Anda di halaman 1dari 39

KEMITRAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA X DENGAN PT KARYA

MANUNGGAL JATI TENTANG PENYEDIA JASA PEKERJA UNTUK TENAGA


PELAYAN, SOPIR, DAN SATPAM

SKRIPSI

Oleh
Agil Resa Pradana
NIM 120910201045

Dosen Pembimbing Utama


Dr. Ardiyanto, M.Si.
NIP 195808101987021002

Dosen Pembimbing Anggota


Hermanto Rohman S.Sos.,MPA
NIP 197903032005011001

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Dalam era globalisasi saat ini pembangunan diberbagai sektor sebagai
penunjang kelangsungan tujuan bernegara memiliki peran yang sangat penting.
Pemerintah dituntut untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan
kebutuhan publik yang menjadi tanggungjawab pemerintah. Akan tetapi dalam
pelaksanaan pencapaian tujuan negara tersebut, pemerintah tidak dapat melakukannya
sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam mewujudkan
semua kebutuhan publik.
Public Private Partnership (PPP) atau biasa disebut juga dengan Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) merupakan mekanisme pembiayaan alternatif dalam
pengadaan pelayanan publik yang telah digunakan secara luas diberbagai negara
khususnya negara maju (Sekretariat A4DE, 2012:1). Terminologi kerjasama
(partnership) atau kemitraan, lazim digunakan untuk menggambarkan sebuah jalinan
kerja antara dua atau lebih individu/organisasi untuk memproduksi suatu barang (goods)
atau memberikan suatu pelayanan jasa (service delivery). Kemitraan sering juga dilihat
sebagai proses peningkatan kualitas layanan atau produk dengan atau tanpa penurunan
beban biaya (increasing quality of service and reducing cost). Dengan demikian
kemitraan dapat memainkan peran yang sangat signifikan dalam mencipatakan sebuah
nilai yang terbaik, dimana proses peningkatan mutu diharapakan terjadi tanpa
menambahkan beban biaya (Savas, 1988; Donahue, 1992). World Bank melakukan studi
mengenai Private Participation in Infrastructure (PPI) yang telah dilakukan sejak tahun
1990 sampai 2008. Telah menganalisis pada 22 negara berkembang yaitu Argentina,
Bangladesh, Brazil, Chile, China, Colombia, Egypt, India, Indonesia, Malaysia, Mexico,
Pakistan, Peru, Philipina, Polandia, Rusia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand, Turki,
Venezuela, dan Vietnam. Negara-negara berkembang tersebut telah menerapkan PPP
dalam proyek pembangunan di negaranya (Chandan, Sharma, 2012:156).
Kemitraan antara pemerintah dengan pihak swasta atau (PPP) pada hakekatnya
merupakan wujud yang ideal, karena dengan kemitraan tersebut memberikan ruang
adanya partisipasi pihak swasta untuk ikut serta mendorong program-program
pembangunan pemerintah melalui suatu hubungan kemitraan. Dalam hubungan
kemitraan didasari atas hubungan antara pelaku yang bertumpu pada ikatan usaha yang
saling menunjang dan juga dapat saling memberikan keuntungan, serta saling
menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku memiliki
potensi, keistimewaan dan kemampuan, walaupun berbeda ukuran, jenis, sifat dan juga
tempat usahanya. Dengan kelebihan maupun keterbatasan yang ada menimbulkan rasa
saling membutuhkan dalam satu ikatan hubungan kerjasama atau kamitraan.
Tri Widodo (2004) Munculnya pertimbangan perlunya memperkuat kerjasama
public privat ini, dilihat dari 3 (tiga) dimensi sebagai berikut:

1. Alasan politis: menciptakan pemerintah yang demokratis dan mendorong


perwujudan good governance and good society.
2. Alasan administratif: adanya keterbatasan sumberdaya anggaran, SDM, asset,
maupun kemampuan manajemen.
3. Alasan ekonomis: mengurangi kesenjangan atau ketimpangan, mengacu
pertumbuhan dan produktivitas, meningkatkan kualitas dan kuantitas, serta
mengurangi resiko.

Setiap alasan yang melatar belakangi kerjasama lalu dirancang bentuk kerjasama
yang akan dijalankan kedua belah pihak. Seperti yang diutarakan World Bank, Bentuk-
bentuk KPS menurut Tearm KPS, 2002 : World Bank Team, 2004 tersebut secara
umum sebagai berikut.
1. Kontrak Jasa Pelayanan (Service Contract)

2. Kontrak Manajemen (Management Contract)

3. Kontrak Sewa (Lease Contract)

4. Bangun Kelola Alih Milik / BKAM (Build Operate Transfer /BOT)

Beberapa bentuk KPS di atas harus mengikuti prinsip-prinsip yang dicanangkan.


Prinsip-prinsip ini yang terjadi dalam kemitraan, artinya kemitraan akan berjalan
dengan baik sesuai tujuan dibentuknya kemitraan apabila prinsip-prinsip ini
dilaksanakan. Kemitraan akan memberikan hasil apabila masing-masing mitra
memberikan kontribusi yang baik dan dibalas dengan perbuatan baik, ada kepercayaan,
saling menghormati antara satu mitra dengan mitra yang lain, dan program kemitraan
dijalankan oleh mitra dengan mengedepankan pengambilan keputusan bersama,
dijalankan secara transparan dan akuntabel, dilaksanakan secara berkelanjutan dan demi
kepentingan bersama. Beberapa perinsip tersebut adalah equality, respect, reciprocity
and ownership atau kesetaraan, penghormatan, berbalas dan kepemilikan (Gutierrez,
2008). Sedangkan Wanni (2010), Dochas (2010) dan Crawford (2003) menekankan
bahwa kemitraan memiliki prinsip inti yaitu:
1. Reciprocity (berbalasan)
2. Accountability (akuntabel/tanggung gugat)
3. Join decision making (pembuatan keputusan bersama)
4. Respect (penghormatan)
5. Trust (kepercayaan)
6. Transparency (transparansi)
7. Sustainability (keberlanjutan)
8. Mutual interest (kepentingan bersama)

Dengan masuknya pihak swasta dalam proyek pemerintah menyebabkan muncul


banyaknya kontrak-kontrak kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta. Dengan
adanya kerjasama tersebut diharapkan dapat memberikan dampak yang baik dalam
alokasi investasi dan juga meningkatkan kualitas pelayanan. Akan tetapi kerjasama
tersebut harus mampu menyelaraskan antara kepentingan pemerintah yang bersifat
sosial kemasyarakatan sedangkan kepentingan swasta mempunyai sifat profit oriented.

Pada Penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai hubungan kemitraan antara


PT Perkebunan Nusantara X dengan PT Karya Manunggal Jati. PT Karya Manunggal
Jati merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa outsourching tenaga kerja
dengan 3 jenis layanan security management, cleaning service dan general labor
lainnya. Integritas dan komitmen PT Karya Manunggal Jati kepada mitra kerja yang
mencapai 175 perusahaan dengan 19.000 karyawan membuat perusahaan ini mendapat
piagam penghormatan dari dinas tenaga kerja transmigrasi dan kependudukan. Hal ini
membuat PT Perkebunan Nusantara X menjalin kerjasama dengan PT Karya
Manunggal Jati tentang penyedia jasa pekerja untuk tenaga pelayan (cleaning service),
sopir (driver), dan satpam (security) yang tertera pada surat perjanjian nomor XX-
KONTR/17.003.

