Anda di halaman 1dari 26

Hubungan Manusia - Lingkungan

Dr. Ir. Hanny W Wiranegara, M.T.


wiranegara.hanny@gmail.com
HUBUNGAN MANUSIA-LINGKUNGAN
individu lingkungan

SIKLUS MATERI,
ALUR ENERGI,
ARUS INFORMASI
SISTEM MIKRO SISTEM MAKRO
• Sbg fenomena IPA: aliran materi dan energi
• Sbg fenomena IPS: aliran informasi

Kelompok manusia Perumahan


Tiga macam hubungan:
1. Penghuni  Perumahan
Karakteristik individu/kelompok yang relevan
dengan pembentukan suatu lingkungan perumahan
2. Perumahan  Penghuni
Bagaimana dan seberapa besar pengaruh
perumahan yang direncanakan/dirancang pada
individu/kelompok
3. Penghuni Perumahan
Mekanisme dua arah yang menghubungkan
penghuni dengan perumahan yang dihuninya.
fisik biologis lingkungan sosial-
genotipe fenotipe budaya
PEMBENTUKAN KEPRIBDIAN
mental-
psikologis lingkungan fisik
alamiah (biotis,
abiotis)
Pribadi Individu dan binaan

Karakter Kelompok

Proses Terbentuknya Pribadi Individu dan Karakter Kelompok


(Sumber: Sumaatmadja, 1996. Gambar 3, hal. 29 yang dimodifikasi)
Pribadi individu dan karakter kelompok dipengaruhi faktor
genotip (faktor internal/dalam) dan fenotip (faktor lingkungan,
yang terdiri atas lingkungan sosbud dan lingkungan fisik binaan
& alamiah).
Model di atas dapat dipakai untuk membantu menjelaskan
pengaruh perumahan pada penghuninya (individu maupun
kelompok).
PENGARUH LINGKUNGAN PADA INDIVIDU
Penjelasannya:
• Melalui indera, seseorang menerima
rangsang/informasi dari lingkungannya.
• rangsang tersebut diinterpretasikan melalui
proses persepsi (=proses penafsiran dan
pengolahan rangsang yang terjadi di
lingkungannya).
• + memori atas pengalaman sebelumnya
kemudian rangsang tersebut diberi
arti/meaning melalui proses belajar dan
mempengaruhi sikap seseorang. Sikap ini
mempengaruhi motivasi yang akan
mengarahkan tindakannya/perilakunya.
Sikap individu terhadap lingkungan:
1. (-) individu menolak atau menentang lingkungan:
– Lingkungan tidak sesuai untuk seseorang
– Individu melakukan perubahan atas lingkungan sesuai
yang dikehendakinya (aktif)  adjustment
2. (+) individu menerima lingkungan
– Keadaan lingkungan sesuai untuknya
3. (0) individu bersikap netral
– Individu tidak menerima juga tidak menolak lingkungan
Hindari marginalisasi, pertimbangkan
kebutuhan manusia dalam pembangunan
rumah/perumahan:
1. Kebutuhan fisik-biologis, meliputi:
1) terpenuhi kebutuhan oksigen, air, dan makanan;
2) terjaga kondisi fisiologis penghuni (suhu dan kelembaban
udara sesuai dengan ambang toleransi penghuni,
rangsang cahaya cukup, aliran udara segar dan
bermanfaat bagi kesehatan, terhindar dari gangguan
bising);
3) terfasilitasi pelaksanaan kehidupan sehari-hari
penghuninya seperti beristirahat, membimbing anak,
bersantai, dan lain-lain yang ditunjang oleh luas hunian
yang memadai.
2. Terpenuhi kebutuhan aspek psikologis di antaranya
adalah kesempatan untuk meningkatkan
kepribadian penghuni, kesempatan membentuk
kehidupan, bersedia menerima tanggungjawab atas
lingkungan yang baru, dan menjadi anggota
masyarakat setempat (Frick, 1984).
Tiga macam hubungan antara lingkungan fisik
dengan manusia:
• determinism (lingkungan fisik menentukan perilaku,
meningkatkan kebahagiaan, meningkatkan interaksi
sosial, dll),
• possibilism (lingkungan fisik memberi kemungkinan
dan kendala bagi pilihan), dan
• probabilism (seberapa besar lingkungan fisik
memberi kemungkinan terjadinya perilaku tertentu).

