DOSEN :
Dr .Eng. Irwan Prasetyo, M.PM
Dr. Ir. Eko Cahyono, M.Eng
Disusun Oleh :
AGUNG WIRATMOKO
NIM : 17.70.251.011
0|Page
BAB 13
Salah sau best practices dalam meningkatkan pengelolaan PPP adalah dengan membentuk
organisasi dalam peemrintahan yang dapat memberi dukungan dan evaluasi perjanjian
kemitraan publik-swasta. Dibeberapa negara membentuk unit PPP khusus yang berada di
organisasi pemerintah untuk mendukung pengelolaan proyek PPP di tingkat nasional
maupun internasional. Dasar pemikiran pembentukan unit khusus tersebut adalah
memisahkan pihak perumus kebijakan dan pelaksanaan proyek serta untuk menunjukkan
keseriusan pemerintah terhadap proyek PPP kepada pihak swasta.unit khusu ini sebagai
lembaga independen dapat berupa lembaga pemerintah atau usaha komersial yang dimiliki
secara penuh atau sebagian oleh pemerintah.
Best practise menurut OECD dari fungsi unit PPP khusus antara lain mencakup :
Dalam proses pengadaan , unit khusus ini memiliki peran langsung dan peran tidak
langsung, maksudnya adalah :
a. Peran langsung berkaitan dengan penilaian kelauakan proyek dan penentuan Value
For Money (VfM)
b. Peran tidak langsung berkiatan dengan proses tender, evaluasi, penwaran, negosiasi
dan persetujuan penawaran.
Pendanaan unit ini berasal dari anggran pemerintah melalui retribusi atau kombinasi dari
keduanya.sebisa mungkin sumber pendanaan unit ini harus bisa menciptakan struktur
insentif yang bagus sehingga dapat mempengaruhi prilaku unit PPP, untuk menentukan posi
anggraan pemerintah dan porsi yang diambil dari pendapatan tarif pelayanan diperlukan
1|Page
kombinasi yang tepat. Selain anggaran yang tepat, unit ini juga membutuhkan sumberdaya
manusia yang ahli dan sesuai dengan fungsinya masing masing di bidang teknis, ekonomi,
dan keuangan, peraturan, pengadaan, komunikasi serta bidangpeningkatan kapasitas.
Di indonesia, sistem gaji di pemerintahan yang kaku dan tidak menarik membuat
pemenuhan kebutuhan staf yang tepat menjadi sulit diabndingkan dengan pihak swasta
namun atribut lainnya seperti proyek yang menarik dan besar, keamanan kerja, fleksibilitas
dalam bekerja , dapat membuat sektor publik terlihat menarik bagi staf yang termpil.
Penilaian kineraj PPP diukur harus berdasarkan pada jumlah keberhasilan dalam
melaksanakan fungsinya, kualitas pendampingannya, kualitas analisis resikonya, dan
kemampuan memberikan inovasi dalam proyek serta peningkatan keseluruhan atau Value
of Money suatu proyek , bukan jumlah keberhasilan program PPP nya.
