Abstrack
This study aims to determine the effect of the corporate sosial responsibility and
independent commissioners on tax aggressiveness. This study are conducted on
130 firm-years manufacturing firms listed in the Indonesian Stock Exchange during
period of 2012 to 2016, selected based on purposive sampling method. Tax
aggressiveness is proxy by ETR. Corporate social responsibility activities
measured based on disclosures referring to Gobal Reporting Initiative (GRI)
guideline. Independent commissioner is the proportion of independent
commissioner in the board of commissioners. The results show that: 1) tax
aggressiveness can be suppressed by the increasing activity of corporate social
responsibility, 2) tax aggressiveness is not influenced by independent
commissioners in the company.
225
226
semakin besar maka perusahaan dianggap terbatas. Ketiga, tindakan agresivitas pajak
berperilaku agresif terhadap pajak. yang dilakukan oleh PT. Toyota
Tindakan agresivitas pajak di Indonesia Manufacturing Indonesia (TMMIN) pada
dapat dilihat dari beberapa hal : 1) rendahnya tahun 2013 yang merugikan Negara sebesar
rasio pajak; 2) rendahnya kepatuhan wajib Rp 500 Milyar. PT. TMMIN melaporkan
pajak badan; 3) kasus penghindaran pajak penjualan lebih rendah dari jumlah yang
yang dilakukan oleh PT Coca-Cola Indonesia, sebenarnya, dan melaporkan pembelian bahan
PT. RNI dan PT. Toyota Manufacturing baku yang tidak wajar.
Indonesia. Rasio pajak Indonesia masih Tindakan agresivitas pajak dapat
tergolong rendah dan belum dapat memberikan manfaat misalnya penghematan
ditingkatkan melalui penerimaan pajak. Rasio pajak yang cukup besar dimana kekayaan
pajak di Indonesia yang rendah dibandingkan pegang saham akan meningkat serta
dengan negara-negara ASEAN lainnya kompensasi manajemen juga akan meningkat
membuktikan bahwa peran pajak belum (Chen, Cheng dan Shevlin, 2010).
maksimal. Rasio pajak di Indonesia tahun Sebaliknya, tindakan agresivitas pajak jua
2012 sebesar 11,9%; tahun 2013 sebesar memiliki damapak buruk terhadap
11,9%; tahun 2014 sebesar 11,4% ; tahun perusahaan, misalnya munculnya biaya
2015 sebesar 10,7% dan tahun 2016 sebesar karena otoritas pajak memeriksa dan
10,4% (anggaran.depkeu.go.id). Pencapaian menemukan adanya kecurangan, reputasi dan
rasio pajak Indonesia lebih rendah jika citra perusahaan yang terancam rusak dan
dibandingkan dengan rasio pajak yang telah hilangnya legitimaasi perusahaan yang
dicapai negara lain di ASEAN. Beberapa berasal dari masyarakat. (Sari dan Martani,
negara ASEAN telah melampaui pencapaian 2010; Chen et al., 2010; Lanis dan
rasio pajak Indonesia pada 2016, seperti Richardson, 2012).
Vietnam 13,8%, Singapura 14,3%, Filipina Reputasi dan legitimasi diciptakan oleh
14,4%, Malaysia 15,5%, dan Thailand 17% perusahaan melalui aktivitas corporate social
(World Bank). responsibility (Wahyudi dan Azheri,
Kepatuhan WP badan usaha yang 2011:19). Dengan demikian, reputasi dan
rendah yaitu hanya sebesar 58% juga legitimasi tersebut harus mampu dijaga dan
membuktikan bahwa tingkat agresivitas pajak dipelihara oleh perusahaan dengan tidak
di Indonesia masih tinggi (pajak.go.id). melakukan tindakan-tindakan yang tidak
Kemudian didukung oleh beberapa kasus sejalan dengan nilai, norma dan harapan
penghindaran pajak yang telah dilakukan oleh masyarakat, contohnya adalah dengan
beberapa perusahaan di Indonesia antara lain melakukan tindakan agresivitas pajak
: Pertama, Pada tahun 2014 PT. Coca-Cola (Christensen dan Murphy, 2004; Hanlon dan
Indonesia diperiksa oleh Direktorat Jenderal Slemrod, 2009; Wilson, 2009; Lanis dan
Pajak (DJP) dan ditemukan bahwa PT. CCI Richardson, 2012; Chan, Watson dan
melakukan penghindaran pajak dengan Woodliff, 2014).
melaporkan biaya fiktif dalam pelaporan Peran komisaris independen dalam
pajaknya, yaitu beban iklan sebesar Rp suatu perusahaan sangatlah penting.
