SKRIPSI
Oleh
Agil Resa Pradana
NIM 120910201045
Setiap alasan yang melatar belakangi kerjasama lalu dirancang bentuk kerjasama
yang akan dijalankan kedua belah pihak. Seperti yang diutarakan World Bank, Bentuk-
bentuk KPS menurut Tearm KPS, 2002 : World Bank Team, 2004 tersebut secara
umum sebagai berikut.
1. Kontrak Jasa Pelayanan (Service Contract)
1.4.1 Penelitian ini bermanfaat untuk lembaga terkait sebagai tinjauan teoritis
dan masukan atas pelaksanaan Kemitraan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMI.
1.4.2 Penelitian ini bermanfaat untuk bidang akademik yakni sebagai tambahan
pengetahuan tentang Kemitraan Public dan swasta, serta memberi acuan
pada penlitian yang akan datang.
1.4.3 Penelitian ini bermanfaat bagi tambahan pengetahuan peneliti dalam hal
Kemitraan Public dan swasta.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pengertian administrasi publik menurut Dimock, Dimock & Fox (1983) adalah
produksi barang dan jasa yang direncanakan untuk melayani kebutuhan masyarakat
konsumen. Definisi tersebut melihat administrasi publik sebagai kegiatan ekonomi atau
serupa dengan bisnis, tetapi khusus menghasilkan barang dan pelayanan publik. Untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik diperlukan adanya organisasi publik.
Organisasi publik adalah konsep dasar yang merupakan jenis dari organisasi yang
dibahas peneliti. Konsep organisasi publik Menurut Ndraha (2005) adalah organisasi
yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan
civil. organisasi publik tidak murni menjalankan pelayanan saja, tapi ada yang
menjalankan bisnis namun tetap bertujuan pada pelayanan masyarakat. Jika
dianalogikan, organisasi publik dan organisasi bisnis adalah sebuah ibarat dua mata
uang yang berbeda namun bisa saling melengkapi dan mengisi satu sama lain. Pola
simbiosis mutualisme menjalankan bisnis dan pelayanan pada organisasi publik tersebut
bukan merupakan yang salah. sesuai dengan pendapat yang diutarakan Osborne dan
gaebler (1992:xix) yang dikutip kusdi (2009:52) yang menyatakan bahwa pelayanan
publik melalui birokrasi pemerintahan memerlukan transformasi lebih jauh, yaitu
mengubah paradigma yang selama ini digunakan. Mereka mengusulkan perombakan
corak pemerintahan ke arah enterpreneurial government, yaitu suatu pemerintahan yang
dijiwai dengan jiwa kewirausahaan. Hal ini menggambarkan ideologi bisnis disuntikkan
ke dalam sektor publik. Gambaran ideal pelayanan publik diharapakan dimasa
mendatang menurut mereka adalah campuran antara karakter publik dan privat, yang
pada tahap tertentu menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan orientasi
kepada pelanggan yang dalam hal ini adalah masyarakat.
2.3 New Public Management
New public management secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan
dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk memperbaiki
efisiensi, efektivitas, dan kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern (Vigoda,
2003:812).
Konsep New Public Management ini dapat dipandang sebagai suatu konsep
baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan
oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep seperti inilah maka
Christopher Hood (1995) yang dikutip Miftah Thoha (2010:75) mengatakan bahwa New
Public Management mengubah cara-cara dan model birokrasi publik yang tradisional ke
arah cara-cara dan model bisnis privat dan perkembangan pasar. Cara-cara legitimasi
birokrasi publik untuk menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi
dipraktikkan oleh New Public Management dalam birokrasi pemerintah.
Donald kettl (2000) yang dikutip Miftah Thoha (2010:75) menyebut New
Public Management sebagai “the global public management reform” yang
memfokuskan pada enam hal berikut.
1. Bagaimana pemerintah bisa menemukan cara untuk mengubah pelayanan
dari hal yang sama dan dari pasar pendapatan yang kecil.
2. Bagaimana pemerintah bisa menggunakan insentif pola pasar untuk
memperbaiki partologi birokrasi, bagaimana pemerintah bisa mengganti
mekanisme tradisional “komando-kontrol” yang birokratis dengan
strategi pasar yang mampu mengubah perilaku birokrat.
3. Bagaimana pemerintah bisa menggunakan mekanisme pasar untuk
memberikan kepada warga negara (pelanggan) alternatif yang luas untuk
memilih bentuk dan macam pelayanan publik atau paling sedikit
pemerintah bisa mendorong timbulnya keberanian untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada warganya.
4. Bagaimana pemerintah bisa membuat program yang lebih responsif.
Bagaimana pemerintah bisa melakukan desentralisasi responstabilitas
yang lebih besar dengan memberikan kepada manajer-manajer terdepan
insentif untuk memberikan pelayanan.
