Anda di halaman 1dari 3

Nama.

: Intan Permata Indah Gabriel


NIM. : 203020702064
Kelas. :B
Mata kuliah. : Teori Administrasi Publik

Pengertian Latar belakang munculnya Publik Private Partnership (PPP)


Konsep PPP pertama kali muncul pada Juni 1998 di British Columbia. Konsep PPP
merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dengan sektor swasta dalam menyediakan
jasa, fasilitas dan infrastruktur.  (PPP) dapat diterjemahkan sebagai perjanjian kontrak antara
swasta dan pemerintah, yang keduanya bergabung dalam sebuah kerjasama untuk
menggunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan pelayanan
kepada publik. Kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas pelayanan terbaik
dengan biaya yang optimal untuk publik (America’s National Council on Public Private
Partnership , 2000).
Paskarina (2007) mengemukakan bahwa pada prinsipnya, kerjasama yang dilakukan oleh
pemerintah dan swasta adalah untuk meningkatkan pelayanan publik. Hal itu  juga
dilatarbelakangi oleh adanya keterbatasan pendanaan maupun rendahnya kualitas pelayanan
(inefisien dan inefektif) dari pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik. Pada
hakekatnya, pelibatan sektor swasta dalam pengembangan sarana-prasarana akan
memberikan keuntungan baik bagi pemerintah maupun swasta. Bagi sektor swasta
keuntungan yang didapat dengan mekanisme ini adalah profit. Adapun keuntungan bagi
pemerintah, adalah mempermudah proses, waktu penyediaan serta meringankan beban
pendanaan untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana perkotaan. Keuntungan lain yang
diperoleh pemerintah adalah terciptanya transfer teknologi dan efesiensi managerial dari
pihak swasta yang dikombinasikan dengan rasa tanggung jawab serta kepedulian terhadap
lingkungan.
Karakteristik dari PPP adalah kemitraan yang didalamnya terdapat sharing antara pemerintah
dan swasta dalam bentuk investasi,resiko, tanggung jawab dan reward. Kemitraan tersebut
tidak dibangun pada aturan dan pola tanggung jawab yang seragam, namun biasanya
bervariasi antara poyek yang satu dengan yang lain. Konsep PPP dapat pula tidak hanya
dipandang dari sisi public dan private sector saja. Menurut UNDP pelaku PPP dapat
dikembangkan menjadi 3 unsur yaitu (Hardijanto, 2000):
 Negara, berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif.
 Swasta, mendorong terciptanya lapangan kerja dan pendapatan masyarakat.
 Masyarakat, mewadahi interaksi sosial politik, memobilisasi kelompok dalam
masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi sosial dan politik.
Konsep ini juga dikenal sebagai triangle synergi antara government, business dan
communities
Tujuan Public Private Partnership
Tujuan pelaksanaan PPP adalah untuk :
 Mencukupi kebutuhan pendanaaan secara berkelanjutan melalui pengerahan dana
swasta; Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan
sehat;
 Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur
serta
 Mendorong dipakainya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau
dalam hal tertentu mempertimbangkan daya beli pengguna.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan kerjasama antara Pemerintah dan
Swasta antara lain adalah :
 Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi dan tugas, hak,
kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan.
 Melakukan persepsi dalam negoisasi kegiatan kemitraan, sangat diperlukan
keterbuakaan, komitmen dari para pelaku pembangunan dengan dicapainya hasil yang
saling menguntungkan.
 Perlunya keterlibatan langsung seluruh pihak, terutama Pemerintah Daerah, DPRD,
masyarakat, karyawan dll.
 Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar dan konsisten.
 Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat Pusat,
Propinsi ataupun Daerah (Kabupaten/ Kota).
 Kriteria persyaratan lelang/ negoisasi yang jelas, transparan dan konsisten.
 Struktur dan tugas Tim Negoisasi yang jelas dan kemampuan dalam penguasaan
materi bidang Hukum, Teknis dan Keuangan.
Tahapan Pelaksanaan PPP
Paskarina (2007) mengemukakan bahwa dalam suatu proses kerjasama tidak terlepas dari
adanya kendala-kendala yang akan muncul. Sehingga perlu ada sebuah kesinergian yang jelas
untuk mengantisipasi kendala dan risiko yang akan muncul. Sebagai suatu proses, KPS
merupakan siklus yang berkesinambungan mulai dari tahap perencanaan (input ),
implementasi hingga evaluasi (output ) yang dapat menghasilkan masukan/ saran untuk
memperbaiki input.
Keuntungan dan kerugian dalam menjalankan Publik Private Partnership (PPP)
Keuntungan
 Pendanaan, Terkadang, kapasitas fiskal adalah terbatas untuk membiayai
pembangunan infrastruktur, yang mana membutuhkan dana yang signifikan. Oleh
karena itu, melibatkan swasta memunginkan pembangunan dapat direalisasikan.
 Pengetahuan. Tidak hanya pendanaan, keterlibatan sektor swasta memungkinkan
untuk mentransfer pengetahuan dan keahlian mereka ke sektor publik dalam
membangun infrastruktur. Itu memberikan solusi infrastruktur yang lebih baik
daripada inisiatif yang sepenuhnya publik.
 Efisiensi. Perusahaan swasta berorientasi laba ketika menjalankan bisnis, mendorong
mereka untuk membiayai, membangun, dan mengoperasikan fasilitas seefisien
mungkin. Jadi, biaya bisa lebih rendah daripada di bawah sektor publik.
 Penyelesaian proyek. Perusahaan swasta kurang birokratis daripada sektor publik. Itu
memungkinkan proyek diselesaikan lebih cepat. Mereka akan berusaha agar proyek
infrstruktur dibangutntept waktu dan mengurangi penundaan. Waktu penyelesaian
proyek biasanya juga dijadikan ukuran kinerja karena itu mempengaruhi biaya dan
keuntungan.
 Berbagi risiko. Melibatkan sektor swasta memungkinkan untuk menyebarkan risiko,
tergantung sejauh mana perusahaan swasta terlibat. Berbagi risiko bisa jadi terkait
pembiayaan, konstruksi atau pengoperasian
 Kualitas. Bermitra dengan pihak swasta memungkinkan untuk memperoleh dan
mempertahankan standar kualitas tinggi sepanjang siklus hidup proyek.

Kerugian

 Keamanan kerja. Perusahaan swasta mungkin untuk memilih memotong gaji dan


tunjangan staf untuk meningkatkan keuntungan. Sehingga, keamanan pekerjaan tidak
seaman pekerjaan di sektor publik.
 Beban ke pembayar pajak. Beberapa model kemitraan publik-swasta dikritik karena
keuntungan masuk ke pemilik bisnis sektor swasta alih-alih digunakan untuk
menyediakan layanan publik lebih lanjut. Selain itu, biaya sewa d harus ditanggung
oleh pembayar pajak.
 Kapasitas sektor swasta. Tender mungkin kurang kompetitif -tidak menghasilkan
penghematan biaya – karena sedikit jumlah perusahaan swasta yang berpartisipasi dan
memiliki kapasitas untuk membangun proyek infrastruktur skala besar.

Anda mungkin juga menyukai