Anda di halaman 1dari 11

Prosiding CEEDRiMS 2021

ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur


Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

PRODUKTIVITAS PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG MELALUI


PENERAPAN LEAN CONSTRUCTION: SEBUAH STUDI
LITERATUR

Waskito Ady1 Manlian Ronald A. Simanjuntak2


1,2 Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan
Provinsi DKI Jakarta
*Email: waskito.plano@gmail.com

Abstrak
Industri jasa konstruksi masih dianggap rendah produktivitas, sering terjadi pembengkakan
biaya, keterlambatan penyelesaian, banyak kesalahan, kurang tenaga terampil dan rendahnya
kesadaran Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (K3L). Keberhasilan
menyelesaikan proyek konstruksi ditentukan oleh produktivitas yang dihasilkan dari penggunaan
sumber daya proyek yang ada. Produktivitas proyek berkaitan dengan ketepatan waktu, urutan kerja
dan metode yang benar, dan efisiensi penggunaan sumber daya. Beberapa ahli berupaya mengadopsi
prinsip industri manufaktur ke dalam industri konstruksi. Di Indonesia, penerapan Lean
Construction tepat dilakukan pada proyek konstruksi bangunan gedung dengan tingkat kesulitan tinggi
dan aktivitas kompleks. Penelitian bertujuan menggali apakah penerapan Lean Construction dapat
meningkatkan produktivitas kerja. Penelitian berfokus pada studi pustaka sejumlah penelitian di
Indonesia maupun luar negeri. Waste pada proyek konstruksi berkaitan dengan sisa material
produksi lapangan, pemborosan akibat salah metode, salah urutan, penumpukkan material akibat
delay, material tak terserap akibat perubahan desain, dan kerusakan hasil pekerjaan. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa Lean Construction membantu meminimalisir waste dengan merampingkan urutan
pekerjaan, memperbaiki penjadwalan untuk mengurangi delay-time dan meningkatkan kolaborasi
antarpihak yang terlibat dalam proyek. Kunci sukses Lean Construction adalah: fokus pada
pelanggan; budaya ramping seluruh pihak yang terlibat; standarisasi prosedur yang ramping & baik;
mengutamakan kerja cerdas serta minim kesalahan; & semangat terus memperbaiki diri.
PENDAHULUAN
Kata kunci: industri konstruksi, lean construction, produktivitas proyek, waste
Latar Belakang
Industri jasa konstruksi adalah salah satu bidang industri terbesar di dunia, yang terus tumbuh dan
berkembang dinamis seiring dengan kemajuan jaman (Maskuriy et al., 2019). Industri ini juga sangat
berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan industri jasa konstruksi
melibatkan sejumlah besar sektor industri lain yang saling terkait di dalam mata rantai pengadaan
sumber daya konstruksi, serta melibatkan banyak pihak dan pekerja di dalam pelaksanaannya. Oleh
karena itu, banyak aktivitas dan pekerjaan yang timbul dari adanya suatu kegiatan konstruksi baik
konstruksi infrastruktur, bangunan gedung, fasilitas publik dan privat, maupun produk fisik konstruksi
lainnya. Banyaknya aktivitas di dalam pekerjaan konstruksi menjadikan industri jasa konstruksi
merupakan salah satu industri dengan tingkat kerumitan yang tinggi.
Selama beberapa dekade industri konstruksi dianggap sebagai industri yang rendah produktivitas,
sering terjadi pembengkakan biaya dan keterlambatan dari jadwal, sering terjadi kesalahan, kurangnya
tenaga kerja terampil dan rendahnya kesadaran pada Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan
(K3L). Industri konstruksi memiliki keunikan yang membedakannya dengan industri lain, di antaranya
sifat yang terfragmentasi, tiap proyek berbeda dengan proyek lainnya, sifat fisik produknya spesifik,
dan banyaknya pihak yang terlibat di dalamnya (Amiri et al., 2014). Karakteristik unit ini menyebabkan
permasalahan di industri konstruksi cukup kompleks. Salah satu permasalahan di dalam pelaksanaan
konstruksi yang sering terjadi adalah bagaimana cara menciptakan urutan aktivitas pekerjaan yang
paling efisien sehingga tercapai produktivitas yang maksimal, biaya yang efisien, selesai tepat waktu,
rework & repair yang minimal serta kesalahan pekerjaan yang rendah.
Menjawab tantangan tersebut, beberapa ahli di bidang konstruksi berupaya mengadopsi prinsip
kerja industri manufaktur yang sudah mapan ke dalam industri konstruksi. Lean thinking dipilih
dianggap sebagai contoh keberhasilan dari industri manufaktur dalam menciptakan efisiensi dan
produktivitas kerja dengan meminimalkan waste atau aktivitas yang tidak berguna di dalam satu mata
rantai produksi. Konsep ini lalu dicoba untuk diterapkan pada industri jasa konstruksi, tidak terkecuali

