Keb
NIP : 199312222022032009
ANGKATAN : XII
BAB II
KONSEP KOLABORASI
A. Definisi Kolaborasi
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi
kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al,
2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance
between two or more firms aiming to become more competitive by developing shared
routines”.
B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai
sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan
antar aktor governance. Collaborative governance dalam artian sempit merupakan
kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan Collaborative
governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi sampai evaluasi. Pada collaborative governance pemilihan
kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif dengan
cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal sambil mendorong
pembangunan hubungan dan pembentukan ide.
6 Kriteria Penting Untuk Kolaborasi adalah Forum Yang Diprakarsai Oleh
Lembaga Publik Atau Lembaga, Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate,
Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan Bukan Hanya
'‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik, Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara
Kolektif, Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus (Bahkan
Jika Konsensus Tidak Tercapai Dalam Praktik) Dan Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan
Publik Atau Manajemen. 3 Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata
Kelola Kolaborasi yaitu Mengidentifikasi permasalahan dan peluang, Merencanakan
aksi kolaborasi dan Mendiskusikan strategi.
C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga
dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. Dalam pengertian ini
WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai
respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
Manfaat Wog adalah Efisiensi, Sharing Informasi, Lingkungan kerja, Daya saing,
Akuntabilitas dan Koherensi kebijakan. Sedangkan Keuntungan WoG adalah
Outcomes-focused Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L sektoral
secara masing-masing, Boundary-spanning Implementasi kebijakan tidak hanya
melibatkan satu instansi, tetapi lintas instansi, Enabling WoG membuat pemerintah
lebih mampu menangani tantangan kebijakan yang kompleks dan Strengthening
prevention WoG mendorong pencegahan terhadap masalah yang mungkin
berkembang lebih jauh
Tantangan Praktek WoG yaitu Kapasitas SDM dan institusi Kapasitas SDM dan
institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa
menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya
merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM dengan
kualifikasi yang berbeda, Nilai dan budaya organisasi Seperti halnya kapasitas SDM
dan institusi, nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya
kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan dan Kepemimpinan menjadi salah
satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi
serta meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
WoG Berdasarkan Jenis adalah Pelayanan yang bersifat adminisitratif adalah
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat, Pelayanan jasa adalah Pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya, Pelayanan barang adalah
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga massyarakat,
seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya,
Pelayanan regulatif adalah Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundangundangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Berdasarkan Pola Pelayanan Teknis Fungsional Suatu pola pelayanan publik
yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan
kewenangannya, Pelayanan Satu Atap Pola adalah pelayanan yang dilakukan secara
terpadu pada satu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-
masing dan Pelayanan Satu Pintu Merupakan pola pelayanan masyarakat yang
diberikan secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan
wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan, Pelayanan
Terpusat adalah Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah
yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya
yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan dan Pelayanan
Elektronik adalah Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi.
BAB III