Pelatihan ini diharapkan mampu memberikan bekal pengetahuan bagi daerah untuk
menjalankan mekanisme PPP (Public Private Partnership) / KPBU (Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha) dalam penyediaan infrastruktur daerah.
Pelatihan ini dikemas dalam bentuk studi kasus dan workshop group-work berdasarkan
kasus-kasus (berhasil/ tidak) praktik rill pelaksanaan PPP di lapangan.
Diklat PPP sebelumnya sampai pada tahap pendampingan pembuatan proposal
pembangunan oleh pemerintah untuk dibiayai oleh swasta/badan usaha/sektor privat.
Sedangkan pelatihan PPP yang dilaksanakan periode ini, akan sampai tahap pembuatan
rumusan kegiatan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Namun, diakui
kelemahan pelatihan saat ini adalah kurangnya praktisi yang pernah berpengalaman
mengawal satu siklus PPP yang sukses (best practice) atau memiliki direct experiences
dalam PPP itu sendiri.
Dari total kebutuhan data pembangunan infrastruktur, APBN + APBD hanya dapat
menyediakan dana sekitar 41%, BUMN 22% dan sisanya diharapkan berasal dari
partisipasi swasta melalui Creative Financing.
Penyediaan infrastruktur dapat mendukung pemenuhan keseluruhan kebutuhan prioritas
nasional melalui peningkatan pelayanan dasar, sektor unggulan (pertanian, industri
pengolahan, jasa, dan pariwisata, serta infrastruktur perkotaan itu sendiri. Adapun
kebutuhanya infrastruktur meningkat seiring dengan pertumbuhan perkotaan dan
penduduk di Indonesia.
Indonesia memiliki 19 sektor infrastruktur KPBU yang dibali dalam fasilitas perkotaan dan
sosial. Fasilitas perkotaan terdiri dari air bersih, pengolahan limbah setempat pengolahan
limbah terpusat, pengolahan sampah, irigasi, dan perumahan rakyat. Sedangkan fasilitas
sosial terdiri dari pariwisata, pendidikan, lembaga pemasyarakatan, kawasan (misalnya
technopark), olahraga dan kesennian, serta kesehatan.
Komponen dari pengertian KPBU antara lain:
1) Kerjasama
2) Kepentingan umum (infrastruktur publik)
3) Spesifikasi yang telah diteteapkan (dalam PJPK)
4) Sebagian atau seluruh sumber daya Badan Uasaha
5) Pembagian risiko
Proyek infrastruktur yang penyediaannya dilakukan Pemerintah melalui Kerjasama
dengan Badan Usaha diwujudkan melalui perjanjian/kontrak kerjasaama pemerintah
sebagai PJPK dan Badan Usaha. Basis dari perjanjian kerjasama proyek KPBU adalah
Pembagian Alokasi Risiko antara Pemerintah dan Badan Usaha. Misalnya, BU dapat
bertanggungjawab dalam desain, konstruksi, pembiyaan, dan operasi proyek KPBU.
Sebaliknya pemerintah perizinan, pembebasan lahan/ ROW, pembebasan pajak. Adapun
jangka waktu relatif panjang 15 tahun.
KPBU mengadung pengertian bukan pengalihan kewajiban pemerintah, bukan
sumbangan gratis kepada pemerintah, bukan privatisasi barang publik, bukan pinjaman
uang kepada swasta dalam penyediaan layanan kepada masyarakat, tetapi KPBU
merupakan pembiayaan untuk merancang, membangun, dan mengoperasikan proyek
proyek infrastruktur kepada swasta.
PJPK (Menteri Kepala, Lembaga Kepala Daerah, PPK Gabungan mendelegasikan
kewenangan , BUMND berdasarkan Peraturan Perundangan sektor.
TIM KPBU merupakan ‘otak’ untuk memanajemen proyek KPBU yang terdiri dari menteri/
kepala lembaga/ kepala daerah, PJPK, panitia pengadaan dan Tim KPBU itu sendiri. Tim
KPBU melaksanakan koordinasi dan laporan secara berkala dengan simpul KPBU.
Tahapan Pelaksanaan KPBU dimulai dari perencanaan (identifikasi proyek), kemudian
penyiapan, transaksi, dan konstruksi.
Skema KPBU di Indonesia
1) Hanya dengan penjaminan pemerintah
2) Pengembalian investasi melalui tarif dan VGF (viability gap fund)
3) Pengembalian investasi modal melalui Availability Payment
4) Dukungan sebagian konstruksi
5) Service Fee
6) Prakarsa Badan Usaha
Perlindungan hukum berupa regulasi terhadap KPBU yang lengkap dan jelas dapat dilihat
pada Perpres 38/2015, Permen PPN No 4/ 2015, Peraturan Kepala LKPP No 19 tahun
201, PMK No 260/2015, dan Permendagri No 96/ 2016.
Perlindungan hukum terhadap KPBU berupa koordinasi, fasilitas, dan peningkatan
capacity building dilakukan oleh berbagai lembaga dengan wewenang masing-masing.
Misalnya bappenas memfasilitasi dalam pemilihan proyek, KEMENKEU dalam pemberian
fasilitas fiskal, LKPP dalam proses pengadaan, dsb.
