Anda di halaman 1dari 29

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belanja Modal

2.1.1 Definisi Belanja Modal

Menurut PMK No 231/07/2020, belanja modal adalah pengeluaran

anggaran belanja untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal yang dimaksud yaitu

agar pemerintah daerah mendapatkan aset tetap seperti infrastruktur peralatan,

bangunan, serta harta tetap dan lain sebagainya. Dalam hal ini modal dijadikan

sebagai sala satu unsur dari belanja langsung yang berfungsi untuk membiayai

kebutuhan investasi. Mardiasmo dalam Rifda (2020:24) mengungkapkan belanja

modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu

anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan

menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok

belanja administrasi umum.

Menurut Erlina (2013:5) menyebutkan bahwa belanja modal adalah

pengeluaran suatu anggaran agar memperoleh aset tetap berwujud dengan

memberi manfaat yang lebih dari satu periode akutansi. Nilai aset tetap didalam

belanja modal yaitu sebesar harga beli atau bangun aset ditambah dengan seluruh

belanja yang terkait dengan penggadaan serta pembangunan aset sampai dimana

aset tersebut siap untuk dipakai. Berbeda dengan pernyataan Deddi yang dikutip

Rifda (2020:24) yaitu belanja modal merupakan pengeluaran yang manfaatnya

cenderung melebihi satu periode anggaran dan akan menambah jumlah aset atau
8

kekayaan organisasi sektor publik, yang selanjutnya akan menambah anggaran

operasional untuk biaya pemeliharaannya.

Siregar (2015:10) Belanja modal ialah pengeluaran untuk pengadaan aset

tetap. Dalam akuntasi berbasis akrual, pengeluaran untuk memperoleh aset tetap

di kategorikan sebagian besar adalah aset tetap. Oleh karena itu tidak ada istilah

capital charge (beban modal) sebagai patokan belanja modal. Alokasi belanja

modal di buat dengan tujuan menghasilkan aset tetap yang dimilki pemerintah

daerah yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah dan masyarakat di

daerah yang dimaksud.

Oleh karena itu berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat

disimpukan bahwa belanja modal merupakan pengeluaran yang berasal dari suatu

anggaran pada pemerintah guna untuk memperoleh aset tetap atau aset lainnya

dengan tujuan memberi manfaat-manfaat yang lebih dari satu periode akuntansi

yang digunakan oleh pemerintah daerah didalam menjalankan tujuannya.

2.1.2 Teori Belanja modal

Banyak pendapat dan teori yang dikemukan oleh beberapa para pakar

mengenai belanja modal, Adapun teori tersebur adalah sebagai berikut:

1. Teori Harrod-Domar, mempertahankan pendapat dari para ahli ekonomi

sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan

Keynes, dimana beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam

menciptakan pertumbuhan ekonomi, dimana pada suatu masa tertentu

dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya


9

perekonomian tersebut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan barang

atau jasa yang lebih besar (Sadono,2014: 256-257)

2. Teori Rostow dan Musgrave, model pembangunan tentang perkembangan

pengeluaran pemerintah dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang

menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahapan-

tahapan pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap

lanjut. Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari

pengamatan atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak

negara tetapi tidak didasari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas

apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap atau beberapa tahap

dapat terjadi secara simultan (Dumairy, 2015: 163)

3. Teori Aldof Wagner (Hukum Wagner), menyatakan bahwa dalam suatu

perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif

pengeluaran pemerintah akan meningkat apabila disebabkan karena

pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat,

hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya. Berkaitan dengan

hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab diantaranya semakin

meningkatnya pengeluaran pemerintah ada 5 hal yaitu tuntutan peningkatan

perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan

masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi,

perkembangan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan

birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah (Dumairy,2015: 161-

162).
10

2.1.3 Objek Belanja Modal

Permendagri No 64 tahun 2020, nilai aset tetap yang dianggarkan dalam

belanja modal tersebut adalah sebesar harga beli atau bangun aset ditambah

seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembagunan aset sampai aset siap

digunakan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya,

kebijakan pengganggaran belanja modal memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Pemerintah Daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal pada

APBD untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang

terkait langsung dengan peningkatan pelayan publik serta pertumbuhan

ekonomi daerah.