Kerjasama antar kedua belah pihak dilatarbelakangi karena adanya kebutuhan


dari pihak PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI untuk mempekerjakan tenaga pelayan
(cleaning service), sopir (driver), dan satpam (security) dengan sistem outsourcing.
Maka dalam ranah ini akan masuk Undang-undang No.13/2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya Bab IX tentang Hubungan Kerja, pasal 64-66 yang
memuat tentang outsourcing. pasal 64 menyatakan bahwa Perusahaan dapat
menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja kepada perusahaan lainnya melalui
perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.sedangkan Pasal 65
menyatakan sebagai berikut.

(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain


dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara
tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan;
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung

menurut semua persyaratan dalam kerjasama pubic swasta di atas maka PT


Karya Manunggal Jati dianggap memenuhi semua syarat yang tertera pada undang-
undang dan berhak menjalin kerjasama dengan PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI.
selain beberapa syarat di atasyang memang dipenuhi PT KMI, yang membuat tertarik
PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI adalah dukungan finansial dari industri
perbankan sehingga mampu memberikan extra financial support guarantee sebagai
dana talangan jika dibutuhkan yang diperuntukkan dalam pembayaran gaji dan bonus
karyawan. Sebagai perusahaan yang bergerak karena faktor utama dibidang penyedia
jasa pekerja maka sebisa mungkin hak dan aspirasi pegawai diutamakan. Kerjasama
public swasta ini telah membuat masyarakat yang sebelumnya belum bekerja menjadi
dapat kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tercatat menurut data PT
KMJ pekerja outsourching di rentang 1 Mei 2016 sampai 31 Desember 2017 mencapai
293 orang. Semua pekerja tersebut diberikan haknya selain gaji yaitu tunjangann uang
makan dan transport, tunjangann jabatan, tunjangan hari raya keagamaan, BPJS
ketenagakerjaan, BPJS kesehatan, uang lembur mengikuti aturan mitra kerja, dll apabila
ada dan ditentukan sesuai kesepakatan.
Berdasarkan beberapa hal di atas, menarik bagi peneliti untuk mendeskripsikan
Kemitraan PT Perkebunan Nusantara X Dengan PT Karya Manunggal Jati Dalam
Penyedia jasa pekerja untuk tenaga pelayan, sopir, satpam.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah menurut Kartini Kartono (1980) adalah sembarang situasi yang


memiliki sifat-sifat khas (karakteristik) yang belum mapan atau belum diketahui untuk
dipecahkan atau diketahui secara pasti. Rumusan masalah yang akan dikaji adalah
Bagaimana proses kemitraaan dilakukan antara PT Perkebunan Nusantara X dengan PT
Karya Manunggal Jati Dalam Penyediaan jasa pekerja outsourching untuk tenaga
pelayan, sopir, satpam?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian merupakan gambaran yang ingin dicapai peneliti dalam
penelitiannya. namun tujuan apa yang hendak dicapai tidak boleh menyimpang dari apa
yang sudah dicantumkan dalam perumusan masalah. Hal ini bertujuan agar penelitian
bisa fokus dan tidak keluar dari pembahasan permasalahan atau dengan kata lain
memberikan bingkai penelitian. Menurut Usman dan Akbar (2003:29) tujuan penelitian
ialah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai. sesuai definisi tujuan di atas,
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Terdiskripsikan bagaimana proses kemitraaan dilakukan antara PT Perkebunan
Nusantara X dengan PT Karya Manunggal Jati Dalam Penyediaan jasa pekerja
outsourching untuk tenaga pelayan, sopir, satpam.
2. Mengetahui jenis kerjasama apa dalam kemitraan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMI.

1.4 Manfaat Penelitian


Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki manfaat kepada lingkungan
sekitar terkait objek dan bahasan penelitiannya. Manfaat penelitian akan memberikan
kegunaan dari ranah akademis, pemerintah dan instansi terkait, serta kehidupan
masyarakat secara luas. Manfaat Secara umum ada tiga kegunaan yang diperoleh dari
penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1.4.1 Penelitian ini bermanfaat untuk lembaga terkait sebagai tinjauan teoritis
dan masukan atas pelaksanaan Kemitraan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMI.
1.4.2 Penelitian ini bermanfaat untuk bidang akademik yakni sebagai tambahan
pengetahuan tentang Kemitraan Public dan swasta, serta memberi acuan
pada penlitian yang akan datang.
1.4.3 Penelitian ini bermanfaat bagi tambahan pengetahuan peneliti dalam hal
Kemitraan Public dan swasta.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


Konsep menurut Usman dan Akbar (2003:88) adalah pengertian abstrak yang
digunakan para ilmuan sebagai komponen dalam membangun proposisi dan teori.
Konsep dasar dalam penelitian adalah bagian penting dalam sebuah penelitian. Konsep
dasar yang dibangun diharapkan mampu menjawab apa yang ingin dipertanyakan oleh
peneliti.

Diharapkan setelah tersusun dengan rapi saat seorang peneliti mampu


merumuskan konsep dasar dengan baik sehingga alur dan kerangka berpikirnya mampu
mewujudkan kerangka teoritis yang jelas maka seorang peneliti mampu
mengklasifikasikan masalah dengan lebih efektif dan benar.

Berdasarkan pada definisi konsep dasar tersebut, peneliti mencoba merangkai


konsep dasar penelitian sebagai berikut.

1. Administrasi publik dan Organisasi publik.


2. New Public Management
3. Perusahaan daerah sebagai organisasi publik.
4. Organisasi privat
5. Kemitraan Publik Swasta (Public Private Partnership)

Keenam konsep dasar tersebut diharapkan mampu membentuk kerangka berpikir


peneliti yang dapat mempermudah peneliti untuk menemukan jawaban atas suatu
permasalahan penelitian yang dirumuskan. Dengan kata lain, konsep administrasi publik
& organisasi publik, New Public Management, perusahaan daerah sebagai organisasi
publik, organisasi privat, dan kemitraan public swasta menjadi gambaran umum
peneliti untuk mengkaji lebih lanjut terkait kemitraan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI DAN PT KMJ.

2.2 Administrasi Publik & Organisasi Publik

Pengertian administrasi publik menurut Dimock, Dimock & Fox (1983) adalah
produksi barang dan jasa yang direncanakan untuk melayani kebutuhan masyarakat
konsumen. Definisi tersebut melihat administrasi publik sebagai kegiatan ekonomi atau
serupa dengan bisnis, tetapi khusus menghasilkan barang dan pelayanan publik. Untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik diperlukan adanya organisasi publik.
Organisasi publik adalah konsep dasar yang merupakan jenis dari organisasi yang
dibahas peneliti. Konsep organisasi publik Menurut Ndraha (2005) adalah organisasi
yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan
civil. organisasi publik tidak murni menjalankan pelayanan saja, tapi ada yang
menjalankan bisnis namun tetap bertujuan pada pelayanan masyarakat. Jika
dianalogikan, organisasi publik dan organisasi bisnis adalah sebuah ibarat dua mata
uang yang berbeda namun bisa saling melengkapi dan mengisi satu sama lain. Pola
simbiosis mutualisme menjalankan bisnis dan pelayanan pada organisasi publik tersebut
bukan merupakan yang salah. sesuai dengan pendapat yang diutarakan Osborne dan
gaebler (1992:xix) yang dikutip kusdi (2009:52) yang menyatakan bahwa pelayanan
publik melalui birokrasi pemerintahan memerlukan transformasi lebih jauh, yaitu
mengubah paradigma yang selama ini digunakan. Mereka mengusulkan perombakan
corak pemerintahan ke arah enterpreneurial government, yaitu suatu pemerintahan yang
dijiwai dengan jiwa kewirausahaan. Hal ini menggambarkan ideologi bisnis disuntikkan
ke dalam sektor publik. Gambaran ideal pelayanan publik diharapakan dimasa
mendatang menurut mereka adalah campuran antara karakter publik dan privat, yang
pada tahap tertentu menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan orientasi
kepada pelanggan yang dalam hal ini adalah masyarakat.
2.3 New Public Management
New public management secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan
dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk memperbaiki
efisiensi, efektivitas, dan kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern (Vigoda,
2003:812).