Diskusi:
Pertanyaan:
KPBU kenapa masih di ranah infrastruktur? Kemudian bagaimanakah mekanisme
pembatalan KPBU? Hal ini terkait dengan keputusan dari eksekutif. Bagaimana untuk
menarik agar swasta mau ikut terlibat (tertarik)?
Jawaban:
Fasilitas infrastruktur pada umumnya merupakan konstruksi awal untuk pembangunan
sosial lainnya. Pembatalan KPBU dapat dilakukan sesuai dengan keputusan pemegang
eksekutif daerah. Dalam implementasinya penekanan Tim Koordinasi Proyek KPBU
daerah dapat memberikan inovasi daya tarik yang dapat diminati swasta.
SESI III (11.15 – 12.45)
ICE BREAKING
Lesson learn: tanpa adanya kerjasama dalam suatu proyek/kegiatan yang diselenggarakan
tidak akan memperoleh kemajuan/keuntungan yang baik. Kompetisi yang terlalu individualis
dalam kerangka bisnis akan mengakibatkan suatu entitas justeru tidak berkembang.
Diskusi:
Pertanyaan: Apakah KPBU hanya bisa dilaksanakan pada asset pemerintah?
Jawaban: Tidak, KPBU tidak terkotak-kotaki aset (lahan) pemerintah.
HARI KE- :2
HARI, TANGGAL : Selasa, 24 April 2018
MATERI, PEMATERI :
Aspek Peraturan dalam KPBU: Novi Andriani, Bappenas (Direktorat Swasta dan Rancang
Bangun)
Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Melalui KPBU: Novi Andriani, Bappenas
Tata Cara Pengadan KPBU (UU No. 19/2015): Bappenas
Diskusi:
Apakah kereta api batu bara dan pelabuhan ikan dapat di KPBU kan? Tidak akrena bukan
infrastruktur publik. Kecualai fasilitas tersebut juga digunakan oleh masyarakat setempat
(diakses umum). Misalnya dalam satu pelabuhan terdapat pelabuhkan ikan dan manusia,
maka dapat di KPBU kan.
Nyawa OBC adalah kajian hukum dan kelembagaan (poin a cek ppt) (siapa yang akan ttd
kontrak, siapa yang akan terlibat apakah 1 pemda atau harus melibatkan yang lainya)
Apabila pemerintah menggandeng badan penyiapan maka project cost akan menjadi lebih
besar namun menjadi tanggungan (harus dibayar) oleh badan usaha pemenang lelang
(baca aturan dari BAPPENAS). Secara lebih lanjut, AP yang dibayar pemerintah menjadi
lebih besar dan masa konsesi lebih panjnag. Namun pemerintah tidak perlu mengeluarkan
dana yang sangat besar di awal dan turun tangan langsung dalam mensukseskan tahap
awal pembangunan. Pembentukan badan penyiapan bisa secara langsung apabila
peminatnya hanya 1 bisa langsung apabila peminatnya lebih dari satu harus dengan
seleksi.
Diskusi:
Bagaimana skema penggunaan hibah dalam KPBU?
Panitia pengadaan harus memiliki kualifikasi sesuai aturan, bisa dilekatkan, minimal 5
orang. Terdiri dari orang-orang yang memahami prosedur KPBU, mengetahui ruang
lingkup proyek kerjasama apakah dilakukan dari awal atau dari tahap apa, memiliki
pengetahuan hukum perjanjian dan kerjasama, mengetahui aspek teknis dan bisnis, yang
paling penting dialarang memiliki afiliasi dengan peserta pengadaan dan menandatangani
pakta integritas.
HARI KE- :3
HARI, TANGGAL : Rabu, 25 April 2018
MATERI, PEMATERI :
Pengenalan Proyek KPBU: Achmad Djunaedi
Identifikasi Kebutuhan Proyek (Needs Assessment): Agam Marsoyo
Ekonomi Teknik: Agam Marsoyo
Value for Money Test: Retno Widodo Pramono
Kajian Hukum dan Kelembagaan: Bappenas
Pengenalan materi ragam proyek KPBU diambil dari studi kasus proyek KPBU (Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha) / PPP (Public Private Partnership) / PFI (Private Finance
Initiative) yang diimplementasikan di Korea Selatan dan Jepang.
Pengantar:
PPP/PFI dikenalkan sebagai alternatif yang dapat menjadi pilihan jika suatu proyek yang
akan dibangun dan dikelola Pemda (public sector) belum tentu cost effective. Maka dari
itu, kerjasama pemerintah dan badan usaha (private sector) dapat menjadi solusi
pelayanan publik untuk meminimalkan biaya (melalui pendanaan swasta), namun dengan
standar pelayanan yang terjaga/reliabel.
Isu nasional pembangunan di Jepang melirik pada kondisi dimana sektor pertanian
ditinggalkan (untuk beralih ke pabrik dan sektor jasa) dan perlunya peningkatan
kesejahteraan di kota-kota kecil.
2) Korea Selatan – BTO jalan pendukung Air Port Incheon, BTL Ulsan National
University
Belajar dari Jepang: ragam inovasi perlibatan swasta dalam pembangunan infrastruktur
komersil
a. Ordo 1 - Land readjustment: membangun lahan kosong dengan fitur bangunan
tertentu
b. Ordo 2 - Land consolidation: konsolidasi lahan merupakan upaya untuk menambah
variasi aktivitas dari lahan terbangun (memberikan tambahan revenue kegiatan
komersil)
c. Ordo 3 - Penambahan Large Scale Infrastructure
Pengambilan best practice dari negara lain harus menyesuaikan konteks implementasinya
sesuai kondisi lokal di Indonesia.