2) Belanja modal dirinci menurut objek belanja yang terdiri atas:

a) Belanja modal tanah

Belanja modal tanah digunakan untuk mengganggarkan tanah yang

diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah daerah dan kondisi siap pakai.

b) Belanja modal peralatan dan mesin;

Belanja modal peralatan dan mesin digunakan untuk mengganggarkan

perlatan mesin yang mencakup mesin dan kendaraan bermotor, alat

elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya

signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi

siap pakai.
11

c) Belanja modal bangunan dan gedung

Belanja modal gedung dan bangunan digunakan untuk mengganggarkan

gedung dan bangunan yang mencakup seluruh gedung dan bangunan

yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.

d) Belanja modal jalan, jaringan, dan irigasi

Belanja modal jalan, jaringan dan irigasi digunakan untuk

mengganggarkan jalan, jaringan dan irigasi mencakup jalan, jaringan

dan irigasi yang dibangun oleh pemerintah daerah serta dimiliki dan

dikuasai oleh pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.

e) Belanja modal aset tetap lainnya

Belanja modal aset tetap lainnya digunakan untuk mengganggarkan aset

tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan

kedalam kelompok aset tetap sampai dengan d, yang diperoleh dan

dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam

kondisi siap dipakai.

f) Belanja modal aset tidak berwujud

Belanja modal aset tidak berwujud digunakan untuk mengganggarkan

aset tetap yang tidak memenuhi kriteria aset tetap, dan harus disajikan

di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan

prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.

Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam


12

bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Menurut Permendagri No 64

tahun 2020, Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah,

gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak terwujud. Belanja modal dapat

diukur dengan perhitungan:

BM = BT + BPM + BGD + BJIJ


Keterangan:
BM: Belanja modal
BT: Belanja tanah
BPM: Belanja peralatan dan mesin
BGD: Belanja gedung dan bangunan
BJIJ: Belanja jalan, irigasi, dan jaringan

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pada umumnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian

usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya

sehingga infrastrurktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan

semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin

meningkat Sukino (2013:7).

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan ekonomi di tambah

dengan perubahan. Artinya, ada atau tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu

negara pada suatu tahun tertentu tidak saja di ukur dari kenaikan produksi barang

dan jasa yang berlaku dari periode ke periode selanjutnya, tetapi juga perlu di

ukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi

seperti perkembangan pendidikan, teknologi, peningkatan dalam kesehatan,


13

peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan

kemakmuran masyarakat Sukino (2013:15).

Indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian disuatu daerah

dalam suatu periode tertentu dilihat dari data produk domestik regional bruto,

dilihat dari PDRB atas dasar harga yang konstan maupun PDRB atas dasar harga

berlaku, Produk Domestik Regional Bruto Merupakan hasil dari nilai tambah

yang diperoleh dari seluruh unit usaha dalam satu daerah tertentu, atau merupakan

jumlah seluruh unit usaha dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah

seluruh nilai barang dan jasa akhir yang diperoleh oleh seluruh unit ekonomi di

suatu daerah Indra Wiguna (2013:77)

Indra Wiguna (2013:56) Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan

kegiatan dalam perekonomian yang mengakibatkan barang dan jasa yang di

produksikan oleh masyarakat yang menambah kemakmuran masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas

produksi suatu perekonomian yang di wujudkan dalam bentuk kenaikan

pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila

jumlah balas jasa rill terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun

tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi juga

diartikan sebagai peningkatan output agregat atau pendapatan rill. Kedua

peningkatan tersebut biasanya di hitung per kapita atau selama jangka waktu yang

cukup Panjang sebagai akibat peningkatan penggunaan input. Pertumbuhan

ekonomi suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang

berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Dari
14

aspek dinamis melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah

dari waktu ke waktu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah

sebagai berikut Fadilah (2017:30):

1) Sumber daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses

pembangunan, cepat atau lambatnya sebuah proses pembangunan tergantung

dari sejauh mana sumber daya manusianya dalam melakukan proses

pembangunan infrastruktur di daerahnya.