238
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

di Indonesia. Di negara Indonesia, penerapan Lean di industri konstruksi masih terbilang sedikit atau
jarang diterapkan. Prinsip Lean dianggap sangat bermanfaat diterapkan pada proyek konstruksi
terutama di proses pengadaan proyek. Lean thinking diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
konstruksi dengan mendorong terciptanya alur kerja dan tahapan pekerjaan konstruksi yang paling
efisien dan efektif, sehingga proyek bisa selesai tepat waktu, tepat biaya, minim permasalahan serta
mencapai target mutu yang diinginkan. Penerapan lean thinking di perusahaan jasa konstruksi tepat
dilakukan pada proyek konstruksi bangunan gedung yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan
aktivitas yang kompleks. Penelitian ini mencoba menggali apakah penerapan lean thinking di proyek
konstruksi dapat meningkatkan produktivitas kerja di dalam proyek secara signifikan.

Permasalahan Penelitian
Pada pelaksanaan proyek konstruksi, produktivitas kerja menjadi komponen yang sangat krusial.
Keberhasilan dalam menyelesaikan suatu proyek konstruksi sering kali ditentukan oleh seberapa besar
produktivitas yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya proyek yang ada. Produktivitas kerja
berkaitan erat dengan proses pengadaan proyek. Pengadaan yang tepat akan menciptakan
produktivitas yang optimal dari penggunaan sumber daya konstruksi dalam upaya mencapai target-
target pekerjaan. Urutan pekerjaan yang tepat akan membantu tim pengadaan menyiapkan sumber
daya proyek yang paling tepat dan efisien untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan kesalahan
kerja seminimal mungkin. Dari penjabaran latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sejumlah
masalah penelitian sebagai berikut ini:
a. Apa saja definisi serta komponen utama dari Lean Thinking, Lean Construction, dan produktivitas
proyek konstruksi?
b. Bagaimana penerapan Lean Construction pada proyek konstruksi?
c. Apa saja kendala dan kunci sukses dari penerapan Lean Construction dalam suatu proyek
konstruksi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali apakah penerapan Lean Construction pada
proyek bangunan gedung dapat meningkatkan produktivitas proyek tersebut serta seperti apa
pengaruhnya pada proyek konstruksi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dirumuskan sasaran
sebagai berikut ini:
a. Mengidentifikasi definisi dan komponen utama dari Lean Thinking, Lean Construction, dan
produktivitas proyek konstruksi;
b. Menggali contoh penerapan Lean Construction proyek konstruksi;
c. Merumuskan kendala dan kunci sukses penerapan Lean Construction pada proyek konstruksi
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja berdasarkan beberapa penelitian terpilih.

Batasan Penelitian
Batasan penelitian berfungsi memberikan gambaran sejauh mana lingkup penelitian ini akan
dilaksanakan. Berikut ini adalah batasan penelitian kali ini.
• Penelitian ini dibatasi pada proyek konstruksi bangunan gedung, dengan fokus penelitian adalah
tahapan pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.
• Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian menekankan pada teknik studi literatur yang
relevan dengan topik.
• Prinsip Lean juga dibatasi hanya pada penerapan di fase pelaksanaan proyek konstruksi.

