a. Inventarisasi investasi.
b. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.
c. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan di masa yang akan datang.
d. Inventarisasi kebutuhan investasi.
e. Evaluasi kelayakan investasi, dengan kriteria yang meliputi aspek- aspek (Widodo,
2006): Teknis, Sosial Budaya, Finansial, Ekonomi dan Distribusi. Adapun alat
analisis yang digunakan untuk kelayakan investasi ddapat dilakukan dengan
menggunakan alat analisis seperti berikut:
a. Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai arus manfaat sekarang
dengan nilai arus biaya sekarang.
b. Manfaat Bersih Sekrang (Net Present Benefit/ NPB).
c. Analisis Rasio Biaya Manfaat (B-C Ratio).
d. Analisis Lama Pengembalian Modal (Pay-Back Period).
2. Kategori Investasi Sektor Publik
Menurut (Halim, 2008) jenis dan varuian investasi sektor publik dikelompokkan dalam
beberapa kategori, antara lain:
a. Social Investment
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah investasi yang mengembangkan
keahlian subjektif tiap warga masyarakat. contohnya adalah keahlian teknis yang dilatih
oleh relawan PKK maupun lembaga-lembaga pelatihan, dimana kegiatan tersebut sangat
membutuhkan modal agar mempunyai aset guna mengoperasikan keahlian mereka.
b. Membangun generator ekonomi
Pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh aktivitas ataupun sarana dan prasarana
tertentu yang dapat membangkitkan kegiatan perekonomian ikutan. Beberapa infrastuktur
yang masuk dalam kategori ini adalah pasar, stadion, taman rekreasi, gedung konvensi,
perumahan rakyat, kampus, dan lain-lain.
c. Investasi untuk layanan publik
Investasi untuk memenuhi kepentingan layanan publik dapat dibagi menjadi dua,
yaitu: sarana dan prasarana; dan fasilitas umum lainnya. Jenis investasi ini tidak akan
memperoleh aliran kas masuk, justru kadang kala akan berubah menjadi cost centre.
Meskipun tidak diharapkan adanya aliran dana masuk, tetapi investasi ini berfungsi
melayani sektor/ aktivitas ekonomi lainnya.
d. Investasi untuk membentuk Pendapatan
Investasi yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dapat dioperasikan dalam:
1. Pola intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berfokus
kepada pembentukan perangkat sistem guna melaksanakan tugas pengumpulan
jenis-jenis pajak dan retribusi daerah.
2. Investasi dalam bisnis di sektor hulu dan hilir dalam struktur perekonomian lokal,
apabila pemilihan keputusan tidak tepat, maka risiko kehilangan aset daerah sangat
tinggi, karena proses investasi meletakkan tanggung jawab keuangan pada individu
profesional yang kadang kala berada di luar kendali sistem birokrasi.
e. Investasi untuk Menggali Sumber-Sumber Ekonomi Baru
Salah satu kekuatan ekonomi pada suatu bangsa atau daerah adalah kemampuan
melakukan inovasi guna merekayasa produk-produk baru ke dalam sistem
perekonomian. Sisi lemahnya perekonomian adalah lemahnya aspek penelitian
aplikatif tekonologi dalam sistem perekonomian.
f. Investasi Guna Membentuk Penghematan Operasional
Investasi dalam konteks ini terkait dengan tujuan reorganisasi tata kelola
pemerintahan secara menyeluruh. Beberapa jenis layanan publik pada dewasa ini
merekomendasikan penggunaan peralatan yang lebih baik, seperti alat-alat
kedokteran, alat-alat pemadam kebakaran, peralatan mobile secure, peralatan
pengelolaan sampah, dan lain-lain. Proses investasi harus mempertimbangkan
diferensiasi cost system baru dengan sistem lama, serta perlakuan sistem lama,
apakah dilikuidasi ataukah dijual.
3. Kategori Akuntansi Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset etatp dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal dapat
dikatgorikan dalam lima kategori utama: (1) Belanja modal tanah, (2) Belanja modal
peralatan dan mesin, (3) Belanja modal gedung dan bangunan, (4) Belanja modal jalan,
irigasi, dan jaringan, (5) Belanja modal fisik lainnya.
4. Kemitraan Pemerintah Daerah
Terdapat beberapa bentuk kemitraan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah,
antara lain:
• Operasi-pemeliharaan
Bentuk kemitraannya adalah kontrak pemerintah dan swasta untuk
mengoperasikan dan memelihara fasilitas pelayanan publik seperti pengelolaan air,
pengolahan limbah, pemeliharaan jalan, arena parkir, dan beberapa fasilitas rekreasi
umum.
• Desain-Bangun
Kemitraan bentuk ini merupakan kontrak pemerintah dan swasta unutuk
melakukan desain dan membangun fasilitas sesuai dengan standar kinerja yang
dibutuhkan pemerintah, ketika fasilitas tersebut telah jadi, maka fasilitas itu menjadi
milik pemerintah.
• Operasi Turnkey
Kemitraan bentuk turnkey operation merupakan kerja sama antara pemerintah
daerah dengan swasta yang dalam hal ini pemerintah daerah mendanai proyek,
sementara partner swasta melakukan desain, konstruksi, dan operasi fasilitas publik
untuk jangka waktu tertentu.
• Sewa-Beli
Sewa-beli merupakan jenis kemitraan yang dalam hal ini pemerintah daerah
melakukan kontrak kepada partner swasta untuk melakukan desain, pembiyaan, dan
membangun fasilitas untuk layanan publik.
• Privatisasi Temporer
Privatisasi temporer merupakan transfer kepemilikan fasilitas publik kepada
partner swasta yang melakukan peningkatan dan ekspansi terhadap fasilitas yang
tersedia.
• Sewa/ Beli-Bangun-Operasi
Sewa/ Beli-bangun-Operasi adalah jenis kemitraan yang dalam hal ini partner
swasta menyewa dan/atau membeli fasilitas dari pemda, melakukan ekspansi,
modernisasi kemudian mengoperasikan fasilitas berdasarkan kontrak.
• Bangun-Operasi-Transfer
BOT merupakan model kemitraan pemerintah dengan swasta yang mana
pemerintah daerah melakukan kontrak dengan partner swasta untuk membiayai dan
membangun sebuah fasilitas atau infrastruktur.
• Bangun-Miliki-Operasi-Transfer
BOOT merupakan bentuk kemitraan yang dalam hal ini pihak swasta
medaptkan waralaba eksklusif untuk pembiyaan, pembangunan, operasi, perawatan,
pengaturan dan pengumpulan bayaran dalam periode yang tetap sebagai kompensasi
investasinya.
• Bangun-Miliki-Operasi
BOO merupakan jenis kemitraan berupa transfer kepemilikan dan tanggung
jawab fasilitas publik yang dalam hal ini pemda melakukan kontrak dengan partner
swasta untuk membangun, dan memiliki kemudian mengoperasikan fasilitas baru,
partner swasta juga membiayai pelaksanaan proyek.
5. Pertimbangan dan Risiko Investasi Publik
Untuk suksesnya suatu kerja sama sektor publik-swasta, hal-hal yang menjadi
perhatian pemerintah dalam menilai kelayakan suatu proposal kerja sama tersebut sebagai
beikut (Harun, 2009):
a. Jika suatu proyek tidak memiliki nilai komersial, maka sulit pemeritah untu menarik
sektor swasta untuk terlibat dalam suatu kerja sama.
b. Suatu proyek akan mengalami kesulitasn jika pihak swasta tidak memiliki
kemampuan melaksanakan suatu proyek yang direncanakan dalam kerja sama
tersebut.
c. Apakah pihak swasta memiliki keahlian khusus dan kemampuan inovasi dalam
membangun infrastuktur dan layanan yang terkait dengan suatu proyek kerja sama
agar menjadi motivasi bagi sektor publik untuk mengakses keahlian tersebut.
d. Suatu proyek kerja sama akan berhasil jika proyek kerja sama itu sendiri memeiliki
nilai ekonomi yang relatif besar.
e. Sebuah proyek kerja sama harus senantiasa mampu mengatur persoalan risiko bisnis
secara tepat dan proporsional.
f. Suatu proyek kerja sama harus mampu menyajikan output-nya secara jelas sehingga
kinerja aktual dapat diukur.
6. Kebijakan Lelang Terbuka
Tender atau lelang terbuka adalah cara untuk memenangkan tender dari suatu proyek
secara adil, terbuka dan tidak diatur. Suatu tender atau lelang terbuka biasanya mengikuti
kriteria berikut ini:
- Terdapat persyaratan yang dijadikan sebagai pedoman oleh para peserta tender.
- Tidak ada komunikasi di antara peserta tender.
- Terdapat kriteria untuk memenangkan tender.
- Biasanya dilakukan untuk proyek yang terlatif besar dan terintegrasi.
7. Sistem Penawaran Harga dalam Lelang Terbuka
Terdapat tiga bentuk penawaran harga yang lazim dilakukan oleh para peserta
tender, yaitu: