Fitriyani (0118103066)
Radisti Radianti (0118104003)
Ine Ainun Jaariyah (0118104006)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat-sahabatnya.
Adapun tujuan dan maksud dari makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pengantar Akuntansi II.
Dengan tersusunnya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Satu harapan yang kami inginkan semoga makalah ini dapat diterima dengan baik oleh
pembaca dan kami juga meminta maaf dan mohon pemakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan kami yang kurang tepat.
Dengan ini kami persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT. memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat untuk
pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam
satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang
mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan.
Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal
khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan
(laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah
pentupan, dan jurnal balik.
Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, kewajiban
dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat
digunakan lebih dari satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap
berwujud dan tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara
rinci tentang aktiva tetap.Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang
terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan plant asset, natural resource, dan intangible asset dan apa saja
jenisnya?
2. Bagaimana cara menentukan harga perolehan plant asset dan bagaimana jurnalnya?
3. Apa itu penyusutan? Dan bagaimana cara menghitung penyusutan plant asset dan bagaimana
jurnal penyesuaiannya?
4. Bagaimana penyajiam plant asset dalam laporan posisi keuangan?
BAB II
PEMBAHASAN
Biaya penyempurnaan tanah atau perbaikan tanah adalah semua pengeluaran yang
diperlukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan fungsi tanah sesuai tujuan penggunaan.
Contoh perbaikan tanah adalah jalan, tempat parkir, pagar, taman, dan alat penyiram air bawah
tanah. Perbaikan tanah disusutkan selama masa manfaatnya dan dilaporkan terpisah dari tanah
(sebagai pos aset tersendiri dalam kategori aktiva tetap).
Apabila aset tetap yang dibeli secara gabungan, atau lebih dari satu jenis aset tetap, harga
perolehannya dialokasikan atau dibagi kepada masing masing aset tersebut. pengalokasian harga
perolehan gabungan berdasar pada perbandingan nilai wajar pada tiap aset yang bersangkutan.
Contoh :
Suatu tanah, bangunan dan peralatan diperoleh dengan harga Rp.8000.000 menurut taksiran fiskus,
harga masing-masing aktiva tersebut adalah : Tanah Rp. 3.100.000 bangunan Rp. 2.500.000 dan
peralatan Rp. 1.500.000 maka untuk menentukan harga perolehan masing-masing aktiva tersebut
adalah :
Aset Taksiran Fiskus Alokasi HP Berdasarkan Harga
Tetap Nilai Relative yang Perolehan
Ditaksirkan (Rp) Aset Tetap
Tanah Rp. 3.100.000 3.100.000 x 8.000.000 Rp. 3.500.000
7.100.000
Bangunan Rp. 2.500.000 2.500.000 x 8.000.000 Rp. 2.800.000
7.100.000
Peralatan Rp. 1.500.000 1.500.000 x 8.000.000 Rp. 1.700.000
7.100.000
Jumlah Rp. 7.100.000 Rp. 8.000.000
Jurnalnya :
Tanah Rp. 3.500.000
Gedung Rp. 2.800.000
Peralatan Rp. 1.700.000
Kas Rp. 8.000.000
* Aset yang di catat adalah harga perolehan bukan taksiran dari fiskus, tapi setelah ditambahi
pembagian selisih harga beli secara keseluruhan yang sudah didistribusikan.
Contoh:
PT. Foraz menukar 2.000 lembar saham biasa dengan nominal Rp 10.000/lembar, diketahui pada
saat pertukaran harga pasar saham Rp. 11.000 /lembar, maka:
Nilai Kurs 2.000 x Rp 11.000 = Rp 22.000.000
Nilai Nominal 2.000 x Rp 10.000 = (Rp 20.000.000)
Premium on Common Stock = Rp 2.000.000
Contoh jurnal penyusutan dengan metode garis lurus yang dibuat pada akhir tahun adalah sebagai
berikut:
Contoh jurnal penyusutan dengan metode unit aktivitas yang dibuat pada akhir tahun adalah
sebagai berikut:
Penyusutan parsial
Penyusutan parsial adalah penghitungan dan pengakuan penyusutan untuk jangka waktu
kurang dari satu periode akuntansi (satu tahun). Penyusutan parsial ditentukan dengan mengalikan
pecahan bulan yang dicakup dalam penyusutan dibagi dua belas bulan. Contoh berikut
menggunakan data yang sama persis dengan ilustrasi sebelumnya, kecuali bahwa pembelian aktiva
tetap dilakukan pada tanggal 1 Oktober, bukan 1 Januari.
Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT Oemar Bakrie membeli satu unit truk. Biaya perolehan truk itu
Rp13.000, estimasi nilai residu Rp1.000, estimasi umur manfaat 5 tahun atau 100.000km. PT
Oemar Bakrie menggunakan tahun fiskal yang berakhir tanggal 31 Desember. Maka cara
perhitungan penyusutannya :
Metode garis lurus
Tabel penyusutan parsial dengan metode garis lurus disajikan sebagai berikut:
Perhatikan, pada tahun 2018 beban penyusutan untuk tiga bulan (Oktober – Desember) berjumlah
Rp600 (Rp2.400 × 3/12).
Jurnal penyusutan untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Penyusutan parsial dengan metode unit aktivitas dihitung dengan cara yang sama dengan
penyusutan tahunan, karena beban penyusutan ditentukan oleh unit aktivitas sesungguhnya, bukan
oleh berlalunya waktu. Tabel di atas mengasumsikan bahwa selama periode Oktober – Desember,
truk menempuh jarak 15.000km.
Jika pada akhir tahun 2022 umur manfaat dalam unit aktivitas telah habis disusutkan tapi
truk masih digunakan hingga tahun 2023, pengakuan penyusutan tahun 2023 sudah tidak
diperlukan lagi. Ingat, penyusutan adalah alokasi biaya.
Jurnal penyesuaian untuk menyusutkan aktiva tetap akhir tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Metode saldo menurun
Tabel penyusutan parsial dengan metode saldo menurun disajikan sebagai berikut:
Perhatikan, penyusutan untuk tahun 2018 dihitung dengan asumsi satu tahun penuh dan
kemudian dikalikan 3/12 karena beban penyusutan hanya diakui untuk periode parsial dari Oktober
sampai dengan Desember. Penyusutan tahun berikutnya dilakukan dengan cara yang sama dengan
contoh sebelumnya, sisa nilai buku dikalikan dengan tarif saldo menurun. Pada tahun 2023, beban
penyusutan adalah selisih nilai buku awal dengan estimasi nilai residu.
Metode penyusutan dan pajak penghasilan
Regulasi pajak umumnya tidak mengharuskan penghasilan kena pajak dihitung menggunakan
metode penyusutan yang sama dengan laporan keuangan komersial. Perusahaan mungkin saja
menggunakan metode garis lurus di laporan keuangan komersial untuk memaksimumkan laba
bersih dan menerapkan metode penyusutan dipercepat (misalnya saldo menurun) dalam
menghitung penghasilan kena pajak.
Revisi penyusutan
Revisi penyusutan bisa berupa perubahan metode penyusutan, perubahan estimasi umur
manfaat, atau perubahan estimasi nilai residu aktiva tetap. Sebagai contoh, pada saat perolehan
suatu item peralatan diestimasi memiliki umur manfaat 5 tahun. Pada akhir tahun ketiga,
manajemen memperpanjang niat menggunakan aktiva tetap itu 5 tahun lagi, sehingga umur
manfaat yang semula tersisa 2 tahun lagi, menjadi tersisa 5 tahun dengan total umur manfaat
menjadi 8 tahun.
Standar akuntansi keuangan (PSAK 16) mengharuskan revisi penyusutan hanya diterapkan
sejak periode dilakukannya perubahan hingga periode-periode selanjutnya (dianggap perubahan
estimasi). Revisi penyusutan tidak diperlakukan secara retrospektif, dalam arti tidak perlu
menyajikan kembali laporan keuangan periode-periode sebelum terjadinya revisi. Revisi
penyusutan juga dianggap sebagai kejadian yang normal, tidak dianggap sebagai kesalahan (error).
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2018, PT Oemar Bakrie membeli satu unit truk. Biaya perolehan truk itu
Rp13.000, estimasi nilai residu Rp1.000, estimasi umur manfaat 5 tahun atau 100.000km.
Pada tanggal 1 Januari 2021, PT Oemar Bakrie memutuskan untuk memperpanjang satu tahun
estimasi umur manfaat truk itu karena kondisinya yang masih sangat baik.
Selama ini PT Oemar Bakrie menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan truk tersebut,
dan nilai bukunya per 1 Januari 2021 adalah Rp5.800 (Rp13.000 – Rp7.200).
Berapakah jumlah beban penyusutan untuk tahun 2021?
Dengan estimasi semula, sisa umur manfaat aktiva tetap per 1 Januari 2021 (awal 2021) adalah 2
tahun lagi (2021 dan 2022). Perpanjangan satu tahun berarti sisa umur manfaat menjadi 3 tahun.
Nilai buku per 1 Januari 2021 adalah Rp5.800 dan estimasi nilai residu tidak berubah, yaitu
Rp1.000, sehingga beban penyusutan tahunan setelah revisi adalah Rp1.600 ([Rp5.800 – Rp1000]
÷ 3).
Jurnal penyusutan untuk tahun 2018 dan tahun-tahun selanjutnya adalah:
Dengan metode garis lurus beban penyusutan jumlahnya sama setiap tahun.
Sumber alam (minyak bumi, tambang lainnya, kayu) adalah aset yang dapat habis,
dikonsumsi secara fisik selama periode penggunaan dan tidak menyisakan karakter fisik. Sumber
daya alam dipertimbangkan sebagai aset biolojik oleh IFRS.
Karakteristik aset tetap berwujud dalam bentuk sumber daya alam yaitu :
• Secara fisik merupakan hasil kegiatan secara operasional
• Pengambilan sepenuhnya aset tersebut
• Penggantian aset ini hanya dapat dilakukan oleh tindakan alam
Harga perolehan aset sumber daya alam adalah harga yang dikeluarkan untuk
memperolehnya dan seluruh persiapan untuk membuat aset tersebut sampai siap digunakan.
Biasanya memperoleh hak eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan harus
membayar sejumlah uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak pengusahaan sumber-sumber alam
dicatat sebagai aset tetap dan diamortisasikan.
Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam laporan laba-rugi, yang dalam hal
sumber-sumber alam disebut deplesi.
Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus
untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu
hutan dsbnya.
Penggunaannya didasarkan atas tahun berjalan produksi sebagai hitungan pecahan kapasitas
total, dan penentuannya pada dasarnya sama dengan metode unit produksi.
Pencatatan Deplesi
Metode deplesi yang diapakai biasanya unit produksi (pendekatan aktivitas). Deplesi
dihitung dari deplesi/unit dikalikan jumlah yang ditambang selama satu periode.
Rumus:
• Deplesi per unit = Total biaya – nilai residu / estimasi total unit yang ada
• Beban Deplesi = unit yang ditambang x deplesi per unit
Contoh :
PT ABC membeli tambang perak seluas 1000 acres di Afrika Selatan. Pembelian lahan $50.000
dan biaya eksplorasi $100.000. biaya pengembangan pembukaan tambang $850.000. PT ABC
mengestimasi tambang tersebut dapat menghasilkan perak 100.000 ons. Jika pada tahun pertama
PT ABC menambang 25.000 ons. Berapa deplesi pada tahun tersebut?
