Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN KAPITALISASI ASET TETAP BARANG MILIK DAERAH DI

KOTA BINJAI

Shinta Damayanti (190903019)

Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara

Mata Kuliah : Manajemen Aset C (Drs. Ridwan Rangkuti, MA)

I. PENDAHULUAN

Aset dapat diartikan sebagai barang yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai
ekonomis yang dapat dikuasai oleh badan usaha, lembaga atau badan usaha. Sedangkan Aset
Milik Daerah dapat dikatakan sebagai barang yang paling vital yang dimiliki oleh negara
guna menunjang operasional pemerintahan daerah. Dengan adanya Barang Milik Daerah
(BMD), maka akan mampu mempercepat terlaksananya pembangunan nasional guna
mencapai kesejahteraan masyarakat. Muchtar (2012) mengemukakan bahwa aset daerah
merupakan semua kekayaan daerah yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah, yang
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari
perolehan lain yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah, swadaya, dan
lain sebagainya.

Pengelolaan aset daerah harus dilakukan berlandaskan asas fungsional, kepastian


hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Hal ini dilakukan agar aset
daerah tersebut dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk melakukan
pengembangan kemampuan keuangan daerah. Namun apabila pengelolaan aset daerah tidak
dikelola berdasarkan pedoman pengelolaan aset secara semestinya, maka aset tersebut justru
akan menjadi beban biaya karena sebagian besar aset membutuhkan biaya perawatan atau
pemeliharaan dan juga turun nilainya (terdepresiasi) seiring berjalannya waktu.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang


Milik Negara/Daerah, Pasal 3 ayat 2 dinyatakan bahwa pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penggunaan;
pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; pemindahtanganan; pemusnahan;

1
penghapusan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Dimana secara
umum, pencatatan Barang Milik Daerah dicantumkan dalam laporan keuangan, dan
khususnya dalam neraca pemerintahan daerah.

Aset Milik Daerah juga meliputi Aset Tetap yaitu aset berwujud yang yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan maksud untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Pengelolaan
aset tetap membutuhkan penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk
memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan atau
menambah umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut (Sugiri, 2019).
Tahap pengelolaan ini dikenal sebagai Kapitalisasi dalam rangka mewujudkan keseragaman
dalam menentukan nilai aset tetap barang milik daerah.

Salah satu daerah yang melakukan tahap kapitaliasi dalam pengelolaan aset tetap
BMD yaitu Kota Binjai. Hal ini tercantum dalam Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun
2014 Tentang Pedoman Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah.
Perwal ini mengalami perubahan yaitu terciptanya Peraturan Walikota Binjai Nomor 9
Tahun 2017 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun
2014 Tentang Pedoman Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah. Oleh
karena itu kapitalisasi merupakan tahap penting yang dibutuhkan dalam pengelolaan Barang
Milik Daerah di Kota Binjai.

Berdasarkan uraian latar belakang dan pentingnya kapitalisasi dalam pengelolaan aset,
maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai “Kebijakan Kapitalisasi Aset
Tetap Barang Milik Daerah di Kota Binjai”. Tulisan ini akan menjawab rumusan masalah
yaitu Bagaimana Kebijakan Kapitalisasi Aset Tetap Barang Milik Daerah di Kota Binjai
Berdasarkan Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kapitalisasi
dan Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah ?

II. PEMBAHASAN

Kebijakan kapitalisasi merupakan salah satu tahap yang dibutuhkan dalam proses
pengelolaan Barang Milik Daerah, khususnya pada aset tetap. Dimana aset tetap merupakan
aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan maksud
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Contoh aset tetap yaitu tanah, bangunan atau gedung, peralatan, mesin, jalan, irigasi,

2
jembatan, dan sebagainya. Kapitalisasi dibutuhkan dalam proses pengelolaan BMD,
dikarenakan kapitalisasi merupakan penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran
untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan
atau menambah umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut.

Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kapitalisasi dan
Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Binjai sebagai
landasan hukum dalam pengelolaan dan penatausahaan aset tetap BMD. Selain itu juga
bertujuan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam pencatatan nilai aset tetap BMD.
Dengan demikian nantinya akan mewujudkan nilai wajar dari suatu aset tetap adanya
penurunan kapasitas atau manfaat dari aset tetap BMD guna memberikan keseragaman untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan. Pengeluaran yang dikapitalisasikan
mencakup biaya perolehan dan pengeluaran setelah perolehan.

