net/publication/338621469
CITATION READS
1 1,760
2 authors, including:
Ario Koesalamwardi
Podomoro University
13 PUBLICATIONS 18 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ario Koesalamwardi on 16 January 2020.
ABSTRAK
Proyek infrastruktur transportasi Nasional membawa manfaat dengan meningkatkan nilai aset dari
area sekitar infrastruktur tersebut. Komitmen sektor publik, baik untuk membangun infrastruktur
transportasi, regulasi pemanfaatan lahan, serta pendanaan modal, akan menstimulasi sektor swasta
untuk melakukan investasi dan aktivitas bisnis di sekitar lokasi proyek. Surplus dari nilai aset
tersebut dapat dipertahankan dalam bentuk kepemilikan individu sebagai aset yang dikapitalisasi.
Pada teori ekonomi liberal, nilai yang tercipta dari suatu aktivitas adalah milik pencipta dari nilai
tersebut. Dengan dasar ini, pemerintah dalam peranannya sebagai pencipta nilai tambah, dengan
pembangunan infrastruktur, dapat menjustifikasi penarikan dari nilai tambah tersebut untuk
mendanai keberlangsungan proyek transportasi. Konsep value capture, yang dianggap sebagai
pemasukan publik, dapat digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur di area berkonsep
Tramsit Oriented Development (TOD). Skema pembiayaan infrastruktur transportasi Land Capture
Value (LCV) adalah skema pembiayaan infrastruktur yang relatif baru diperkenalkan di Indonesia.
Konsep LVC pada TOD belum diterapkan di Indonesia, sehingga dibutuhkan kajian terhadap
Identifikasi faktor – faktor penentu keberhasilannya, agar dapat menjadi acuan untuk keberhasilan
penerapannya di Indonesia. Agar penerapan skema pembiayaan infrastruktur ini dapat berjalan
dengan efektif, maka pertanyaan yang timbul adalah, apa saja faktor penentu kesuksesan skema
LCV yang sudah berjalan di negara lain? Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penentu kesuksesan skema Land Capture Value untuk membiayai pembangunan infrastruktur
transportasi. Penelitian ini adalah penelitian pendahulian (preliminari) yang akan dijadikan dasar
untuk penelitian lebih lanjut mengenai Land Capture Value. Penelitian ini akan menggunakan
metode meta-analisis untuk mempelajari dan mengidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan
skema Land Value Capture di beberapa negara. Selain itu, Penelitian ini juga akan menerapkan
kajian dengan membandingkan penerapan skema ini di negara lain.
Kata Kunci: Infrastruktur, Land Capture Value, Transit Oriented Development, Transportasi
PENDAHULUAN
Infrastruktur transportasi mempunyai peran vital dalam meningkatkan dan menjaga daya saing
ekonomi suatu kota. Infrastruktur transportasi memangkas waktu tempuh, dan meningkatkan
efektifitas pengguna, serta membuat kota tersebut menjadi tempat yang hunian yang nyaman untuk
beraktivitas. Pada banyak kota besar di dunia, kebutuhan terhadap sistem transportasi sangatlah
tinggi seiring dengan bertumbuhnya populasi pada suatu kota besar, serta peningkatan kemacetan
lalu lintas yang berimbas kepada terbuangnya waktu aktivitas masyarakat serta menningkatnya
polusi udara. Disisi lain, International Transport Forum (2013) berpendapat bahwa pemerintah di
negara berkembang mengalami kesulitan mendanai proyek infrastruktur transportasi karena
Dentiala - IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SKEMA PENDANAAN LAND VALUE CAPTURE│ 64
Pengembangan Inovasi Kawasan TOD Berbasis Value Engineering
Hubungan antara pembangunan Infrastruktur Transportasi dengan kenaikan nilai dari lahan,
ekonomi dan proses bisnis dari lahan sekitar sangatlah berkorelasi, dan tercipta melalui konsep
aksesibilitas (Roukoni, et al., 2014). Pengembangan Infrastruktur Transportasi dapat memberikan
nilai tambah pada pengembangan lahan dan pertumbuhan ekonomi. Pada teori ekonomi liberal,
nilai yang tercipta dari suatu aktivitas adalah milik pencipta dari nilai tersebut. Dengan dasar ini,
pemerintah dalam peranannya sebagai pencipta nilai tambah, dengan pembangunan infrastruktur,
dapat menjustifikasi penarikan dari nilai tambah tersebut untuk mendanai keberlangsungan
infrastruktur disekitar (Salon dan Shermake, 2011; Ahlfeldt dan Feddersen, 2010). Mengenali nilai
ekonomi dari lahan dan properti disekitar area Infrastruktur Transportasi bukanlah hal baru, tetapi
untuk mengintegrasikan kedua hal tersebut kedalam suatu konsep pembiayaan masih sedikit
diterapkan di dunia, dan masih menghadapi banyak tantangan (Cervero,2003;Newman,
Glazerbrook and kenworthy, 2013, 1999,; Mcintosh, Trubka and Newman, 2014).