566,84 milyar pada tahun 2002 hingga 2006. Komisaris independen melakukan
Kedua, PT. RNI melakukan pengawasan terhadap manajemen akibat dari
penghindaran pajak pada thun 2014 dengan adanya konflik agensi dalam perusahaan
melaporkan kerugian dimana perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976; Khaoula dan
yang rugi tidak akan membayar pajak. Selain Ali, 2012; Zemzem dan Ftouhi, 2013), selain
itu, pada pelaporan pajaknya, PT. RNI itu komisaris independen juga harus mampu
melaporkan utang yang besar serta tidak melakukan pengawasan terhadap keputusan
wajar kemudian memanfaatkan fasilitas pajak dan tindakan yang akan mempengaruhi
UMKM dimana tarif PPh final sebesar 1%, masyarakat secara keseluruhan (Ibrahim,
sementara PT. RNI merupakan perseroan Howard dan Angelidis, 2003; Rose, 2007).
227
Hal ini sangat penting bagi perusahaan untuk pengaruh signifikan komisaris independen
dapat berkembang serta tidak kesulitan dalam terhadap agresivitas pajak perusahaan.
bertahan karena reputasi dan legitimasi yang Berdasarkan pemaparan tersebut,
diciptakan telah dijaga atau dipelihara dengan penelitian ini bertujuan untuk
baik. Oleh karena itu, penting bagi komisaris mengidentifikasi bagaimana tindakan
independen untuk mengawasi manajemen agresivitas pajak pada perusahaan Bursa Efek
supaya tidak melakukan tindakan-tindakan Indonesia dipengaruhi oleh corporate social
yang dapat merugikan perusahaan, misalnya responsibility dan komisaris independen.
tindakan agresivitas pajak. Hasil penelitian ini memberikan
Penelitian mengenai aktivitas corporate dukungan pada aplikasi teori legitimasi dan
social responsibility dan komisaris teori agensi. Hasil penelitian ini dapat
independen terhadap tindakan agresivitas dijadikan sebagai bahan referensi penelitian
pajak perusahaan diantaranya dilakukan oleh selenjutnya yang ingin memperdalam
Lanis dan Richardson, 2012; Davis, penelitian mengenai hubungan corporate
Guenther, Krull dan Williams, 2016; Lanis social responsibility, komisaris indepenedn
dan Richardson, 2011; dan Khaoula dan Ali, dengan perpajakan.
2012. Lanis dan Richardson (2012) dan Davis Hasil penelitian ini memberikan
et al., (2016) melakukan penelitian terkait kontribusi bagi perusahaan terkait dampak
pengaruh aktivitas corporate social yang timbul akibat dari tindakan agresivitas
responsibility terhadap tindakan agresivitas pajak, dimana agresivitas pajak dapat
pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Lanis menyebabkan rusak dan hilangnya reputasi
dan Richardson (2012) menunjukkan bahwa dan legitimasi perusahaan. Hasil penelitian
semakin tinggi aktivitas corporate social juga dapat memberikan masukan dan
responsibility, semakin rendah tindakan wawasan bagi perusahaan mengenai
agresivitas pajak perusahaan. Dimana dalam tindakan-tindakan yang penting untuk
menciptakan dan menjaga legitimasinya, dilakukan yang dapat mempengaruhi
pajak diterapkan sebagai bagian dari aktivitas keberlangsungan bertahan perusahaan dengan
corporate social responsibility oleh mempertimbangkan masyarakat secara
perusahaan publik di Australia. Berbeda keseluruhan. Contohnya adalah keputusan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Davis dan tindakan perusahaan yang dapat
et al., (2016) yang menemukan bahwa memberikan pengaruh terhadap
semakin tinggi aktivitas corporate social keberlangsungan bertahan perusahaan
responsibility, semakin tinggi pula tindakan melalui kepeduliannya kepada masyarakat
agresivitas pajak perusahaan. Hal ini dengan melakukan tindakan-tindakan seperti
dikarenakan kewajiban perpajakan tidak taat pajak dan terlibat secara luas dalam
diterapkan sebagai bentuk agenda dalam aktivitas corporate social responsibility.