Konsep New Public Management ini dapat dipandang sebagai suatu konsep
baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan
oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep seperti inilah maka
Christopher Hood (1995) yang dikutip Miftah Thoha (2010:75) mengatakan bahwa New
Public Management mengubah cara-cara dan model birokrasi publik yang tradisional ke
arah cara-cara dan model bisnis privat dan perkembangan pasar. Cara-cara legitimasi
birokrasi publik untuk menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi
dipraktikkan oleh New Public Management dalam birokrasi pemerintah.
Donald kettl (2000) yang dikutip Miftah Thoha (2010:75) menyebut New
Public Management sebagai “the global public management reform” yang
memfokuskan pada enam hal berikut.
1. Bagaimana pemerintah bisa menemukan cara untuk mengubah pelayanan
dari hal yang sama dan dari pasar pendapatan yang kecil.
2. Bagaimana pemerintah bisa menggunakan insentif pola pasar untuk
memperbaiki partologi birokrasi, bagaimana pemerintah bisa mengganti
mekanisme tradisional “komando-kontrol” yang birokratis dengan
strategi pasar yang mampu mengubah perilaku birokrat.
3. Bagaimana pemerintah bisa menggunakan mekanisme pasar untuk
memberikan kepada warga negara (pelanggan) alternatif yang luas untuk
memilih bentuk dan macam pelayanan publik atau paling sedikit
pemerintah bisa mendorong timbulnya keberanian untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada warganya.
4. Bagaimana pemerintah bisa membuat program yang lebih responsif.
Bagaimana pemerintah bisa melakukan desentralisasi responstabilitas
yang lebih besar dengan memberikan kepada manajer-manajer terdepan
insentif untuk memberikan pelayanan.
5. Bagaimana pemerintah bisa menyempurnakan kemampuan untuk
membuat dan merumuskan kebijakan. Bagaimana pemerintah bisa
memisahkan perannya sebagai pembeli pelayanan (kontraktor) dari
perannya sebagai pemberi pelayanan yang sesungguhnya.
6. Bagaimana pemerintah bisa memusatkan perhatiannya pada hasil dan
dampaknya (output dan outcome) ketimbang perhatiannya pada proses
dan struktur. Bagaimana mereka bisa mengganti sistem yang
menekankan pada alur atas-bawah (top-down), dan sistem yang
berorientasi pada aturan (rule-driven systems) kepada suatu sistem yang
berorientasi pada alur bawah-atas (buttom-up) dan sistem berorientasi
hasil.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa New Public
Management ini berkaitan dengan penggunaan mekanisme pasar ke dalam sektor
publik. Proses hubungan antara instansi pemerintah dengan pelanggannya dalam proses
pemberian pelayanan publik dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang
dilakukan oleh dunia pasar. Adanya New Public Management yang mengedepankan
kebutuhan pelanggan ini diharapkan mampu memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien sesuai kebutuhan pasar.

2.4 Perusahaan Daerah Sebagai Organisasi Publik


Konsep Perusahaan Daerah menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992
tentang Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan
kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan
Undang-Undang. Tujuan dibentuknya perusahaan daerah menurut Kepmendagri Nomor
3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD, yaitu bersifat memberi jasa,
menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan memupuk pendapatan. Dari tujuan tersebut
dapat disimpulkan bahwa perusahaan daerah merupakan organisasi publik yang juga
menjalankan bisnis untuk keberlangsungan pelayanan masyarakat dan pendapatan bagi
pemerintah. Konsep perusahaan daerah adalah kata lain dari Badan Usaha Milik Daerah
yang menjadi objek penelitian ini. Secara nomenklatur berubah menjadi Badan Usaha
Milik Daerah atau disingkat BUMD. Istilah BUMD baru muncul setelah terbitnya
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Sebelum adanya BUMD, lebih sering menggunakan
nomenklatur Perusahaan Daerah, hal ini sebagaimana terdapat pada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Namun karena tetap dipakainya
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1962 dapat dikatakan tetap perusahaan daerah juga.

Bentuk hukum yang mengatur perusahaan daerah agar peneliti mampu lebih
rinci memaparkan adalah sebagai berikut.

a) UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah


Landasan hukum utama bagi BUMD adalah mengacu pada Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (PD) yang berlaku sampai saat
ini. Berdasarkan ketentuan ini status BUMD sebagai Perusahaan Daerah adalah
perusahaan yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan
daerah yang dipisahkan.
b) Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
Ditegaskan dalam peraturan pemerintah ini mengenai kewenangan pemerintah
daerah dalam membentuk dan mengelola BUMD setelah sebelumnya dibuat
dahulu UU Nomor 5 tahun 1962
c) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Diatur juga dalam Undang-undang ini yang menyatakan bahwa “Badan Usaha
Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.”
d) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pada Undang-Undang ini juga menegaskan adanya perusahaan daerah. Isi
pernyataan penegasan perusahaan daerah pada undang-undang ini adalah
sebagai berikut.

“Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian


modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.”

2.6 Kemitraan publik swasta


2.6.1 Pengertian Kemitraan Public Swasta
OECD (1990:18) mendifinisakan kemitraan sebagai system kerjasama formal.
didasarkan pada aturan hukum yang mengikat atau pemahaman informal,hubungan
kerjasama dan saling mengadopsi rencana dari sejumlah lembaga.Mereka melibatkan
kesepakatan tentang tujuan kebijakan dan tanggung jawab ,sumber daya,resiko dan
manfaat atas periode tertentu.

Hutchinson dan Campbell (1998:9) menyatakan bahwa ada beberapa konsensus


mendefinisikan : kemitraan menyatukan koalisi kepentingan diambil dari lebih dari satu
sektor untuk menghasilkan kesepakatan : kemitraan memiliki tujuan umum dan strategi
untuk mencapainya; berbagi resiko kemitraan, sumber daya dan keterampilan;
kemitraan mencapai saling menguntungkan dan sinergi.
sedangkan secara khusus William J. Parente dalam jurnal McQuaid, R.W.,
Lindsay, C., Dutton, M. and McCracken, M. (2006:163) mendefinisikan kemitraan
public swasta (PPP) adalah
”an agreement or contract, between a public entity and a private
party, under which : (a) private party undertakes government
function for specified period of time, (b) the private party receives
compensation for performing the function, directly or indirectly, (c)
the private party is liable for the risks arising from performing the
function and, (d) the public facilities, land or other resources may
be transferred or made available to the private party.”
Menurut pengertian di atas kemitraan public swasta adalah perjanjian atau kontrak,
antara entitas public dan pihak swasta, kondisi dimana Pihak swasta melaksanakan
sebagian fungsi pemerintah selama waktu tertentu, Pihak swasta menerima kompensasi
atas pelaksanaan fungsi tersebut, secara langsung maupun tidak langsung, Pihak swasta
bertanggung jawab atas risiko yang timbul akibat pelaksanaan fungsi tersebut, Fasilitas
pemerintah, lahan atau asset lainnya dapat diserahkan atau digunakan oleh pihak swasta
masa kontrak.