2) Sumber daya alam (SDA)

Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda baik itu

sumber daya alam dari hasil tanah, hasil tambang, kekayaan laut dan

kekayaan mineral. Sumber daya ala mini tidak dapat menjamin suatu

keberhasilan apabila tidak di dukung oleh sumber daya manusianya.

3) Ilmu pengetahuan dan teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau yang biasa di kenal

dengan IPTEK yang semakin lama semakin pesat yang mampu mendorong

adanya percepatan proses pembangunan di suatu daerah, dapat dilihat dari

banyaknya mesin-mesin canggih yang ada di daerah, hal ini akan

menimbulkan dampak yang lebih baik pada percepatan laju pertumbuhan

ekonomi.
15

4) Sumber daya modal

Sumber daya modal sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mengelola

sumber daya alam dan untuk meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan

teknologi.

5) Budaya

Faktor budaya ini berfungsi sebagai pendorong bagi jalannya sebuah

proses pembangunan, seperti adanya sikap kerja keras, cerdas, ulet, jujur

dan sebagainya. Namun faktor ini juga dapat menjadi penghambat

jalannya sebuah proses pembangunan di daerah, seperti adanya sikap

anarkis, egois, boros dan sebagainya.

2.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Adapun teori yang digunakan dalam pertumbuhan ekonomi dapat

dijelaskan sebagai berikut Fadilah (2017:34):

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith menurut teori ini pertumbuhan

ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah

barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang di

manfaatkan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh

pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas

tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori

yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah

masyarakat di sebut juga dengan penduduk optimal.


16

2. Teori pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan oleh Roy F. Harrod dan Evsey D. Domar

Menurut mereka menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi

memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan

ide yang sama yang juga di sebut dengan teori Harrod-Domar. Teori ini

melengkapi dan melihat dalam jangka pendek atau juga di sebut dengan

(kondisi statis) di dasarkan pada asumsi:

a. Perekonomian bersifat tertutup

b. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to

scale)

d. Tingkat pertumbuhan Angkatan kerja merupakan konstan yang sama

dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Model ini menerapkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat

mencapai pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka Panjang.

Asumsi yang di maksud disini merupakan kondisi dimana barang modal

telah mencapai kapasitas penuh, tabungan memiliki proposional yang ideal

dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi

(Capital output ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sector (Y =

C + 1). Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat

analisis yang menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka Panjang yang

mantap (seluruh kenaikan produksi dapat di serap oleh pasar) hanya bisa

tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :


17

g=K=n

Keterangan:

g = Growth (Tingkat pertumbuhan output)

K = Capital (Tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan Angkatan kerja


3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Teori Pertumbuhan Neo klasik dikembangkan oleh Robert M. solow

teori ini menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,

kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Selain itu

Solow menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya

substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-

syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow kurang

restriktif di sebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal.

Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-

tenaga kerja. Teori Neo klasik sebagai penerus dari teori klasik dan kondisi

selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. dalam keadaan pasar

sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal sama seperti dalam

ekonomi model klasik, kebijakan yang perlu di tempuh merupakan

meniadakan hambatan dalam perdagangan, termasuk perpindahan orang,

barang, dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, dan

tenaga kerja, dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus

diusahakan terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik.


18

4. Teori Schumpeter

Teori ini menekankankan pada inovasi yang dilakukan oleh para

pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan

oleh jiwa usaha (entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat

peluang dan berani mengambil risiko membuka usaha baru, maupun

memperluas usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan

perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap

Angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya Fadilah (2017:34).

Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari

inovasi tersebut, maka para pengusaha akan menjamin modal dan

mengadakan investasi. Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi

suatu negara kenaikan tersebut selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-

pengusaha lain untuk menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi ini

akan bertambah.

5. Teori Rostow

Teori ini dimunculkan oleh Prof. W.W. Rostow dalam bukunya the

stages of economic growth yang memberikan lima tahap dalam pertumbuhan

ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan

ekonomi akan mencapai perubahan yang fundamental dalam corak kegiatan

ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan social dalam suatu

masyarakat dan negara Fadilah (2017:34).