5. Bagaimana pemerintah bisa menyempurnakan kemampuan untuk
membuat dan merumuskan kebijakan. Bagaimana pemerintah bisa
memisahkan perannya sebagai pembeli pelayanan (kontraktor) dari
perannya sebagai pemberi pelayanan yang sesungguhnya.
6. Bagaimana pemerintah bisa memusatkan perhatiannya pada hasil dan
dampaknya (output dan outcome) ketimbang perhatiannya pada proses
dan struktur. Bagaimana mereka bisa mengganti sistem yang
menekankan pada alur atas-bawah (top-down), dan sistem yang
berorientasi pada aturan (rule-driven systems) kepada suatu sistem yang
berorientasi pada alur bawah-atas (buttom-up) dan sistem berorientasi
hasil.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa New Public
Management ini berkaitan dengan penggunaan mekanisme pasar ke dalam sektor
publik. Proses hubungan antara instansi pemerintah dengan pelanggannya dalam proses
pemberian pelayanan publik dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang
dilakukan oleh dunia pasar. Adanya New Public Management yang mengedepankan
kebutuhan pelanggan ini diharapkan mampu memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien sesuai kebutuhan pasar.
Bentuk hukum yang mengatur perusahaan daerah agar peneliti mampu lebih
rinci memaparkan adalah sebagai berikut.
Buku Panduan Komisi Ekonomi Eropa PBB atau United Nations Economic
Commission for Europe(UNECE) (2014:13-14) mengenai Menuju Tata Kelola KPS
yang Baik mendefinisikan tata kelola sebagai 'proses yang dijalankan dalam tindakan
pemerintah dan tata cara melaksanakan sesuatu, bukan hanya hasil yang dilaksanakan.
Seluruh elemen dalam Kerangka Kerja KPS yang diuraikan dalam modul ini berperan
dalam tata kelola program KPS. UNECE menjelaskan lebih lanjut bahwa tata kelola
yang baik' mencakup enam prinsip inti berikut ini:
Efisiensi – penggunaan sumber daya dengan hemat, tanpa penundaan, korupsi,
atau beban yang tidak seharusnya ditanggung oleh generasi mendatang.
Pertanggungjawaban – tingkat pertanggungjawaban aktor politik kepada
masyarakat atas tindakan mereka.
Transparansi – kejelasan dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan.
Kepatutan – pengembangan dan penerapan peraturan tanpa merugikan
masyarakat.
Kesetaraan – penerapan peraturan yang setara atas seluruh anggota masyarakat.
Partisipasi – keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.
Salah satu tujuan penetapan kerangka kerja KPS yang kokoh adalah untuk memastikan
prinsip prinsip tata kelola yang baik tersebut dijalankan dalam pelaksanaan proyek-
proyek KPS.Uraian lebih lanjut mengenai tata kelola yang baik dalam konteks KPS
dapat ditemukan dalam Buku Panduan UNECE mengenai Menuju Tata Kelola KPS
yang Baik [#262, halaman 13-14] prinsip-Prinsip Tata Kelola KPS yang Baik.
Prinsip pelaksanaan PPP sesuai Perpres No. 67 Tahun 2005 Pasal 6 adalah
sebagai berikut:
1) Adil
2) Terbuka
3) Transparan
4) Bersaing
5) Bertanggung-gugat
6) Saling menguntungkan
7) Saling mendukung
8) Saling membutuhkan
Proyek
Prioritas Persetujuan
Kontrak
KPS
Sumber. PT IIGF Persero
Sebagian besar pemerintah menetapkan proses yang harus dipatuhi dalam
mengembangkan dan melaksanakan setiap proyek KPS. Standarisasi proses KPS
membantu memastikan seluruh pengembangan KPS dijalankan sesuai dengan tujuan
pemerintah. Standarisasi juga membantu keberhasilan koordinasi antara berbagai entitas
yang terlibat. Gambar 2.1: Proses KPS yang Umum menyajikan contoh proses KPS
yang disusun dengan baik. Proses ini dibagi menjadi beberapa tahap. Proyek KPS
dikembangkan dan dinilai berulang kali dalam tahap-tahap tersebut. Setiap tahap
penting memerlukan persetujuan terlebih dahulu sebelum dapat dilanjutkan. Ada dua
alasan untuk menggunakan pendekatan berulang dalam mengembangkan suatu proyek
KPS. Pertama, pendekatan tersebut memungkinkan keterlibatan badan pengawas tepat
pada waktunya dalam memberikan persetujuan proyek. Kedua, pendekatan ini
menghindari pemborosan sumber daya untuk mengembangkan proyek-proyek yang
tidak bernilai. Mengembangkan suatu proyek KPS memakan biaya besar – pengecekan
awal guna memastikan suatu proyek memiliki prospek yang baik dapat membantu
memastikan anggaran pembangunan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
a. Pengenalan masalah
b. Seleksi masalah
c. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui surat
menyurat, telepon, kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi, AD/ART
d. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antara sesama mitra
dalam upaya mencapai tujuan, melalui diskusi, forum pertemuan , kunjungan
kedua belah pihak,dll
e. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan,tujuan dan
tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang
tersedia di masing-masing kerja,dll.Kalau ini sudah di tetapkan ,maka siap
pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang lebih
bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan
f. Menyusun rencana kerja : pembuatan penyusunan rencana kerja dan jadwal
kegiatan, pengaturan peran ,tugas dan tanggung jawab
g. Melaksanakan kegiatan terpadu : menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuin teknis, laporan berkala, dll
h. Pemantauan dan evaluasi
a. Pseudo partnership, atau kemitraan semu merupakan kerjasama dua pihak atau
lebih namun tidak sesungguhnya melakukan kerjasama yang seimbang antara
yang satu dengan lainya.