SOLUSI:
Deplesi per unit
= ($50.000+$100.000+$850.000)/100.000 ons
= $10
2. Hak Cipta
Apabila hak cipta diperoleh dari penemuan sendiri, maka biaya untuk memperoleh
hak cipta tidak begitu besar, sehingga bisa diperlakukan sebagai beban pada periode
perolehan.
Apabila hak cipta hak cipta diperoleh dari membeli dari pihak lain harga
perolehannya cukup besar, maka perlu dikapitalisasikan sebagai asset tetap tidak berwujud
dan diamortisasikan selama umur ekonomis
Harga perolehan hak cipta adalah semua pengeluaran biaya yang berhubungan
dengan usaha memperoleh hak tersebut, seperti :
Biaya peninjauan
Biaya perizinan
Biaya pengerjaan
Biaya biaya pendaftaran dll.
3. Franchise
Harga perolehan franchise adalah semua pengeluaran biaya yang berhubungan
dengan usaha memperoleh hak tersebut, seperti biaya administrasi dan biaya lain-lain.
4. Merk Dagang
Harga perolehan merek dagang yang dibuat sendiri oleh perusahaan adalah semua
biaya yang berhubungan dengan usaha pembuatan dan pendaftarannya. Sementara merek
dagang yang diperoleh dengan pembelian dari pihak lain, harga perolehannya adalah
sebesar harga belinya.
5. Goodwill
Goodwill hanya bisa dicatat atau diakui apabila pindah dari perusahaan lain
melalui pembelian perusahaan lain pada harga yang lebih tinggi dari nilai wajar asset
nettonya. Kelebihan harga diatas nilai wajar itulah yang diakui sebagai harga perolehan
goodwiil.
Contoh:
PT Astina membeli PT Alengka dengan harga Rp 15.000.000.000. Nilai wajar asset PT Alengka
pada saat transaksi Rp 24.000.000.000 dan nilai seluruh utangnya Rp 10.000.000.000, maka nilai
goodwill dihitung :
Harga beli PT Alengka Rp 15.000.000.000
Nilai wajar asset netto Rp 24.000.000.000
Nilai utang (Rp 10.000.000.000)
Total modal PT Alengka Rp 14.000.000.000
Nilai goodwill Rp 1.000.000.000
Transaksi tersebut dicatat dengan jurnal :
Macam-macam asset Rp 24.000.000.000
Goodwill Rp 1.000.000.000
Macam-macam utang Rp 10.000.000.000
Kas Rp15.000.000.000
Metode dan Pencatatan Amortisasi
Secara umum, akuntansi untuk asset tak berwujud adalah sejalan dengan akuntansi untuk
asset tetap. Seperti halnya asset tetap, asset tak berwujud juga dicatat atas dasar harga perolehan,
dan harga perolehan ini dihapus secara rasional dan sistematis selama masa manfaat asset tak
berwujud tersebut.
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akuntansi asset tak berwujud bila
dibandingkan dengan akuntansi asset tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus
akuntansi tak berwujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat amortisasi tak
berujud, maka rekening Beban Amortisasi didebet, dan rekening asset tak berujud yang
bersangkutan dikredit,
Berbeda dengan asset tetap, amortisasi asset tak bewrujud hanya mengenal satu metoda, yaitu
metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akuntansi asset tak berwujud pada berbagai
perusahaan relative mudah diperbandingkan.
Tarif Amortisasi
Kelompok Harta Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
Tidak Berwujud
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Contoh soal:
PT Tangkuban Perahu membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000. Masa
manfaat hak tersebut diperkirakan adalah 8 tahun.). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan
adalah sebagai berikut:
Daftar Pustaka
https://www.warsidi.com/2015/12/akuntansi-aktiva-tetap-aset-tetap.html
https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-aset-tetap-atau-aktiva-tetap-beserta-
contohnya/
Weygandt, Kimmel, Kieso. (n.d.). Financial Accounting 3E. Wiley.