19

2.2.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menghitung laju pertumbuhan ekonomi (rate of economic

growth), dapat dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut

Nanga (2014:5):

G= Yt - Yt -1
X 100%
Yt - 1

Keterangan:
G : Laju Pertumbuhan Ekonomi
Yt : Produk Domestik Bruto (GDP) pada tahun t
T : Tahun Sekarang
Yt-1 : Produk Domestik Bruto (GDP) pada tahun t-1
t-1 : Tahun Sebelumnya

Produk domestik bruto (GDP) adalah total nilai pasar (total market

value) dari barang dan jasa (final goods and services) yang dihasilkan

didalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu. Konsep lain

yang terkait dengan GDP adalah produk nasional bruto (GNP) yaitu total

nilai pasar dari barang-barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh

penduduk suatu negara selama kurun waktu tertentu Nanga (2014:5).

Pertumbuhan ekonomi Gross Domestic Product (GDP) dalam

kegiatan perekonomian yang sebenarnya merupakan perkembangan fisikal

produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan

dan jumlah barang industri, perkembangan infranstruktur. Untuk

memberikan suatu gambaran tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai

suatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat pertumbuhan

pendapatan nasional rill yang dicapai Sukirno (2016:15).


20

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan acuan dalam telaah penelitian, yang dapat

digunakan sebagai pembanding. Beberapa temuan penelitian sebelumnya

diperlukan untuk review dan referensi dalam penelitian ini. Beberapa penelitian

sebelumnya yang pernah saya jadikan referensi antara lain :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan &


Peneliti Penelitian Penelitian Analisis Penelitian Perbedaan
(Tahun)
1 1
Said Pengaruh Tujuan Metode Hasil penelitianPersamaan
Yunus belanja penelitian analisis diketahui bahwa Terdapat
2
Amirullah modal dilakukan data yang belanja modal persamaan yaitu

(2017) terhadap untuk digunakan berpengaruh membahas

pertumbuh mengetahui yaitu positif tetapi tentang belanja

an pengaruh persamaan tidak signifikan modal yang

ekonomi belanja regresi terhadap berpengaruh

(studi pada modal berganda, pertumbuhan terhadap

Kabupaten terhadap ekonomi. Hasil pertumbuhan

- pertumbuha penelitian juga ekonomi

Kabupaten n ekonomi diketahui bahwa


Perbedaan
Di Provinsi pada pendapatan asli
Dalam penelitian
Aceh) Kabupaten- daerah
yang dilakukan
Kabupaten berpengaruh
Peneliti yang
Di Provinsi positif dan
menjadi objek
Aceh. signifikan
belanja modal
terhadap
terhadap
pertumbuhan
pertumbuhan
ekonomi
ekonomi yaitu
21

kabupaten-
kabupaten di
provinsi aceh
sedangkan
penulis dalam
objek belanja
modal terhadap
pertumbuhan
ekonomi yaitu
Pemerintah Kota
Baubau
2 1
muh Resa Pengaruh Tujuan Penelitian Hasil penelitian Persamaan
Saputra Belanja penelitian ini di uji ini menujukkan Terdapat
2
haliah modal ini yakni dengan bahwa belanja Persamaan Yaitu
3
aini terhadap untuk menggunak modal Membahas
Indrijawati pertumbuh menganalisi an data berpengaruh Tentang Belanja
(2021) an s pengaruh sekunder terhadap Modal Yang
ekonomi belanja berupa pertumbuhan Berpengaruh
daerah modal laporan ekonomi, Terhadap
dengan terhadap realisasi sedangkan Pertumbuhan
pendapatan pertumbuha anggaran secara tidak Ekonomi
asli daerah n ekonomi pendapatan langsung Perbedaan
sebagai daerah dan belanja belanja modal Terdapat
variabel terhadap daerah berpengaruh perbedaan yaitu
intervening pertumbuh kabupaten/ terhadap Dalam Penelitian
ekonomi kota di pertumbuhan Yang Dilakukan
daerah provinsi ekonomi Peneliti Yaitu
dengan Sulawesi melalui untuk
pendapatan selatan pendapatan asli mengetahui
asli daerah tahun daerah sebagai pendapatan asli
sebagai 2015-2019, variabel daerah sebagai
22

