Anda di halaman 1dari 8

Tema : Perpajakan, metode survei

Latarbelakang
Target penerimaan pajak dalam 12 tahun belakangan tidak pernah tercapai. Kondisi ini
diperkirakan karena banyaknya wajib pajak berupa perusahaan-perusahaan yang
melakukan penghindaran pajak baik secara legal (tax avoidance ) ataupun secara illegal
(tax Evasion) (www.liputan6 dan www.kompas.com). selama tahun 2010 terdapat 16
perusahaan BUMN yang melakukan penunggakan pajak dan masih ada dua perusahaan
BUMN yang malakukan penunggakan pajak pada awal tahun 2015.
Meteri keuangan menyatakan bahwa adanya capurtangan dari lingkunagan Yudukatif dan
Legislatif dalam membayar pajak merupakan salah satu penyebab tunggakan pajak
BUMN. Selain itu kebijakan yang diambil perusahaan dalam melakukan penghematan
pajak selalulu diawasi oleh dewan komisaris (Reza, 2012). Kerakteristik perusahaan juga
dapat mempengaruhi variasi tarif pajak efektif antara perusahaan (Brigham dan Houston,
2011). Maka dari itu peneliti tertarik melakukan pengujian apakah koneksi politik, dewan
komisaris dan karakeristik perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Judul
pengaruh koneksi politik,dewan komisaris dan karakteristik perusahaan terhadap
penghindaran pajak.

Rumusan masalah
Apakah koneksi politik,dewan komisaris dan karakteristik perusahaan berpengaruh
terhadap penghindaran pajak?

Tujuan
Untuk mengetahui apakah koneksi politik,dewan komisaris dan karakteristik perusahaan
berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Tinjauan Pustaka
1. Penghindaran pajak
Penghindaran Pajak Dilihat dari sisi ekonomi khususnya perspektif
ekonomi mikro, pajak dapat diartikan sebagai sesuatu yang membebani atau
sesuatu yang dapat mengurangi kemampuan atau daya beli masyarakat. Melihat
dari sisi ini saja, pajak dapat dipandang sebagai sesuatu yang tidak
menguntungkan. Sesuatu yang tidak menguntungkan biasanya mendorong adanya
upaya untuk melakukan penghindaran atau perlawanan pajak.
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self
assessment system. Sistem tersebut menjadikan wajib pajak berkewajiban untuk
menghitung sendiri jumlah seluruh penghasilan yang diperoleh, jumlah pajak
terutang, jumlah pajak yang telah dibayar atau dapat dikreditkan, pajak yang
masih harus dibayar, menyetor pajak yang terutang atau yang masih harus dibayar
serta mengisi dan melaporkan sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) dan Surat
Setoran Pajak (SSP) ke kantor pajak.
Self Assessment System memiliki tujuan penting, yang diharapkan ada
dalam diri wajib pajak yaitu tax consciousness atau kesadaran wajib pajak,
kejujuran wajib pajak, tax mindedness wajib pajak atau hasrat untuk membayar
pajak, serta tax discipline wajib pajak terhadap pelaksanaan peraturan perpajakan
(Rahayu, 2010:160). Secara eksplisit, self assessment system merupakan system
perpajakan yang sangat rentan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran.
Penyelewengan dan pelanggaran tersebut merupakan suatu bentuk dari
penghindaran atau perlawanan pajak.Penghindaran pajak tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Perlawanan Pasif
Perlawanan pajak secara pasif diakibatkan oleh adanya hambatan-hambatan
yang mempersukar pemungutan pajak. Perlawanan ini tidak dilakukan secara aktif
apalagi agresif oleh para wajib pajak.
b. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif mancakup ruang lingkup semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditujukan terhadap fiskus dengan tujuan menghindari pajak.
Menurut Bernard P. Heber dalam Nurmantu (2005:151), pengertian tax
avoidance adalah upaya wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang
(loopholes) yang ada dalam Undang-Undang perpajakan, sehingga dapat
membayar pajak lebih rendah. Definisi tindakan penghindaran pajak oleh
Patermak dan Rico dalam Kholbadalov (2012:1) yaitu legal utilization of the tax
regime to one's own advantage, to reduce the amount of tax that is payable by
means that are within the law.
Dari beberapa pengertian yang dijelaskan oleh para ahli dapat ditarik
kesimpulan bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan legal