METODOLOGI
Pendekatan Penelitian
Pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan melalui metode analisis kualitatif yang
merupakan sistem pengambilan keputusan yang bersifat deskriptif, induktif dan berangkat dari
sejumlah fenomena yang terjadi di suatu lingkup kehidupan. Kajian ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi dan menggali apakah penerapan Lean Construction pada proyek bangunan gedung
dapat meningkatkan produktivitas proyek tersebut serta seperti apa pengaruhnya pada proyek
konstruksi, berdasarkan penelitian terdahulu dan studi pustaka yang relevan. Dalam penelitian ini,

239
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

peneliti akan melakukan perbandingan sejumlah penelitian mengenai proyek konstruksi di mana Lean
Construction diterapkan, terutama berkaitan dengan pengadaan dan urutan pelaksanaan pekerjaan
proyek konstruksi gedung.

Data Penelitian
Pada penelitian kali ini akan menggunakan data sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak
langsung dari pihak lain yang mengumpulkan atau memiliki data tersebut sebelumnya seperti hasil
penelitian, studi pustaka, data instansi atau organisasi dan sebagainya. Hasil penelitian diperoleh dari
jurnal-jurnal baik dalam negeri maupun luar negeri. Literatur atau pustaka teori diambil dari sejumlah
buku dan makalah seminar yang relevan.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data menggunakan metode kajian literatur dan telaah dokumen. Kajian
literatur dilakukan dengan menggali sejumlah buku-buku dan jurnal atau hasil penelitian lain yang
berkaitan dengan Lean Construction serta penerapannya pada sejumlah proyek konstruksi gedung.
Telaah dokumen adalah metode pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara mencari
dokumen terkait sasaran penelitian yang hendak dicapai. Dokumen-dokumen yang dijadikan sumber
informasi bisa berupa buku, pedoman atau standar, dokumen peraturan-peraturan, dokumen hasil
kompilasi data yang diterbitkan oleh lembaga tertentu maupun sumber-sumber lain yang terkait
dengan penelitian seperti sumber informasi dari media massa maupun internet.

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif
digunakan karena berupaya menggali suatu fenomena pada pelaksanaan proyek konstruksi gedung,
yang ingin ditinjau dari sisi teoritis. Untuk bisa menjawab sejumlah pertanyaan & permasalahan
penelitian yang ada, peneliti harus bisa menyusun metode analisis data yang akan digunakan. Jenis dan
teknik analisis sebagai berikut:
• Studi literatur untuk mengidentifikasi definisi serta komponen utama dari penerapan Lean
Construction dan produktivitas proyek konstruksi;
• Menggali sejumlah penelitian di proyek yang menerapkan prinsip Lean Construction pada proses
pelaksanaan proyek konstruksi;
• Komparasi jurnal untuk merumuskan kendala dan kunci sukses dari penerapan prinsip Lean
Construction dalam suatu proyek konstruksi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lean Thinking dan Lean Construction
Konsep Lean merupakan suatu konsep yang berasal dari Toyota Production, konsep ini banyak
digunakan pada industri manufaktur dengan nama konsep Lean Production. Konsep Lean sebenarnya
memfokuskan pada sudut pandang klien dan ciri dari konsep pemikiran Lean berdasarkan kepada
filsafat, proses, orang, dan pemecahan masalah. Upaya ini terjalin untuk membentuk rangkaian
produksi dan menghindari waste yang tercipta melalui perampingan tahapan dan pengurangan beban
kerja berulang (Womack & Jones, 1996). Berikut ini adalah gambaran konsep Lean Construction
menurut Koskela (1992).

240
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Gambar 1. Konsep Lean Construction (4P) menurut Koskela (1992)