b. Mutualism partnership, atau kemitraan mutualistik merupakan kerjasama dua
pihak atau lebih yang sama sama menyadari aspek pentingnya melakukan
kemitraan yaitu untuk saling memberikan manfaat lebih sehingga tercapai tujuan
secara optimal.
c. Conjungtion partnership,atau kemitraan melalui peleburan dan pengembangan
merupakan kemitraan yang dianalogikan dari kehidupan “paramecium”. Dalam
proses kehidupanya , “paramecium” melakukan konjungsi untuk mendaptkan
energi dan kemudian terpisah untuk selanjutnya dapat melakukan pembelaan
diri.
adapun model kemitraan yang lain yang dikembangkan berdasakan atas azaz
kehidupan organisasi menurut Sulistyani (dalam Kusumadew, 2012) antara lain sebagai
berikut.
a. model sinergi atau nilai tambah ,dengan tujuan meningkatkan nilai lebih dari apa
yang dapat dicapai oleh organisasi secara mandiri
b. Model transformasi,menekankan perubuhan tujuann dan kultur mitra organisasi
dan kemampuan organisasi untuk meyakinkan mitra lain akan nilai tujuan yang
dipegangnya
c. Model pembekakan anggaran,menekankan pada kemampuan untuk memperoleh
dan menarik anggaran besar yang mempengaruhi kebijakan atau pemecahan
masalah sosial
Menury Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004),ada empat jenis atau tipekemitraan itu:
a. Potential partnership: pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli
satu sama lain tetapi belum bekerja sama secar lebih dekat
b. Nascent partnership: kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi
efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary partnership: pada kemitraan ini,partner/mitra mendapat
keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang
lingkup aktivita yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan
resource mobilization
d. Synergistic partnership: kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan
pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang
lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penilitians
BAB 3 METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2014:2), metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud
dalam hal ini adalah cara-cara yang sifatnya rasional, empiris, sistematis. Sementara itu,
Sudjana (1991:52) secara lebih teknis menjelaskan bahwa metodemerupakan suatu
penekanan strategi, proses, dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, serta
dimensi ruang dan waktu dari data yang dibutuhkan. Definisi metode menurut Usman
dan Akbar (2009:42) merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah langkah sistematis.
Metode penelitan sangat penting dalam penelitian karena hasil sebuah
penelitian akan sangat bergantung dengan pemilihan metode penelitian. Metode
penelitian yang tepat dan ilmiah akan membuat penelitian tersebut benar dan diakui.
Ibarat seseorang yang tersesat, jika tidak dapat membaca peta dan mengikuti dengan
benar maka dia akan tetap tersesat. Artinya seorang peneliti wajib mengetahui cara yang
benar untuk mendapatkan jawaban yang benar.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Jenis penelitian.
2. Tempat dan waktu penelitian.
3. Data dan sumber data.
4. Penentuan informan penelitian.
5. Teknik dan alat pengumpulan data.
6. Teknik menguji keabsahan data.
7. Teknik analisis data.
Batasan waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan oktober
tahun 2017 namun dengan waktu sasaran penelitian pada tahun 2016- 2017. Namun
sebelum tiba saat penelitian, peneliti sudah melakukan penelitian awal pada bulan
Januari 2017. Peneliti membatasi rentang waktu penelitian untuk memberikan gambaran
terkait proses kemitraan public swasta yang dilakukan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMJ.
Adapun rincian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut.
Berikut daftar sumber data primer yang diperoleh dalam penelitian ini.
a. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan direktur SDM dan Umum
PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI Djoko Santoso .
Latar belakang kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ .
Proses kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ
Kendala utama yang terjadi dalam penerapan kerjasama.
Cara mengatasi kendala yang dihadapi PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMJ untuk menerapkan kerjasama .
b. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan direktur PT. KMJ Mandra
Widyanto
Latar belakang kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ .
Proses kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ
Kendala utama yang terjadi dalam penerapan kerjasama.
Cara mengatasi kendala yang dihadapi untuk menerapkan kerjasama .
c. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan Bapak Agil selaku staff HRD
PT KMJ.
Jumlah pekerja outsourching dan jenisnya
Kendala utama bagi pekerja outsourching.
Cara mengatasi kendala yang dihadapi untuk menerapkan kerjasama .
.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung misalnya
melalui dokumen. Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat
peneliti dari hasil studi literatur dan dokumen terkait kemitraan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMJ. Berikut ini sumber data sekunder beserta informasi yang
digunakan peneliti.
1) Gambaran umum Kabupaten Jember dari buku Kabupaten Jember dalam angka
tahun 2015
2) Gambaran umum PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI 2017.
3) Gambaran umum PT KMJ 2017
4) Daftar pekerja outsourching PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ
5) Draft MOU kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ.
a. Orang yang mampu memahami suatu masalah yang diteliti dengan proses
enkulturasi yaitu proses penghayatan bukan sekedar proses mengetahui.
b. Orang yang masih berkecimpung dalam masalah berkecimpung dalam masalah
yang diteliti.
c. Orang yang memiliki waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
d. Orang yang mampu menyampaikan informasi secara lebih objektif bukan
berdasarkan subjektivitasnya.
e. Orang yang masih baru dikenal oleh peneliti sehingga peneliti dapat
menjadikannya sebagai narasumber atau guru dalam penelitiannya.
1. Observasi
Menurut Usman Dan Akbar (2003:54) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Sedangkan menurut
Faisal (1990) yang dikutip oleh Sugiyono (2013:64) observasi diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori, yaitu: observasi partisipatif, observasi terang-terangan dan tersamar, serta
observasi tak berstruktur. Penelitian ini menggunakan jenis observasi secara terang-
terangan dan tersamar. Sejak awal penelitian, peneliti berterus terang tentang maksud
dan tujuan penelitian ini. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan peneliti melakukan
observasi tersamar untuk menyelidiki data yang dirahasiakan oleh sumber data. Alat
perolehan data yang digunakan peneliti dalam observasi adalah kamera serta lembar
observasi, dimana berisi serentetan uraian yang ingin diamati dalam kegiatan penelitian.
2. Wawancara
Menurut Usman Dan Akbar (2009:57) wawancara merupakan proses tanya
jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Menurut Esterberg (2002) yang
dikutip dari Sugiyono (2014:72) mengklasifikasikan wawancara kedalam tiga kategori
yaitu: wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini
wawancara semistrukturlah yang diterapakn dengan artian pertanyaan berlangsung
bebas namun tetap dalam rangka yang jelas terkait topik penelitian tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti dalam penelitian ini. Menurut Usman Dan Akbar (2009:73)
mendefinisikan dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen.
Tabel 3.3 Daftar informasi yang dibutuhkan peneliti
No. Informasi yang Teknik pengumpulan Gambaran dan hasil
dibutuhkan data
1. Gambaran Umum Teknik Dokumentasi, Deskripsi gambaran
Kabupaten Jember yaitu dengan umum Kabupaten
menggunakan buku, Jember
Jember dalam angka
Kabupaten Jember,
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diuji serta dikoreksi dengan
banyaknya referensi yang didapat. Referensi dapat berasal dari orang lain maupun
diperoleh selama penelitian. Selama melaksanakan penelitian, peneliti mendapat
referensi dari website, skripsi terdahulu, serta dokumen terkait.
Berikut merupakan tabel mengenai daftar informasi penelitian yang diuji keabsahan
datanya.
Tabel 3.4 Daftar informasi penelitian yang diuji
Gambaran Umum
1. Kabupaten Jember Ketekunan pengamatan Gambaran umum
dan kecukupan refrensi Kabupaten Jember
Data reduction
Conclusion drawing
Gambar 3.1 Analisis Interaktif: Miles and Hubermann (1984) yang dikutip oleh
Sugiyono (2014:92)
Gambar 3.1 memberikan gambaran terkait proses analisis interaktif menurut
Miles and Huberman (1984) yang dikutip dari Sugiyono (2014:92), menyangkut data
collection (pengumpulan data), data reduction (reduksi data), data display (penyajian
data), conclusion drawing (penarikan kesimpulan atau verifikasi) seperti yang
dijelaskan di atas.
Daftar Pustaka
Thoha, Miftah. 2010. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta, hal 18
Savas, Emanuel S. (1987) Privatization The Key to Better Government. New Jersey:
Chatham House Publishers, Inc. Post Office Box One Chatham
Usman, H. & Akbar, P. S. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT bumi Aksara
www.pppnetwork.info