2.3.3 Prinsip Kemitraan

Buku Panduan Komisi Ekonomi Eropa PBB atau United Nations Economic
Commission for Europe(UNECE) (2014:13-14) mengenai Menuju Tata Kelola KPS
yang Baik mendefinisikan tata kelola sebagai 'proses yang dijalankan dalam tindakan
pemerintah dan tata cara melaksanakan sesuatu, bukan hanya hasil yang dilaksanakan.
Seluruh elemen dalam Kerangka Kerja KPS yang diuraikan dalam modul ini berperan
dalam tata kelola program KPS. UNECE menjelaskan lebih lanjut bahwa tata kelola
yang baik' mencakup enam prinsip inti berikut ini:
 Efisiensi – penggunaan sumber daya dengan hemat, tanpa penundaan, korupsi,
atau beban yang tidak seharusnya ditanggung oleh generasi mendatang.
 Pertanggungjawaban – tingkat pertanggungjawaban aktor politik kepada
masyarakat atas tindakan mereka.
 Transparansi – kejelasan dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan.
 Kepatutan – pengembangan dan penerapan peraturan tanpa merugikan
masyarakat.
 Kesetaraan – penerapan peraturan yang setara atas seluruh anggota masyarakat.
 Partisipasi – keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.
Salah satu tujuan penetapan kerangka kerja KPS yang kokoh adalah untuk memastikan
prinsip prinsip tata kelola yang baik tersebut dijalankan dalam pelaksanaan proyek-
proyek KPS.Uraian lebih lanjut mengenai tata kelola yang baik dalam konteks KPS
dapat ditemukan dalam Buku Panduan UNECE mengenai Menuju Tata Kelola KPS
yang Baik [#262, halaman 13-14] prinsip-Prinsip Tata Kelola KPS yang Baik.
Prinsip pelaksanaan PPP sesuai Perpres No. 67 Tahun 2005 Pasal 6 adalah
sebagai berikut:

1) Adil
2) Terbuka
3) Transparan
4) Bersaing
5) Bertanggung-gugat
6) Saling menguntungkan
7) Saling mendukung
8) Saling membutuhkan

Transparansi dan kompetisi dalam Public Private Partnership:


1) Harga pasar yang terendah
2) Diterimanya proyek tersebut oleh masyarakat umum
3) Meningkatkan pembiayaan tanpa jaminan pemerintah
4) Menurunkan biaya pendanaan
5) Mengurangi risiko kegagalan proyek
6) Mudah memperoleh perijinan proyek
7) Menarik pihak swasta yang berkualitas dan berpengalaman
8) Mengurangi KKN
9) Meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi
2.3.3 Langkah – langkah kemitraan

Gambar 2.2: Proses KPS Secara Umum menurut PT IIGF (2014:16)

Tahap Perkembangan menuju Perkembangan menuju

Kontrak KPS Keputusan Investasi


Identifikasi

Proyek
Prioritas Persetujuan

Penyaringan Kasus Bisnis


• Menyaring Potensi KPS proyek prioritas Konsep
sebagai ‘Strategis’ atau
Awal
garis besar Persiapan sebagai
KPS
Penyusunan Struktur KPS KPS

• Identifikasi risiko Persyaratan


• Alokasi risiko dan tanggung jawab Kasus
Penilaian KPS Persetujuan
• Kelayakan Proyek Komersial Bisnis
• Kelaikan komersial KPS Utama
• Apakah KPS akan menghasilkan nilai yang
sepadan dengan biaya
Melanjutkan
• Apakah KPS dapat
dipertanggungjawabkan secara fiskal transaksi
• Menentukan persyaratan kinerja
• Menentukan mekanisme pembayaran
• Menyusun mekanisme penyesuaian Persyaratan
Desain • Menetapkan mekanisme penyelesaian
sengketa Kontrak
Kontrak KPS
• Menyusun ketentuan pengakhiran
• Memutuskan strategi pengadaan KPS
• Memasarkan KPS Persetujuan
Pengelolaan • Menentukan peserta lelang yang Kontrak Keputusan
memenuhi kualifikasi
• Mengelola proses lelang
Transaksi KPS Final Final
• Mencapai penutupan transaksi keuangan
Menandatangani
KPS
Kontrak
• Menetapkan struktur pengelolaan kontrak
• Memantau dan mengelola pelaksanaan dan
Pengelolaan risiko KPS
• Menangani perubahan

Kontrak

KPS
Sumber. PT IIGF Persero
Sebagian besar pemerintah menetapkan proses yang harus dipatuhi dalam
mengembangkan dan melaksanakan setiap proyek KPS. Standarisasi proses KPS
membantu memastikan seluruh pengembangan KPS dijalankan sesuai dengan tujuan
pemerintah. Standarisasi juga membantu keberhasilan koordinasi antara berbagai entitas
yang terlibat. Gambar 2.1: Proses KPS yang Umum menyajikan contoh proses KPS
yang disusun dengan baik. Proses ini dibagi menjadi beberapa tahap. Proyek KPS
dikembangkan dan dinilai berulang kali dalam tahap-tahap tersebut. Setiap tahap
penting memerlukan persetujuan terlebih dahulu sebelum dapat dilanjutkan. Ada dua
alasan untuk menggunakan pendekatan berulang dalam mengembangkan suatu proyek
KPS. Pertama, pendekatan tersebut memungkinkan keterlibatan badan pengawas tepat
pada waktunya dalam memberikan persetujuan proyek. Kedua, pendekatan ini
menghindari pemborosan sumber daya untuk mengembangkan proyek-proyek yang
tidak bernilai. Mengembangkan suatu proyek KPS memakan biaya besar – pengecekan
awal guna memastikan suatu proyek memiliki prospek yang baik dapat membantu
memastikan anggaran pembangunan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Kemitraan memberikan nilai tambah kekuatan kepada masing-masing sektor


untuk melaksanakan visi dan misalnya. Namun kemitaan juga merupakan suatu
pendekatan yang memerlukan persyaratan ,untuk itu diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Pengenalan masalah
b. Seleksi masalah
c. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui surat
menyurat, telepon, kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi, AD/ART
d. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antara sesama mitra
dalam upaya mencapai tujuan, melalui diskusi, forum pertemuan , kunjungan
kedua belah pihak,dll
e. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan,tujuan dan
tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang
tersedia di masing-masing kerja,dll.Kalau ini sudah di tetapkan ,maka siap
pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang lebih
bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan
f. Menyusun rencana kerja : pembuatan penyusunan rencana kerja dan jadwal
kegiatan, pengaturan peran ,tugas dan tanggung jawab
g. Melaksanakan kegiatan terpadu : menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuin teknis, laporan berkala, dll
h. Pemantauan dan evaluasi

2.3.5 Model – model kemitraan dan jenis kemitraan

Jenis-Jenis Kontrak KPS


Sepanjang Pedoman Referensi ini, KPS dijabarkan berdasarkan tiga parameter
umum: pertama, jenis aset yang terlibat; kedua fungsi-fungsi yang merupakan tanggung
jawab pihak swasta; dan ketiga; mekanisme pembayaran pihak swasta. Banyak KPS
melibatkan penyediaan aset-aset baru – seringkali disebut sebagai proyek “greenfield”.
Sebagai contoh, program KPS Kerajaan Inggris – yang dikenal sebagai Inisiatif
Pembiayaan Swasta atau Private Finance Initiative ("PFI") – melibatkan perusahaan-
perusahaan swasta dalam pembiayaan, pembangunan, dan pengelolaan aset-aset publik
baru, mulai dari sekolah dan rumah sakit hingga fasilitas pertahanan. KPS juga dapat
digunakan untuk mengalihkan tanggung jawab untuk meningkatkan dan mengelola aset-
aset yang telah tersedia kepada perusahaan swasta – proyek jenis ini dikenal sebagai
proyek “brownfield”. Dalam kedua kasus tersebut, fitur utama KPS adalah spesifikasi
penyediaan aset atau layanan tersebut ditentukan berdasarkan output dan bukan input –
dalam arti, penekanan lebih terletak pada penentuan aset atau layanan yang diperlukan
dibandingkan tata cara pelaksanaannya.
Karakteristik pokok suatu kontrak KPS adalah penggabungan beberapa tahap
atau fungsi proyek. Meskipun demikian, fungsi-fungsi yang merupakan tanggung jawab
pihak swasta bervariasi dan mungkin tergantung kepada jenis aset dan layanan yang
terlibat. Fungsi-fungsi umum dapat mencakup:
 Desain (juga dikenal sebagai pekerjaan “rekayasa”) – yang mengacu kepada
pengembangan proyek mulai dari konsep awal dan persyaratan output hingga
spesifikasi desain siap bangun.
 Konstruksi atau Rehabilitasi – bilamana KPS digunakan dalam penyediaan
aset infrastruktur baru, pada umumnya KPS mewajibkan pihak swasta untuk
melaksanakan konstruksi aset dan pemasangan seluruh peralatan. Dalam hal
KPS melibatkan aset yang telah tersedia, pihak swasta mungkin diharapkan
bertanggung jawab atas pelaksanaan rehabilitasi atau peningkatan aset.
 Pembiayaan – bilamana KPS mencakup pelaksanaan konstruksi atau
rehabilitasi aset, pihak swasta pada umumnya juga diwajibkan untuk
membiayai seluruh atau sebagian belanja modal yang diperlukan, sebagaimana
dijelaskan lebih lanjut dalam Bab 1.4.
 Pemeliharaan – bilamana KPS mendelegasikan tanggung jawab untuk
memelihara suatu aset infrastruktur menurut standar yang telah ditentukan
sepanjang periode kontrak kepada pihak swasta. Hal ini pada umumnya
dipandang sebagai fitur penentu kon trak KPS.
 Pengoperasian – tanggung jawab pengoperasian pihak swasta dalam suatu
KPS dapat berbeda secara signifikan, tergantung kepada sifat aset yang
mendasarinya serta sifat layanan terkait. Sebagai contoh, pihak swasta
mungkin bertanggung jawab atas:
- Pengoperasian teknis suatu aset dan penyediaan jasa kepada pemerintah
yang merupakan pembeli wajib – contohnya, fasilitas pengolahan air
minum;
- Pengoperasian teknis suatu aset dan penyediaan layanan secara
langsung kepada pengguna – contohnya, KPS untuk sistem distribusi air;
- Penyediaan jasa pendukung, sementara badan pemerintah tetap
bertanggung jawab untuk menyampaikan layanan kepada pengguna –
contohnya, KPS untuk bangunan sekolah yang mencakup layanan
kebersihan.
Sedangkan Model kemitraan oleh Sulistyani (dalam Kusumadewi,2012)
diilhami dari fenomena biologis kehidupan oraginisme dan mencoba mengatakanya ke
dalam pemahaman yang kemudian dibedakan menjadi beberapa model berikut.

a. Pseudo partnership, atau kemitraan semu merupakan kerjasama dua pihak atau
lebih namun tidak sesungguhnya melakukan kerjasama yang seimbang antara
yang satu dengan lainya.
b. Mutualism partnership, atau kemitraan mutualistik merupakan kerjasama dua
pihak atau lebih yang sama sama menyadari aspek pentingnya melakukan
kemitraan yaitu untuk saling memberikan manfaat lebih sehingga tercapai tujuan
secara optimal.
c. Conjungtion partnership,atau kemitraan melalui peleburan dan pengembangan
merupakan kemitraan yang dianalogikan dari kehidupan “paramecium”. Dalam
proses kehidupanya , “paramecium” melakukan konjungsi untuk mendaptkan
energi dan kemudian terpisah untuk selanjutnya dapat melakukan pembelaan
diri.

adapun model kemitraan yang lain yang dikembangkan berdasakan atas azaz
kehidupan organisasi menurut Sulistyani (dalam Kusumadew, 2012) antara lain sebagai
berikut.

a. Subordinate unioun of partnership , kemitraan semacam ini terjadi antara dua


pihak atau lebih yang memiliki status ,kemampuan ,atau kekuatan yang tidak
seimbang satu saama lain.
b. Linear union of partnership ,kerjasama ini dilakukan oleh organisasi atau
para pihak yang memiliki persamaan secara relatif ,baik
tujuan,misi,besaran/volume usaha atau organisasi ,status,dan legalitas.
c. Linear collaborative of partnership,kemitraan ini tidak membedakan besaran
atau volume,status/legalitas,atau kekuatan para pihak yang bermitra. Yang
menjadi tekanan utama adalah visi misi yang saling mengisi satu dengan
yang lainya.

Goddar , dengan mengutip kategori Lyon,mengemukakan empat model relasi


pemerintah dengan organisasi sektor ketiga,khususnya dalam bidang pendanaan dalm
pelayanan sosial.

a. Model philanthrosip : Pemerintah memberikan dukungan terhadap suatu


proyek setelah didekati oleh organisasi masyarakat.
b. Model submission: Pemerintah menyediakan dana secukupnya untuk suatu
proyek dan organisasi sektor ketiga menentukan lokasi pelayanan
c. Model planning: Pemerintah menentukan secara penuh rencana dan lokasi
proyek
d. Model penawaran bersaing: Pemerintah menentukan perangkat aturan dan
standar dan sekaligus memantau penyediaan pelayanan (yang dilakukan oleh
organisasi sektor ketiga)

Mengutip mcintosh, Goddars mengemukakan tiga tipe kemitraan dengan dasar


perbedaan rasional.

a. model sinergi atau nilai tambah ,dengan tujuan meningkatkan nilai lebih dari apa
yang dapat dicapai oleh organisasi secara mandiri
b. Model transformasi,menekankan perubuhan tujuann dan kultur mitra organisasi
dan kemampuan organisasi untuk meyakinkan mitra lain akan nilai tujuan yang
dipegangnya
c. Model pembekakan anggaran,menekankan pada kemampuan untuk memperoleh
dan menarik anggaran besar yang mempengaruhi kebijakan atau pemecahan
masalah sosial

Menury Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004),ada empat jenis atau tipekemitraan itu:

a. Potential partnership: pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli
satu sama lain tetapi belum bekerja sama secar lebih dekat
b. Nascent partnership: kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi
efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary partnership: pada kemitraan ini,partner/mitra mendapat
keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang
lingkup aktivita yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan
resource mobilization
d. Synergistic partnership: kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan
pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang
lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penilitians
BAB 3 METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2014:2), metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud
dalam hal ini adalah cara-cara yang sifatnya rasional, empiris, sistematis. Sementara itu,
Sudjana (1991:52) secara lebih teknis menjelaskan bahwa metodemerupakan suatu
penekanan strategi, proses, dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, serta
dimensi ruang dan waktu dari data yang dibutuhkan. Definisi metode menurut Usman
dan Akbar (2009:42) merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah langkah sistematis.
Metode penelitan sangat penting dalam penelitian karena hasil sebuah
penelitian akan sangat bergantung dengan pemilihan metode penelitian. Metode
penelitian yang tepat dan ilmiah akan membuat penelitian tersebut benar dan diakui.
Ibarat seseorang yang tersesat, jika tidak dapat membaca peta dan mengikuti dengan
benar maka dia akan tetap tersesat. Artinya seorang peneliti wajib mengetahui cara yang
benar untuk mendapatkan jawaban yang benar.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.

1. Jenis penelitian.
2. Tempat dan waktu penelitian.
3. Data dan sumber data.
4. Penentuan informan penelitian.
5. Teknik dan alat pengumpulan data.
6. Teknik menguji keabsahan data.
7. Teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian adalah suatu metode yang digunakan untuk memberi pilihan
bagi peneliti dalam menentukan beberapa prosedur penelitian yang dilakukan. Dalam
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:22), jenis penelitian
merupakan penegasan tentang kategori penelitian yang akan dilakukan. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Menurut Usman & Akbar (2009:4) penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang bertujuan untuk membuat pemberian sistematis, faktual, dan akurat
tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Penjelasan lain disampaikan
Arikunto (2003:310) yang dikutip dari Prastowo (2012:111) bahwa metode deskriptif
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, akan tetapi hanya untuk
menggambarkan keadaan riil tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan objek
penelitian. Sesuai definisi tersebut, penelitian ini dilakukan bukan untuk menguji
hipotesis tertentu, akan tetapi hanya untuk menggambarkan keadaan riil proses
kemitraan public swasta antara PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ.

Sedangkan definisi penelitian kualitatif menurut Moleong (2004:6)


mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks yang yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. senada dengan pendapat moleong,
Sugiyono (2014:8) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai suatu metode
penelitian naturalistik karena penelitian didasarkan pada kondisi alamiah. Berangkat
dari definisi tersebut, penelitian ini berupaya memberi gambaran dan uraian secara jelas
tentang proses kemitraan public swasta antara PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI
dan PT KMJ yang Secara sistematis, faktual, holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan
metode ilmiah.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat dan waktu adalah hal penting dalam sebuah penelitian. Bisa
dibayangkan jika tempat dan waktu salah walaupun yang dibahas adalah pada satu
bahasan fokus yang sama. Karena kemungkinan antara satu tempat dengan tempat yang
lain untuk sama fokusnya sangat jarang. Apalagi terjadi dalam waktu yang sama juga.
Jadi bisa disimpulkan bahwa tempat dan waktu sangat mempengaruhi hasil penelitian.
Menurut buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah (2012:23), tempat dan waktu penelitian
mencakup lokasi sasaran dan kurun waktu penelitian. Pada penelitian ini, peneliti
menentukan PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMI sebagai tempat atau
lokasi penelitian. PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ dipilih sebagai
lokasi penelitian dengan sekian pertimbangan dan alasan sebagai berikut.

1. Belum ada penelitian di PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ


yang mengkaji secara mendalam terkait proses Kemitraan Publik swasta di
instansi tersebut.
2. Mudah memperoleh data dari PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ karena apa yang dibahas didalam penelitian lebih kepada masalah positif
yang dapat bermanfaat bagi instansi terkait dalam menambah citra kedua
perusahaan.
3. Jangkauan peneliti yang dekat dalam meneliti kerjasama PTPN X UNIT
KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ.

Batasan waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan oktober
tahun 2017 namun dengan waktu sasaran penelitian pada tahun 2016- 2017. Namun
sebelum tiba saat penelitian, peneliti sudah melakukan penelitian awal pada bulan
Januari 2017. Peneliti membatasi rentang waktu penelitian untuk memberikan gambaran
terkait proses kemitraan public swasta yang dilakukan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMJ.
Adapun rincian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Waktu pelaksanaan penelitian


No Tahapan ags Se Ok no des Jan feb Ma apr Mei
. Kegiatan p t v r
Penelitian
1. Pengajuan v
Judul
2. Penyusunan v V V
dan revisi
proposal
3. Seminar V
proposal
4. Pengurusan V
surat izin
penelitian
5. Membuat V
pedoman
wawancara
6. Tahap v V V V v v
observasi
lapangan
7. Tahap V
pengelolaan
dan
penyusunan
data
8. Tahap V
penulisan hasil
penelitian
Sumber : Penulisan berdasarkan agenda kegiatan penelitian, 2017-2018

3.3 Data dan Sumber Data


Data memegang peranan penting dalam penelitian. Tanpa adanya data yang
tersedia, sebuah penelitian tidak dapat dilaksanakan. Hal ini karena data yang lengkap
dan valid berfungsi sebagai sumber informasi mengenai teori maupun objek dan
bahasan penelitian yang disajikan, dianalisis dan diuji keabsahannya sehingga mampu
menjawab masalah penelitian. Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Universitas Jember (2012:23) data adalah himpunan fakta dan informasi yang dapat
berbentuk angka maupun deskripsi yang berasal dari sumber data. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang menurut Silalahi (2012:284) data
kualitatif adalah data yang dalam bentuk bukan angka.Pengertian sumber data menurut
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:23) adalah penjelasan
mengenai sumber atau asal data penelitian yang diperoleh. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber data yang meliputi.
1. Data primer
Data primer merupakan data yang secara langsung dikumpulkan oleh peneliti
sebagai bahan analisis penelitian dari responden atau dari berbagai eksperimen yang
dilakukan sendiri. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara mendalam dengan sejumlah narasumber. Yang dimaksud dengan
wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
atau panduan wawancara (Nazir, 1999:234).

Berikut daftar sumber data primer yang diperoleh dalam penelitian ini.
a. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan direktur SDM dan Umum
PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI Djoko Santoso .
 Latar belakang kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ .
 Proses kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ
 Kendala utama yang terjadi dalam penerapan kerjasama.
 Cara mengatasi kendala yang dihadapi PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMJ untuk menerapkan kerjasama .
b. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan direktur PT. KMJ Mandra
Widyanto
 Latar belakang kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ .
 Proses kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ
 Kendala utama yang terjadi dalam penerapan kerjasama.
 Cara mengatasi kendala yang dihadapi untuk menerapkan kerjasama .
c. Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan Bapak Agil selaku staff HRD
PT KMJ.
 Jumlah pekerja outsourching dan jenisnya
 Kendala utama bagi pekerja outsourching.
 Cara mengatasi kendala yang dihadapi untuk menerapkan kerjasama .
.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung misalnya
melalui dokumen. Sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat
peneliti dari hasil studi literatur dan dokumen terkait kemitraan PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT KMJ. Berikut ini sumber data sekunder beserta informasi yang
digunakan peneliti.

1) Gambaran umum Kabupaten Jember dari buku Kabupaten Jember dalam angka
tahun 2015
2) Gambaran umum PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI 2017.
3) Gambaran umum PT KMJ 2017
4) Daftar pekerja outsourching PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ
5) Draft MOU kerjasama PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ.

3.4 Penentuan Informan Penelitian


Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (2012:23), informan adalah
orang yang menguasai dan memahami objek penelitian dan mampu menjelaskan secara
rinci masalah yang diteliti. Menurut faisal (1990) yang dikutip oleh sugiyono
(2011;221) informan penelitian sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Orang yang mampu memahami suatu masalah yang diteliti dengan proses
enkulturasi yaitu proses penghayatan bukan sekedar proses mengetahui.
b. Orang yang masih berkecimpung dalam masalah berkecimpung dalam masalah
yang diteliti.
c. Orang yang memiliki waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
d. Orang yang mampu menyampaikan informasi secara lebih objektif bukan
berdasarkan subjektivitasnya.
e. Orang yang masih baru dikenal oleh peneliti sehingga peneliti dapat
menjadikannya sebagai narasumber atau guru dalam penelitiannya.