A. Biaya Perolehan Sebagai Pengeluaran yang Dikapitalisasikan

Pasal 4 ayat 1 Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah, berbunyi bahwa pengeluaran
yang dikapitalisasikan dalam biaya perolehan dilakukan terhadap pengadaan tanah; pembelian
peralatan dan mesin sampai siap pakai; pembuatan peralatan, mesin, dan bangunan;
pembangunan gedung dan bangunan; pembangunan jalan dan irigasi; pembelian aset tetap
lainnya sampai siap pakai; dan pembangunan atau pembuatan aset tetap lainnya. Setiap
aktivitas tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Pertama, Pengadaan tanah sebagai biaya perolehan dalam pengeluaran


dikapitalisasikan meliputi harga, pembebasan, pembayaran honor tim, biaya pembuatan
sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, dan pengeluaran lainnya sehubung dengan
perolehan hak atas tanah dan sampai tanah yang dalam kondisi siap pakai. Kedua, pembelian
peralatan dan mesin sampai siap pakai meliputi harga barang, ongkos angkut, biaya asuransi,
biaya pemasangan, dan biaya selama masa uji coba. Ketiga, Pembuatan peralatan, mesin dan
bangunan meliputi pembangunan gedung dan bangunan yang dilaksanakan melalui kontrak
berupa pengeluaran nilai kontrak ditambah biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan dan jasa konsultan. Selain itu juga meliputi pembangunan yang dilaksanakan secara
swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai seperti bahan baku,
upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya perizinan.

3
Keempat, Pembangunan jalan / irigasi / jaringan yang dilaksanakan melalui kontrak
berupa nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan,
biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada diatas tanah bagi keperluan
pembangunan. Selain itu pembnagunan ini juga dilakukan secara swakelola yang mencakup
biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai termasuk biaya bahan baku, upah tenaga
kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya
pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada diatas tanah yang diperuntukkan bagi
keperluan pembangunan.

Kelima, Pembangunan gedung dan bangunan yang dilaksanakan melalui kontrak


berpa pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan dann pembongkaran bangunan lama. Selain itu, Pembangunan gedung dan
bangunan juga dilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung
sampai siap pakai seperti bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan
dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.

Keenam, Pembelian aset tetap lainnya hingga siap pakai meliputi harga kontrak atau
beli ongkos angkut dan biaya asuransi. Ketujuh, Pembangunan atau pembuatan aset tetap
lainnya yang dapat dilaksanakan melalui kontrak yang berupa nilai kontrak, biaya
perencanaan dan pengawasan, dan biaya perizinan. Selain itu dapat dilaksanakan secara
swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung hingga siap pakai yang meliputi biaya
bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengaasan, biaya
perizinan, dan jasa konsultan.

Pasal 5 Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman


Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah, berbunyi bahwa pengeluaran
yang dikapitalisasikan pada biaya perolehan dapat dilakukan terhadap 2 aspek. Pertama,
Hibah yaitu nilai penerimaan hibah yang dikapitalisasikan mencakup nilai yang dinyatakan
oleh pemberi hibah atau nilai taksir, ditambah dengan biaya pengurusan. Kedua, Rampasan
yaitu aset tetap yang dikuasi pemerintah berasal dari pihak ketiga sebagai barang sitaan yang
telah diputuskan pengadilan. Nilai penerimaan rampasan yang dikapitalisasikan mencakup
nilai yang dicantumkan dalam keputusan pengadilan atau nilai taksiran harga pasar pada saat
aset tetap diperoleh ditambah dengan biaya pengurusan kecuali untuk tanah, gedung, dan
bangunan meliputi nilai taksiran harga pasar yang berlaku.

4
B. Pengeluaran Setelah Perolehan

Pasal 6 Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman


Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah, berbunyi bahwa pengeluaran
yang dikapitalisasikan dalam hal pengeluaran setelah perolehan mencakup 3 (tiga) hal yaitu
nilai reklasifikasi, nilai pengembangan tanah, serta nilai renovasi dan restorasi.

a) Pertama, Nilai Reklasifikasi meliputi nilai perolehan aset yang direklifikasi ditambah
biaya merubah apabila menambah umur, kapasitas dan manfaat. Dimana Reklasifikasi
yaitu perubahan aset tetap dari pencatatan dalam pembukuan karena klasifikasi.
b) Kedua, Nilai pengembangan tanah meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran
dan pematangan. Dimana Pengembangan Tanah yaitu peningkatan kualitas tanah
berupa pengukuran dan pematangan.
c) Ketiga, Nilai Renovasi dan Restorasi meliputi biaya yang dikeluarkan untuk
meningkatkan kualitas atau kapasias. Dimana Renovasi adalah perbaikan aset tetap
yang rusak atau mengganti yang baik dengan maksud meningkatkan kualitas atau
kapasitas. Sedangkan Restorisasi adalah perbaikan aset tetap yang rusak dengan tetap
mempertahankan arsitekturnya.

