Anda di halaman 1dari 9

PPP (PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP)

A. Definisi Public Private Partnership


Public private partnership (Kerjasama Pemerintah dengan Swasta/KPS) merupakan
suatu Perjanjian Kerja Sama (PKS) atau Kontrak, antara instansi pemerintah dengan
badan usaha/pihak swasta, dimana:
a) pihak swasta melaksanakan sebagian fungsi pemerintah selama waktu tertentu
b) pihak swasta menerima kompensasi atas pelaksanaan fungsi tersebut, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
c) pihak swasta bertanggungjawab atas resiko yang timbul akibat pelaksanaan fungsi
tersebut, dan
d) fasilitas pemerintah, lahan atau aset lainnya dapat diserahkan atau digunakan oleh
pihak swasta selama masa kontrak.
KPS merupakan pengetahuan yang sedang berkembang, sehingga begitu banyak
definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Namun demikian dapat didefinisikan secara
sederhana bahwa KPS merupakan kontrak jangka panjang antara Pihak Pemerintah
dan Pihak Swasta dalam hal penyediaan infrastruktur atau layanan publik dimana
pihak swasta mengambil alih sebagian dari tanggung jawab dan risiko yang diemban
oleh pihak Pemerintah.
Berdasarkan definisi diatas kita dapat memahami bahwa:
1. KPS merupakan kontrak kerjasama antara Pemerintah dan Swasta dalam
penyediaan infrastruktur atau layanan publik dalam jangka waktu panjang
2.

(biasanya 15-20 tahun);


Pemerintah memiliki peran dalam proses pengadaan Badan Usaha (BU) untuk
memilih

mitra

swasta

yang

akan

melaksanakan

pembangunan

proyek

infrastruktur, serta memberikan dukungan/insentif untuk meningkatkan kelayakan


finansial proyek bilamana diperlukan;
3. Swasta bertanggung jawab dalam tahapan pembangunan proyek (termasuk
penyediaan finansial, keahlian dan teknologi yang diperlukan) dan/atau
melaksanakan operasionalisasi serta pemeliharaan sesuai dengan kontrak
kerjasama;
4. Kontrak yang bersifat win-win-win (antara Pemerintah, Swasta dan Publik)
B. Tujuan dilakukan Public Private Partnership (PPP)
1. Alasan dilakukannya PPP
Berbagai negara melakukan PPP untuk alasan yang berbeda-beda.
Untuk memperoleh dana investasi tambahan. (Afrika Selatan)
Untuk mengadakan jasa pelayanan umum yang belum tersedia. (Thailand)
Untuk memperoleh teknologi baru dan yang sudah terbukti keunggulannya.
(Korea Selatan)

Untuk memperbaiki tingkat efisiensi. (Amerika Serikat)


Untuk meningkatkan kompetisi. (Inggris)
Untuk meningkatkan transparansi proses pengadaan. (Filipina)
Untuk menciptakan kesempatan kerja. (India)
2. Transparansi dan kompetisi melalui PPP
Jaminan harga pasar, tol, retribusi, dan sebagainya yang terendah.
Memperbaiki kemungkinan diterimanya proyek tersebut oleh masyarakat umum.
Meningkatkan kesediaan lembaga keuangan untuk menyediakan pembiayaan,
sedapat mungkin tanpa jaminan pemerintah.
Menurunkan biaya pendanaan.
Mengurangi resiko kegagalan proyek.
Meningkatkan kemudahan memperoleh perijinan untuk proyek.
Membantu untuk menarik pihak swasta yang lebih berkualitas
berpengalaman.
Melindungi pejabat pemerintah dari tuduhan melakukan KKN.
Meningkatkan investasi dalam proyek infrastruktur dan