Tanya Jawab:
1) Berdasarkan penjelasan materi, apakah perbedaan antara Assurance Company
dan Bank/Financial Company?
Jawab: Bank/Financial Company berkedudukan sebagai pihak pemberi dukungan
pinjaman/loans untuk menjalankan proyek secara keseluruhan, sedangkan
Assurance Company berkaitan dengan aspek keselamatan eksekusi
pembangunan proyek.
2) Bagaimana jika terdapat kasus apabila Pemerintah Daerah/Pemda tidak dapat
mencicilkan AP kepada Badan Usaha?
Jawab: Pemda akan dibantu oleh Kementrian Keuangan dengan kesepakatan
mekanisme/syarat tertentu (misalnya: pemotongan alokasi APBN ke APBD).
Pemateri memberikan diskusi pematik dan refleksi kepada pesertar: Beranikah daerah
melaksanakan proyek PPP? Apakah sebenaranya risiko dari pelaksanaan PPP?
Seberapa sukseskah PPP yang telah di praktikan di Indonesia saat ini? Bagaimana
praktik investasi PPP secara jangka panjang?
Pengertian Umum Penilaian Kebutuhan
Metode yang digunakan untuk memperkirakan kekurangan setiap upaya yang
mencoba untuk menentukan kebutuhan suatu aktivitas/kegiatan yang menyebabkan
kesenjangan dan ketidakcukupan. Penilaian kebutuhan berfokus untuk menentukan
kebutuhan pelayanan
Cara penilaian (mengukur dan mengitung), syaratnya:
a. Ketersediaan (awareness)
b. Ketersediaan (availability)
c. Keterjangkauan (accessibility)
d. Keterimaan – diterima (acceptability)
Tahapan dan penilaian kebutuhan:
1) Merumuskan fokus, isu, dan tujuan
Menetapkan tujuan akhir yang ingin dicapai melalui PPP, tujuan PPP harus:
quantifiable (dapat dihitung), measurable (terukur), specific (kejelasan identifikasi
persiapan/kebutuhan proses procurement)
2) Mengorganisasi pelaksana
3) Mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya
4) Memerlukan informasi yang tepat terkait masalah
5) Menetapkan cara pengumpulan data dan pengumpulan data
6) Menganalisis data
7) Membuat laporan
Pertanyaan kunci dalam identifikasi kebutuhan proyek KPBU:
a. Benefits: apakah PPP akan memperbaiki pelayanan, kulitas dan efisiensi
membaik?
b. Cost-recovery: apakah ada arus pemasukan yang bisa diidentifikasi? Berapa
banyak?
c. Demand: apakah benar-benar ada kebutuha? Ada perkembangan kebutuhan yang
signifikan?
d. Stakeholder: siapa pemangku kepentingan yang akan terpengaruh PPP?
e. Public Capacity: apakah sektor publik mempunyai kapasitas untuk mengatur,
mengelola, dan mengevaluasi proyek PPP?
f. Labour: apakah investasi ini akan menciptakan kesempatan kerjabaru?
g. Technology: kehandalan sudah terbukti?
Diskusi:
Peserta diajak untuk merefleksikan praktik PPP, pertanyaan refleksi cenderung
bersifat open-ended questions.
1. Bagaimana jika PPP berbenturan dengan kebijakan Kepala Daerah yang tidak
selaras dengan RPJP? Kedudukan PPP dalam RPJP/RPJM ada di mana?
“Agam: RPJP adalah wadah policy, RPJP 20 /RPJM 5/RKPD 1 tahun. PPP adalah
real world yang harus dimaintain.”
2. Apakah sebaiknya PPP adalah satu alat untuk menjadi suatu alat atau metode
yang berjalan saja tanpa perlu disematkan dalam dokumen pembangunan dan
juga tataran kelembagaan.
3. PPP merupakan suatu hal yang besar dan masal tidak? PPP merupakan proyek
yang kecil-kecil (pasar, rumah sakit,). Lalu apakah PPP strategis atau tidak?
4. PPP long term / medium term? Masalahnya swasta tidak mau short time.
Sedangkan PPP pasti merupakan proyek lintas RPJM/RPJP?
5. Bagaimana kelembagaan PPP saat ini? Bagaimana cara/metode pengawalan
PPP? Policy sulit untuk dievaluasi, program juga sulit, maka kegiatan lebih mudah
kegiatan untuk dievaluasi namun dengan pola kelembagaan yang seperti apa?
Konsep layak atau tidaknya PPP untuk dilakukan berkaitan dengan pertimbangan konsep
nilai uang terhadap waktu. Nilai uang saat ini akan turun seiring dengan pertambahan
waktu (discount rate).
Test Value for Money merupakan satu konsep yang menentukan apakah KPBU layak
untuk dilakukan atau tidak. Hal ini dilakukan dengan menguji apakah suatu proyek
pembangunan/penyediaan infrastruktur lebih baik diselenggarakan oleh Public Sector
Comparator atau Public Sector Murni. Dalam hal ini, kemampuan mengelola infrastruktur
fisikal, swasta dipandang lebih mumpuni dan inovatif.
Bagaimana praktik KPBU antara negara maju dan berkembang?
Negara berkembang seringkali mengalami gap pendanaan. Sedangkan bagi negara maju
banyak diinisiasi karena mencari inovasi baru.
Latar belakang pemilihan KPBU pada umumnya karena pemerintah kekurangan biaya
dalam waktu singkat dan mencari inovasi/comparator
Kebijakan untuk memenuhi gap pendanaan:
1) Penugasan kepada BUMN: pemerintah menunjuk BUMN yang dipercaya untuk
membangun tol, waduk, dll.
2) Jaminan Ketersediaan tanah: pembentukan bank tanah, alokasi khusus untuk
pengadaan tanah.
2) Infrastruktur Swasta (Private Infrastructure)
3) Performance Based Annuity Scheme
4) Availability Fee
5) Private Finance Initiative
Pembagian risiko sangat penting dalam KPBU sehingga perjanjian kerjasama
Pengelolaan Risiko dalam KPBU harus dipertimbangkan sejak awal. Oleh karena itu
pemerintah daerah harus mampu melakukan seni negosiasi antara pemerintah dan
swasta
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam Perjanjian KPBU/KPDB:
a. Output specification
b. Referensi Project
c. Menetapkan RAW/biaya dasar konstruksi
d. Model Availability Payment
Sumber Pendanaan AP dalam APBD: masuk ke belanja barang dan jasa.
Pembayaran berkala ditetapkan setelah barang itu ada dan beroperasi.Jumlah
AP meliputi:
1) Desain dan konstruksi
2) Operasi dan pemeliharaan
3) Bunga pembayaran ke Bank
4) Profit untuk Badan Usaha
Perhitungan besarnya AP = CAPEX + OPEX – PENALTY
e. Perhitungan cost dan benefit
Pemerintah daerah perlu memahami perbedaan antara in-direct cost dan in-
direct revenue: Financial cost benefit analysis pada umumnya dilakukan oleh
pihak swasta yang berorientasi direct revenue (money). Sedangkan economic
cost benefit pada umumnya dilakukan oleh pemerintah dengan orientasi indirect
revenue yang mempertimbangkan keuntungan sosial, ekonomi, dan lingkungan
secara keseluruhan.
f. Matriks Distribusi/alokasi high level risk
Diskusi:
1. Bagaimana jika estimasi dan asumsi itu tidak sesuai? Maka dari itu, pemerintah
daerah diharapkan mampu menngkonstruksi asumsi dan pendekatan dengan baik
dan benar.
2. Bagaimana KPBU tidak ke arah infras dasar? Bagaimana jika yg di KPBU-kan
bukan tentang infras dasar tapi memberi masukan tinggi ke PAD? Misalnya seperti
pendukung wisata? Sangat mungkin.
Diskusi:
1. Bagaimana jika KPBU mengalami hambatan masa transisi teknis politis? Karena hal
ini nantinya akan berpengaruh terhadap tataran kebijakan daerah? Maka dari itu,
dalam perencanaan KPBU harus melekatkan proyek dalam APBD tidak hanya 5
tahunan tapi sampai proyek selesai.
2. Dari sudut pandang Bappenas KPBU merupakan hal yang baik, namun kenapa ketika
dipelajari terdapat banyak titik kelemahannya? Hal ini memang harus disadari bahwa
risiko pasti ada, dan pada praktiknya akan ada gap antara revenue dan biaya
operasional, maka dari itu penting untuk mengetahui strategi efektif dan efisien.
SESI II (09.45 – 11.15)
KAJIAN EKONOMI (RWP)
Pengantar: Penyediaan infrastruktur publik, ekonomi, dan sosial yang memiliki manfaat
besar bagi masyarakat sebagai pengguna layanan. Secara umum, tahapan pengadaan
proyek KPBU terdiri dari tahap perencanaan, penyiapan, transaksi, tahap pembayaran.
Kajian ekonomi dan komersial ada di tahap perencanaan.
Tahap kajian ekonomi berkaitan dengan tahap perencanaan dan penentuan output
specification (OP). Kajian ekonomi digunakan untuk memastikan “hanya jika”
keuntungan/manfaat > biaya ekonomi
Dasar Teori Rasionalitas Kajian Ekonomi dan Komersial
Kajian ekonomi adalah kajian rasionalitas biaya ekonomi dan keuntungan ekonomi. Biaya
ekonomi yang dimaksud adalah segala pengeluaran/pengorbanan untuk atau akibat
adanya proses pengadaan suatu produk. Sedangkan keuntungan ekonomi adalah
manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan yang didapatkan dari suatu proyek. Komoditas
dikatakan ekonomis terjadi hanya jika permintaan/demand (willingness to pay/buy)
bertemu dengan penawaran
Biaya dan Manfaat Ekonomi
- Biaya langsung (direct cost): mencangkup belanja modal, biaya operasional, dan
pemeliharaan proyek
- Biaya tidak langsung (eksternalitas negatif): merupakan biaya yang terkait dengan
dampak negatif dari proyek dan sering kali sulit untuk dihitung dalam bentuk
monetary value(monetary valuation of externality cost)
- Manfaat langsung (direct benefits menggunakan RE Calculation)
- Manfaat tidak langsung (monetary indirect benefits, value capturing merupakan
eksternasional positif).
Cara melakukan kajian ekonomi:
a. Tabel Input-Output (angka pengganda) 83 sektor.
b. Proyeksi sektor terpengaruh dalam hal: a.output/nilai tambah, b.pendapatan
rumah tangga
c. Impact Analysis
d. Metode Valuasi Ekonomi dari fungsi infrastruktur
e. Analisis Biaya dan Manfaat
Kajian komersial dilakukan untuk mengetahui respon market sounding dan kemungkinan
daya tarik dari proyek kepada financial company. Produk/output KPBU layak hanya dan
jika merepresentasikan pertemuan permintaan dan penawaran.
Peramalan Permintaan:
Memahami bahwa konsumen meggunakan konsep utilitas: manfaat dan kepuasan
penggunaan barang pada waktu tertentu. Peralamalan dilakukan:
a. Peramalan kualitatif
b. Peramalan kuantitatif
c. Survei willingness to pay, yaitu kemauan/keinginan masyarakat untuk membayar
Desain riset: 1) survei Kuesioner 2) perhitungan permintaan layanan berdasarkan proyeksi
makro wilayah (kebutuhan infrastruktur dapat dihitung berdasarkan proyeksi guna lahan
dan kebutuhan infrastruktur)
Swasta selalu mau menghitung direct benefit saja sehingga menggunakan Financial
Analysis, sedangkan pemerintah menggunakan Economic analysis. Komponen biaya
yang diperbandingkan: Perhitungan Biaya Dasar (Base Cost), Financing, anxillary cost,
risk, competitive neutrality.
Diskusi:
1. Bagaimana bila terjadi pergeseran permintaan padahal KPBU telah dijalanka? Maka
dari itu kita harus jeli dalam mengkonstruksi asumsi inflasi / discount rate.
2. Kenapa proyek KPBU cenderung berkaitan tentang pembangunan infrastruktur dasar?
Secara umum pembangunan prioritas memang sebaiknya diarahkan ke infrastruktur
dasar dan demand nya tinggi, namun tidak menutup kemungkinan proyek lainnya.
3. Bagaimana konsistensi paradigma posisi pemerintah dalam implementasi KPBU,
terlihat dari semisal terdapat kegagalan pasar, KPBU adalah campur tangan
pemerintah. Sedangkan Supply Demand adalah erat ke paradigma ekonomi pasar.
Kita berada di bagian tengah intervensionist yaitu pihak yang memperhitungkan
segala psedo cost.
Viability Gap Fund (VGF) merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk mengurangi
beban konstruksi (pengadaan peralatan dan lain-lain dalam pelaksanaan proyek) KPBU.
Perhitungan skenario penetapan nilai VGF bertujuan untuk mengurangi CAPEX nya.
Tujuan pemberian materi terkait VGF adalah diharapkan sektor utama pelaku KPBU/PPP
dapat menekan capital expendicture yang digunakan dalam biaya investasi oleh
pemerintah daerah. Supaya, kewajiban pembayaran AP ke badan usaha dapat lebih
rendah. Pengaturan agar nilai CAPEX lebih rendah juga dapat dilakukan dengan beragam
simulasi masa konsesi, misalnya bila cicilan cost recovery akan semakin panjang masa
konsesinya (masa pengembalian). Sehingga penting bagi pemerintah daerah untuk dapat
melakukan negosiasi yang saling menguntungkan terkait expendicture dan revenue
bersama pihak badan usaha.
Lembaga-lembaga di Indonesia yang dapat memberi dukungan pemerintah terhadap
proyek KPBU:
a. Kementrian keuangan melalui pemberian dukungan kelayakan
b. Penjaminan Infrastruktur (PII)
c. Fasilitas Penyiapan dan Transaksi Proyek
d. Kementrian PUPR
e. Pemerintah Propinsi
Dalam pertimbangan pelaksanaan proyek perlu diperhitungkan komponen biaya investasi,
komponen biaya O&M, dan komponen nilai inflasi.
Diskusi:
1. Problem klasik dalam proyek lintas sektor adalah meyakinkan pemangku kepentingan
yang lain, maka Forum Konsultasi Publik merupakan forum yang mengumpulkan
segala perspektif berbagai dinas-dinas dan pakar-pakar.
2. Di akhir konsesi bagaimana aset kemudian akan dimiliki? Apakah dimiliki oleh
Pemerintah kabupaten / provinsi/ pusat? Bisa saja pada masa konsensi aset dikelola
oleh pemerintah pusat, namun setelah masa konsesi selesai aset dapat diserahkan
kepada pemerintah daerah.
3. Kita mengenal prinsip “High Risk High Return” – bagaimana kita menyetarakan antara
risko yang kita tawarkan ke swasta dengan apa yang akan mereka dapatkan? Hal ini
dilakukan melalui analisis ekonomi dan finansial dengan keahlian valuasi yang baik.
SESI II (09.45 – 11.15)
STUDI PENDAHULUAN KPBU (SUR)
Studi pendahuluan merujuk pada Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. 4 Tahun
2015 terkait tahap pelaksanaan KPBU di Indonesia
Studi pendahuluan dan Outline Business Case (OBC) adalah hal yang hampir serupa,
namun
OBC lebih mendalam.