9MP adalah sebuah cetak biru konferhensif yang disiapkan oleh tim economic planning unit
(EPU) di Departermen Perdana Menteri dan Kementrian Keuangan Malaysia dengan
persetujuan kabinet Malaysia. Rencana ini mengalokasikan anggaran nasional dari tahun
2006-2010 untuk semua sektor di Malaysia dengan harapan pertumbuhan GDP sebesar 6%
pertahun pada periode ini. Ada 5 langkah strategis yang diprioritaskan agar Malaysia
bergerak secara ekonomi, yaitu :
Namun dalam pelaksanaanya , terdapat beberapa hambatan yang secara tidak langsung
dialami yang dapat menyebabkan kegagalan proyek. Dalam penelitian yang dilakukan ada
lima hambatan utama yang dihadapi pada implementasi PPP yaitu
2|Page
1. Kurangnya panduan dan prosedur yang disediakan pemerintah terkait PPP
2. Waktu tunda yang sangat lama pada fase negosiasi
3. Biaya yang lebih tinggi dibebankan langsung kepada pengguna
4. Lamanya waktu yang dibutuhkan karena permasalahn politik
5. Kebingungan antara tujuan yang ingin dicapai oleh pemerimtah dan kriteria evaluasi
Faktor kurangnya panduan dalam pelaksanaan prosedur PPP yang disediakan pemerintah
Malaysia menjadi sinyal bagi badan pengatur PPP untuk mengatur hal
tersebut.permasalahan terjadi karena implementasi PPP masih baru berkembang di
Malasysia sehingga kebutuhan akan panduan dan prosedur yang jelas dari PPP menjadi
penting bagi seluruh pemangku kepentingan
1. Memberi dukungan teknis kepada kementrian keuangan di Korea dalam melakukan riset
kebijakan dan strategi termasuk pengembangan rencana awal PPP yang dilakukan atas nama
kementrian keuangan
3|Page
2. Memberikan dukungan kepada kementrian teknis terkait mengevaluasi proposal proyek PPP
dan melakukan uji VfM termasuk memformulasikan dokumen undangan penawaran dan
dokumen penting lainnya
3. Mempromosikan poyek PPP kepada investor asing dan mengembangkan program
peningkatan kapasitas PPP
Pada tahun 2008 pemerintah pusat mendirikan sebauh lembaga yatu P3 kanada untuk mempecepat
upaya mempromosikan model PPP. P3 meluncurkan program pendanaan infrastruktur yang
bernama P3 Canada fund, proyek yang didanai P3 Canada Fund adalah proyek uang :
4|Page
Pengelolaan PPP di Filipina
Keberhasilan PPP di Filipina tidak terlepas dari keberhasilan mengdetifikasi defisiensi dan kelemahan
pelaksanaan PPP.efisiensi di beberapa aspek penerapan PPP di Filipina yakni :
Pemerintah Kota Makassar khususnya Dinas Pertamanan dan Kebersiahan Kota makassar
melakukan kerjasama dengan PT. Gikoko Kogyo Indonesia yang ditandai dengan
penandatanganan Memorandum of Agreement No. MOA/05/XII.17/GKI/2007 tentang
kerjasama investasi proyek Clean Development Mechanism (CDM) pembakaran Landfill Gas
(LFG) di TPA Tamangapa Kota Makassar. Kerja sama ini berlangsung selama 10 tahun dengan
model Build- Operate-Transfer (BOT) yakni pihak PT. Gikoko Kogyo Indonesia membangun
sistem pengumpulan dan pembakaran LFG di TPA, mengoperasikan sistem tersebut dan
setelah masa kerjasama berakhir maka diserahkan kepada pemerintah Kota Makassar berupa
bangunan, peralatan, dan penataan kembali TPA Tamangapa sebagai sanitary landfill,
beserta pembangunan dan pengoperasian pemusnahan gas metan.
Pemerintah Kota Makassar menerima pembagian hasil berupa royalti melalui pembakaran LFG
yang menghasilkan data- data yang dapat dijual menjadi CER (Certificate Emission Reduction),
CER tersebut dibeli oleh sejumlah negara maju, khusus di Makassar sendiri CER yang dihasilkan
sampah ini dibeli oleh pihak Belanda melalui Bank Dunia yang oleh Pemerintah Kota Makassar
5|Page
dijadikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah Kota Makassar mendapatkan 10% dari
hasil penjualan CER untuk investasi manajemen persampahan kota dan 7% untuk fasilitas
umum, hal yang berhubungan dengan daur ulang sampah, dan juga sosial masyarakat yang
ada di TPA Tamangapa Kota Makassar.Dengan adanya kerjasam ini volume timbulan sampah di
TPA Tamangapa mengalami penurunan setelah dilakukan penglolaan, setiap tahunnya aspah
yang ada di TPA ini dapat dikelola dan dimanfaatkan sebesar 89% untuk penggunaan listrik
disekitar kawasan TPA khususnya untuk mensupply 30 titik penerangan dengan kekuatan
120.000 watt.
