Dalam SAP, belanja modal dapat dikategorikan ke dalam 5 (lima) kategori utama, yaitu:
1. Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/
pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan,
pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya
sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi
siap pakai.
Mengacu pada pengertian belanja modal tersebut, selain pengadaan aset-aset fisik yang
dikuasai oleh pemerintah, sebenarnya terdapat beberapa belanja yang berkarakteristik
sebagai belanja modal yang menghasilkan aset, tetapi tidak menjadi milik Pemerintah, antara
lain:
- Biaya untuk pelaksanaan tugas pembantuan;
- Biaya jasa konsultan untuk kekayaan intelektual;
- Biaya jasa profesi untuk capacity building;
- Biaya pemeliharaan untuk mempertahankan nilai aset;
- Biaya pengadaan aset yang diserahkan kepada masyarakat.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Untuk mengetahui apakah suatu belanja
dapat dimasukkan sebagai Belanja Modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau
aset lainnya dan kriteria kapitalisasi aset tetap
Aset tetap mempunyai ciri-ciri/karakteristik sebagai berikut: berwujud, akan menambah
aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun, nilainya relatif material.
Sedangkan ciri-ciri/karakteristik Aset Lainnya adalah: tidak berwujud, akan menambah aset
pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun, nilainya relatif material.
Dari ciri-ciri/karakterisitik tersebut di atas, diharapkan entitas dapat menetapkan
kebijakan akuntansi mengenai batasan minimal nilai kapitalisasi suatu aset tetap atau aset lainnya
(treshold capitalization), sehingga pejabat/aparat penyusun anggaran dan/atau penyusun laporan
keuangan pemerintah mempunyai pedoman dalam penetapan belanja modal baik waktu
penganggaran maupun pelaporan keuangan pemerintah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu belanja dapat
dikategorikan sebagai Belanja Modal jika:
Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang
dengan demikian menambah aset pemerintah;
Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya
yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Konsep nilai perolehan sebenarnya tidak hanya berlaku pada aset tetap saja, melainkan
berlaku juga untuk barang persediaan.
Belanja Modal meliputi antara lain: belanja modal untuk perolehan tanah; gedung dan
bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan aset lainnya.
Komponen Belanja Modal untuk perolehan aset tetap meliputi harga beli aset tetap ditambah
semua biaya lain yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap untuk digunakan, misalnya
biaya transportasi, biaya uji coba, dan lain-lain. Demikian juga pengeluaran untuk belanja
perjalanan dan jasa yang terkait dengan perolehan aset tetap atau aset lainnya, termasuk di
dalamnya biaya konsultan perencana, konsultan pengawas, dan pengembangan perangkat lunak
(software), harus ditambahkan pada nilai perolehan. Komponen-komponen tersebut harus
dianggarkan dalam APBN sebagai Belanja Modal dan bukan sebagai Belanja Operasional. Tentu
harus diperhatikan nilai kewajaran dan kepatutan dari biaya-biaya lain di luar harga beli aset
tetap tersebut.
Di samping belanja modal untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya, belanja untuk
pengeluaran-pengeluaran sesudah perolehan aset tetap atau aset lainnya dapat juga dimasukkan
sebagai Belanja Modal. Pengeluaran tersebut dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan
volume aset yang telah dimiliki.
b. Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi aset tetap/aset
lainnya.
Terkait dengan kriteria pertama di atas, perlu diketahui tentang pengertian berikut ini:
a.Pertambahan masa manfaat adalah bertambahnya umur ekonomis yang diharapkan dari
aset tetap yang sudah ada. Misalnya sebuah gedung semula diperkirakan mempunyai
umur ekonomis 10 tahun. Pada tahun ke-7 pemerintah melakukan renovasi dengan
harapan gedung tersebut masih dapat digunakan 8 tahun lagi. Dengan adanya renovasi
tersebut maka umur gedung berubah dari 10 tahun menjadi 15 tahun.
b. Peningkatan kapasitas adalah bertambahnya kapasitas atau kemampuan aset tetap yang
sudah ada. Misalnya, sebuah generator listrik yang mempunyai output 200 KW
dilakukan renovasi sehingga kapasitasnya meningkat menjadi 300 KW.
c.Peningkatan kualitas aset adalah bertambahnya kualitas dari aset tetap yang sudah ada.