Studi Pendahuluan berada pada tahap perencanaan, yang memuat aspek-aspek berikut:
1. Analisis kebutuhan (Need Analysis)
a. Kelayakan kajian tekis dan ekonomis atas dasar data sekunder yang ada
b. Kelayakan kajian kebutuhan (demand) layanan kuantitatif dan kualitatif) dari aspek
volume maupun keberlanjutan
2. Kepastian dukungan dari stakeholder terkiat
a. Kriteria kepatuhan (Compliance Criteria)
b. Kajian kesesuaian dengan peraturan perundangan
c. Kajian kesesuaian dengan rencana-rencana pembangunan pemerintah
d. Kajian kesesuaian dengan RTRW
e. Kajian kesesuaian infrastruktur antar wilayah dan sektor
3. Kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang (Value for Money)
a. Kajian kapasitas/keunggulan sektor swasta dalam pelaksanaan KPBU
b. Kajian jaminan efektivitas, akuntabilitas, dan pemerataan layanan publik dalam
jangka panjang
c. Jaminan proses alih pengetahuan dan teknologi
d. Jaminan proses pengadaan yang sehat, transparan, dan efisien
4. Analisa potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek
a. Kajian kemampuan pengguna untuk membayar (ability to pay): kesediaan untuk
membayar
b. Kajian kemampuan fiskal pemerintah (Pusat Daerah) BUMN/D
c. Kajian Potensi pendapatan lainnya
d. Kajian perkiraan bentuk dukungan pemerintah
5. Rekomendasi dan rencana tidak lanjut
Diskusi:
Bagaimana jika KPBU di daerah memiliki peranan pelayanan di tingkat nasional? Jika
proyek KPBU memang proyek nasional, maka pemerintah daerah mengajukan
proposal ke pemerintah pusat. Hal ini harus memperhatikan, cost dan benefitnya,
seperti rendahnya revenue merupakan indikator kegagalan suatu konsensi.
SESI IV - V (– 17.00)
PRASTUDI KELAYAKAN DAN TAHAPAN TRANSAKSI (BAPPENAS)
Setelah seluruh kajian (analisis kebutuhan, analisis kepatuhan, analisis demand, analisis
value for money) telah mendukung suatu proyek untuk dikatakan layak, maka dilanjutkan
ke proses perencanaan, penyiapan, dan transaksi.
Penjajagan Pasar (Market Sounding)
Pemerintah daerah dihimbau untuk memiliki kajian awal kelayakan yang kuat, untuk
kemudian rumusan proyek KPBU dibawa ke penjajagan minat pasar (market sounding):
melihat respon pemangku kepentingan, masyarakat, dll. Untuk menjaring masukan dari
investor, perbankan, dll.
Kajian awal dan kajian akhir
Kajian awal (Outline Business Case): merupakan proses penyusunan kajian alternatif
pilihan, dapat dikatakan bahwa OBC adalah studi opsi-opsi alternatif pilihan tindakan mau
pun pilihan lokasi.
Kajian akhir (Final Business Case): merupakan rumusan laporan akhir yang merupakan
keputusan/ketetapan kerangka output, dampak, atau juga dukungan pemerintah dari
proyek KPBU terkait. Beberapa hal-hal lain yang harus ditindaklanjuti setelah FBC adalah
publik forum untuk membicarakan AMDAL/UKL KPL terkait pertimbangan lingkungan.
VGF akan diberikan kepada pemerintah daerah apabila kelayakan proyek KPBU masih
marginal. VGF merupakan fasilitas pembiayaan dari Kemenkeu yang tidak perlu
dikembalikan jika proyek lebih 100M, maksimal yg diberikan ke proyek 49%.
Tahapan Transaksi proyek KPBU diawali dengan proses pengadaan badan usaha.
Pemilihan badan usaha dapat ditunjuk secara langsung atau proses pelelangan.
Screening pelelangan terdiri dari dokumen pra kualifikasi – dokumen kualifikasi –
sanggahan –evaluasi. Berikut adalah tiga kriteria pemilihan badan usaha yang nantinya
akan menjalankan proyek KPBU:
a. Pengembangan infrastruktur yang sudah layak secara finansial dan ekonomi, serta
sesuai dengan kualifikasi kontrak
b. Pemenuhan financial close (pemenuhan biaya minimal proyek)
c. Sistem pengalihan saham sebelum proyek beroperasi
TOOLkit tentang dokumen-dokumen pendukung terkait dengan rumusan KPBU dapat
diunduh melalui http://kpsrb.bappenas.go.id/ppptoolkit/
Diskusi:
1. Jika proyek dapat diampu oleh pemerintah, mengapa proyek harus diKPBU-kan? Kita
harus bandingkan dua skenario, pertama jika proyek dikerjakan dengan APBN, dan
kedua jika dengan KPBU. Mana yang lebih efisien. Jadi screening nya memang
penting terkait kelayakan dulu. Namun demikian, untuk bisa mendapatkan VGF dan
fasilitas jaminan dari pemerintah (pusat)– pemerintah daerah perlu mengajukan
proposal proyek KPBU ke Bappenas terlebih dahulu. Tapi bila tidak membutuhkan
dukungan, dan optimis daerah mampu menanggung proyek yang di KPBU-kan, maka
proyek dapat dijalankan sendiri oleh daerah.
2. Apakah badan usaha pemenang tender proyek harus membentuk tim pelaksana?
Personalia tim nya diambil dari mana? Bagaimana komposisi konsorsium?
Membentuk Badan Usaha Pelaksana (Special Purpose Vehicle) adalah hal mutlak
setelah usulan proyek KPBU disetujui pemerintah pusat. Berkaca di pemerintahan
pusat, bidang KPBU sudah menjadi unit sendiri. Jadi di daerah sebaiknya juga
menerapkan hal yang serupa.