Koskela (1992) merupakan orang pertama yang memiliki ide menggunakan konsep Lean
Production ke dalam industri konstruksi dan istilah Lean Construction pertama kali dikemukakan oleh
International Group for Lean Construction pada tahun 1993, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
Koskela (1997), mengemukakan bahwa teori mengenai Lean Construction berawal dari konsep Lean
Thinking industri manufaktur yang diadopsi ke dalam proses konstruksi, teori Lean Thinking yaitu:
1. Mengurangi bagian aktivitas yang tidak menambah nilai.
2. Meningkatkan nilai output melalui pertimbangan yang sistematis tentang kebutuhan pelanggan.
3. Mengurangi variabilitas.
4. Mengurangi waktu siklus.
5. Menyederhanakan dengan meminimalkan jumlah langkah kerja.
6. Meningkatkan fleksibilitas output.
7. Meningkatkan transparansi proses.
8. Fokus mengawasi semua proses.
9. Membangun perbaikan secara berkelanjutan dalam proses.
10. Mengimbangi aliran peningkatan dengan aliran perubahan.
11. Membuat standar acuan
Pada dasarnya Lean Construction merupakan suatu cara untuk mendesain sistem produksi yang
dapat meminimalisasi pemborosan (waste) dari pemakaian material, waktu (time) dan usaha dalam
rangka menghasilkan jumlah nilai (value) yang maksimum (Koskela et al, 2002). Konsep Lean Enterprise
(Murman et al, 2002) terdiri dari berbagai sistem produksi yang berbagi prinsip-prinsip tertentu,
termasuk minimisasi waste, responsif terhadap perubahan, just-in-time, hubungan efektif dalam value
stream, peningkatan berkelanjutan, dan kualitas dari awal.
Perluasan teknik pada manufaktur khususnya pada konsep Lean Construction masih menjadi
sebuah hal yang perlu diperdalam karena konteks tersebut sesuai dengan konstruksi sosioteknologi
(Niepce dan Molleman 1998), di mana kombinasi elemen manusia dan teknis memastikan hasil kinerja
yang lebih tinggi (Moore, 2002). Namun dalam pelaksanaan, penting untuk menentukan seperangkat
alat yang dapat diterapkan untuk mencapai hasil kinerja yang lebih tinggi untuk proyek konstruksi.
Berikut prinsip Lean Construction yang dapat diterapkan dalam proyek konstruksi.

Tabel 1. Prinsip Lean Construction


Customer Focus
1 Memenuhi requirement owner
2 Menetapkan value dari sudut pandang pelanggan
3 Menggunakan sumber daya yang flexible & perencanaan adaptif
4 Tim mampu melaksanakan berbagai tugas
5 Menggunakan metode target costing dan value engineering
6 Menggunakan software bim dalam kegiatan engineering
Culture/People
1 Memberikan pelatihan yang dapat meningkatkan kinerja karyawan
2 Mendorong pemberdayaan karyawan
3 Komitmen manajemen
4 Bekerja dengan subkontraktor dan pemasok
5 Peran dan tanggungjawab diklasifikasikan
6 Kesadaran risiko setiap tim terhadap proyek
Standarization
1 Menggunakan prinsip 5R
2 Mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan/kecacatan
3 Manajemen visual
4 Menciptakan proses kerja yang di definisikan
5 Menciptakan logistik, gerakan material, dan rencana penyimpanan
6 Integrasi dan transparasi informasi
7 Informasi real time
Waste Elimination
1 Meminimalkan double handling dan gerakan pekerja/peralatan
2 Keseimbangan jumlah pekerja
3 Menghapus hambatan material & mengurangi masukan yang variasi
4 Mempermudah persiapan yang rumit & mengurangi waktu pergantian
5 Mengurangi material sisa
6 Menggunakan tpm (total productive material)
7 Pengiriman material menggunakan konsep just in time
8 Adanya detail instruksi bagi setiap pekerja

241
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

9 Penjadwalan produksi yang handal dan sesuai


10 Menerapkan pull schedulling
11 Meminimalkan wip (work in process)
12 Menggunakan decoupling linkages, memahami ukuran & lokasi buffer
13 Teknologi pelacakan untuk seluruh proses produksi
14 Pemahaman dan pemanfaatan transportasi
15 Menggunakan komponen standar produk
16 Menggunakan pre-assembly dan pre-fabrication
17 Menggunakan perancangan pra-produksi & analisis construct ability
18 Tepat waktu dalam perubahan permintaan
Continuous Improvement
1 Mempersiapkan pembelajaran organisasi dan analisis akar masalah
2 Mengembangkan dan menggunakan metrik untuk pengukuran kinerja
3 Menggunakan standar respon untuk produk cacat
4 Menciptakan rasa tanggungjawab atas kualitas kepada pekerja