Misalnya, jalan yang masih berupa tanah ditingkatkan oleh pemerintah menjadi jalan
aspal.
d. Pertambahan volume aset adalah bertambahnya jumlah atau satuan ukuran aset yang
sudah ada, misalnya penambahan luas bangunan suatu gedung dari 400 m 2 menjadi 500
m2.
Klasifikasi Belanja Modal
Belanja modal pengadaan tanah untuk bangunan gedung meliputi pengeluaran untuk
pengadaan tanah untuk bangunan perumahan,, bangunan perdagangan/perusahaan, bangunan
industry, bangunan tempat kerja, tanah kosong, bangunan peternakan, bangunan pengairan, serta
bangunan jalan dan jembatan. Sedangkan belanja modal pengadaan tanah bangunan bukan
gedung merupakan pengeluaran untuk pengadaan tanah untuk lapangan olahraga, parkir,
penimbunan barang, pemancar, pengujian/pengolahan, lapangan terbang, bangunan jalan,
bangunan air, bangunan insalasi, bangunan jaringan, bangunan olahraga, dan bangunan tempat
ibadah.
Belanja modal pengadaan alat-alat besar darat merupakan pengeluaran untuk pengadaan
traktor, grader, excavator, pile driver, hauler, asphalt equipment, compacting equipment,
concrete equipment, loade, alat pengangkut dan mesin proses. Belanja modal pengadaan alat-alat
besar apung merupakan pengeluaran untuk pengadaan dredger, floating excavator, amphibi
dredger, kapal tarik dan mesin proses apung. Belanja modal pengadaan alat-alat bantu
merupakan pengeluaran untuk pengadaan alat penarik, freeder, compressor, electronic
generating set, pompa, mesin bor, unit pemeliharaan lapangan, alat pengolahan air kotor, dan
pembangkit uap air panas.
Belanja modal pengadaan alat angkutan darat bermotor merupakan pengeluaran untuk
pengadaan kendaraan bermotor dinas, penumpang, angkutan barang, khusus, roda dua dan roda
tiga. Belanja modal pengadaan alat angkutan apung bermotor merupakan pengeluaran untuk
pengadaan alat angkut apung bermotor barang, penumpang dan khusus.
Belanja modal pengadaan alat kantor merupakan pengeluaran untuk pengadaan mesin
ketik, mesin hitung, penggadaan, dan penyimpanan perlengkapan. Belanja modal pengadaan alat
rumah tangga merupakan pengeluaran untuk pengadaan meubelair, alat pengukur waktu,
pembersih, pendingin, dapur, rumah tangga dan pemadam kebakaran. Belanja modal pengadaan
meja dan kursi kerja/pejabat merupakan pengeluaran untuk pengadaan meja kerja, meja rapat,
kursi kerja, kursi rapat, kusi tamu, serta lemari dan arsip kerja.
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
52301 Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja
52302 Belanja Modal Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Tinggal
52303 Belanja Modal Pengadaan Bangunan Menara
52304 Belanja Modal Pengadaan Bangunan Bersejarah
52305 Belanja Modal Pengadaan Tugu Peringatan
52306 Belanja Modal Pengadaan Candi
52307 Belanja Modal Pengadaan Monumen/Bangunan Bersejarah
52308 Belanja Modal Pengadaan Tugu Peringatan
52309 Belanja Modal Pengadaan Tugu Titik Kontrol/Pasti
52310 Belanja Modal Pengadaan Rambu-Rambu
52311 Belanja Modal Pengadaan Rambu-Rambu Lalu Lintas
Gedung tempat kerja meliputi gedung kantor, Gudang, bengkel, instalasi, laboratorium,
tempat ibadah, pertemuan, pendidikan, olahraga, pertokoan, pasar, pos jaga, pabrik, stasiun bus,
kendang hewan, perpustakaan, terminal, pelabuhan, bandara dan lembaga pemasyarakatan.