Konsep Land Value Capture telah banyak diterapkan di banyak negara berkembang di dunia.
Diantara banyak mekanisme dan tools yang digunakan dalam Land Value Capture, Jillella dan
Newman (2016) menjelaskan bahwa Pengembangan Bersama (Joint Development) merupakan
mekanisme yang paling banyak digunakan, diikuti oleh Pendanaan Kenaikan Pajak (Tax Increment
Financing) dan Pajak Property (Property Tax) selebihnya merupakan mekanisme lainnya dalam
melakukan monetisasi lahan. Namun, dalam penerapannya oleh berbagai negara di dunia, aplikasi
dari Land Value Capture menemui banyak tantangan seperti pemahaman dan penerimaan publik,
transparansi penggunaan retribusi, generalisasi dalam pengenaan pajak antara pemilik rumah
tinggal dan pelaku bisnis, peraturan yang belum mengatur praktek Land Value Capture secara
komprehensif, serta banyak tantangan lainnya (Houston dan Lashbash, 2018). Maka, studi
mengenai evaluasi, Critical Success Factor, dan Lesson Learned menjadi penting agar kota – kota
baru yang akan menerapkan konsep tersebut dapat belajar dan mengaplikasikan pembelajaran
didapat dan mengaplikasikan dengan lebih baik.
Di Indonesia, konsep Land Value Capture untuk membiayai Infastruktur Transportasi masih
terbilang baru, sementara kebutuhan Infrastruktur Transportasi disadari cenderung meningkat.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015 – 2019, Badan perencanaan dan
Pembangunan Nasional (2018) menyebutkan bahwa kebutuhan pembiayaan Infrastruktur
Transportasi di Indonesia sebesar 1.283 Triliun Rupiah. Dengan keterbatasan kemampuan
ekonomi dari Pemerintah, Land Value Capture menjadi salah satu dari skema pembiayaan yang
patut untuk dieksplorasi. Namun, studi mengenai Land Value Capture di Indonesia masih dirasa
sangat sedikit. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penentu
65│PROSIDING – KORD 2019
Pengembangan Inovasi Kawasan TOD Berbasis Value Engineering
kesuksesan (Critical Success Factor) dari studi proyek Infrastruktur Transportasi yang telah
berjalan di seluruh dunia dapat dijadikan lesson learned, dengan harapan good practices tersebut
dapat diadopsi dan disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi dan hukum yang terdapat di
Indonesia.
Mekanisme LVC
Terdapat berbagai skema penerapan LVC, Suzuki et. al. (2015) menjabarkan pada dasarnya
terdapat 2 kelompok besar mekanisme LVC, yaitu (1) LVC berbasis pajak dan atau retribusi (tax or
fee based), dan (2) berbasis pembangunan (development based), seperti yang dijelaskan secara
lebih rinci pada tabel 1.
Dentiala - IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SKEMA PENDANAAN LAND VALUE CAPTURE│66
Pengembangan Inovasi Kawasan TOD Berbasis Value Engineering
Mekanisme Deskripsi
Land and Pajak yang dikenakan atas estimasi nilai tanah atau tanah dan
Property Tax bangunan digabungkan, dengan pendapatan biasanya masuk ke
(Pajak lahan dan anggaran untuk keperluan umum.
properti)
Betterment Tambahan Pajak diberlakukan oleh pemerintah atas estimasi
charges and manfaat yang diciptakan oleh investasi publik,pemilik properti yang
special mendapat manfaat langsung dari investasi publik akan membayar
assessments biayanya.
(Perbaikan biaya
Tax-or-fee Based
dan asesmen
khusus)
Tax Increment Tambahan Pajak pada properti dalam area yang akan dibangun
Financing kembali oleh investasi publik yang dibiayai oleh municipal bond
(kenaikan nilai terhadap kenaikan yang diharapkan dalam pajak properti. Skema ini
pajak) banyak digunakan di Amerika Serikat.