Pengambilan informan berdasar aktor-aktor yang terlibat langsung dan


mengetahui latar belakang dilakukan PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT
KMJ. Beberapa informan yang akan menjadi informan kunci dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.2 Daftar nama informan dalam penelitian
No. Nama Jabatan
1. Ir Djoko Santoso Direktur PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI
2. Mandra Widyanto Direktur PT KMJ
3. Agil Resa P Staff HRD PT KMJ
Sumber : Penulis berdasarkan hasil dokumentasi kegiatan wawancara, 2017

3.5 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data


Teknik dan alat perolehan data menurut buku pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(2012:24), merupakan suatu uraian yang menjelaskan cara serta instrument atau alat
yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data
dapat berupa observasi, dokumentasi, wawancara, survei, angket atau pengukuran.
Sedangkan alat untuk pengumpulan data dapat berupa alat perekam, alat ukur, draf
wawancara atau alat elektronik. Teknik dan alat pengumpulan digunakan dalam
penelitian untuk menggali data-data relevan yang dibutuhkan dalam penelitian.Teknik
dan alat perolehan data yang digunakan oleh setiap peneliti akan berbeda-beda sesuai
dengan jenis penelitian, masalah penelitian, serta jenis data yang dibutuhkan. Sesuai
dengan definisi dan keterangan mengenai teknik pengumpulan tersebut, peneliti dalam
penelitian ini menggunakan teknik penelitian yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Observasi
Menurut Usman Dan Akbar (2003:54) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Sedangkan menurut
Faisal (1990) yang dikutip oleh Sugiyono (2013:64) observasi diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori, yaitu: observasi partisipatif, observasi terang-terangan dan tersamar, serta
observasi tak berstruktur. Penelitian ini menggunakan jenis observasi secara terang-
terangan dan tersamar. Sejak awal penelitian, peneliti berterus terang tentang maksud
dan tujuan penelitian ini. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan peneliti melakukan
observasi tersamar untuk menyelidiki data yang dirahasiakan oleh sumber data. Alat
perolehan data yang digunakan peneliti dalam observasi adalah kamera serta lembar
observasi, dimana berisi serentetan uraian yang ingin diamati dalam kegiatan penelitian.
2. Wawancara
Menurut Usman Dan Akbar (2009:57) wawancara merupakan proses tanya
jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Menurut Esterberg (2002) yang
dikutip dari Sugiyono (2014:72) mengklasifikasikan wawancara kedalam tiga kategori
yaitu: wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini
wawancara semistrukturlah yang diterapakn dengan artian pertanyaan berlangsung
bebas namun tetap dalam rangka yang jelas terkait topik penelitian tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti dalam penelitian ini. Menurut Usman Dan Akbar (2009:73)
mendefinisikan dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen.
Tabel 3.3 Daftar informasi yang dibutuhkan peneliti
No. Informasi yang Teknik pengumpulan Gambaran dan hasil
dibutuhkan data
1. Gambaran Umum Teknik Dokumentasi, Deskripsi gambaran
Kabupaten Jember yaitu dengan umum Kabupaten
menggunakan buku, Jember
Jember dalam angka
Kabupaten Jember,

2. Gambaran umum PTPN Teknik Dokumentasi, Deskripsi gambaran


X Unit Kebun Kertosari yaitu dengan umum PTPN X UNIT
menggunakan buku KEBUN
Rencana Strategis PTPN KERTOSARI
X Unit Kebun Kertosari
2013-2018
3. Gambaran Umum PT Teknik dokumentasi Deskripsi gambaran
KMJ yaitu didapat proposal umum PT KMJ
kerjasama dengan pihak
lain
4. Draft MOU PTPN X Teknik dokumentasi dan Deskripsi kesepakatan
UNIT KEBUN wawancara yang di dapat kerjasama dibidang
KERTOSARI dan PT dari Direktur dan Staff penyaluran tenaga
KMJ HRD PT KMJ kerja outsourching
5. Daftar jumlah pekerja Teknik dokumentasi Deskripsi daftar
outsourching yang yang didapat dari Staff Pekerja beserta jenis
disalurkan PT KMJ ke HRD PT KMJ pekerjaannya
PTPN X UNIT KEBUN
KERTOSARI
6. Permasalahan yang Teknik wawancara, Deskripsi
dihadapi oleh PTPN X teknik observasi, permasalahan yang
UNIT KEBUN dihadapi PTPN X
KERTOSARI dan PT UNIT KEBUN
KMJ KERTOSARI
7. Proses Kemitraan publik Teknik observasi, teknik Deskripsi proses
swasta yang dilakukan wawancara, dan teknik Kemitraan PTPN X
antara PTPN X UNIT dokumentasi UNIT KEBUN
KEBUN KERTOSARI KERTOSARI dan PT
dan PT KMJ KMJ
Sumber: Penulis, berdasarkan penelitian, 2017

3.6 Teknik Menguji Keabsahan Data


Dalam sebuah penelitian teknik menguji keabasahan data adalah merupakan
hal yang sangat penting karena hasil penelitiannya dapat dipercaya atau tidak berada
pada tahapan ini. Untuk itu dirasa sangat perlu peneliti menggunakan teknik menguji
keabsahan data dalam penelitian ini sebagai salah satu metode penelitian. Menurut
Moleong (2012:327) teknik pemeriksaan keabsahan terdiri dari 8 tahapan yaitu
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan atau keajegan pengamatan, triangulasi,
pemeriksaan sejawat melalui diskusi, kecukupan referensial, analisis kasus negatif,
pengecekan anggota, uraian rinci, auditing. Dalam penelitian ini peneliti memilih 4
tahapan teknik pemeriksaan keabsaan adalah sebagai berikut.

1. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan


Ketekunan dan keajegan pengmatan merupakan tahapan lain yang harus
dilakukan oleh peneliti dalam menguji keabsahan data yang telah didapatkan. Dalam
proses ini, peneliti dituntut secara konsisten untuk melakukan pengamatan secara lebih
rinci tentang segala hal yang berkaitan dengan masalah penelitiannya. Ketekunan dan
keajegan pengamatan yang dilakukan peneliti akan melahirkan proses kedalaman
pemahaman peneliti dalam mengamati objek penelitiannya. Peneliti akan mampu
menelaah secara lebih rinci tentang faktor-faktor yang menonjol dalam fenomena yang
diteliti sehingga mampu memberi uraian yang mendalam untuk menguji keabsahan data
yang telah didapatkan dari proses pengumpulan data tersebut.
2. Triangulasi
Selanjutnya dari teknik keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi.
Menurut Moleong (2012:330), triangulasi merupakan teknik pengujian keabsahan data
yang diperoleh dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Selain digunakan untuk
pengumpulan data, triangulasi memiliki fungsi ganda yang sekaligus berguna untuk
melakukan proses pengujian keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi juga digunakan
untuk menghilangkan perbedaan konstruksi yang ada dalam proses pengumpulan data.
Menurut Moleong (2012:323), triangulasi dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai
berikut.
a) Mengajukan pertanyaan yang bervariasi.
b) Mengumpulkan dan melakukan cross check data dari berbagai sumber.
c) Menggunakan berbagai macam metode untuk melakukan proses cross check
agar data yang diperoleh dapat di percaya.
3. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Peneliti hanya perlu melakukan proses diskusi dengan teman sejawat terkait
masalah penelitiannya. Dalam proses diskusi dengan teman sejawat tersebut
dimaksudkan agar peneliti dapat lebih terbuka dan jujur untuk memaparkan sekian
masalah dan proses penelitian yang dilakukannya. Dari proses diskusi inilah akan lahir
sekian pilihan dan pengetahuan lebih yang mampu memberi sekian referensi kepada
peneliti untuk kebaikan penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti berdiskusi dengan
rekan dan konsultasi bersama dosen pembimbing terkait dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
4. Kecukupan referensial

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diuji serta dikoreksi dengan
banyaknya referensi yang didapat. Referensi dapat berasal dari orang lain maupun
diperoleh selama penelitian. Selama melaksanakan penelitian, peneliti mendapat
referensi dari website, skripsi terdahulu, serta dokumen terkait.

