mitra
swasta
yang
akan
melaksanakan
pembangunan
proyek
dan
menciptakan
pertumbuhan ekonomi.
C. Dasar Hukum Pelaksanaan PPP
Seharusnya, dipayungi oleh undang-undang khusus, misal: BOT Law atau PPP Law.
Seringkali, diatur melalui peraturan pemerintah atau undang-undang komersial biasa.
Kadangkala, dimungkinkan hanya karena tidak dilarang dalam undang-undang
yang berlaku.
Di Indonesia, sementara ini, diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 67 tahun
2005 (sedang dalam proses revisi/perbaikan).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 yang
mengatur tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, setidaknya terdapat 4 (empat) tujuan dalam pelaksanaan PPP sebagai
berikut. Pertama, mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam
penyediaan infrastruktur melalui pengerahan dana swasta. Kedua, meningkatkan
kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat. Ketiga,
meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur.
Keempat, mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang
diterima, atau dalam hal-hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar
pengguna.
Dalam Perpres tersebut dinyatakan bahwa pelaksanaan PPP dilakukan diantaranya
berdasarkan prinsip : adil, terbuka, transparan, dan bersaing (competition). Dengan
adanya pengadaan yang mengedepankan transparency and competition, manfaat yang
dapat diraih adalah :
Terjaminnya mendapatkan harga pasar yang terendah (lowest market prices);
sovereign guarantees;
Mengurangi risiko kegagalan proyek;
Dapat membantu tertariknya bidders yang sangat berpengalaman dan berkualitas
tinggi;
Mencegah aparat pemerintah dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
4. Kontrak Build-Operate-Transfer/BOT
BOT adalah kontrak antara instansi pemerintah dan badan usaha/swasta (special
purpose company), dimana badan usaha bertanggung jawab atas desain akhir,
pembiayaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan(O&M) sebuah proyek investasi
bidang infrastruktur selama beberapa tahun; biasanya dengan transfer aset pada
akhir masa kontrak. Umumnya, masa kontrak berlaku antara 10 sampai 30 tahun.
Beberapa variasi dengan tema sama
. BT (Build and Transfer)
. BLT (Build-Lease-Transfer)
. BOO (Build-Own-Operate)
. BTO (Build-Transfer-Operate)
. CAO (Contract-Add-Operate)
. DOT (Develop-Operate-Transfer)
. ROT (Rehab-Operate-Transfer)
. ROO (Rehab-Operate-Own)Development
Beberapa contoh Kontrak BOT:
.Pembangkit Listrik (Independent Power Producer/IPP)
.Jalan Toll
.Terminal Udara (Airports)
dan
mengoperasikan
fasilitas
baru
untuk
mengakomodasi
Sementara mitra swasta dapat memberikan sebagian atau seluruh dana untuk
perbaikan modal, harus ada aliran pendapatan diidentifikasi cukup untuk pensiun
investasi ini dan memberikan tingkat yang dapat diterima pengembalian selama
jangka kemitraan. Aliran pendapatan dapat dihasilkan oleh berbagai dan kombinasi
sumber (biaya, tol, pembayaran ketersediaan, tol bayangan, pembiayaan kenaikan
pajak, penggunaan komersial dari aset yang kurang dimanfaatkan atau berbagai opsi
tambahan), tetapi harus cukup meyakinkan untuk panjang dari periode investasi
kemitraan.
6) STAKEHOLDER DUKUNGAN:
Lebih banyak orang akan terpengaruh oleh kemitraan dari sekedar pejabat publik dan
mitra swasta. karyawan yang terkena, bagian dari masyarakat yang menerima layanan,
pers, serikat buruh sesuai dan kelompok kepentingan yang relevan akan semua
memiliki pendapat, dan mungkin memiliki kesalahpahaman tentang kemitraan dan
nilainya untuk semua masyarakat. Hal ini penting untuk berkomunikasi secara terbuka
dan jujur dengan para pemangku kepentingan untuk meminimalkan potensi resistensi
untuk membangun kemitraan.
7) PILIH PASANGAN ANDA TELITI:
"Nilai terbaik" (tidak selalu harga termurah) dalam suatu kemitraan sangat penting
dalam menjaga hubungan jangka panjang yang merupakan pusat kemitraan yang
sukses.
Pengalaman
Seorang
kandidat
di
area
spesifik
kemitraan
yang