Land sale or Pemerintah menjual tanah pengembang atau hak
lease pengembangannya, yang nilainya telah meningkat karena investasi
(Sewa atau jual sebagai imbalan untuk pembayaran di muka, biaya sewa, atau
lahan) pembayaran sewa tahunan
Joint Pengembangan bersama area Transit-oriented Development (TOD)
Development antara pengembang dan agen transit yang berkontribusi secara
(Pengembangan finansial untuk pembangunan stasoun, karena nilai properti mereka
bersama) akan meningkat setelah TOD beroperasi
Air rights sale Pemerintah menjual hak pengembangan yang melampaui batas yang
ditentukan dalam peraturan penggunaan lahan seperti Koefisien
Development-based
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini berada pada tahap penelitian pendahuluan, sehingga penelitian ini masih berada pada
tahap kajian literatur permulaan. Proses pencarian literatur memerlukan proses pengembangan
kata kunci untuk digunakan dalam mesin pencari Google Scholar. Kata kunci yang digunakan, yaitu
"Critical Success Factor" OR "Critical Factor" OR "Success Factor" OR "Critical Issue" AND "Land
Value Capture" OR "Value Capture" AND "Transportation" OR "Railway Transport" AND
"Transportasi Indonesia" OR "Indonesian Transportation". Dengan kata-kata kunci tersebut, 47
publikasi terkait dari sumber-sumber bereputasi didapatkan yang kemudian di analisa untuk
mendapatkan faktor penentu keberhasilan skema LVC untuk membiayai infrastruktur transportasi.
Hasil pengkajian literatur kemudian ditabulasikan dalam tabel meta-analisis seperti Tabel 2. Dari
Dentiala - IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SKEMA PENDANAAN LAND VALUE CAPTURE│68
Pengembangan Inovasi Kawasan TOD Berbasis Value Engineering
tabel meta-analisis faktor tersebut, 3 faktor dengan kemunculan terbanyak akan menjadi pokok
bahasan.
Dentiala - IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SKEMA PENDANAAN LAND VALUE CAPTURE│ 70
KONFERENSI NASIONAL REKAYASA DAN DESAIN
UNIVERSITAS AGUNG PODOMORO
Jakarta - 18 JULI 2019
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi benchmarking penerapan skema LVC di berbagai negara dan meta-analisis,
dari 8 faktor penentu keberhasilan skema pendanaan infrastruktur transportasi, 3 faktor yang
paling sering dikemukakan untuk menjamin keberhasilan skema LVC adalah: (1) Model bisnis yang
memberikan keuntungan dan manfaat bagi pemerintah dan swasta, (2) studi pengembangan zonasi
kawasan yang komprehensif, dan (3) regulasi dan perjanjian yang transparan, adil serta berimbang
antara pemerintah, swasta terkait dengan pembagian keuntungan dan biaya.
Model bisnis dari skema pembiayaan LVC harus dapat memberikan tingkat pengembalian modal
bagi pihak swasta yang sudah ikut berkontribusi dalam investasi proyek infrastruktur transportasi.
Pihak swasta yang sudah mendapatkan keuntungan dari penjualan properti real estate yang
memiliki akses transportasi massal tidak semestinya mencari keuntungan lagi dari harga tiket
transportasi, karena infrastruktur transportasi pada dasarnya adalah untuk memberi pelayanan
kepada masyarakat. Studi pengembangan zonasi haruslah komprehensif dan tidak kaku. Studi
zonasi dan penataan kawasan tidak hanya terpaku pada KLB atau garis sempadan bangunan,
melainkan perencana tata kota dapat berinovasi dalam hal densitas bangunan, dampak terhadap
lalu-lintas, atau ambang batas polusi kebisingan. Selain itu, perencanaan dan zonasi jangka panjang
harus konsisten. Regulasi dan perjanjian yang transparan, adil serta berimbang dapat memberikan
rasa aman bagi pihak swasta untuk berinvestasi dalam pembiayaan infrastruktur transportasi di
kawasan TOD yang dikembangkan bersama dengan pemerintah. Rasa aman didapatkan dari adanya
pembagian risiko proyek dan jaminan dari kerugian yang timbul dari sengketa atau kebangkrutan.
DAFTAR PUSTAKA
Abiad, A., & Teipelke, R. (2017). Infrastructure provision in developing Asia’s giants: A comparative
perspective on China, India, and Indonesia. Journal of Infrastructure, Policy and
Development, 1(1), 24-43.
Ang, G., & Marchal, V. (2013). Mobilising Private Investment in Sustainable Transport: The Case of
Land-Based Passenger Transport Infrastructure. OECD Environment Working Papers, 56.