dan

menciptakan

pertumbuhan ekonomi.
C. Dasar Hukum Pelaksanaan PPP
Seharusnya, dipayungi oleh undang-undang khusus, misal: BOT Law atau PPP Law.
Seringkali, diatur melalui peraturan pemerintah atau undang-undang komersial biasa.
Kadangkala, dimungkinkan hanya karena tidak dilarang dalam undang-undang
yang berlaku.
Di Indonesia, sementara ini, diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 67 tahun
2005 (sedang dalam proses revisi/perbaikan).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 yang
mengatur tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, setidaknya terdapat 4 (empat) tujuan dalam pelaksanaan PPP sebagai
berikut. Pertama, mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam
penyediaan infrastruktur melalui pengerahan dana swasta. Kedua, meningkatkan
kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat. Ketiga,
meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur.
Keempat, mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang
diterima, atau dalam hal-hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar
pengguna.
Dalam Perpres tersebut dinyatakan bahwa pelaksanaan PPP dilakukan diantaranya
berdasarkan prinsip : adil, terbuka, transparan, dan bersaing (competition). Dengan
adanya pengadaan yang mengedepankan transparency and competition, manfaat yang
dapat diraih adalah :
Terjaminnya mendapatkan harga pasar yang terendah (lowest market prices);

Meningkatkan penerimaan publik terhadap proyek PPP;


Mendorong kesanggupan lembaga keuangan untuk menyediakan pembiayaan tanpa

sovereign guarantees;
Mengurangi risiko kegagalan proyek;
Dapat membantu tertariknya bidders yang sangat berpengalaman dan berkualitas

tinggi;
Mencegah aparat pemerintah dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

Tabel 1 Proses Kerja Public Private Partnership

Sumber: Miharjana, 2006


D. Situasi yang Kondusif untuk PPP
Peraturan yang mendukung
Kerangka kebijakan yang berpihak
Prosedur yang jelas, dan terinci
Budaya kompetisi yang sehat
Transparansi dalam setiap transaksi
Pasar modal yang wajar
Pejabat pemerintah yang cukup paham tentang PPP
E. Struktur sebuah PPP
Strategi untuk mencapai suatu hasil yang tertentu.
Proses pembuatan keputusan yang logis/rasional.
Pemilihan suatu model atau kendaraan untuk menghubungkan kebutuhan
pembiayaan dengan persyaratan teknis.
F. Beberapa bentuk PPP
1. Kontrak Servis
Kontrak antara pemerintah dan pihak swasta untuk melaksanakan tugas tertentu,
misalnya jasa perbaikan, pemeliharaan atau jasa lainnya, umumnya dalam jangka
pendek (1-3 tahun), dengan pemberian kompensasi/fee.
Beberapa contoh Kontrak Servis:
. Kontrak pembersihan jalan
. Pengumpulan dan pembuangan sampah
. Pemeliharaan jalan
. Pengerukan kali

. Jasa mobil derek


2. Kontrak Manajemen
Pemerintah menyerahkan seluruh pengelolaan (operation & maintenance) suatu
infrastruktur atau jasa pelayanan umum kepada pihak swasta, dalam masa yang
lebih panjang (umumnya 3-8 tahun), biasanya dengan kompensasi tetap/fixed fee.
Beberapa contoh Kontrak Manajemen:
. Perbaikan dan pemeliharaan jalan
. Pembuangan dan pengurugan sampah (solid waste landfill)
. Pengoperasian instalasi pengolahan air (water treatment plant)
. Pengelolaan fasilitas umum (rumah sakit, stadion olahraga, tempat parkir,
sekolah)
3. Kontrak Sewa (lease)
Kontrak dimana pihak swasta membayar uang sewa (fixed fee) untuk penggunaan
sementara suatu fasilitas umum, dan mengelola, mengoperasikan, serta
memelihara, dengan menerima pembayaran dari para pengguna fasilitas (user fees).
Penyewa/pihak swasta menanggung resiko komersial. Masa kontrak umumnya
antara 5-15 tahun.
Beberapa contoh Kontrak Sewa (lease):
. Taman hiburan (entertainment complex)
. Terminal Udara/bandara
. Armada bis atau transportasi lainnya