corporate social responsibility oleh
perusahaan di Amerika. Teori Legitimasi
Lanis dan Richardson (2011) dan Legitimasi yang berasal dari
Khaoula dan Ali (2012) juga melakukan masyarakat merupakan salah satu faktor
penelitian, terkait bagaimana komisaris penting yang dibutuhkan oleh perusahaan
independen dapat mempengaruhi tindakan atau entitas organisasi untuk dapat beroperasi,
agresivitas pajak perusahaan. Penelitian yang bertahan bahkan mampu dalam
dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2011) mengembangkan perusahaan atau entitas
menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah tersebut di masa yang akan datang (Hadi,
komisaris independen dalam perusahaan akan 2011:87). Menurut Suchman (1995)
mengurangi tindakan agresivitas pajak legitimasi merupakan asumsi atau perpsepsi
perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dimana setiap aktivitas atau tindakan
dilakukan oleh Khaoula dan Ali (2012) yang perusahaan atau entitas telah sesuai dengan
tidak menemukan bukti terkait adanya
228
Fama dan Jensen (1983) menyebutkan pajak maka akan membantu dalam pendanaan
bahwa dewan komisaris merupakan penyediaan barang publik dalam masyarakat
perangkat tata kelola perusahaan yang (Laguir, Stagliano dan Elbaz, 2015), misalnya
signifikan dalam mengawasi atau memantau kesehatan, pendidikan, penegakan hukum
keputusan perusahaan dan untuk serta tranportasi umum. Sehingga, perilaku
mempekerjakan, memberhentikan dan agresif pajak merupakan perilaku yang akan
memberi kompensasi kepada manajer yang memberikan dampak tidak baik terhadap
ada di dalam perusahaan. Dewan komisaris masyarakat.
dalam perusahaan tidak hanya bertanggung Selaras dengan pandangan teori
jawab dalam mengawasi perilaku manajemen legitimasi, yang menyatakan bahwa
terhadap pemegang saham saja, tetapi juga perusahaan harus menciptakan dan
harus memperhatikan dan mempertimbang- memelihara hubungan di lingkungan sosial
kan kepentingan atau kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan legitimasi yang
secara keseluruhan. Dengan demikian dewan dibutuhkan perusahaan sehingga mampu
komisaris harus mengawasi manajemen untuk melakukan operasi bisnis, bertahan bahkan
memastikan bahwa harapan pemangku berkembang (Gray et al., 1995). Untuk
kepentingan dan masyarakat dapat diatasi dan mampu menjaga dan memelihara legitimasi
dipenuhi (Lanis dan Richardson, 2011). yang telah diciptakan melalui aktivitas
corporate social responsibility, maka
Pengaruh Corporate Social Responsibility perusahaan harus berhati-hati dalam
terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan melakukan tindakan-tindakan lain yang
Corporate social responsibility adalah berbeda dengan nilai, norma dan harapan
suatu upaya yang dilakukan sebagai bentuk masyarakat serta otoritas pajak (Christensen
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan Murphy, 2004). Perusahaan seharusnya
dan lingkungan sekitar yang menjadi strategi tidak melakukan tindakan agresivitas pajak
perusahaan untuk menciptakan legitimasi dan yang akan menyebabkan rusaknya reputasi
reputasi perusahaan sehingga dapat diterima perusahaan dan hilangnya legitimasi
oleh masyarakat. Sejalan dengan pandangan perusahaan yang akan mengancam
Avi-Yonah (2006) yang menyatakan keberlangsungan operasi bisnis perusahaan
perusahaan menerapkan aktivitas corporate (Hanlon dan Slemrod, 2009; Wilson, 2009;
social responsibility tidak hanya demi Chan et al., 2014).
memaksimalkan keuntungan pemegang H1: Tanggung jawab sosial perusahaan
saham, tetapi juga lebih luas harus berpengaruh negatif terhadap
mempertimbangkan pemangku kepentingan agresivitas pajak perusahaan.
lainnya seperti kelompok politik, karyawan,
pemerintah dan masyarakat (Ghozali dan Pengaruh Komisaris Independen terhadap
Chariri, 2007:409). Lanis dan Richardson Agresivitas Pajak Perusahaan
(2012) menyebutkan perusahaan dalam Tindakan-tindakan manajemen
pengambilan keputusan operasi bisnisnya, sangatlah sulit untuk dimonitor dan dikontrol
dapat menggunakan prinsip-prinsip yang oleh pemegang saham (Harmono, 2014:3).
terkandung dalam corporate social Tindakan agresivitas pajak merupakan suatu
responsibility sebagai pedoman dalam upaya yang dilakukan manajemen untuk
tindakan dan keputusan etis perusahaan kepentingannya sendiri dengan harapan akan
dengan mempertimbangkan pemegang saham memperoleh bonus dari pemegang saham,
sekaligus masyarakat. dengan memanfaatkan kekayaan penegang
Perusahaan sebagai entitas real world saham (Lanis dan Richardshon, 2011;
(Avi-Yonah, 2006) yaitu membayar pajak Suyanto dan Supramono, 2012). Kehadiran
merupakan kewajiban sosial perusahaan. komisaris independen dalam dewan komisaris
Pajak yang disetor oleh perusahaan sangat mampu meningkatkan pengawasan kinerja
bermanfaat untuk masyarakat dimana melalui direksi dan manajemen (Fama dan Jensen,
231
1983; Khaoula dan Ali, 2012; Zemzem dan 26 sampel data. Dengan demikian, jumlah
Ftouhi, 2013). observasi pada penelitian ini yaitu sebanyak
Teori legitimasi menekankan 130 sampel tahun perusahaan.
pentingnya peran komisaris independen
dalam mengawasi perilaku dan sikap Tabel 1. Sampel Penelitian
manajemen dalam pengambilan keputusan
serta dalam melakukan tindakan-tindakannya. Perusahaan manufaktur tercatat
Dengan harapan bahwa setiap keputusan dan di BEI pada tahun 2012-2016 144
tindakan tersebut tetap mampu memelihara Tidak konsisten listing/delisting (17)
Data penelitian yang tidak lengkap (26)
serta mempertahankan legitimasi perusahaan
Laporan keuangan menggunakan
(Lanis dan Richardson, 2011). Ibrahim et al., mata uang dolar (23)
(2003) dan Rose (2007) menyatakan sangat ETR > 1 (4)
penting bagi komisaris independen untuk Perusahaan rugi (26)
dapat memantau perilaku atau sikap dan Sampel perusahaan berdasarkan
keputusan perusahaan dengan purposive sampling 48
memperhatikan dan mempertimbangkan Data outlier (22)
kebutuhan masyarakat secara keseluruhan Sampel perusahaan setelah
dan mematuhi peraturan-peraturan yang screening data 26
berlaku dimana perusahaan tersebut Total sampel tahun perusahaan
melakukan operasi bisnisnya. Dengan (26 perusahaan x 5 tahun) 130
Sumber: Data diolah, 2018
demikian, komisaris independen harus
mampu memonitor atau memantau sikap,
perilaku, keputusan dan tindakan manajemen Agresivitas pajak
sehingga tidak akan melakukan tindakan Agresivitas pajak diukur dengan
dimana legitimasi perusahaan dapat terancam Effective Tax Rate (ETR). Effective Tax Rate
seperti tidak melakukan tindakan agresivitas (ETR) menggambarkan persentase total
pajak (Armstrong, Blouin, Jagolinzer dan beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
Larcker, 2015). dibandingkan total laba sebelum pajak yang
H2: Proporsi komisaris independen diperoleh perusahaan (Lanis dan Richardson
berpengaruh negatif terhadap 2012
agresivitas pajak perusahaan.
Beban Pajak
METODE 𝐸𝑇𝑅 =
Laba Sebelum Pajak
Sampel penelitian ini dipilih
menggunakan purposive sampling dengan
Corporate Social Responsibility
kriteria: 1) Perusahaan manufaktur yang
Tingkat aktivitas corporate social
terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun
responsibility diukur dengan menggunakan
2012 hingga 2016; 2) Data penelitian yang
proksi indeks pengungkapan corporate social
dibutuhkan lengkap, yaitu laporan tahunan
responsibility (Lanis dan Richardson, 2012).
dan laporan keuangan; 3) Perusahaan
Butir-butir pengungkapan corporate social
menggunakan satuan nilai rupiah dalam
responsibility yang digunakan adalah
laporan keuangannya; 4) ETR kurang dari 1;
berdasarkan pedoman berkelanjutan GRI
5) Perusahaan tidak mengalami kerugian.
yang terdiri dari 79 aspek pengungkapan.
Berdasarkan seleksi sampel yang
Kemudian dilakukan pencocokan item
dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang
berdasarkan check list dengan item
ditetapkan sebelumnya maka diperoleh
pengungkapan pada laporan tahunan
sampel sebesar 48 sampel perusahaan.
perusahaan.
kemudian ketika dilakukan screening pada
data ditemukan adanya outlier pada 22 data,
sehingga data yang digunakan adalah sebesar
232
Berikut ini rumus yang digunakan tinggi (Suyanto dan Supramono, 2012).
dalam menghitung CSRI : Pengukuran leverage adalah berdasarkan total
utang dibagi dengan total aset perusahaan.
∑Xij Intensitas modal (CINT) menunjukkan
CSRIj =
nj seberapa besar modal yang diperlukan untuk
CSRIj : indeks luas pengungkapan corporate menghasilkan laba. Adanya penyusutan aset
social responsibility j tetap perusahaan setiap tahunnya akan
∑Xi : nilai 1 jika item i diungkapkan; nilai menjadi biaya yang dapat menjadi pengurang
0 jika item i tidak diungkapkan pajak, sehingga semakin tinggi intensitas
Nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ modal perusahaan maka tindakan agresivitas
79 pajak perusahaan juga semakin tinggi (Siregar
dan Widyawati, 2016). Pengukuran intensitas
Komisaris Independen modal adalah berdasarkan jumlah aset tetap
Komisaris independen diukur yang dimiliki oleh perusahaan dibagi dengan
berdasarkan jumlah komisaris independen total aset perusahaan.
dibandingkan total dewan komisarisvdalam ROA (Return on Asset) adalah salah
perusahaan (Lanis dan Richardson, 2011; satu pengukuran profitabilitas perusahaan.
Khaoula dan Ali, 2012), yaitu: Besarnya laba yang diperoleh perusahaan,
akan meningkatkan beban pajak yang dibayar
Jumlah Komisaris Independen oleh perusahaan. Sehingga perusahaan akan
KI = cenderung berusaha untuk meminimalkan
Jumlah Dewan Komisaris
pajak terutangnya (Puspita dan Febrianti,
2017). Lanis dan Richardson (2012)
Variabel Kontrol menemukan bahwa ROA berpengaruh positif
Kepemilikan manajerial (MTOBD) terhadap agresivitas pajak perusahaan. ROA
merupakan kepemilikan saham oleh diukur dengan pendapatan sebelum pajak
manajemen perusahaan yang terdiri dari dibandingkan dengan total aset.
direksi dan manajer. Tindakan-tindakan yang
dilakukan manajemen kerapkali berbeda Teknik Analisis Data
dengan harapan dan kepentingan pemegang Teknik analisis data dalam penelitian
saham (Hu dan Izumida, 2008). Sehingga, ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi
perusahaan membuat kebijakan dengan klasik (terdiri dari normalitas,
memberlakukan kepemilikan saham bagi multikolineritas, heterokedastisitas dan
pihak manajemen, dengan harapan autokorelasi) dan uji hipotesis yaitu dengan
manajemen akan senantiasa berhati-hati uji t atau uji parsial. Pengujian pada penelitian
ketika mengambil keputusan dan melakukan ini dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS
suatu tindakan (Jensen dan Meckling, 1976; 23.
Hu dan Izumida, 2008). MTOBD diukur
berdasarkan jumlah saham yang dimiliki oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
manajemen dibagi dengan proporsi saham Hasil Effective Tax Rate (ETR)
yang beredar. Pengujian terhadap 130 sampel amatan,
Leverage (LEV) adalah kemampuan menunjukkan bahwa Effective Tax Rate
perusahaan dalam melakukan pembayaran (ETR) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,246
utang-utangnya, baik utang pokok maupun atau 24,6%. Dilihat dari nilai ETR sebesar
bunganya (Hadi dan Mangoting, 2014). 24,6% menunjukkan pajak terutang
Beban bunga merupakan beban yang timbul perusahaan sampel berada dibawah tarif pajak
dari adanya utang, dimana beban tersebut yang berlaku yaitu sebesar 25%. Nilai
dapat dimanfaatkan sebagai pengurang pajak, minimum ETR berdasarkan 130 sampel,
sehingga semakin tinggi leverage maka menunjukkan nilai sebesar 0,155 atau 15,5%.
tindakan agresivitas pajak juga akan semakin Nilai maksimum ETR berdasarkan 130
233
Uji Heterokedastisitas
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis
t- Kesimpu
Variabel Sig
Statistic lan
Corporate Social
Responsibility
(CSR) -2,932 0.004 Diterima
Komisaris
Independen (KI) -0,213 0.831 Ditolak
Variabel Kontrol :
Kepemilikan
Manajerial
(MTOBD) 1,532 0.128
Leverage (Lev) 0,206 0.837
Intensitas
Gambar 1. Hasil Uji Heterokedastisitas Modal (CINT) 3,464 0.001
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2018 ROA 0,403 0.688
*) tingkat signifikansi pada α=5%
Berdasarkan scatter plot pada gambar 1 Sumber : data diolah
dapat diketahui bahwa titik-titik residual
menyebar secara acak, sehingga asumsi Pengaruh Corporate Social Responsibility
heteroskedastisitas dinyatakan terpenuhi. terhadap Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 6,
Uji Autokorelasi aktivitas corporate social responsibility
Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,004
Z 2,113 yang menunjukkan nilai signifikansi < level of
significance (α=5%). Dengan demikian
Signifikansi 0,35
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2018
hipotesis pertama (H1) diterima yaitu bahwa
aktivitas corporate social responsibility
Hasil pengujian pada tabel 5 berpengaruh negatif terhadap tindakan
menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih agresivitas pajak perusahaan. Hal ini berarti
besar dari 0,05, sehingga tidak terjadi masalah semakin tinggi tingkat aktivitas corporate
autokorelasi social responsibility, maka akan semakin
rendah tindakan agresivitas pajak perusahaan.
Pembahasan Hasil penelitian ini berbeda dengan
Berdasarkan hasil output SPSS 23, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
diketahui adj R2 sebesar 0,184. Artinya, Lanis dan Richardson (2012). Dalam
kontribusi Corporate Social Responsibility penelitiannya, Lanis dan Richardson (2012)
(CSR), Komisaris Independen (KI), menyebutkan tindakan agresivitas pajak
Kepemilikan Manajerial (MTOBD), perusahaan dapat ditekan dengan semakin
Leverage (LEV), Intensitas Modal (CINT) tingginya aktivitas corporate social
dan Return On Asset (ROA) terhadap responsibility. Lebih lanjut dikatakan bahwa
Agresivitas Pajak (ETR) adalah sebesar pembayaran pajak diterapkan oleh
18,4%, sedangkan sisanya sebesar 81,6% perusahaan Australia sebagai bentuk dari
merupakan kontribusi dari variabel lain yang aktivitas corporate social responsibility
tidak dibahas dalam penelitian ini. sebagai upaya untuk menciptakan dan
memelihara citra yang baik dan legitimasi
dari masyarakat.
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Davis et al.,
(2016) yang menunjukkan bahwa perusahaan
publik di Amerika yang bertanggungjawab
235
secara sosial cenderung melakukan tindakan dilakukan oleh Khaoula dan Ali (2012) yang
agresivitas pajak. Dimana pembayaran pajak melakukan penelitian pada perusahaan publik
tidak diterapkan oleh perusahaan Amerika di Tunisia dan tidak menemukan bukti adanya
sebagai agenda dari aktivitas corporate social pengaruh dari komisaris independen terhadap
responsibility. agresivitas pajak perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
pandangan teori legitimasi dalam perpajakan menemukan tidak berpengaruhnya komisaris
yang menyebutkan bahwa terdapat relasi independen terhadap agresivitas pajak,
antara perusahaan dan masyarakat untuk menunjukkan bahwa upaya pencegahan
melakukan tindakan-tindakan dan berperilaku tindakan agresivitas pajak masih belum
yang sesuai dengan harapan, nilai serta norma efektif dilakukan oleh komisaris independen
dalam masyarakat. Dengan demikian dalam suatu perusahaan (Khoula dan Ali,
legitimasi dan reputasi yang baik dapat 2012). Keberadaan komisaris independen
diciptakan dan dipelihara oleh perusahaan. dalam perusahaan juga tidak mampu dalam
Legitimasi dan citra yang baik adalah faktor melaksanakn fungsi monitoring dengan baik
penting yang sangat dibutuhkan oleh pada manajemen dalam pengambilan
perusahaan untuk dapat melakukan operasi keputusan dan tindakan strategis seperti
bisninya, bertahan dan selalu berkembang. tindakan agresivitas pajak yang mempunyai
Selain memperhitungkan ekonomi dampak tidak baik bagi perusahaan seperti
aktivitas corporate social responsibility juga merusak reputasi dan menghilangkan
merupakan tindakan yang memperhatikan legitimasi perusahaan. Hasil penelitian juga
dan mempertimbangkan sosialnya. Dengan berbeda dengan pandangan Ibrahim et al.,
taat terhadap peraturan yang berlaku, (2003) dan Rose (2007) yang menyatakan
termasuk peraturan perpajakan dan bahwa kehadiran komisaris independen
melakukan pembayaran pajak sesuai dengan sangat penting untuk dapat mengawasi
aturan perpajakan yang berlaku merupakan keputusan dan tindakan manajemen dengan
salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat.
terhadap masyarakat. Oeleh karena itu, disimpulkan bahwa hasil
penelitian tidak dapat mendukung teori
Pengaruh Komisaris Independen terhadap legitimasi seperti pada penelitian yang
Agresivitas Pajak dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2011).
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 6, Dengan rata-rata jumlah komisaris
Komisaris Independen (KI) diperoleh nilai independen sebesar 38,7% menunjukkan
signifikansi sebesar 0,831 yang menunjukkan bahwa jumlah tersebut tidak signifikan dalam
nilai signifikansi > level of significance mengawasi perilaku manajemen untuk dapat
(α=5%). Dengan demikian hipotesis kedua patuh dan taat pajak sesuai dengan peraturan
(H2) yang menyebutkan bahwa komisaris perpajakan yang sedang berlaku dengan
independen berpengaruh negatif terhadap menekan tindakan agresivitas pajak. Dengan
agresivitas pajak ditolak. Hasil penelitian demikian kehadiran komisaris independen
membuktikan bahwa tindakan agresivitas dalam perusahaan hanya merupakan
pajak perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebutuhan terhadap kepatuhan peraturan.
komisaris independen, Seperti pada Peraturan Otoritas Jasa
Hasil penelitian ini berbeda dengan Keuangan No. 33/POJK.04/2014 tentang
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lanis Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau
dan Richardson (2011) yang menemukan Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa
bahwa tindakan agresivitas pajak perusahaan perusahaan publik harus memiliki komisaris
dapat berkurang dengan semakin tingginya independen minimal sebesar 30% dari total
proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris.