Berawi, M. A., Ibrahim, B. E., Gunawan, & Miraj, P. (2019). Developing A Conceptual Design of
Transit-Oriented Development To Improve Urban Land Use Planning. Journal of Design and
Built Environment, 19(1), 40-48.
Bernick, M., & Cervero, M. (1997). Transit Villages for the 21st Century. New York: McGraw-Hill.
Bitir, S. B. (2019). Designing Land Value Capture Tools in the Context of Complex Tenurial and
Deficient Land Use Regulatory Regimes in Accra, Ghana . Lincoln Institute of Land Policy .
Bowes, D. R., & Ihlanfeldt, K. R. (2001). Identifying the Impacts of Rail Transit Stations on
Residential Property Values. Journal of Urban Economics, 50, 1-25.
Cervero, R., & Murakami, J. (2009). Rail and Property Development in Hong Kong: Experiences and
Extensions. Urban Studies, 46(10), 2019-2043.
Cervero, R., & Susantono, B. (1999). Rent Capitalization and Transportation Infrastructure
Development in Jakarta. RURDS, 11-23.
Doherty, M. (2004). Funding public transport development through land value capture programs.
Dye, R., & England, R. (2010). Land Value Taxation Theory, Evidence and Practice. Bolton: The
Lincoln Institute of Land Policy.
Fensham, P., & Gleeson, B. (2003). Capturing Value for Urban Management: A New Agenda for
Betterment. Urban Policy and Research, 21(1), 93-112.
Froes, M., & Rebelo, J. M. (2006). Transport, Energy, and CO2 in Asia: Where Are We Going and How
Do We Change It? The Better Air Quality 2008 Workshop. Bangkok, Thailand.
Dentiala - IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SKEMA PENDANAAN LAND VALUE CAPTURE│ 71
Pengembangan Inovasi Kawasan TOD Berbasis Value Engineering
Gihring, T. A. (2009). The Value Capture Approach To Stimulating Transit Oriented Development And
Financing Transit Station Area Improvements. Victoria: Victoria Transport Policy Institute.
Hodge, G., & Greve, C. (2007). Public–Private Partnerships: An International Performance Review.
Public Administration Review, 67(3), 545-588.
Hui, E. C.-M., & Ho, V. S.-M. (2004). Land value capture mechanisms in Hong Kong and Singapore: A
comparative analysis. Journal of Property Investment & Finance, 22(1), 76-100.
Jillella, S. S., & Newman, P. (2016). Innovative value capture based rail transit financing: an
opportunity for emerging transit cities of India. Journal of Sustainable Urbanization,
Planning and Progress, 1(1), 56-65.
Mathur, S. (2014). Innovation in Public Transport Finance - Property Value Capture. London: Taylor
& Francis Group.
Mathur, S., & Smith, A. (2013). Land value capture to fund public transportation infrastructure:
Examination of joint development projects' revenue yield and stability. Transport Policy, 30,
327-335.
Medda, F. (2012). Land value capture finance for transport accessibility: a review. Journal of
Transport Geography, 154-161.
Mittal, J. (2014). Self-financing land and urban development via land readjustment and value
capture. Habitat International, 44, 314-323.
Murakami, J. (2012). Transit Value Capture: New Town Codevelopment Models and Land Market
Updates in Tokyo and Hong Kong. Value Capture and Land Policies, 285-320.
Renne, J. L., Bartholomew, K., & Wontor, P. (2011). Transit-Oriented and Joint Development: Case
studies and legal issues. Transit Cooperative Research Program (TCRP) Legal Research.
Rybeck, R. (2004). Using Value Capture to Finance Infrastructure and Encourage Compact
Development. Public Works Management and Policy, 8(4), 249-260.
Salaj, A. T., Roumboutsos, A., & Grum, B. B. (2018). Land value capture strategies in PPP – what can
FM learn from it? Facilities, 36(1), 24-36.
Smolka, M. (2013). Implementing Value Capture in Latin America. Cambridge, MA: Lincoln Institute
of Land Policy.
Still, T. (2002). Transit-Oriented Development: Reshaping America's Metropolitan Landscape. On
Common Ground, 44-47.
Suzuki, H., Murakami, J., Hong, Y.-H., & Tamayose, B. (2015). Financing Transit Oriented Development
with Land Values: Adapting Land Value Capture in Developing Countries. Washington: World
Bank Group.
United Nations. (2019). Department of Economic and Social Affairs. Diambil kembali dari World
Population Prospects 2019, Online Edition: https://population.un.org/wpp/
Dentiala - IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN SKEMA PENDANAAN LAND VALUE CAPTURE│72