variabel dan produk intervening variabel


intervening domestik intervening di
pada regional kabupaten-
kabupaten/k bruto kabupaten di
ota di kabupaten/ provinsi
provinsi kota di Sulawesi selatan
Sulawesi provinsi Sedangkan
Selatan Sulawesi Penulis untuk
Selatan mengetahui
tahun belanja modal
2016-2020. terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
pemerintahan
kota baubau
tanpa melibatkan
pendapatan
belanja daerah
3 Ahmad Pengaruh Penelitian Penelitian Hasil penelitian Persamaan
Fajri belanja ini bertujuan ini diuji ini menemukan Terdapat
(2016) modal untuk dengan bahwa laju Persamaan Yaitu
terhadap menganalisi menggunak perkembangan Membahas
pertumbuh s an metode belanja modal Tentang Belanja
an perkembang analisis tertinggi di Modal Yang
Ekonomi an belanja data peroleh provinsi Berpengaruh
Di modal lampung Terhadap
Provinsi- provinsi- sebesar Pertumbuhan
provinsi di provinsi di 41%,diikuti Ekonomi
sumatera sumatera oleh provinsi Perbedaan
sumatera barat Terdapat
dan provinsi perbedaan yaitu
23

bangka Belitung dalam penelitian


masing-masing yang dilakukan
sebesar 18%. peneliti
menggunakan
metode regresi
data panel untuk
menganalisi
pengaruh belanja
modal terhadap
pertumbuhan
ekonomi
sedangkan
penulis
menggunakan
metode regresi
sederhana untuk
menganalis
pengaruh belanja
modal terhadap
pertumbuhan
ekonomi

2.4 Kerangka Berpikir

Menurut Badan Pusat Statistik (2019) Belanja modal adalah Belanja

daerah yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk keperluan fasilitas

pembangunan dan perbaikan diberbagai sektor baik itu di sektor pendidikan,

kesehatan maupun transportasi sehingga masyarakat dapat menikmati saran dan

prasarana dari pembangunan daerah tersebut. Sedangkan menurut Halim dan

Kusufi (2014) mengemukakan beberapa indikator yang termasuk dalam belanja


24

modal yaitu belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan

bangunan, belanja jalan,irigasi, dan jaringan, dan belanja aset tetap lainnya.

Adapaun indikator untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi menurut Imamul dan

Gina (2019) yaitu dengan melihat pertumbuhan produk domestik regional bruto

(PDRB) disetiap periode atau setiap tahunnya berdasarkan harga konstan.

Berdasarkan tinjauan teori dan peneliti terdahulu diatas maka Adapun

kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi (Y)

dipengaruhi oleh belanja modal (X) yang dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Belanja Modal (X) Pertumbuhan Ekonomi


(Y)
Belanja tanah
Belanja Peralatan Dan Mesin
Belanja Gedung Dan Regional Domestik
Bangunan
Belanja Jalan,Irigasi Dan Reginal Bruto (PDRB)
Jaringan
(Indra Wiguna 2013)
Belanja Aset Tetap Lainnya
(Permendagri No 64 tahun)
2020
25

2.5 Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban sementara atas rumusan

masalah yang telah ditetapkan yang perlu diuji kebenarannya melalui uji statistic.

Hipotesis diajukan berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan

Pustaka dan kerangka berpikir yang telah ditetapkan. Setelah data terkumpul dan

dilakukan analisis maka akan dapat diketahui hipotesis penelitian yang diajukan

diterima atau ditolak (Zarah & Agung, 2016;51). Oleh karena itu jika hipotesis nol

atau tidak berpengaruh dilambangkan dengan H0 dan hipotesis alternatif atau

berpengaruh dilambangkan dengan Ha, maka hipotesis yang akan diajukan sebagai

berikut:

H0: Diduga bahwa belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi
26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian Ini Dilakukan Pada Dua Kantor Dinas Pemerintah Kota

Baubau Sulawesi Tenggara Yaitu Kantor Dinas Badan Penggelola

Keuangan Aset Daerah (BPKAD) Yang Beralamat Di Jln. Beteoambari,

Kelurahan Lipu, Kecamatan Betoambari Dan Badan Pusat Statistik (BPS),

Jln. Murhum, No 52, Wajo, Kecamatan Murhum, Kota Baubau.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekumpulan data yang mempunyai karakteristik

yang sama dan menjadi objek inferensi. Populasi yaitu sumber data dalam

penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas Sugiyono

(2013:37) Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Data Laporan

Anggaran Belanja Modal Dan Laporan Realisasi Produk Domestik Regional

Bruto yang tersebar di pemerintah Kota Baubau yang berada di Kantor

Dinas Badan Penggelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dan Badan

Pusat Statistik (BPS).

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari suatu populasi atau bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono,

(2013:117) Adapun sampel didalam penelitian ini adalah data Laporan

Anggaran Belanja Modal Dan Laporan Realisasi Produk Domestik Regional


27

Bruto yang tersebar di pemerintah Kota Baubau yang berada di Kantor

Dinas Badan Penggelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dan Badan

Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021-2022.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan pendeskripsian dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok Sugiyono, (2013:10).

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung

secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan

dengan bilangan atau berbentuk angka Sugiyono, (2013:15). Dalam

penelitian ini data kuantitatif yang diperlukan adalah Data Laporan

Anggaran Belanja Modal Dan Laporan Realisasi Produk Domestik Regional

Bruto yang tersebar di pemerintah Kota Baubau yang berada di Kantor

Dinas Badan Penggelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dan Badan

Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2021-2022.


28

3.3.2 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama yaitu (tidak melalui perantara), baik individu maupun

kelompok yang di dapatkan secara langsung. Data primer pada penelitian ini

berupa hasil observasi dan wawancara pada kantor Badan Penggelolah

Keuangan Dan Aset Daerah (BPKAD) dan Kantor Badan Pusat Statistik

(BPS) Kota Baubau tentang struktur organisasi dan sejarah.

2. Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari

Badan Penggelolah Keuangan Dan Aset Daerah (BPKAD) dan Kantor

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau yang berupa dokumen terkait

laporan belanja modal dan laporan realisasi Produk Dosmetik Regional

Bruto (PDRB).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

merupakan studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan menghimpun

informasi yang akurat yang berkaitan dengan objek penelitian yang dapat

diperoleh dari buku-buku, jurnal, media massa, dokumen dari hasil

penelitian.
29

3.5 Metode Analisis Data

1. Uji Regresi Linear Sederhana

Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Analisis regresi linear sederhana. Menurut Sugioyono (2013:97) Analisis

regresi linear sederhana bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari suatu

variabel terhadap variabel lainnya. Analisis regresi linear sederhana adalah

hubungan antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen

(Y) untuk mengetahui analisis pengaruh belanja modal terhadap

pertumbuhan ekonomi kota baubau dengan menggunakan formulasi

rumus regresi linear sederhana sebagai berikut

Y = a+bX+e

Keterangan

Y = Pertumbuhan ekonomi

X = Belanja modal

a = Kontanta (nilai dari Y apabila X = 0)

b = Koefisien Regresi (pengaruh positif atau negative)

e = eror term

2. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik Merupakan tahap yang harus dilakukan sebelum

uji hipotesis. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya

kemungkinan normalitas, linieritas, multikolearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas. Jika asumsi ini dilanggar maka uji hipotesis menjadi

bias Cintia Yuniari (2015:96)


30

a. Uji Normalitas Data

Data harus diuji dengan mengunakan uji normalitas sebelum

dianalisa. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah data mengikuti atau atau mendekati distribusi normal. Alat uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Sample

Kolmogorov-Smirnov. Data disimpulkan berdistribusi normal jika nilai

signifikan yang diperoleh (p value) lebih besar dari nilai signifikansi

yang ditetapkan (a =5%). Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil

dari nilai (a=5%), maka data disimpulkan tidak berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Analisis regresi linier dapat digunakan apabila asumsi linieritas

dapat terpenuhi. Apabila asumsi tidak terpenuhi maka analisis regresi

linier tidak dapat dilakukan. Uji linieritas adalah asumsi yang akan

memastikan apakah data yang dimiliki dengan sesuai dengan garis

linier atau tidak. Asumsi ini dapat diketaui melalui uji liniertitas tabel

Anova dengan mencari nilai Deviantion From Linearity dari f linier.

