Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

Kajian Kemanfaatan Penerapan Infrastruktur


Berkelanjutan
Wulfram I. Ervianto
Kelompok Keahlian Manajemen Rekayasa Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia.
ervianto@mail.uajy.ac.id

Abstrak—Fenomena terjadinya perubahan iklim di bumi sangat beragam tergantung dari kesiapan infrastruktur
sedikit banyak dipicu oleh aktifitas manusia berupa aktifitas pendukungnya, antara lain regulasi dan sektor praktis. Sebagai
pembangunan berbagai jenis infrastruktur, diantaranya contoh, Indonesia telah memulai mengimplementasikan
bangunan gedung, jalan raya, waduk, jalan kereta api, pendekatan ramah lingkungan sejak beberapa waktu lalu.
pelabuhan, bandar udara dan lainnya. Jika pendekatan yang Namun demikian, kemajuannya belum signifikan terlihat nyata.
dipilih dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan Inisiasi isu berkelanjutan di Indonesia nampak nyata sejak
tidak didasarkan pada pendekatan yang tepat, maka berpotensi berdirinya institusi Green Building Council Indonesia yang
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, diantaranya menghasilkan assessment tools khusus untuk bangunan gedung
adalah terganggunya ketersediaan material terutama yang
yang disebut GREENSHIP. Salah satu bangunan yang
bersifat tak terbarukan. Oleh karenanya, pengelolaan proyek
konstruksi perlu berubah dari pendekatan konvensional menjadi
dinyatakan sebagai bangunan green adalah Gedung
pendekatan ramah lingkungan yang fokus pada aspek ekonomi, Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta dengan predikat
lingkungan, dan sosial. Namun demikian tidak dapat dipungkiri Platinum.
perlu adanya pendekatan lain berupa kemanfaatannya bagi Di sisi lain, pendekatan green yang dipayungi oleh isu
seluruh stake holder dalam perspektif aspek bisnis, salah satunya “berkelanjutan” terus berkembang yang meluas sampai pada
adalah finansial atau investasi, misalnya infrastruktur jalan yang kota “hijau’, jalan “hijau’, pelabuhan laut “hijau”, Agregasi
berbayar. Di sisi lain, harus diyakinkan terjadi kemanfaatan
infrastruktur “hijau” tersebut dalam suatu wilayah akan
infrastruktur bagi masyarakat umum tanpa mengesampingkan
membentuk kawasan “hijau” atau kota “hijau”. Lebih jauh lagi
aspek bisnisnya. Tujuan kajian ini adalah untuk
memformulasikan pendekatan yang mampu mengakomodasi
berkembang menjadi “kota berkelanjutan” dan pendekatan
berbagai hal tersebut diatas, didasarkan pada kajian terhadap terkini adalah “kota berketahanan iklim”.
berbagai dokumen yang telah dipublikasikan. Temuan dalam Perkembangan terkait dengan isu berkelanjutan yang
kajian ini adalah perlunya mengelaborasi berbagai aspek agar semakin pesat, tentu berpotensi menimbulkan berbagai
tejadi kolaborasi beberapa hal sebagai berikut, yaitu: (a) dampak, baik aspek positif maupun negatif. Oleh sebab itu,
menerapkan manajemen aset, (b) meninjau kinerja ekonomi, (c) perlu dilakukan kajian terhadap aspek kemanfaatan isu
penggunaan sumberdaya secara efisien dan efektif, (d)
berkelanjutan tersebut dalam berbagai sektor yang terkait di
menerapkan manajemen emisi, polusi, dan limbah, (e) mengelola
Indonesia. Tujuan dalam kajian ini adalah untuk mengetahui
ekosistem dan keberagaman (biodiversity), (f) mengelola seluruh
komunitas yang terlibat, (g) mengelola tenaga kerja. manfaat yang diterima sebagai dampak dalam
mengimplementasikan pendekatan atau isu berkelanjutan di
Kata Kunci—kemanfaatan; infrastruktur; berkelanjutan Indonesia.