perusahaan publik di Australia. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
236
oleh intensitas modal, artinya perilaku agresif Theory. Accounting, Auditing, and
pajak akan semakin mengingkat, dengan Accountibility Journal 15(3): 312-343.
semakin tingginya intensitas modal Fama, E. F., dan Jensen, M. C. 1983.
perusahaan. Hal ini dikarenakan pajak Separation Of Ownership And Control.
terhutang perusahaan akan berkurang dengan Journal of Law and Economics 26: 301-
adanya penyusutan aset tetap perusahaan 325.
setiap tahunnya. Agresivitas pajak tidak Frank, M. M., Lynch, L. J., dan Rego, S. O.
dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial, 2009. Tax reporting aggressiveness and
leverage dan Return On Assets (ROA). its relation to aggressive financial
reporting. The Accounting Review 84(2):
DAFTAR PUSTAKA 467–496.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Ghozali, I., dan Chariri, A. 2007. Teori
2017. Diakses 13 Januari 2018, dari Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
http://www.anggaran.depkeu.go.id/conte Universitas Diponegoro.
nt/publikasi/BIBAPBNP2017.pdf Gray, R., Kouhy, R., dan Lavers, S., 1995.
Armstrong, C. S., Blouin, J. L., Jagolinzer, A. Corporate Social and Environmental
D., dan Larcker, D. F. 2015. Corporate Reporting: A Review of The Literature
Governance, Incentives, and Tax and a Longitudinal Study of UK
Avoidance. Journal of Accounting and Disclosure. Accounting, Auditing and
Economics 60:1-17. Accountability Journal 8 (2), 47–77.
Avi-Yonah, Reuven S. 2006. Corporate Gustian, V., dan Faisal. 2015. Analisis
Social Responsibility And Strategic Tax Perbandingan Penggunaan GRI Indeks
Behaviour. Public Law And Legal dan ISR Indeks dalam Pengungkapan
Theory Working Paper Series. Working Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Paper No. 69 Perbankan Indonesia Tahun 2010-2013.
Carrol, A. B. 1979. A Three-Dimensional Diponegoro Journal of Accounting 4(4):
Conceptual Model of Corporate 1-10
Performance. Academy of Management Hadi, N., 2011. Corporate Social
Review 4(4): 497-505. Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Chan, M. C., Watson, J., dan Woodliff, D. Hadi, J., dan Mangoting, Y. 2014. Pengaruh
2014. Corporate Governance Quality and Struktur Kepemilikan dan Karakteristik
CSR Disclosures. Journal of Business Dewan terhadap Agresivitas Pajak. Tax
Ethics 125: 59-73. & Accounting Review 4(2): 1-10.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., dan Shevlin, Hanlon, M., dan Slemrod, J. 2009. What Does
T. 2010. Are Family Firms More Tax Tax Aggressiveness Signal? Evidence
Aggressive Than Non-family Firms? from Stock Price Reactions to News
Journal of Financial Economics 95: 41- About Tax Shelter Involvement. Journal
61. of Public Economics 93:126-141
Christensen, J., dan Murphy, R. 2004. The Hanlon, M., dan Heitzman, S. 2010. A
Social Irresponsibility of Corporate Tax Review of Tax Research. Journal of
Avoidanse: Taking CSR to the Bottom Accounting and Economics 50(2-3):
Line. Development 47(3): 37-44. 127–178.
Davis, A. K., Guenther, D. A., Krull, L. K., Harmono. 2014. Manajemen Keuangan. Edisi
dan Williams, B. M. 2016. Do Socially Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara.
Responsible Firms Pay More Taxes? The Hooghiemstra, R. 2000. Corporate
Accounting Review 91: 47–68. Communication and Impression
Deegan, C., Rankin, M., dan Tobin, J. 2002. Management – New Perspectives Why
An Examination of the Corporate Social Companies Engange in Corporate Social
and Environmental Disclosures pf BHP Reporting. Journal of Business Ethics 27:
from 1983-1997: a Test of Legitimacy 55-68.
238