Produktivitas Proyek Konstruksi


Definisi produktivitas merupakan hal yang sederhana dan kompleks pada saat bersamaan, hal ini
dikarenakan konsep ini merupakan konsep teknis dan manajerial (Thomas G, 2004). Produktivitas dapat
didefinisikan dan dianalisis dengan berbagai cara dan tidak ada konsensus yang pasti mengenai definisi
tersebut. Berbagai profesional dari berbagai bidang studi, termasuk ekonom, akuntan, ilmuwan
perilaku, insinyur, manajer memberikan definisi istilah tersebut dalam kaitannya dengan perspektif
mereka sendiri (Mohanty & Rastogi, 1986). Walaupun berada di dalam disiplin yang sama ada banyak
definisi mengenai produktivitas itu sendiri, Holzer dan Seok-Hwan (2004) berpendapat bahwa konsep
produktivitas telah digunakan selama bertahun-tahun sering terdapat kesalahan dalam penafsiran,
konsep kinerja sebenarnya dapat mewakili jalur konseptual yang lebih menarik sebagai upaya untuk
menuju perbaikan manajemen. Pritchard (1995) membedakan tiga kategori untuk definisi tentang
produktivitas, yaitu:
• Pendekatan tekno-ekonomi yaitu, produktivitas sebagai ukuran efisiensi (output atau input)
• Produktivitas sebagai kombinasi efisiensi dan efektivitas (output = input dan output = tujuan)
• Pendekatan luas yang berisi segala sesuatu yang membuat fungsi organisasi lebih baik
Tangen (2005) juga memberikan penjelasan definisi istilah yang sering digunakan yaitu dengan
dibagi menjadi efisiensi, efektivitas, produktivitas, profitabilitas, dan kinerja dengan cara yang relatif
sederhana. Definisi tersebut dijabarkan dengan model Triple-P seperti yang dijelaskan berdasarkan
gambar berikut.

Gambar 2. Metode Triple-P menurut Tangen (2005)

Produktivitas sebagaimana dijelaskan pada Gambar 2 berhubungan dengan segala aktivitas


produksi yang dapat menggunakan output secara efisien dengan cara mengetahui perbandingan output
yang dihasilkan dengan input yang digunakan, dalam hal ini produktivitas dapat diukur secara parsial
(Mulyadi, 2001). Ukuran produktivitas dapat mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu
faktor atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran produktivitas
yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang
dicapai disebut dengan ukuran produktivitas parsial. Pengukuran produktivitas parsial akan
mengarahkan manajemen lebih fokus pada input tertentu, selain itu hasil pengukuran lebih mudah
dipahami dan diinterpretasikan sehingga tingkat kinerja produktivitas personel operasional cepat

242
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

diketahui. Sebagai contoh tenaga kerja lapangan langsung dapat dikaitkan dengan berapa banyak
unit/volume yang dihasilkan untuk setiap jam/hari yang digunakan atau berapa banyak unit yang
dihasilkan untuk setiap satu unit bahan yang digunakan. Hasil pengukuran yang mudah dipahami
menjadikan personel operasi dapat melihat dan memahami keterkaitan antara input yang mereka
kendalikan dengan output yang mereka hasilkan. Pengukuran produktivitas parsial akan membuat
manajemen mudah memahami dan termotivasi untuk meningkatkan produktivitasnya karena apabila
menggunakan suatu standar produktivitas tertentu maka tren produktivitas akan dapat direkam
perkembangannya. Rasio produktivitas secara prasial pada pekerjaan struktur bangunan dapat
menggunakan ukuran produktivitas operasional (operational productivity measure) jika output dan
inputnya dalam satuan kuantitas fisik, produktivitas dapat diukur dengan rumus:

𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 (𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒌𝒂𝒏)


𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 =
𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕 (𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒕𝒖𝒉𝒌𝒂𝒏)