I. PENDAHULUAN II. KAJIAN PUSTAKA


Infrastruktur merupakan salah satu kata kunci bagi Inisiasi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
Indonesia saat ini, hal ini dibuktikan oleh adanya program didasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
percepatan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia yang Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 05
sangat ditekankan oleh Presiden Joko Widodo. Sebagian dari /PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi
program pembangunan tersebut telah dirasakan manfaatnya Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaraan Infrastruktur
oleh rakyat Indonesia, diantaranya adanya jalan tol Brebes Exit Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Dalam peraturan
yang mampu meniadakan kemacetan panjang saat hari raya tersebut didefinisikan mengenai konstruksi berkelanjutan, yaitu
Idul Fitri tahun 2017 yang lalu. Tentu saja jika seluruh proyek sebuah pendekatan dalam melaksanakan rangkaian kegiatan
strategis nasional telah selesai dibangun akan membawa yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang
perubahan yang sangat signifikan bagi Indonesia. memenuhi tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan
pada masa yang akan datang, serta memenuhi prinsip
Aspek lain yang perlu diadopsi dalam perencanaan dan berkelanjutan. Dalam definisi tersebut tersirat bahwa manfaat
pelaksanaan adalah isu berkelanjutan yang telah diinisiasi oleh penerapan konsep berkelanjutan akan dirasakan oleh generasi
berbagai negara di dunia, meskipun pencapaiannya masih mendatang agar mempunyai kesempatan hidup lebih baik

212
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

dibanding generasi saat ini. Namun demikian, masih Namun demikian, dalam perspektif lingkungan berpotensi
diperlukan usaha yang lebih nyata agar pendekatan ini mampu membawa dampak negatif akibat proses konstruksi yang
berdaya guna dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik sensitif terhadap penggunaan sumberdaya alam dan
mengingat telah dan sedang terjadi degradasi lingkungan di keterbatasan pengetahuan dalam pengelolaan proyek yang
berbagai daerah di Indonesia. masih bersifat konvensional. Dalam situasi demikian maka
dituntut pengetahuan baru yang inovatif bagi pengelola proyek
Program pemerintah yang dikemas dalam proyek strategis dan seluruh stake holder yang terlibat didalamnya. Terlebih
nasional Indonesia yang membutuhkan pendanaan relatif besar lagi mengingat bahwa proses konstruksi di Indonesia masih
tentu akan mendatangkan manfaat nyata bagi kehidupan mengalami berbagai kendala yang ditandai dengan adanya
masyarakat di Indonesia terutama untuk masyarakat yang berbagai kegagalan konstruksi pada akhir-akhir ini.
langsung menerima manfaat adanya proyek tersebut. Nilai
proyek dalam skema inipun tidak relatif besar yaitu ± 4000 Selain itu, kapasitas penyedia jasa konstruksi nasional di
triliun rupiah, sehingga perlu diyakinkan manfaat nyata yang Indonesia masih mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal,
akan dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah antara lain aspek manajemen dan kapasitas internal, pendanaan,
satu proyek yang termasuk dalam skim ini adalah infrastruktur ketersediaan teknologi terbaru dan lain sebagainya. Namun
jalan tol, dengan panjang jalan ±1755.43 km (Gbr. 1). demikian, untuk memulai pendekatan baru tidak perlu
menunggu sampai penyedia jasa siap, tetapi secara perlahan
Proyek Strategis Nasional Indonesia-Jalan Tol dapat segera dimulai. Oleh sebab itu, kiranya penting segera
(dalam km) dilakukan kajian terhadap capaian pengetahuan yang dimiliki
oleh penyedia jasa terutama dalam hal isu berkelanjutan.
Provinsi Sumatera Utara 78,00 Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.11/PRT/M/2012, yang dimaksud dengan infrastruktur
Provinsi Sumatera Selatan 134,00 mencakup bidang sumberdaya air, jalan dan jembatan,
perumahan dan permukiman, dan penataan ruang. Program
Provinsi Sulawesi Utara 39,00
pemerintah saat ini, mendorong pembangunan jaringan
Provinsi Riau 135,00
infrastruktur tol laut, dan sistem logistik nasional harus
terintegrasi satu sama lain agar dapat memberikan manfaat
Provinsi Lampung 138,00 nyata terhadap aspek ekonomi, serta mampu meningkatkan
arus masuk/keluar barang dan jasa antar kota, antar kabupaten,
Provinsi Kepulauan Riau 25,00 antar provinsi, antar pulau, dan antar wilayah. Penerapan
rencana aksi tentang isu berkelanjutan dapat dimulai
Provinsi Kalimantan Timur 99,00 infrastruktur di tingkat kota atau dapat dilakukan secara
simultan di tingkat kabupaten dan provinsi.
Provinsi Jawa Timur 267,97