utilization atau legal arrangements of tax fairs affairs yaitu suatu perbuatan legal
dengan memanfaatkan celah dari Undang-Undang perpajakan untuk
meminimalkan beban pajak penghasilan yang seharusnya dibayar.
Banyak cara yang bisa digunakan untuk mengukur adanya penghindaran
pajak. Kebanyakan proksi atau alat ukur untuk pengukuran penghindaran pajak
membutuhkan data dari laporan keuangan perusahaan dan akses untuk
mendapatkan data tersebut terbatas. Hanlon dan Heitzman dalam A review of tax
research (2010) membuat daftar 12 cara pengukuran penghindaran pajak yang
biasa digunakan di berbagai literatur.
Penghindaran pajak pada penelitian ini diukur dengan menggunakan proksi
effective tax rate differential (ETR differential) yang dihitung melalui book tax
gap perusahaan. Book tax gap adalah selisih dari laba komersial yang dilaporkan
dalam laba rugi menurut akuntansi dengan laba kena pajak (Annisa dan
Kurniasih, 2012:123). Penggunaan proksi book tax gap dikarenakan data yang
tersedia dan mudah untuk diakses di perusahaan adalah laporan keuangan tahunan
yang didalamnya terdapat rekonsiliasi fiskal pada catatan atas laporan keuangan.
Sehingga dapat diketahui pendapatan sebelum pajak dan pendapatan kena pajak.
2. Koneksi politik
Purwoto (2011:7) menyatakan bahwa negara Indonesia dan Presiden
Soeharto telah menjadi populer dalam pengembangan awal literatur koneksi
politis (political connection). Perusahaan berkoneksi politik ialah perusahaan
yang dengan caracara tertentu mempunyai ikatan secara politik atau
mengusahakan adanya kedekatan dengan politisi atau pemerintah (Purwoto,
2011:7). Koneksi politik dipercaya sebagai suatu sumber yang sangat berharga
bagi banyak perusahaan (Fisman, 2001 dalam Leuz and Gee, 2006: 411).
Penelitian ini, dalam menilai ada tidaknya koneksi politik suatu
perusahaan menggunakan proksi ada atau tidaknya kepemilikan langsung oleh
pemerintah pada perusahaan. Pengukuran tersebut konsisten dengan penelitian
yang dilakukan Adhikari et al., (2006) dan Nugroho (2011). Selain itu, data yang
tersedia pada laporan keuangan perusahaan adalah kepemilikan saham yang di
dalamnya berisi gambaran pihak-pihak yang memiliki saham atas perusahaan.
3. Dewan komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat
dalam suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh Dewan komisaris
merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam suatu perusahaan,
Dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk melaksanakan fungsi
pengawasan dari principal dan mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan
komisaris menjebatani kepentingan principal dan manajer di dalam perusahaan.
KNKG (2006) mendefinisikan Dewan komisaris sebagai mekanisme
penggendalian internal tertinggi yang bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberi masukan kepada direksi serta memastikan
bahwa perusahaan melaksanakan GCG. (Adestian,2014).
4. Karakteristik perusahaan
Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat pada
suatu entitas usaha (Surbakti, 2012:14). Karakteristik perusahaan dapat dilihat
dari berbagai segi, diantaranya jenis usaha atau industri, tingkat likuiditas,
profitabilitas perusahaan (Ibrahim,2010:78), financial leverage dan kepemilikan
saham (Djebali and Belanes, 2012:177), ukuran perusahaan (Zadeh and
Eskandari, 2012:9) dan
lain-lain. Pada penelitian ini, karakteristik perusahaan yang digunakan adalah
tingkat pendanaan (leverage) dan intensitas modal.
a. Leverage
Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan
sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset (aktiva) atau dana
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial bagi para
pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan. Leverage pada perusahaan ada
dua macam, yaitu operating leverage dan financial leverage (Martono dan Harjito,
2006:295). Operating leverage didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam menggunakan biaya operasi tetap untuk memperbesar pengaruh dari
perubahan volume penjualan terhadap earning before interest and taxes (EBIT)
(Syamsuddin, 2007:107).
b. Intensitas Modal

Intensitas modal merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan.


Keputusan tersebut ditetapkan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal
yang dibutuhkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Sumber dana atau
kenaikan modal dapat diperoleh dari penurunan aktiva tetap (dijual) atau
peningkatan jumlah aktiva tetap (pembelian).

Riview penelitian terdahulu


a. Mulyani,dkk (2012) yang menunjukan bahwa Hasil pengujian
menunjukkan bahwa variabel Leverage, intensitas modal, hubungan
politik dan reformasi perpajakan berlaku bersamaan terhadap
penghindaran pajak. Dari Hasil analisis sebagian diketahui bahwa
pengaruh variabel dan pengaruh politik berpengaruh signifikan terhadap
Penghindaran pajak, sedangkan intensitas modal dan reformasi perpajakan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.
b. Reza (2012) hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rapat idependensi
ketua dewan komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran
pajak baik diukur melalui GAAP ETR dan juga current ETR.
c. Siregar (2016) Size berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran
pajak perusahaan.
Hipotesis
Leverage, intensitas modal (capital intensity), koneksi politik (political
connection) dan reformasi perpajakan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek tahun
2008-2012.
Jumlah rapat dewan komisaris yang merupakan variabel independen dalam
penelitian ini memiliki koefisien positif sebesar 0.001344 dan tingkat signifikasi
sebesar 0.2138. nilai tersebut mengindikasikan bahwa jumlah rapat dewan komisaris
tidak memiki pengaruh yang signifikan terhadap GAAP ETR, hal ini menunjuknan
bahwa jumlah rapat dewan komisaris tidak mempengaruhi penghindaran pajak,
sehingga hipotesis H1 ditolak. Hal ini sesuai dengan mashayekhi (2008) dalam Shah et.
Al. (2009) yang mengatakan bahwa rapat dewan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba. Salah satu bentuk manajemen laba adalah penghindaran
pajak yang dilakukan oleh manajemen perusahaan agar pendapatan perusahaan menjadi
semakin besar atau agar kas yang di keluarkan lebih kecil. (Reza,2012)
Pengaruh Size terhadap Penghindaran Pajak Menurut penelitian sebelumnya, ada
dua teori yang dapat digunakan sebagai dasar analisis pengaruh ukuran perusahaan
Tarif Pajak Efektif (TPE), yaitu (1) Teori biaya politik (political cost) (2) Kebijakan
dari teori yang pertama, teori kekuasaan politik (political power or clout theory)
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar untuk
mempengaruhi proses politik sesuai keinginan mereka termasuk perencanaan pajak dan
mengatur aktivitas dalam mencapai penghematan pajak yang optimal Siegfried, 1972
(dalam Surbakti, 2012). Dengan adanya teori tersebut, perusahaan besar akan memiliki
TPE yang lebih rendah. Semakin besar tarif pajak efektif yang dimiliki perusahaan,
maka bisa disimpulkan maka perusahaan tersebut akan melakukan penghindaran pajak
begitu juga sebaliknya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut: H3: Size berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. (Siregar,2016)

Kerangka pemikiran.

Koneksi Politik (X1)

Dewan Komisaris (X2) Penghindaran Pajak ( Y )

Karakteristik Perusahaan (X3)

Populasi dan Sampel


Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan BUMN yang telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Perusahaan BUMN di pilih karena seharusnya Perusahaan
BUMN merupakan sumber penerimaan pajak Negara tetapi ada beberapa perusahaan
BUMN yang melakukan penunggakan Pajak.
Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Adapun kriteria-kriteria yang
digunakan adalah yaitu :
1. Perusahaan BUMN di Indonesia yang terdaftar di BEI rentang tahun 2010-
2015.
2. Perusahaan BUMN yang melakukan penunggakan pajak dari rentang tahun
2010-2015.

Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang
merupakan sumber data peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yaitu
laporan keuangan perusahaan BUMN yang telah terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI)
yang diperoleh melalui website resmi Indonesia yaitu www.idx.com.

Teknik perolehan data


Definisi operasional dan pengukuran variabel
Variabel Dependen :
Penghindaran pajak, dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun pada penelitian
ini menggunakan ETR(effective tax rates) untuk mengukur seberapa besar
kemungkinan perusahaan melakukan penghindaran pajak. ETR (effective taxrates)
adalah cara yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar potensi penghindaran
pajak yang dilakukan perusahaan. ETR terbagi dua yaitu GAAP ETR (beban pajak
dibagi pendapatan sebelum pajak) dan current ETR (beban pajak kini dibagi
pendapatan sebelum pajak). Penggunaan ETR sesuai dengan penelitian terdahulu Reza
(2012) dan Mulyani, dkk (2014).
Variabel independen :
Koneksi Politik, Faccio (2006:369) menjelaskan bahwa perusahaan dianggap memiliki
koneksi secara politik jika setidaknya salah satu pemegang saham yang besar
(seseorang yang mengendalikan setidaknya 10% dari total saham dengan hak suara)
atau salah satu pimpinan perusahaan (CEO, presiden, wakil presiden, ketua atau
sekretaris) adalah anggota parlemen, menteri, atau orang yang berkaitan erat dengan
politikus atas atau partai politik. Koneksi politik juga dapat dilihat dari ada atau
tidaknya kepemilikan langsung oleh pemerintah pada perusahaan (Adhikari et al.,
2006:538).
Dewan Komisaris, Dewan komisaris sebagai mekanisme penggendalian internal
tertinggi yang bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberi masukan kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan
Good Corporate Goverment.
Karakteristik Perusahaan, karakteristik Perusahaan dapat dilihat dari Return On
Asset, Debt Equity Ratio dan Size. Size di gunakan untuk menegathui karakteristik
penghindaran pajak pada perusahaan besar, sedang dan kecil. ROA merupakan
perbandingan antara Laba Bersih setelah pajak dengan asset perusahaan.

Teknik/tahapan analisis data


1. Melakukan perhitungan jumlah total asset serta return on asset (ROA), DER
dan Size terhadap sampel perusahaan BUMN.
2. Menyajikan data dari hasil perhitungan jumlah total asset serta return on asset
(ROA),DER dan Size terhadap sampel perusahaan BUMN.
3. Menghitung dan mengukur penghindaran pajak dengan GAAP ETR dan
Current ETR.
4. Menganalisis penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan BUMN
yang telah terdaftar di BEI.
5. Melakukan pengujian variabel dengan menggunakan analisis regresi
sederhana untuk menguji pengaruh koneksi politik,dewan komisaris dan
karakteristik perusahaan terhadap penghindaran pajak.

Anda mungkin juga menyukai