(Sumber: Rapoport, 1977)


• Environmental probabilism adalah pandangan paling
mutakhir.
• Lingkungan fisik dipandang sebagai setting bagi
kegiatan manusia, yang dapat bersifat inhibiting
atau facilitating.
• Jadi setting fisik memberi kemungkinan tertentu
seperti: seberapa besar kemungkinannya
mencegah/menghancurkan bentuk-bentuk organisasi
keluarga, mencegah pembentukan kelompok
homogen yang mutual-help, mengganggu jaringan
sosial/kelembagaan tertentu, mencegah kegiatan
ritual/ekonomi tertentu, dll.
(Sumber: Rapoport, 1977)
Inhibiting
• inhibiting (membuat perilaku tertentu lebih sukar
terjadi tetapi tidak menghambat sepenuhnya);
• misalnya kondisi lingkungan fisik rusuna (rumah
susun sederhana) dapat menghambat
perkembangan motorik anak-anak, sukar
menampung kegiatan bersama keluarga, mencegah
kegiatan ritual atau ekonomi tertentu, sukar
melaksanakan pembinaan watak anak karena
kedekatan spatial sehingga pengaruh tetangga sangat
besar, dan lain-lain.
Facilitating
• facilitating atau bahkan sebagai katalis bagi
munculnya latent behavior,
• misalnya rumah yang sempit dapat
menimbulkan stress yang selanjutnya
mendorong timbulnya perilaku patologis.
• Lingkungan permukiman yang positif dapat
memfasilitasi hidup penghuni ke arah yang
diinginkan, seperti berkembangnya
kepribadian (Erikson dalam Lewis, 1987).
Gagasan hipotetis Irvin Rosow tentang empat
jenis pengaruh lingkungan fisik terhadap
kehidupan sosial:

1.Kepincangan sosial dan efisiensi sosial:


– Terdapat korelasi positif antara kondisi perumahan
yang buruk dengan berbagai bentuk kejahatan,
kenakalan remaja, penyakit, kematian, dst.
2. Daya dukung huni perumahan:
a. Daya dukung huni adalah kemampuan perumahan
untuk dihuni sebaik-baiknya sehingga terasa enak
(livability).
b. Di antaranya menyangkut tata guna ruang serta
kecocokan fasilitas dengan kebutuhan para
penghuni dan faktor tata letak dan denah
bangunan yang paling mengurangi ketegangan dan
frustrasi.
c. Makin maju suatu masyarakat makin memerlukan
privacy (untuk berpikir, merenung, membaca,
belajar, menikmati keindahan, bermeditasi, dan
lain-lain).
3. Integrasi ketetanggaan:
a. Hidup bertetangga yang sehat merupakan salah
satu tujuan perencanaan perumahan, dalam hal ini
kepincangan hidup bertetangga berupa
fragmentasi dan segmentalisasi dapat dikurangi.
b. Dalam kehidupan kota, masyarakat terpecah-pecah
dan masing-masing pecahan (fragmen) hanya
mengenal sesamanya berdasarkan
bagian/segmennya saja.
c. Misalnya pertemanan atau pengenalan
berdasarkan kesamaan pekerjaan.
d. Integrasi ketetanggaan dipengaruhi oleh:
proksimitas tetangga, orientasi rumah, mobilitas
harian.
4. Estetika:
a. Manusia kota sebagai penghuni perumahan
membutuhkan keindahan yang terpantulkan
melalui aneka sinar, udara, warna dan
bentuk materi bangunan serta kehijauan
lingkungan di sekitarnya (rumah dan
tetangganya).
b. Diyakini adanya efek halus dari lingkungan
yang indah kepada penghuni perumahan.
Sejauh mana efek ini terhadap toleransi dan
integrasi sosial perlu adanya riset yang
mendalam.
Beberapa teori psikologi lingkungan yang
menerangkan hubungan/pengaruh lingkungan
pada manusia:
• Teori stress lingkungan
• Teori kelebihan beban
• Teori kendala tingkah laku
• Teori intensitas-kepadatan
Teori Stress Lingkungan
Dalam teori ini disebutkan adanya dua elemen dasar
yang menyebabkan manusia berperilaku terhadap
lingkungannya, pertama stressor, kedua stress.
Stressor adalah elemen lingkungan berupa rangsang,
seperti suara, suhu udara, kesesakan, kepadatan,
dan lain-lain. Stress (ketegangan, tekanan jiwa)
adalah hubungan antara stressor (rangsang) dengan
reaksi yang ditimbulkan dalam diri individu.
Teori Kelebihan Beban
(Environmental Load Theory)
Prinsip dasar teori kelebihan beban adalah adanya keterbatasan
manusia di dalam mengolah rangsang yang datang dari lingkungan.
Bila rangsang terlalu banyak seperti dapat terjadi pada hunian
berkesesakan (dan berkepadatan) tinggi, seseorang mengalami
beban indera yang berlebihan karena tidak mampu menghadapi
semua rangsang tersebut. Ukuran keluarga yang besar (dalam suatu
hunian yang terbatas luasnya) dapat menyebabkan rangsang
berlebih.
Rangsang yang terlalu besar melebihi kapasitas penerimaan
seseorang tidak akan mampu diolah, sehingga mengganggu
kemampuannya untuk berfungsi secara tepat.
Di samping itu rangsang berlebih bersifat tidak menyenangkan dan
dapat menyebabkan gangguan psikologis antara lain perasaan
tertekan, bosan, dan tidak berdaya.
Teori Kendala Tingkah Laku
(The Behavior Constraint Theory)