HARI KE- :6
HARI, TANGGAL : Sabtu, 28 April 2018
MATERI, PEMATERI :
Penyiapan Legal Drafting: Bappeda (Dian Agung Wicaksono, SH., LLM)
Monev Proyek KPBU: Sani Roychansyah (M. Sani Roychansyah, ST., M.Eng., D.Eng.)
Studi Kasus KPBU: Bakti Setiawan
Diskusi:
Apakah memungkinkan secara hukum untuk menggaet lebih dari 2 badan usaha?
Efektifkah? Yang menjadi masalah adalah memahami proses dari hulu ke hilir? Seberapa
kuat Perda tersebut sebagai payung hukum dalam mekanisme KPBU?
Dalam legal drafting tidak ada materi muatan yang baku hanya paling tidak memuat
pembebanan pada masyarakat pada APBD dan pada program itu sendiri. Nanti apabila
pihak ketiga mengadakan perjanjian hukum dengan PJPK maka kekuatanya sesuai
dengan pemintanya (request). Kalau membaca dinamika politik, seolah yang berpotensi
untuk investasi adalah pemerinntah daerah. Mengapa badan usaha pelaksana
dihusnudzonkan akan lancar dalam menjalankan usaha? Karena bekerja di ranah teknis
dan tamengnya 2, mekanisme gugatan hukum dan Perda.
SESI III dan IV (11.15 – 15.15)
Studi Kasus KPBU SPAM Kota (Purnomo Dwi Sasongko)
Diskusi:
Apakah setelah mendapat VGF 20m, kelayakan finansial SPAM Semarang langsung
dapat diperoleh?
Simpul KPBU yang bersifat kontinu harus melakukan transfer ilmu kepada komponen
keanggotaan yang baru baik dari pelaksanaan proyek dan struktur kerjasama.
Skema KPBU di Indonesia masih zigzag sehingga dirasa kurang efektif sedangkan diluar
sudah lebih efektif. Di india, pilot project KPS diluncurkan dalam waktu 20 tahun. Saat ini
hanya membutuhkan 1 tahun.
Peserta diarahkan untuk membentuk kelompok yang akan bekerjasama dalam latihan
dan simulasi rumusan proyek KPBU.
Kegiatan diisi dengan workshop/diskusi peserta untuk menyusun beberapa kajian
pendukung suatu proyek untuk di-KPBU-kan (kajian kebutuhan, kajian risiko, dan
kajian hukum, dll.)
Peserta dibagi dalam 5 kelompok untuk mendiskusikan proyek KPBU yang mungkin
dilaksanakan sesuai dengan konteks daerah asalnya masing-masing.
HARI KE- :9
HARI, TANGGAL : Kamis, 3 Mei 2018
MATERI, PEMATERI :
Workshop Kelompok 2: Agam Marsoyo, Doddy Aditya Iskandar, Suryanto – Latihan/Simulasi
Alokasi Ruang Fiskal, Biaya Investasi, Value for Money, dan Alternatif VGF
Sesi, waktu : SESI I – V (08.00 – 17.00)
Catatan:
Di tengah kegiatan (11.30 – 12.00 ) terdapat pemantauan kegiatan oleh Bappenas (melalui
Pengawas Program Diklat PPP) untuk mensurvei apakah kegiatan pelatihan sesuai dengan
kurikulum.
HARI KE- : 10
HARI, TANGGAL : Jumat, 4 Mei 2018
MATERI, PEMATERI :
Presentasi Final Hasil Workshop Kelompok: Suryanto
WAKTU : 08.00 – 11.00
KELOMPOK 1:
Proyek KPBU TPAS Regional Legok Nangka Bandung Jawa Barat
Latar Belakang pemilihan rumusan proyek KPBU oleh kelompok adalah masalah sampah
yang belum dapat teratasi di Jawa Barat dan keterbatasan fasilitas persampahan regional.
Analisis kelompok memberikan paparan dari 3500 ton sampah di Jawa Barat, 1000 ton di
antaranya belum terangkut. Sampah masih diolah secara konvensional. Penyediaan
fasilitas ini mengalami keterbatasan dana daerah.
Ide proyek bervisi Jawa Barat menjadi Pelopor Pengelolaan Sampah Modern di Regional
Legok Nangka Bandung (Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Sumedang, Cimahi Garut,
Bandung Barat).
Pengelola utama adalah Pemerintah Proviinsi Jawa Barat.
Kelompok memberikan estimasi biaya investasi 100 – 200 USD / 2 T dengan periode
konsesi 20 -15 tahun (asumsi BC adalah 1,75 dan discount rate 0,1). Infrastruktur yang
akan dibangun meliputi incinerator sampah yang terintegrasi dengan pembangkit listrik
tenaga sampah. Kelompok juga mengajukan opsi VGF berdasarkan analisis jika TPAS
Regional dilakukan tanpa VGF maka APBD yang dikeluarkan adalah 400 M dari CAPEX
660 M, namun jika mendapatkan VGF 35% maka dari APBD yang dikeluarkan hanya
sebesar 330M. Tarif yang ditetapkan kepada masyarakat memiliki range 17.500 – 20.000,
sehingga pendapatan retribusi per tahun mencapai 166 T.