Jika angka pada Deviantion From Linearty lebih besar dari 0,05 (p >

0,05), berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen adalah linier Algifari (2015:99).

c. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas

(Ghozali:2016). Modal regresi yang baik seharusnya tidak terjadi


31

korelasi di antara fariabel independen. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari tolerance dan lawannya

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap

fariabel independen manakah yang di jelaskan fariabel independen

lainnya. Tolerance mengukur fariabel litas fariabel independennya

yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh fariabel independen lainnya.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tertinggi

( karena VIF = 1 atau tolerace ). Nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance

<0,10 atau dengan nilai VIF > 10.

d. Uji Autokolerasi

Uji autocolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

regresi leniear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t dengan kesalahan pada periode t (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi,

maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autocolerasi ini muncul

karena obserfasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu

sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual sehimgga muncul

data runtut waktu tetapi menggukan data silang waktu (crosssection)

dan kemungkinan kecil terjadi autokolerasi, namun akan tetap

dilakukan uji autokolerasi untuk lebih meyakinkan Ghozali (2016:96).

e. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi linear kesalahan pengganggu (e) mempunyai farians


32

yang sama atau tidak dari suatu pengamatan kepengamatan yang lain.

Untuk mengujinya digunakan scatter plot, dimana jika fariasi data

yang diteliti tersebar didalam grafik, maka dapat dikatakan tidak ada

masalah heteroskedastisitas dalam model regresi ini dan jika farians

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut

homokedastisitas. Model regresi adalah yang homokedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas pada penelitian ini di uji dengan melihat grafik

scastter plot antara lain prediksi fariabel dependen (ZPRED) dengan

nilai residualnya ( SRESID) Ghozali (2016:125).

3. Uji Hipotesis

a) Uji Parsial (t)

Uji parsial t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

individual. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan

perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan ttabel

sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Jika thitung koefisien

regresi lebih kecil dari ttabel maka variabel independen secara individu

tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya

hipotesis1 ditolak. Sebaliknya jika thitung lebih besar dari ttabel maka

variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel

dependen, artinya hipotesis diterima.


33

Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05

(a = 5%). Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh ini adalah dengan cara: Membandingkan thitung

dengan ttabel. Jika thitung > ttabel maka Ha diterima yang berarti variabel

independen secara individual mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependen dan Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak yang berarti variabel

independen secara individual tidak mempunyai pengaruh terhadap

variabel dependen.

b) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan ikhtisar yang menyatakan

seberapa baik garis regresi mencocokkan data (Ghozali:2016). Nilai R 2

berkisar antara 0-1. Nilai koefisien determinasi (R square) digunakan

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel

independen dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Jika nilai

R square kecil, berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Jika nilai

R square mendekati 1, maka berarti variabel-variabel independen dapat

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

2.2 Definisi Operasional

Menurut Wiratna Sujarweni (2015:75) Definisi operasional

Merupakan variabel penelitian dimkasudkan untuk memahami arti dari


34

setiap variabel penelitian sebelum melakukan analisis, instrument, serta

sumber pengukuran dari mana. Adapun variabel yang terdapat dalam

penelitian ini yaitu variabel independent (bebas) dan dependen (terikat).

Dengan demikian definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

4. Belanja modal

Belanja Modal adalah salah satu jenis belanja langsung dalam APBD

Kota Baubau, berupa pengeluaran anggaran pemerintah kota Baubau untuk

aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Belanja modal Pemerintah kota Baubau yaitu meliputi belanja modal untuk

perolehan tanah, belanja modal untuk perolehan mesin dan peralatan,

belanja modal untuk perolehan gedung dan bangunan, balanja modal untuk

perolehan jalan/infrastruktur, belanja modal untuk perolehan irigasi dan aset

tetap lainnya.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perkembangan kegiatan

dalam perekonomian Pemerintah kota Baubau yang mengakibatkan barang

dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat kota Baubau bertambah dan

kemakmuran masyarakat sekitar dapat meningkat.


35

Anda mungkin juga menyukai