0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan3 halaman
Teks tersebut merangkum tentang Pengertian Latar Belakang Publik Private Partnership (PPP), Tujuan PPP, Tahapan Pelaksanaan PPP, serta Keuntungan dan Kerugian PPP. PPP pertama kali muncul pada 1998 sebagai bentuk kerjasama antara pemerintah dan swasta untuk menyediakan jasa dan infrastruktur dengan biaya optimal bagi publik. Tujuan PPP adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta mendorong prinsip pengguna
Teks tersebut merangkum tentang Pengertian Latar Belakang Publik Private Partnership (PPP), Tujuan PPP, Tahapan Pelaksanaan PPP, serta Keuntungan dan Kerugian PPP. PPP pertama kali muncul pada 1998 sebagai bentuk kerjasama antara pemerintah dan swasta untuk menyediakan jasa dan infrastruktur dengan biaya optimal bagi publik. Tujuan PPP adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta mendorong prinsip pengguna
Teks tersebut merangkum tentang Pengertian Latar Belakang Publik Private Partnership (PPP), Tujuan PPP, Tahapan Pelaksanaan PPP, serta Keuntungan dan Kerugian PPP. PPP pertama kali muncul pada 1998 sebagai bentuk kerjasama antara pemerintah dan swasta untuk menyediakan jasa dan infrastruktur dengan biaya optimal bagi publik. Tujuan PPP adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan serta mendorong prinsip pengguna
NIM. : 203020702064 Kelas. :B Mata kuliah. : Teori Administrasi Publik
Pengertian Latar belakang munculnya Publik Private Partnership (PPP)
Konsep PPP pertama kali muncul pada Juni 1998 di British Columbia. Konsep PPP merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dengan sektor swasta dalam menyediakan jasa, fasilitas dan infrastruktur. (PPP) dapat diterjemahkan sebagai perjanjian kontrak antara swasta dan pemerintah, yang keduanya bergabung dalam sebuah kerjasama untuk menggunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan pelayanan kepada publik. Kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas pelayanan terbaik dengan biaya yang optimal untuk publik (America’s National Council on Public Private Partnership , 2000). Paskarina (2007) mengemukakan bahwa pada prinsipnya, kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta adalah untuk meningkatkan pelayanan publik. Hal itu juga dilatarbelakangi oleh adanya keterbatasan pendanaan maupun rendahnya kualitas pelayanan (inefisien dan inefektif) dari pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik. Pada hakekatnya, pelibatan sektor swasta dalam pengembangan sarana-prasarana akan memberikan keuntungan baik bagi pemerintah maupun swasta. Bagi sektor swasta keuntungan yang didapat dengan mekanisme ini adalah profit. Adapun keuntungan bagi pemerintah, adalah mempermudah proses, waktu penyediaan serta meringankan beban pendanaan untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana perkotaan. Keuntungan lain yang diperoleh pemerintah adalah terciptanya transfer teknologi dan efesiensi managerial dari pihak swasta yang dikombinasikan dengan rasa tanggung jawab serta kepedulian terhadap lingkungan. Karakteristik dari PPP adalah kemitraan yang didalamnya terdapat sharing antara pemerintah dan swasta dalam bentuk investasi,resiko, tanggung jawab dan reward. Kemitraan tersebut tidak dibangun pada aturan dan pola tanggung jawab yang seragam, namun biasanya bervariasi antara poyek yang satu dengan yang lain. Konsep PPP dapat pula tidak hanya dipandang dari sisi public dan private sector saja. Menurut UNDP pelaku PPP dapat dikembangkan menjadi 3 unsur yaitu (Hardijanto, 2000): Negara, berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif. Swasta, mendorong terciptanya lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Masyarakat, mewadahi interaksi sosial politik, memobilisasi kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi sosial dan politik. Konsep ini juga dikenal sebagai triangle synergi antara government, business dan communities Tujuan Public Private Partnership Tujuan pelaksanaan PPP adalah untuk : Mencukupi kebutuhan pendanaaan secara berkelanjutan melalui pengerahan dana swasta; Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat; Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur serta Mendorong dipakainya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan daya beli pengguna. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan kerjasama antara Pemerintah dan Swasta antara lain adalah : Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi dan tugas, hak, kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan. Melakukan persepsi dalam negoisasi kegiatan kemitraan, sangat diperlukan keterbuakaan, komitmen dari para pelaku pembangunan dengan dicapainya hasil yang saling menguntungkan. Perlunya keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama Pemerintah Daerah, DPRD, masyarakat, karyawan dll. Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar dan konsisten. Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat Pusat, Propinsi ataupun Daerah (Kabupaten/ Kota). Kriteria persyaratan lelang/ negoisasi yang jelas, transparan dan konsisten. Struktur dan tugas Tim Negoisasi yang jelas dan kemampuan dalam penguasaan materi bidang Hukum, Teknis dan Keuangan. Tahapan Pelaksanaan PPP Paskarina (2007) mengemukakan bahwa dalam suatu proses kerjasama tidak terlepas dari adanya kendala-kendala yang akan muncul. Sehingga perlu ada sebuah kesinergian yang jelas untuk mengantisipasi kendala dan risiko yang akan muncul. Sebagai suatu proses, KPS merupakan siklus yang berkesinambungan mulai dari tahap perencanaan (input ), implementasi hingga evaluasi (output ) yang dapat menghasilkan masukan/ saran untuk memperbaiki input. Keuntungan dan kerugian dalam menjalankan Publik Private Partnership (PPP) Keuntungan Pendanaan, Terkadang, kapasitas fiskal adalah terbatas untuk membiayai pembangunan infrastruktur, yang mana membutuhkan dana yang signifikan. Oleh karena itu, melibatkan swasta memunginkan pembangunan dapat direalisasikan. Pengetahuan. Tidak hanya pendanaan, keterlibatan sektor swasta memungkinkan untuk mentransfer pengetahuan dan keahlian mereka ke sektor publik dalam membangun infrastruktur. Itu memberikan solusi infrastruktur yang lebih baik daripada inisiatif yang sepenuhnya publik. Efisiensi. Perusahaan swasta berorientasi laba ketika menjalankan bisnis, mendorong mereka untuk membiayai, membangun, dan mengoperasikan fasilitas seefisien mungkin. Jadi, biaya bisa lebih rendah daripada di bawah sektor publik. Penyelesaian proyek. Perusahaan swasta kurang birokratis daripada sektor publik. Itu memungkinkan proyek diselesaikan lebih cepat. Mereka akan berusaha agar proyek infrstruktur dibangutntept waktu dan mengurangi penundaan. Waktu penyelesaian proyek biasanya juga dijadikan ukuran kinerja karena itu mempengaruhi biaya dan keuntungan. Berbagi risiko. Melibatkan sektor swasta memungkinkan untuk menyebarkan risiko, tergantung sejauh mana perusahaan swasta terlibat. Berbagi risiko bisa jadi terkait pembiayaan, konstruksi atau pengoperasian Kualitas. Bermitra dengan pihak swasta memungkinkan untuk memperoleh dan mempertahankan standar kualitas tinggi sepanjang siklus hidup proyek.
Kerugian
Keamanan kerja. Perusahaan swasta mungkin untuk memilih memotong gaji dan
tunjangan staf untuk meningkatkan keuntungan. Sehingga, keamanan pekerjaan tidak seaman pekerjaan di sektor publik. Beban ke pembayar pajak. Beberapa model kemitraan publik-swasta dikritik karena keuntungan masuk ke pemilik bisnis sektor swasta alih-alih digunakan untuk menyediakan layanan publik lebih lanjut. Selain itu, biaya sewa d harus ditanggung oleh pembayar pajak. Kapasitas sektor swasta. Tender mungkin kurang kompetitif -tidak menghasilkan penghematan biaya – karena sedikit jumlah perusahaan swasta yang berpartisipasi dan memiliki kapasitas untuk membangun proyek infrastruktur skala besar.