Provinsi Jawa Tengah dan Jawa


Definisi lain dari pembangunan berkelanjutan adalah (a)
Timur
90,00 Pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
masyarakat; (b) Pembangunan yang menjaga peningkatan
Provinsi Jawa Tengah 245,00
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan (c) Pembangunan yang
Provinsi Jawa Barat-DKI jakarta 55,04
menjaga kualitas lingkungan hidup masyarakat yang didukung
oleh tata kelola yang menjaga pelaksanaan pembangunan yang
Provinsi Jawa Barat 196,57 akan meningkatkan kualitas kehidupan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. (RPJMN Tahun 2015-2019). Definisi
Provinsi DKI Jakarta 117,92 berkelanjutan yang terkait langsung dengan pembangunan
infrastruktur adalah poin-c. Kata kunci dalam definisi tersebut
Provinsi Banten-Jawa Barat 10,14 adalah “menjaga kualitas lingkungan hidup masyarakat” yang
didukung oleh “tata kelola yang menjaga pelaksanaan
Provinsi Banten 124,79
pembangunan” yang akan “meningkatkan kualitas kehidupan
dari generasi ke generasi berikutnya” (Gbr. 2).

Gbr. 1. Proyek Jalan Tol dalam Skema Proyek Strategis Nasional

Dampak terbangunnya infrastruktur jalan tol berpeluang


membuka daerah yang semula terisolir dan tidak mempunyai
“nilai” dalam perspektif ekonomi menjadi wilayah yang
berpotensi berkembang dan membangkitkan perekonomian
setempat. Dampak terbukanya suatu daerah akan terbentuk
perekonomian baru yang diikuti oleh kebutuhan berbagai jenis
infrastrukturlain sebagai penunjang pergerakan ekonomi.
Gbr. 2. Pola Keterkaitan Antara Infrastruktur Berkelanjutan dan Kehidupan
Generasi Mendatang.

213
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

Dalam Gbr. 2. dijelaskan relasi antara tata kelola proyek III. ANALISIS
yang berdampak jangka panjang bagi kualitas kehidupan antar Merujuk pada karakteristik pendekatan berkelanjutan dan
generasi. Dengan kata lain bahwa apa yang dilakukan oleh mempertimbangkan aspek manfaat bagi lingkungan bahkan
generasi saat ini ikut menentukan kualitas generasi masa depan, lebih besar lagi yang mengarah pada keberlanjutan kehidupan
lebih jauh lagi akan menentukan keberlangsungan kehidupan di di Bumi maka pendekatan berkelanjutan bukan merupakan
alam raya ini. alternatif pilihan melainkan sebuah keharusan yang perlu
Dalam lingkup yang lebih besar isu berkelanjutan diformulasikan secara cepat dan cermat demi kepentingan yang
dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi lebih besar yaitu keberlangsungan sebuah bangsa. Beberapa aspek
komprehensif, yaitu membentuk sebuah kawasan/kota ramah yang perlu mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut:
lingkungan atau menjadi kota berkelanjutan, dan jika Aspek minimum limbah, perlu disadari bahwa proses
tingkatannya lebih komprehensif maka akan menjadi kota konstruksi di Indonesia saat ini belum berada pada kondisi
berkelanjutan dan berketahanan iklim (Gbr. 3). Dalam yang efisien, dimana dalam tahap konstruksi masih
perspektif finansial, besarnya pembiayaan pendekatan menghasilkan sejumlah limbah yang seharusnya dapat
“berkelanjutan” membutuhkan biaya yang relatif lebih besar ± diminimumkan melalui skema reduce, reuse, recycle. Hal ini
10% s/d 20% jika dibanding pendekatan konvensional. masih terjadi di Indonesia karena belum adanya regulasi yang
menetapkan biaya membuang limbah/sampah. Berbeda dengan
di beberapa negara di dunia yang telah menetapkan biaya
membuang limbah, misalnya Amerika Serikat, biaya untuk
membuang limbah/sampah sangat bervariasi tergantung
wilayahnya, misalnya di California dan Vermont biaya yang
ditetapkan adalah ± $10/ton sampai dengan ± $100/ton.
Dengan adanya ketentuan tersebut maka dapat diketahui
apakah pelaku industri konstruksi di negara yang lebih maju
telah merubah pola pengelolaan proyek dan berusaha
melakukan efisiensi agar limbah yang dihasilkan relatif sedikit
Gbr. 3. Kota Berkelanjutan sehingga biaya untuk membuang limbah cenderung rendah
sehingga berpotensi meningkatkan pendapatan bagi penyedia
jasa berupa meningkatnya profit dan tercipta kondisi yang ikut
merawat lingkungan karena pengambilan sumberdaya alam
sesuai dengan kebutuhan. Dalam persoalan dimungkinkan
untuk menerapkan pendekatan ekonomi biru (blue economy)
dimana konsep ini setingkat lebih tinggi dari pendekatan
ekonomi hijau (green economy).
Aspek emisi dan polusi, besar kecilnya emisi yang
dihasilkan dari sebuah aktifitas konstruksi merupakan salah
satu indikator apakah proses tersebut ramah lingkungan atau
tidak. Salah satu pendekatannya adalah menghitung besar
kecilnya jumlah carbon (carbon footprint) untuk setiap
aktifitas proses konstruksi. Selanjutanya diagregasi jumlah
carbon seluruh aktifitas konstruksi yang dihasilkan untuk
membangun infrastruktur yang telah selesai dilaksanakan.
Untuk mengetahui apakah sebuah proses konstruksi dalam
membangun infrastruktur tertentu termasuk dalam kategori
ramah lingkungan atau tidak belum tersedia standarisasinya di
Indonesia. Jika standarisasi besarkecilnya carbon footprint
telah tersedia di Indonesia maka dapat dengan mudah
dinyatakan apakah infrastruktur tersebut ramah lingkungan
atau tidak. Terkait dengan polusi udara, ramah dan tidaknya
sebuah proses konstruksi telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dengan demikian,
Gbr. 4. Pola Keterkaitan Antara Infrastruktur Berkelanjutan dan Kehidupan
Generasi Mendatang. jika penyedia jasa mentaati seluruh regulasi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah maka seharusnya tidak perlu lagi
memperdebatkan apakah proses yang dilakukan saat konstruksi
ramah lingkungan atau tidak.
Aspek manajemen aset, pengertian aset secara umum
adalah barang atau sesuatu barang yang mempunyai nilai

214
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2018 ISBN: 978-602-5830-02-0

ekonomi, nilai komersial atau nilai tukar yang dimiliki oleh IV. KESIMPULAN
badan usaha, instansi atau individu (Siregar, 2004). Definisi Memperhatikan aspek positif dan negatif terhadap berbagai
manajemen aset mencakup proses perencanaan dan monitoring pendekatan tersebut diatas dapat disimpulkan beberapa hal
aset-aset fisik selama umur penggunaannya oleh suatu penting sebagai berikut:
departemen atau bagian organisasi. Sasaran manajemen aset
adalah untuk mencapai kesesuaian sebaik mungkin antara aset 1. Isu berkelanjutan yang diimplementasikan dalam proyek
dengan strategi penyediaan pelayanan. Sehingga dengan konstruksi akan mengubah proses bisnis konstruksi secara
adanya manajemen aset akan diketahui apakah suatu aset menyeluruh yang berujung terjadinya keberlangsungan
kehidupan manusia dan berbagai jenis mahkluk hidup.
sesuai dengan strategi penyediaan pelayanan atau tidak. Siklus
hidup aset mencakup tiga fase, yaitu pengadaan, operasi, 2. Pendekatan berkelanjutan berorientasi mengurangi
penghapusan aset, dimana ketiganya berelasi dengan tahap volume limbah yang dihasilkan akibat pembangunan
perencanaan yang diartikan bahwa ketiga komponen tersebut berbagai jenis infrastruktur melalui pendekatan yang tepat.
perlu dengan teliti dan komprehensif direncanakan dengan baik 3. Pendekatan berkelanjutan belajar menghargai kehidupan
(Gbr. 5). Dalam tahap perencanaan berelasi dengan capaian berbagai jenis makhluk hidup sehingga keberlangsungan
besar kecilnya emisi yang dihasilkan saat proses konstruksi dan hidupnya lebih terjamin.
saat operasional.
4. Pendekatan berkelanjutan membutuhkan biaya relatif
lebih besar jika dibandingkan dengan pendekatan
konvensional, namun pada akhirnya untuk
menyelamatkan berbagai kehidupan di Bumi.
5. Isu berkelanjutan yang diimplementasikan dalam proyek
mencakup bidang sumberdaya air, jalan dan jembatan,
perumahan dan permukiman, dan penataan ruang.
REFERENSI
[1] Asset Management Handbook, 1996.
[2] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11/PRT/M/2012, yang
Gbr. 5. Siklus Hidup Aset (Sumber: Asset Management Handbook, 1996) dimaksud dengan infrastruktur.
[3] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Tujuan manajemen aset adalah membantu entitas atau Indonesia Nomor : 05 /PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum
organisasi dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaraan
Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman.
secara efektif dan efisien. Hal ini mencakup panduan
[4] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
pengadaan, penggunaan, penghapusan aset, dan pengaturan Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
risiko, dan biaya sepanjang siklus hidup aset. Manajemen aset [5] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
yang efektif mencakup hal-hal sebagai berikut: (a)
meningkatkan pemanfaatan aset dengan memastikan aset
dipelihara secara baik sesuai dengan standar yang ditentukan.
(b) Mereduksi kebutuhan aset baru sehingga berpotensi
mengurangi kebutuhan finansial. (c) memperoleh manfaat
finansial didasarkan pendekatan siklus hidupnya. (d) Fokus
pada kinerja aset.
Aspek sumber daya, menekankan penggunaan sumberdaya
alam yang bersifat tak terbarukan, misalnya penggunaan energi
fosil yang digunakan sebagai bahan bakar untuk berbagai jenis
peralatan konstruksi yang relatif beragam dan banyak
jumlahnya, misalnya excavator, bull dozer, tower crane, dump
truck, dan peralatan konstruksi lainnya. Besar kecilnya dampak
persoalan energi ditentukan oleh tingkat efisiensi penggunaan
energi yang dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
kecakapan operator alat berat, umur alat yang digunakan,
metoda konstruksi yang dipilih oleh tim proyek, faktor lokasi
proyek yang berada di ketinggian tertentu sehingga
berpengaruh terhadap kinerja mesin alat berat yang disebabkan
oleh ketersediaan oksigen untuk proses pembakaran bensin
atau solar, dan faktor lainnya.

215

Anda mungkin juga menyukai