4. Kontrak Build-Operate-Transfer/BOT
BOT adalah kontrak antara instansi pemerintah dan badan usaha/swasta (special
purpose company), dimana badan usaha bertanggung jawab atas desain akhir,
pembiayaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan(O&M) sebuah proyek investasi
bidang infrastruktur selama beberapa tahun; biasanya dengan transfer aset pada
akhir masa kontrak. Umumnya, masa kontrak berlaku antara 10 sampai 30 tahun.
Beberapa variasi dengan tema sama
. BT (Build and Transfer)
. BLT (Build-Lease-Transfer)
. BOO (Build-Own-Operate)
. BTO (Build-Transfer-Operate)
. CAO (Contract-Add-Operate)
. DOT (Develop-Operate-Transfer)
. ROT (Rehab-Operate-Transfer)
. ROO (Rehab-Operate-Own)Development
Beberapa contoh Kontrak BOT:
.Pembangkit Listrik (Independent Power Producer/IPP)
.Jalan Toll
.Terminal Udara (Airports)

.Bendungan& bulk water supply


.Instalasi Pengolahan Air (water/wastewater treatment plant)
.Pelabuhan Laut (Seaports)
.Fasilitas IT (Information Technology)
5. Kontrak Konsesi
Struktur kontrak, dimana pemerintah menyerahkan tanggungjawab penuh kepada
pihak swasta (termasuk pembiayaan) untuk mengoperasikan, memelihara, dan
membangun suatu aset infrastruktur, dan memberikan hak untuk mengembangkan,
membangun,

dan

mengoperasikan

fasilitas

baru

untuk

mengakomodasi

pertumbuhan usaha. Umumnya, masa konsesi berlaku antara 20 tahun sampai 35


tahun
Beberapa contoh Kontrak Sewa (lease):
. Pelabuhan Udara (keseluruhan atau sebagian)
. Jalan Tol
. Pelabuhan Laut
. Penyediaan dan distribusi air bersih
. Rumah Sakit
. Fasilitas olahraga
G. Para pemangku kepentingan dalam skema KPS
Bagan di bawah ini merupakan struktur sederhana yang menggambarkan para
pemangku kepentingan (stakeholder) utama yang terlibat dalam pelaksanaan skema
KPS, beserta hubungan antara pemangku kepentingan.

1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) merupakan pihak yang bertanggung


jawab atas penyediaan layanan kepada publik serta sebagai pihak yang melakukan
kontrak kerjasama dengan Perusahaan kPS.
2. Sponsor Ekuitas merupakan perusahaan-perusahaan swasta yang biasanya bergabung
dengan membentuk konsorsium untuk mengikuti lelang pengadaan Perusahaan
3. Perusahaan KPS merupakan Perusahaan yang khusus didirikan oleh sponsor yang
memenangkan proses pelelangan Badan usaha
4. Kontraktor merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
pembangunan
atas proyek infrastruktur dan/atau pengelolaan proyek
5. Lembaga Keuangan merupakan pemberi pinjaman yang menyediakan dana yang
cukup bagi Perusahaan kPS untuk membangun proyek kerjasama
6. Publik merupakan masyarakat sebagai pengguna akhir fasilitas atau layanan
H. 7 KUNCI SUKSES Public-Private Partnerships Ditetapkan

Sebuah kemitraan publik-swasta (P3) merupakan perjanjian kontrak antara badan


publik (federal, negara bagian atau lokal) dan badan swasta. Melalui perjanjian ini,
keterampilan dan aset masing-masing sektor (publik dan swasta) dibagi dalam
memberikan layanan atau fasilitas untuk penggunaan masyarakat umum. Selain
berbagi sumber daya, masing-masing saham pihak dalam risiko dan manfaat potensial
dalam pengiriman layanan dan / atau fasilitas.
7 Kunci Sukses P3S
Berikut ini adalah dianggap sebagai "praktik terbaik" dalam pengembangan kemitraan
publik-swasta (P3S). Hal ini diakui bahwa metodologi untuk pelaksanaan P3S dapat
bervariasi, tergantung pada sifat dari proyek tertentu dan keprihatinan lokal.
Mengingat ini, itu adalah posisi NCPPP bahwa ini adalah "praktek terbaik":
1) SEKTOR PUBLIK CHAMPION:
tokoh masyarakat diakui harus melayani sebagai juru bicara dan pendukung untuk
proyek dan penggunaan P3. juara baik-informasi dapat memainkan peran penting
dalam meminimalkan kesalahan persepsi tentang nilai kepada masyarakat dari P3
efektif dikembangkan.
2) LINGKUNGAN HUKUM:
Harus ada dasar hukum untuk pelaksanaan setiap kemitraan. Transparansi dan proses
usulan yang kompetitif harus digambarkan dalam undang-undang ini. Namun,
proposal yang tidak diminta dapat menjadi katalis positif untuk memulai kreatif,
pendekatan inovatif untuk mengatasi kebutuhan sektor publik tertentu.
3) STRUKTUR terorganisasi SEKTOR PUBLIK'S:
Sektor publik harus memiliki tim yang berdedikasi untuk proyek-proyek atau program
P3. Unit ini harus terlibat dari konseptualisasi untuk negosiasi, melalui pemantauan
akhir dari pelaksanaan kemitraan. Unit ini harus mengembangkan Permintaan untuk
Proposal (RFP) yang mencakup tujuan kinerja, tidak merancang spesifikasi.
Pertimbangan proposal harus didasarkan pada nilai terbaik, bukan harga terendah.
Menyeluruh, termasuk nilai uang (VFM) perhitungan menyediakan alat yang ampuh
untuk mengevaluasi nilai ekonomi secara keseluruhan.
4) KONTRAK Lengkap (RENCANA BISNIS):
Sebuah P3 adalah hubungan kontraktual antara sektor publik dan swasta untuk
pelaksanaan proyek atau layanan. Kontrak ini harus mencakup penjelasan rinci
tentang tanggung jawab, risiko dan manfaat dari kedua mitra publik dan swasta.
Seperti kesepakatan akan meningkatkan probabilitas keberhasilan kemitraan.
Menyadari bahwa semua kontinjensi tidak dapat diramalkan, kontrak yang baik akan
mencakup metode yang jelas penyelesaian sengketa.
5) JELAS PENDAPATAN STREAM:

Sementara mitra swasta dapat memberikan sebagian atau seluruh dana untuk
perbaikan modal, harus ada aliran pendapatan diidentifikasi cukup untuk pensiun
investasi ini dan memberikan tingkat yang dapat diterima pengembalian selama
jangka kemitraan. Aliran pendapatan dapat dihasilkan oleh berbagai dan kombinasi
sumber (biaya, tol, pembayaran ketersediaan, tol bayangan, pembiayaan kenaikan
pajak, penggunaan komersial dari aset yang kurang dimanfaatkan atau berbagai opsi
tambahan), tetapi harus cukup meyakinkan untuk panjang dari periode investasi
kemitraan.
6) STAKEHOLDER DUKUNGAN:
Lebih banyak orang akan terpengaruh oleh kemitraan dari sekedar pejabat publik dan
mitra swasta. karyawan yang terkena, bagian dari masyarakat yang menerima layanan,
pers, serikat buruh sesuai dan kelompok kepentingan yang relevan akan semua
memiliki pendapat, dan mungkin memiliki kesalahpahaman tentang kemitraan dan
nilainya untuk semua masyarakat. Hal ini penting untuk berkomunikasi secara terbuka
dan jujur dengan para pemangku kepentingan untuk meminimalkan potensi resistensi
untuk membangun kemitraan.
7) PILIH PASANGAN ANDA TELITI:
"Nilai terbaik" (tidak selalu harga termurah) dalam suatu kemitraan sangat penting
dalam menjaga hubungan jangka panjang yang merupakan pusat kemitraan yang
sukses.

Pengalaman

Seorang

kandidat

di

area

spesifik

kemitraan

yang

dipertimbangkan adalah faktor penting dalam mengidentifikasi mitra yang tepat.


Sama, kemampuan keuangan mitra swasta harus dipertimbangkan dalam proses
seleksi akhir.

Anda mungkin juga menyukai