Tax Avoidance and Firm


Value. Journal of Financial Economics.

Daniri, M. Achmad. 2005. Good Corporate Governance, Konsep dan


Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia

Hanlon, Michelle dan Heitzman, Shane. 2010. A Review of Tax Research. Journal
of Accounting and Economics 50, SSRN- id1476561, Halaman 127-178

Haruman, Tendi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan


Keuangan dan Nilai Perusahaan: Survey pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XI. 23-24 Juli 2008,
Pontianak.

Irawan, Hendra dan Aria F. 2012. Pengaruh Kompensasi Manajemen dan Corporate
Governance terhadap Manajemen Pajak Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi XV Banjarmasin 20.

Khurana, I. K. dan W. J. Moser. 2009. Institutional Ownership and Tax


Aggressiveness. www.ssrn.com

Khoirunnisa. 2015. Pengaruh corporate governance terhadap Tax avoidance pada


Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
http://feb.unila.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/14042015-0851031025.pdf

OECD, 2004. OECD Principles of Corporate Governance. Prancis: OECD


Publications Service

Pohan, H. T. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin’s q,


Perata Laba terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Publik.
http://hotmanpohan. blogspot.com

Prasetyo, Irwan dan Bambang Agus Pramuka. 2018. Pengaruh ekpemilikan


Intitusional, kepemilikan manajerial dan Proporsi Dewan Komisaris
Independen terhadap Tax Avoidance dalam jurnal Ekonomi, Bisnis. Dan
Akuntansi (JEBA) Volume 20 Nomor 02. Purwolerto : Universitas Jendral
Soedirman.
Sartori, Nicola. 2010. Effect of Strategic Tax Behaviors on Corporate
Governance. www.ssrn.com

Shleifer, A., dan Vishney, R. 1986. Large Shareholders and Corporate Control.
Journal of Political Economy 94: 461-488.

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika

Tjager, Alijoyo, Djemat, dan Soembodo. 2003. Corporate Governance, Tantangan


dan Kesempatan dagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.

Anda mungkin juga menyukai