Gedung tempat tinggal meliputi rumah negara, wisma, mess, asrama, hotel, motel dan rumah
susun. Bangunan bersejarah meliputi istana peringatan, rumah adat, rumah peninggalan sejarah,
makam bersejarah dan tempat ibadah bersejarah. Rambu-rambu meliputi rambu bersuar,
rumwey, approach light, signal, dan food light.
Belanja modal pengadaan jalan meliputi jalan negara, provinsi, kabupaten/kota, desa,
khusus, tol, kereta dan landasan pacu. Jembatan meliputi jembatan negara, provinsi,
kabupaten/kota, desa, khusus, tol, kereta api, landasan pacu dan penyeberangan. Bangunan
irigasi meliputi bangunan air irigasi, air pasang surut, dan air rawa. Jaringan meliputi
pengamanan sungai dan penanggulangan bencana alam, pengembangan sumber air dan air tanah,
air bersih, air kotor, bangunan air, instalasi air minum bersih, instalasi air kotor, pengolahan
sampah non organik, pengolahan bahan bangunan, instalasi listrik, gardu listrik, instalasi
pertahanan, instalasi gas, instalasi pengaman, jaringan air mineral, jaringan listrik, jaringan
telepon, dan jaringan gas.
Belanja modal pengadaan terbitan meliputi terbitan berkala dan buku laporan. Barang-
barang perpustakaan meliputi peta, manuskrip, musik, karya grafika, microform, rekaman suara,
berkas komputer, rekaman video, dan tarsclalt. Barang bercorak kebudayaan meliputi pahatan
lukisan, alat kesenian, alat olahraga, tanda penghargaan, maket dan foto dokumen, benda-benda
bersejarah, dan barang kerajinan. Hewan meliputi binatang ternak, unggas, melata, ikan, hewan
kebun binatang dan hewan pengamanan. Sedangkan tanaman meliputi tanaman perkebunan,
holtikultura, kehutanan, hias, serta obat dan kosmetika.
Menurut PSAP Nomor 02 tentang akuntansi belanja dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010, belanja diakui pada saat:
1. Terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah untuk seluruh transaksi di
SKPD dan PPKD setelah dilakukan pengesahan definitif oleh fungsi BUD untuk masing-
masing transaksi yang terjadi di SKPD dan PPKD.
2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna anggaran setelah
diverifikasi oleh PPK-SKPD.
3. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Belanja diukur jumlah pengeluaran kas yang keluar dari Rekening Kas Umum dan atau
Rekening Bendahara Pengeluaran berdasarkan azas bruto.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (Perubahan Keempat), pembayaran termin terakhir
atas penyerahan pekerjaan yang sudah jadi dari Pihak Ketiga, dapat dilakukan melalui dua (2)
cara yaitu:
1. Pembayaran dilakukan sebesar 95 % (sembilan puluh lima persen) dari nilai kontrak,
sedangkan yang 5 % (lima persen) merupakan retensi selama masa pemeliharaan.
2. Pembayaran dilakukan sebesar 100 % (seratus persen) dari nilai kontrak dan penyedia
barang/jasa harus menyerahkan jaminan bank sebesar 5 % (lima persen) dari nilai kontrak
yang diterbitkan oleh Bank Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai
program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuai dengan ketentuan
Menteri Keuangan.
Penahanan pembayaran senilai 5 (lima) persen dari nilai kontrak seperti dimaksud dalam nomor
1 harus diakui sebagai utang retensi, sedangkan jaminan bank untuk pemeliharaan harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Daftar Pustaka
http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-konten-view.asp?id=908
http://www.ksap.org/Buletin/bultek04.pdf
http://keuda.kemendagri.go.id/asset/dataupload/paparan/modul-penerapan-akuntansi-berbasis-
akrual/modul2/02.Kebijakan-Akuntansi-Beban-&-Belanja.pdf
Siregar, Dr. Baldric. 2017. Edisi Kedua. Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah Berbasis Akrual). Yogyakarta: UPP STIM YKPM.