Namun sangat disayangkan kerjasama ini terhenti akibat vakumnya PT Gikoko Kogyo Indonesia
akibat perjanjian ERPA (Emission Reduction Purchase Agreement) yang disetujui PT. Gikoko
Kogyo dengan pihak Bank Dunia telah berakhir di tahun 2015 kemudian pembayaran hasil data
CER yang berasal dari hitungan jumlah gas metan yang telah dimusnahkan di TPA Tamangapa
belum dapat dilakukan pembayaran oleh pihak Bank Dunia. Alasan inilah yang membuat PT.
Gikoko Kogyo tidak dapat beroperasi atau mengalami pemvakuman karena masih menunggu
penerbitan dan pembayaran CER.
Upaya pemerintah dalam penanganan sampah selama vakumnya kegiatan PT Gikoko Kogyo
adalah dengan melakukan berapa kebijakan yaitu:
1. Pembuatan SOP di TPA Tamangapa (sistem pencatatan jumlah sampah yang masuk)
2. Membentuk Bank sampah , untuk mengurangsampah yang masuk ke TPA khusunya
sampah anorganik
3. Insentif pengelolaan sampah di TPA Tamangapa
skema public-private partnership (PPP) dalam proyek Tanjung Priok Access Toll Road
(TPATR) adalah proyek konstruksi alan sebagai bagian dari Jakarta Outer Riang Road
(JORR). Proyek ini sudah dibicarakan sejak tahun 2000 dan setelah mengalami proses
pembahasan yang cuup lama maka pada tahun 2009 proyek ini baru bisa dilakanakan.
Dengan masuknya proyek tersebut dalam mekanisme APBN, pemerintah memberikan
jaminan (government guarantee) terhadap pembayaran kewajiban atas pendanaannya.
Proyek TPATR terdiri atas dua pekerjaan yaitu pekerjaan konstruksi serta pekerjaan
operational & maintenance (OM). Pada pekerjaan konstruksi, proyek ini
menggunakan skema design-build (skema BOT), dengan keterlibatan tiga pihak yaitu:
1 ) JICA, selaku lembaga pendanaan proyek, terdiri dari pinjaman senilai JPY 26,306
million (31 Maret 2005) dan JPY 26,620 million (29 Maret 2006),
6|Page
2 ) Kontraktor merupakan joint-operation Indonesia dan Jepang, d.h.i: SMCC-PT
Hutama Karya, Kajima-PT Waskita Karya, Obayashi- PT Jaya Konstruksi, dan
Tobishima-PT Wijaya Karya, dan
3 ) Pelaksana proyek yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga KemenPUPR. Sedangkan
untuk pekerjaan OM, Pemerintah melalui Perpres 81/2007 menugaskan KSO PT
Hutama Karya-PT Jakpro untuk menjadi operator jalan tersebut melalui skema
konsesi selama 40 tahun dan melakukan konstruksi serta OM untuk section
W1 dan W2 (Republik Indonesia, 2017). Pada tahun pertama, biaya untuk
operasi dan pemeliharaan jalan tersebut diperkirakan sebesar Rp14 miliar
(JICA,2010)
Namun demikian, proyek jalan sepanjang 11,4 km ini tak lepas dari masalah. Proyek
yang direncanakan beroperasi pada akhir tahun 2015 , realisasinya terlambat dan baru
diresmikan pada April 2017. Keterlambatan antara lain disebabkan oleh
1. pembebasan lahan,
2. penolakan instansi (pertamina) yang khawatir akan membahayakan keberadaan
tangki pertmina di plumpang pada saat pemancangan tiang beton pondasi,
3. kekurangan alokasi anggaran dalam DIPA 2016, dan
4. 69 tiang beton gagal konstruksi pada E-2 Section (Bappenas, 2016a) yang tidak
sesuai dengan spesifikasi maka dilakukan pembongkaran dan pembangunan
ulang.
Atas hal tersebut, telah dilakukan percepatan revisi DIPA serta penggantian beton gagal
konstruksi. Penggantian beton tersebut telah mengakibatkan tambahan biaya konstruksi
sebesar Rp1 triliun. Hal ini justru menyimpang dari perencanaan awal yang
memperkirakan proyek tersebut akan menghemat anggaran sebesar Rp142 miliar (JICA,
2010).
7|Page