Jika individu mendapat hambatan terhadap


kebebasannya untuk melakukan sesuatu ia akan
berusaha untuk memperoleh kebebasannya itu
kembali.
Hal ini dicontohkan dengan munculnya kenakalan
remaja sebagai reaksi atas rasa kesesakan yang
timbul akibat tinggal pada hunian berkesesakan
tinggi yang memberikan ketidakpuasan atas privasi.
Teori Intensitas-Kepadatan
(Density-Intensity Theory)
Kesesakan dan kepadatan tinggi dapat menguatkan
reaksi terhadap situasi yang dihadapi.
Situasi yang pada dasarnya positif akan makin positif
dan situasi yang pada dasarnya negatif akan makin
negatif.
Pengaruh kepadatan dan kesesakan
pada penghuni hunian tipe kecil
• Kepadatan (density): gambaran kuantitatif
tentang banyaknya orang atau unit hunian
dalam satu satuan luas lahan (ha).
• Kesesakan hunian (crowding): perbandingan
antara jumlah penghuni dengan luas rumah
yang ditempatinya.
• Rasa kesesakan adalah suatu kondisi
psikologis negatif akibat tingginya kesesakan
hunian, terlebih lagi jika berada dalam area
berkepadatan tinggi.
Hasil Penelitian Peneliti, Tahun Sumber
Kesesakan hunian mempengaruhi kondisi psikologis anak; anak- Plant, 1930 Choldin,
anak tidak mampu berfungsi dengan baik, tidak berkesempatan 1978
menyepi, terbuka terhadap seksualitas orang tua.
Kesesakan hunian menyebabkan stres yang dimanifestasikan Booth, 1976 Choldin,
secara psikologis maupun perilaku yang mengganggu. 1978
Kesesakan berlebih berkaitan dengan rendahnya kesehatan, Galle, Gove, Mc Galle,
mendorong orang menjadi hiperseksual, perawatan anak kurang Pherson, 1972 Gove, Mc
efektif di dalam rumah, menurunnya perhatian orang tua; Pherson,
mendorong terjadinya kejahatan. 1972
Kesesakan berlebih menyebabkan pesimisme, pasif, stres, Schorr Galle, Gove,
ketidakpuasan, kekecewaan, sehingga orang tidak dapat Mc Pherson,
1972
beradaptasi.
Kesesakan menyebabkan orang kurang dapat mengendalikan Barron, Mandel, Sears,
lingkungan. Adams dan Griffen, 1994
1976
Kesesakan pada perumahan bertingkat tinggi menyebabkan Holahan dan Sears,
penghuni kurang menyukai hubungan sosial; Wilcox, 1987 1994
Willman dan
Penghuni tidak begitu menghargai keramahan lingkungan mereka
Whitaker, 1974
sendiri
Dalam kesesakan, penghuni menderita gangguan kesehatan dan Insel & Lindgren, Insel &
perkembangan mental, mengalami kesukaran pemahaman diri, 1978 Lindgren,
hubungan antarpersonal yang tidak baik serta munculnya gejala 1978
gangguan fisik akibat stres.
Sumber: Hanny, 1999[
Hubungan timbal balik man-env
• Hubungan antara manusia dengan lingkungan
bersifat timbal balik.
– Manusia mempengaruhi lingkungan
– Lingkungan mempengaruhi manusia
– Kualitas hidup Kualitas lingkungan

• Untuk menunjukkan hubungan timbal balik


terdapat berbagai software sistem dinamik.
Contoh software: powersim, stella, dll.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai