Anda di halaman 1dari 19

Public Private

Partnership (PPP)
Pendahuluan

 Public Private Partnership (PPP) atau biasa disebut juga dengan Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) merupakan mekanisme pembiayaan alternatif dalam
pengadaan pelayanan publik yang telah digunakan secara luas diberbagai
negara khususnya negara maju (Sekretariat A4DE, 2012:1).
Pendahuluan

 Public Private Partnership (PPP) mulai dikembangkan di beberapa negara


sejak awal tahun 1990 di beberapa negara (Riberio dan Dantas, 2009)
 World Bank melakukan studi mengenai Private Participation in Infrastructure
(PPI) yang telah dilakukan sejak tahun 1990 sampai 2008. Telah menganalisis
pada 22 negara berkembang yaitu Argentina, Bangladesh, Brazil, Chile, China,
Colombia, Egypt, India, Indonesia, Malaysia, Mexico, Pakistan, Peru, Philipina,
Polandia, Rusia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand, Turki, Venezuela, dan
Vietnam. Negara-negara berkembang tersebut telah menerapkan PPP
dalamproyek pembangunan di negaranya (Chandan, Sharma, 2012:156).
Macam-macam Penafsiran tentang PPP

 PPP as management reform


 PPP as problem conversion
 PPP as moral regeneration
 PPP as risk shifting
 PPP as restructuring public service
 PPP as power sharing
Pengertian Public-Private
Partnerships (PPP)

Pengertian PPP memiliki beberapa elemen kunci sebagai berikut:


 Sebuah kontrak jangka panjang antara pihak sektor publik dan pihak swasta
 untuk desain, konstruksi, pembiayaan dan operasi infrastruktur publik
(fasilitas) dilakukan pihak swasta
 Dengan pembayaran selama masa kontrak PPP kepada pihak swasta untuk
penggunaan fasilitas, yang dibayar baik oleh pihak sektor publik maupun
masyarakat umum sebagai pengguna fasilitas
 Dengan fasilitas yang tersisa dalam kepemilikan pihak sektor publik atau
kembali milik pihak sektor publik pada akhir masa kontrak PPP.
Pengertian Public-Private
Partnerships (PPP)

 William J. Parente dari USAID Publik Private Partenership (PPP) adalah:


an agreement or contract, between a public entity and a private party, under
which: a) private party undertakes government function for specified period of
time, b) the private party receives compensation for performing the function,
directly or indirectly, c) private party is liable for the risks arising from
performing the function and, d) the public facilities, land or other resources
may be transferred or made available to the private party.
Pengertian Public-Private
Partnerships (PPP)

 Dari definisi tersebut PPP merupakan bentuk perjanjian atau kontrak antara
sektor publik dan sektor privat yang terdiri atas beberapa ketentuan, antara
lain: sektor privat menjalankan fungsi pemerintah untuk periode tertentu;
sektor privat menerima kompensasi atas penyelenggaraan fungsi, baik secara
langsung maupun tidak langsung; sektor privat bertanggung jawab atas resiko
yang timbul dari penyelenggaraan fungsi tersebut.
 PPP adalah kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang memungkinkan
mereka saling bekerja sama guna mencapai tujuan bersama, yang mana
masing-masing pihak berperan berdasarkan tingkat tanggung jawab dan
kekuasaannya, tingkat investasi atas sumber daya, level potensi resiko dan
keuntungan bersama (Allan, 1999).
Pengertian Public-Private
Partnerships (PPP)

 Beberapa varian definisi PPP, antara lain:


1. PPP sebagai reformasi manajemen ketika fungsi pemerintahan dan birokrasi
mengalami perubahan dan pencerahan dari interaksinya dengan manajemen
profesional yang biasanya dimiliki oleh sektor swasta.
2.Dari sektor publik dan sektor swasta yang bekerja bersama untuk mencapai
target tertentu ketika kedua belah pihak menerima risiko investasi atas dasar
pembagian keuntungan dan biaya yang dipikulnya.
3. PPP adalah kerjasama antara pemerintah dan swasta yang menghasilkan
produk atau jasa dengan risiko, biaya, dan keuntungan ditanggung bersama
berdasarkan nilai tambah yang diciptakannya.
 Mekanisme PPP berfungsi menggeser mayoritas pembiayaan dari Pemerintah
kepada pihak swasta sehingga meminimalisasi biaya pemeliharaan,
peningkatan kualitas pelayanan, efisiensi terhadap ketertinggalan teknologi,
resiko finansial, maupun dalam meningkatkan kapasitas pengelola.
 Sementara swasta dipandang berpotensi mampu memberikan pengelolaan
yang efisien melalui mekanisme yang lebih terstruktur dan terukur beserta
kemampuan pembiayaan yang lebih fleksibel.
 Terdapat 7 (tujuh) faktor yang merupakan kesatuan proses dari model PPP
yang merupakan pendukung keberhasilan program PPP.
7 (tujuh) faktor tersebut adalah
 net-working,
 cooperation/collaboration,
 coordination,
 willingness,
 trust, capability dan
 a conductive environment
 Pada awal digagasnya PPP, terdapat tiga tipe dasar kerja sama yaitu
(Schneider and Davis, 2010: 2–3):
a. Proyek pembangunan dengan pembiayaan langsung melalui mitra sektor
swasta.
b. Pembagian kontribusi dalam pembangunan, pengelolaan beserta dengan
resiko diantara beberapa mitra sektor swasta.
c. Investasi khusus dalam transit-supportive development
 Dalam perkembangannya PPP telah mengalami berbagai evolusi dalam
bentuk-bentuk skema kerja samanya yang mengacu pada:
1) tingkat alokasi resiko antar mitra;
2) kapasitas dan tingkat peran serta masing-masing mitra yang dibutuhkan
sesuai dengan kesepakatan;
3) potensi implikasi dari tingkat imbal jasa yang diberikan.

Sementara itu, fungsi dari PPP telah dimodifikasi guna mengakomodasi dinamika
yang berkembang, seperti bentuk partisipasi dalam kegiatan (perencanaan,
pembangunan, pembiayaan, pengoperasian/ pengelolaan, pemeliharaan) maupun
tipe imbal jasa yang disepakati (kepemilikan, transfer, sewa, pengembangan
maupun pembelian).
 Hal tersebut selanjutnya dimodifikasi dalam beberapa bentuk kesepakatan
seperti (Menckhoff dan Zegras, 1999, Zhang, 2001 dalam Riberio dan Dantas,
2009: 2):
a. Build-Operate-Transfer (BOT);
b. Design-Build-Operate-aintain (DBOM);
c. Design-Build-Finance-Operate (DBFO);
d. Build Own-Operate (BOO);
e. Rehabilitate-Operate-Transfer (ROT).
Tujuan PelaksanaanPPP

 Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan melalui pengerahan


dana swasta.
 Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efesiensi pelayanan melalaui persaingan
sehat.
 Meningkatkan kualitas pengeloloaan dan pemeliharan dalam penyediaan
infrastruktur.
 Mendorongprinsip “pakai bayar” dengan mempertimbangkan kemampuan
membayar pemakai.
Resiko PPP untuk pembiayaan
pembangunan

Pembiayaan pembangunan infrastruktur melalui pola PPP ini memang bisa


memberikan kontribusi yang signifikan untuk melancarkan program pembangunan
pemerintah, namun bukan berarti tanpa resiko. Ada beberapa resiko yang bisa
terjadi apabila terjalin kerjasama antara pemerintah dengan sektor swasta,
antara lain adalah:
 Biaya desain dan juga konstruksi yang tidak kecil
 Besarnya permintaan kontraktor yang kadang melenceng dari rencana
 Terbentur dengan peraturan perundangan berlaku
 Adanya kesenjangan antara hak dan kewajiban antara pemerintah dengan
swasta.
Prinsip dasar pelaksanaan PPP

 Pengadaan Badan Usaha dalam rangka perjanjian kerjasama dilakukan melalui


pelelangan umum
 Tatacara pengadaa meliputi; persiapan pengadaan,penetapan pemenang dan
penyusunan perjanjian kerjasama.
 Setiap usulan proyek yang akan dikerjasamakan harus disertai dengan pra
studi kelayakan.
 Dalam hal proyek kerjasama yang merupakan prakarsa badan usaha,maka
usulannya diterima akan diberikan kompensasi berupa pemberian tambahan
nilai maksismal 10% dari nilai tender pemrakarsa
Kunci Sukses PPP (Griffit, 2009)

 Consensus on what to build funding shares, method payment.


 Legal authority
 Stable revenue stream
 Funding firewall; private sector trust
 Appropriaeallocation of risk
 Cost and schedule control
 Experienced project
 Product orientation not process orientation
 Focusedagency mission
 Clear decision making authority.
PPP di Indonesia

 Dasar Hukum
Konsep PPP di Indonesia, lebih dikenal dengan Kerja sama Pemerintah Swasta (KPS),
telah diaplikasikan di beberapa kegiatan pembangunan infrastruktur melalui Peraturan
Presiden No. 67 Tahun 2005 dengan tujuan utama mewujudkan ketersediaan,
kecukupan, kesesuaian dan keberlanjutan infrastruktur bagi pembangunan nasional
dan kesejahteraan masyarakat
Pada tahun 1998, Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1998
tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Pembangunan dan atau
Pengelolaan Infrastruktur (Keppres 7/1998). Keppres 7/1998 ini merupakan cikal bakal
lahirnya aturan main PPP/KPS di Indonesia yang sesuai dengan best international
practice.
Selain Keppres 7/1998, juga terdapat peraturan perundang-undangan di masing-
masing sektor infrastruktur. Berdasarkan hal tersebut, kami membagi peraturan
perundang-undangan PPP/KPS menjadi 2 (dua) bagian besar: (i) Peraturan perundang-
undangan sektor infrastruktur; dan (ii) Peraturan perundang-undangan lintas sektor
infrastruktur.
 Keppres 7/1998 digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur (Perpres 67/2005), beberapa peraturan perundang-undangan
sektor juga diganti menjadi peraturan perundang-undangan sektor yang baru.

Anda mungkin juga menyukai