Pasal 7 Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman


Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah, berbunyi bahwa Nilai Satuan
Minimum Kapitalitas Aset Tetap yaitu nilai pengeluaran dari hasil pengembangan,
reklasifikasi, renovasi dan restorasi setelah perolehan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang masa guna atau manfaat yang memungkinkan dapat memberi manfaat
ekonomis di masa yang akan datang dalam wujud kapasitas, penambahan, mutu produksi atau
peningkatan standar kinerja, harus dikapitalisasikan pada nilai tercatat aset yang
bersangkutan. Besarnya nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap tersebut dapat ditetapkan
seperti 3 (tiga) hal. Pertama, pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat
olahraga yang sama dengan atau lebih dari Rp300.000,-. Kedua, pengeluaran untuk gedung
dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,-. Ketiga, pengeluaran untuk
buku bacaan yang sama atau kurang dari Rp100.000,-. Oleh karena itu kebijakan kapitalisasi
aset tetap BMD sangat dibutuhkan dalam pengelolaan aset di Kota Binjai.

5
III. PENUTUP

Kapitalisasi dibutuhkan dalam proses pengelolaan aset tetap BMD dikarenakan


kapitalisasi sebagai penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk
memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas, dan atau menambah
umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut. Pentingnya kebijakan
kapitalisasi aset tetap BMD di Kota Binjai dapat dilihat pada Peraturan Walikota Binjai
Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kapitalisasi dan Penyusutan Aset Tetap Barang
Milik Daerah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Binjai. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan
efisiensi dan efektivitas dalam pencatatan nilai aset tetap BMD. Dengan demikian nantinya
akan mewujudkan nilai wajar dari suatu aset tetap adanya penurunan kapasitas atau manfaat
dari aset tetap BMD guna memberikan keseragaman untuk menghasilkan laporan keuangan
yang dapat diandalkan. Pengeluaran yang dikapitalisasikan mencakup biaya perolehan dan
pengeluaran setelah perolehan. Dimana pengeluaran yang dikapitalisasikan dalam biaya
perolehan dilakukan terhadap pengadaan tanah; pembelian peralatan dan mesin sampai siap
pakai; pembuatan peralatan, mesin, dan bangunan; pembangunan gedung dan bangunan;
pembangunan jalan dan irigasi; pembelian aset tetap lainnya sampai siap pakai; dan
pembangunan atau pembuatan aset tetap lainnya. Sedangkan pengeluaran yang
dikapitalisasikan dalam hal pengeluaran setelah perolehan mencakup nilai reklasifikasi, nilai
pengembangan tanah, serta nilai renovasi dan restorasi.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas dalam pengimplementasian kebijakan


kapitaliasi pada aset tetap, maka penulis memberikan saran. Dimana Badan Pengelolaan
Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah Kota Binjai diharapkan untuk lebih profesional dalam
mengimplementasikan kebijakan kapitalisasi apada aset tetap BMD, sehinga nantinya dapat
menciptakan keseragaman nilai pada laporan keuangan aset tetap yang berlandaskan asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Selain
itu, pemerintah dapat menghalau permasalahan dan mencari alternatif solusi apabila dalam
proses kapitalisasi aset tetap BMD Kota Binjai mengalami gejala ketidakefisienan dan
ketidakefienan agar tidak mengganggu jalannya pengelolaan aset daerah.

6
DAFTAR PUSTAKA

Muchtar. 2012. Manajemen Aset (Privat dan Publik). Yogyakarta : LaksBang Pressindo.

Sugiri, Dani. 2019. Perlakuan Atas Tidak Terpenuhinya Nilai Minimal Kapitalisasi Aset.
Studi Kasus pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Jurnal Manajemen
Keuangan Publik. Vol. 3 No. 2. Hal. 25-35.

Peraturan Walikota Binjai Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kapitalisasi dan
Penyusutan Aset Tetap Barang Milik Daerah.

Anda mungkin juga menyukai