Rumus 1. Rasio Produktivitas

Berdasarkan pengertian produktivitas diatas maka produktivitas pada proyek konstruksi


merupakan perbandingan antara output proyek yang dihasilkan dengan input yang diberikan pada
suatu rangkaian kegiatan proyek. Produktivitas pada proyek konstruksi dinyatakan mengalami
peningkatan apabila output yang dihasilkan oleh suatu rangkaian kegiatan proyek mengalami
peningkatan bila dibandingkan sebelumnya, sedangkan produktivitas menurun apabila terjadi
penurunan output yang dihasilkan apabila dibandingkan dengan nilai sebelumnya. Besar kecilnya
produktivitas yang dihasilkan pada proyek konstruksi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya:
• Jenis pekerjaan
• Sumber daya
• Kondisi lingkungan kerja
• Persyaratan kontrak
• Metode & urutan kerja

Penerapan Lean Construction pada Beberapa Proyek Konstruksi


Berdasarkan pengumpulan sejumlah jurnal dan penelitian di Indonesia yang membahas mengenai
penerapan Lean Construction di berbagai proyek, maka peneliti merumuskan rangkuman sebagai
berikut ini:

Tabel 2. Rangkuman Sejumlah Penelitian yang Relevan


Peneliti, Tahun, Judul Rangkuman
Untu dkk., 2014. Penerapan Perbaikan perencanaan dengan menggunakan metode Lean Project Management (LPM),
Metode Lean Project yang meliputi pengidentifikasian waste, resiko dan estimasi kebutuhan proyek (waktu,
Management dalam sumber daya, dan biaya). Estimasi waktu dilakukan dengan menggunakan metode
Perencanaan Proyek
penjadwalan Critical Chain Project Managament (CCPM). Dari penelitian ini diperoleh
Konstruksi (Studi Kasus:
Pembangunan Gedung waste yang berpotensi muncul saat pelaksanaan proyek yaitu waiting, defects,
Mantos Tahap III) unnecessary motion dan excessive transportation. Waiting dan defect disebabkan karena
lokasi penampungan material yang terbatas, kondisi cuaca yang tidak menentu, dan
kondisi tanah yang sangat keras, sedangkan unnecessary motion dan excessive
transportation disebabkan oleh traffic jam. Adanya waste akan mengakibatkan
keterlambatan proyek, untuk itu perlu adanya safety time (buffer time) yang terdapat
dalam penjadwalan dengan metode CCPM.

Dian Artika, 2014. Keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh unsur-unsur yang tidak produktif yang
Penerapan Metode Lean terlibat dalam pelaksanaan proyek. Segala sesuatu dalam proyek yang tidak menambah
Project Management dalam nilai, sebaliknya menambah biaya yang disebut pemborosan. Untuk mengatasi
Proyek Konstruksi pada
permasalahan tersebut diperlukan perbaikan dalam perencanaan dengan pendekatan
Pembangunan Gedung
DPRD Kabupaten Ogan Ilir Lean Project Management (LPM). Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi pemborosan,
risiko, dan estimasi kebutuhan proyek (waktu, sumber daya, dan biaya), serta estimasi
penjadwalan waktu menggunakan Critical Chain Project Management (CCPM). Proyek
pembangunan DPRD Kabupaten Ogan Ilir, didapat pemborosan yang berpotensi muncul
saat menunggu pelaksanaan proyek. Adanya waste akan mengakibatkan keterlambatan
proyek, untuk itu diperlukan safety time (waktu penyangga) yang terdapat dalam
penjadwalan dengan metode CCPM.

243
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Peneliti, Tahun, Judul Rangkuman

Lokaria dkk., 2015. Proyek EPC adalah industri konstruksi yang banyak terjadi pemborosan (waste). Lean
Identifikasi Penerapan Construction dicoba untuk diterapkan di konstruksi untuk mengurangi waste. Sebelum
Prinsip-prinsip Lean diterapkan lebih jauh, perlu diidentifikasi penerapan prinsip-prinsip Lean Construction
Construction pada Proyek
pada proyek EPC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penerapan
EPC (Engineering,
Procurement, Construction) prinsip-prinsip Lean Construction dan kendala saat diterapkan pada proyek EPC. Hasil
penelitian sebagian besar prinsip Lean Construction sering diterapkan pada proyek EPC.