Keuntungan infrastruktur persampahan tersebut dalam skema KPBU adalah
meningkatkan performa manajemen sampah, terciptanya transfer teknologi sampah,
peningkatan pendapatan retribusi daerah sampah.
KELOMPOK 2:
Proyek KPBU RSU Zainoel Abidin Aceh
Urgensi proyek terkait kebutuhan rumah sakit tingkat provinsi (saat ini hanya tersedia 1
rumah sakit). Penyediaan infrastruktur ini menindaklanjuti program kerja pemerintah
daerah dalam memberikan jaminan kesehatan di Aceh.
Kajian kebutuhan pelayanan:
Rumah Sakit merupakan rumah sakit pendidikan sejak 1979 (Universitas Paku Alam) yang
membutuhkan renovasi seiring peningkatan jumlah pasien setelah JKA (pengobatan
gratis untuk segala jenis penyakit 2010 difasilitasi di Aceh dari dana khusus)
Proposal infrastruktur yang ditawarkan meliputi pembangunan gedung baru, renovasi
rumah sakit, dan peningkatan operasional.
Struktur pembiayaan terdiri dari biaya konstruksi, biaya peralatan, biaya operasi sebesar
600 M. Mekanisme pembiayaan AP RSU didapatkan dari uang pasien dan alokasi dari
BPJS Kesehatan. Kelompok memberikan estimasi bahwa penyediaan infrastruktur
melalui KPBU lebih efisien/hemat 20%.
Pembagian kerja KPBU antara swasta dan pemerintah:
Swasta melakukan renovasi, konstruksi, dan penyediaan alat-alat kesehatan, serta facility
maintenance. Sedangkan pemerintah melakukan layanan medis dan manajemen
operasional.
KELOMPOK 3:
Proyek KPBU Transportasi Massal (LRT & BRT) Kota Medan, Sumatera Utara
Latar belakang saat ini pelayanan infrastruktur adalah hal yang penting bagi Kota Medan
sebagai 5 kota terbesar di Indonesia dan gerbang internasional Sumatera Utara.
Kebutuhan jalan
Pertambahan jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
ekonomi. Penyediaan infrastruktur transportasi publik merupakan upaya antisipasi grid
lock di masa depan dan solusi tanggap tren perpindahan penumpang angkutan kota ke
kendaraan bermotor pribadi.
Kajian Kebutuhan Layanan sudah sesuai dengan RTRW dan sesuai dengan survei
permintaan penumpang (hasil angket).
Proposal infrastruktur:
a. LRT jalur layang sepanjang 17,3 km dengan kapasitas 200-300 orang/gerbong, nilai
CAPEX 13.5 M.
b. BRT sepanjang 18,3 km, tarif 10.000, Kapsitas bus 89 dan 35 orang, nilai CAPEX
2.344 M.
c. Revitalisasi TOD di Lapangan Merdeka, Iskandar muda, Aksara, Tuntungan (pusat
keramaian kota).
Analisis Value for Money positif dan proyek sudah layak untuk di-KPBU-kan. Manfaat yang
diperoleh meliputi pendapatan langsung proyek, efisiensi kota, dan penyediaan lapangan
kerja. Diberikan pertimbangan estimasi (asumsi VGF/dukungan dana kelayakan 49%)
yaitu jika menggunakan VGF tarif kepada masyarakat mencapai 47.000 sedangkan bila
menggunakan VGF tarif sebesar 10.000.
Pelaku utama adalah Pemerintah Kota Medan yang bertindak sebagai PJPK, perizinan,
Rencana Induk Perkeretaan, dan melakukan pendendalian kebijakan pengaturan traffic
dan demand.
KPBU dibutuhkan sebagai alternatif pendukung pembiayaan dan inovasi infrastruktur
transportasi publik. Analisis lanjutan perlu dilakukan terkait pengadaan lahan, perizinan,
dukungan tarif pemerintah, AMDAL, Andal Lalin,
KELOMPOK 4
SPAM Probolinggo, Jawa Timur
Analisis Kebutuhan: masyarakat yang belum terlayani akses PDAM 573.701 (49%).
Proposal KPBU yang dirumuskan adalah penyediaan SPAM air bersih di Probolinggo,
Jawa Timur untuk meningkat
KELOMPOK 5
SPAM Regional Wososuka Jawa Tengah
Kajian kebutuhan SPAM Regional Wososuka terdapat 20% kebocoran air regional dengan
cangkupan pelayanan yang masih kurang (Provinsi Jawa Tengah baru dapat memberikan
pelayanan air bersih perkotaan 80% di tahun 2018).
Program peningkatan air bersih ini menanggapi gerakan Universal Access 2019 100:0:100
– yang merupakan program dunia terkait sanitasi, air bersih, dan air minum.
Cangkupan pelayanan air SPAM ini mencangkup regional Kabupaten Sukoharjo,
Wonogiri, Karanganyar, Surakarta.
Proposal proyek KPBU menempatkan prioritas pembangunan bendungan untuk
menanggapi kinerja Waduk Gajah Mungkur yang kurang memadai. Perkiraan biaya
investasi pembangunan mencapai 526 M. Opsi skema KPBU yang dilakukan
menggunakan BOT (build operate transfer) dengan konsensi 20 tahun dan asumsi IRR
5% NPV 0,03 (Good Project), namun masih perlu kajian data terutama kelayakan
ekonomi.