Berikut merupakan tabel mengenai daftar informasi penelitian yang diuji keabsahan
datanya.
Tabel 3.4 Daftar informasi penelitian yang diuji

No. Informasi yang Teknik pengujian Hasil


dibutuhkan keabsahan data

Gambaran Umum
1. Kabupaten Jember Ketekunan pengamatan Gambaran umum
dan kecukupan refrensi Kabupaten Jember

Gambaran umum PTPN X Gambaran umum


2. UNIT KEBUN Ketekunan pengamatan PTPN X UNIT
KERTOSARI dan kecukupan referensial KEBUN
KERTOSARI
Gambaran Umum PT
3. KMJ Ketekunan pengamatan Gambaran umum
dan kecukupan referensial PT KMJ

Draft MOU PTPN X Kerjasama PTPN


4. UNIT KEBUN Ketekunan pengamatan X UNIT KEBUN
KERTOSARI dan PT dan kecukupan refrensial, KERTOSARI dan
KMJ Triangulasi PT KMJ rentang
2016-2017
Daftar pekerja yang Jumlah pekerja
5. disalurkan PT KMJ ke Triangulasi dan yang hampir
PTPN X UNIT KEBUN kecukupan refrensial mencapai 300
KERTOSARI orang di setiap
unit PTPN X
UNIT KEBUN
KERTOSARI
Permasalahan yang Permasalahan
6. dihadapi oleh PTPN X Ketekunan pengamatan, yang dihadapi
UNIT KEBUN triangulasi, pemeriksaan PTPN X UNIT
KERTOSARI dan PT sejawat KEBUN
KMJ KERTOSARI dan
PT KMJ
Proses Kemitraan PTPN X Proses Kemitraan
7. UNIT KEBUN Ketekunan pengamatan, dan bentuk
KERTOSARI dan PT triangulasi, pemeriksaan kemitraan yang
KMJ dalam Penyediaan sejawan dan kecukupan dilakukan PTPN
Jasa Pekerja Untuk refrensial X UNIT KEBUN
Tenaga Pelayan, Sopir, KERTOSARI dan
dan Satpam PT KMJ
Sumber: penulis, berdasarkan penelitian,2017
3.7 Teknik Analisis Data
Data data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui esensi dari data tersebut terkait masalah yang diteliti.
Teknik penyajian dan analisis data merupakan metode penelitian terkahir dalam tahap
proses penelitian. Menurut buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Jember
(2012:24), teknik penyajian dan analisis data berisi uraian tentang cara mengkaji dan
mengolah data mentah sehingga mampu menjadi sebuah informasi yang jelas terkait
cara analisisnya. Teknik penyajian (display) menurut Usman dan Akbar (2009:85) data
merupakan kegiatan penyajian data dalam bentuk matriks, network, chart atau grafik
dan sebagainya dalam usaha untuk memberikan sajian singkat dan menarik terkait data
namun tetap dapat memberikan gambaran keseluruhan data tersebut. Sedangkan
menurut Wardiyanta (2006:37) analisis data merupakan upaya penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Secara umum teknik
analisis data dapat dibedakan menjadi dua yaitu analisis data kuantitatif dan analisis
data kualitatif. Penggolongan analisis data ini dilakukan berdasarkan data yang menjadi
bahan analisis dalam penelitian.

Memperhatikan definisi mengenai teknis analisis data diatas, penelitian ini


menggunakananalisis data kualitatif. Menururt Miles dan Huberman (1984) dikutip dari
Sugiyono (2014:91), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan
penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu.

1. Reduksi Data (data reduction), Sugiyono (2014:92) mengemukakan bahwa


mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang direduksi
memberi gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan
data. Temuan yang dipandang asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola,
maka hal itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian kualitatif ini bertujuan
mencari pola dan makna yang tersembunyi dibalik pola dan data yang
tampak.data yang dibutuhkan oleh peneliti seputar proses Kemitraan PTPN X
UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ. Dalam penelitian, peneliti mereduksi
data diantaranya.
 Draft MOU PTPN X UNIT KEBUN KERTOSARI dan PT KMJ tentang
Penyediaan Jasa Pekerja Untuk Tenaga Pelayan, Sopir, dan Satpam
 Jumlah pekerja yang tersalurkan dari PT KMJ kepada PTPN X Unit
Kebun Kertosari dengan seluruh jenis pekerjaannya.
2. Penyajian Data (data display), Silalahi (2012:340) mengemukakan bahwa
penyajian data merupakan kegiatan dalam proses analisis data yang ditempuh
untuk memahami data yang disajikan sehingga peneliti dapat mengambil
tindakan atau melakukan penarikan kesimpulan atas data yang disajikan tersebut.
Penyajian data kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teks naratif,
matriks, grafik, jaringan, bagan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conslusion drawing/verifying) merupakan
proses terakhir setelah penyajian data atau temuan baru dalam sebuah penelitian.
Menurut Sugiyono (2014:99), kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
hasilpenelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data
(Imam Gunawan, 2013:212)

Data collection Data display

Data reduction

Conclusion drawing

Gambar 3.1 Analisis Interaktif: Miles and Hubermann (1984) yang dikutip oleh
Sugiyono (2014:92)
Gambar 3.1 memberikan gambaran terkait proses analisis interaktif menurut
Miles and Huberman (1984) yang dikutip dari Sugiyono (2014:92), menyangkut data
collection (pengumpulan data), data reduction (reduksi data), data display (penyajian
data), conclusion drawing (penarikan kesimpulan atau verifikasi) seperti yang
dijelaskan di atas.
Daftar Pustaka

Kusdi. 2011. Teori organisasi dan administrasi. Jakarta: Salemba Humanika

Thoha, Miftah. 2010. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta, hal 18

Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

OECD. 1990. Partnership For Rural Development. PARIS. OECD

Osborn. S. P. 2010. The New Public Governance: Emerging Perspectives On The


Theory And Practice Of Public Governances. New York: Routledge

Prastowo, Andi. 2012. Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan


penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sekretariat A4DE. 2012. Kerjasama Pemerintah Swasta(KPS) “Pembiayaan


KPS Infrastruktur dan Kesesuainnya pada KPS Sosial”. Aid for Development
Effectiveness Secretariat.

Savas, Emanuel S. (1987) Privatization The Key to Better Government. New Jersey:
Chatham House Publishers, Inc. Post Office Box One Chatham

Silalahi, Ulber.2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


alfabeta

Usman, H. & Akbar, P. S. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT bumi Aksara

Utomo, Tri Widodo W. 2004. Pengembangan Kerjasama Pemerintah Dengan


Masyarakat dan Swasta dalam Pembangunan Daerah. Dalam Bahan Diskusi
Pada “Diklat Manajemen Pemerintahan bagi Aparat Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung”. Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I Lembaga Administrasi
Negara

McQuaid, R.W., Lindsay, C., Dutton, M. and McCracken, M. (2006) “Working


Together? Research into the Role of Interagency Co-operation in Improving
Employability”, Labour Market Bulletin 20, Department for Employment and
Learning, Northern Ireland, pp. 163-167. ISBN-0-9545592-7-4

Sharma, Chandan. 2012. Determinants of PPP inInfrastructure in Developing


Economies. Jurnal Department of Economics, National Institute of Financial
Management (NIFM), Faidabad, India, Vol 6, No. 2.

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan Presiden Republik


Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan


atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Thaun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.

www.pppnetwork.info

Anda mungkin juga menyukai