Sitinjak, dkk., 2015. Perkembangan konstruksi Indonesia yang semakin maju, membuat daya saing antar jasa
Pengaruh Penerapan konstruksi menjadi ketat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi dalam mengelola
Metode Lean Construction proses kontruksi menjadi lebih optimal. Salah satu inovasi tersebut adalah penerapan
pada Biaya Pekerjaan
metode Lean Construction dengan konsep Work Structuring. Konsep Work Structuring
Struktur Tipikal
disini digunakan untuk merancang simulasi pekerjaan struktur beton lantai tipikal agar
memiliki aliran kegiatan yang lebih andal dan cepat. Inovasi Lean Construction pada
penelitian ini adalah menggunakan sistem transfer bekisting antar lantai pada bekisting
horisontal PERI. Dengan konsep Work Structuring, interaksi antara siklus pekerjaan
struktur beton dan siklus transfer bekisting antar lantai didapat 3 simulasi optimal
dengan aliran kegiatan dengan iddle time paling minimal yaitu simulasi 3 hari, 5 hari, dan
9 hari.

Mudzakir, dkk., 2017. Waste merupakan bentuk ketidakefisienan dan pemborosan yang ditimbulkan dari bahan
Evaluasi Waste dan material, SDM, dan waktu. Pada sisi lain, konstruksi ramping (Lean Construction)
Implementasi Lean memiliki 2 tujuan yang sangat fundamental yaitu meningkatkan value dan mengurangi
Construction (Studi Kasus:
waste. Studi ini menunjukkan bahwa waste yang paling sering terjadi pada proyek
Proyek Pembangunan
Gedung Serbaguna Taruna pembangunan gedung serbaguna adalah pada waktu menunggu instruksi. Sedangkan
Politeknik Ilmu Pelayaran untuk variabel waste yang memberi dampak paling besar pada proyek adalah waktu
Semarang) menunggu instruksi. Lean construction tools yang belum diterapkan pihak kontraktor
yaitu Reverse Phase Scheduling (RPS), Percent Plan Complete (PPC), Six Week Lookahead,
commitment chart, sustain, mobile chart dan Start of the day meeting.

Dari sejumlah penelitian di atas, dapat ditarik beberapa poin penting terkait waste di proyek
konstruksi bangunan gedung. Proyek bangunan gedung yang dianggap memiliki banyak rangkaian
aktivitas dan pekerjaan seringkali terjadi keterlambatan penyelesaian, pemborosan, dan sisa (waste).
Hal ini secara tidak langsung mendorong pembengkakan biaya dan berpengaruh pada sisi produktivitas
proyek. Keterlambatan terjadi akibat delay-time aktivitas pada pekerjaan proyek. Pemborosan terjadi
akibat kesalahan metode, urutan pekerjaan, maupun perencanaaan aktivitas. Waste timbul sebagai
akibat dari adanya keterlambatan, kesalahan perencanaan urutan aktivitas dan pekerjaan proyek. Waste
yang dibahas pada beberapa penelitian di atas tidak hanya berkaitan dengan sisa material produksi
lapangan, tetapi juga pemborosan akibat salah metode, salah urutan, penumpukkan material atau
sumber daya akibat delay, material tidak terserap akibat perubahan desain dan perbaikan akibat
kerusakan hasil pekerjaan.
Berdasarkan konsep produktivitas, makin besar waste yang timbul di dalam proyek maka akan
semakin besar sumber daya atau input produksi yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk
konstruksi fisik yang diinginkan. Sumber daya yang besar atau boros menimbulkan value atau nilai dari
masing-masing input produksi makin rendah, sehingga bermuara pada produktivitas proyek konstruksi
yang semakin rendah. Input besar namun output kecil menunjukkan pemanfaatan sumber daya
konstruksi tidak maksimal, atau dengan kata lain tidak produktif. Oleh karena itu, berdasarkan hasil
kompilasi beberapa penelitian di atas, maka konsep produktivitas proyek konstruksi bisa ditingkatkan
dengan meminimalisir waste. Penelitian yang ada di atas menunjukkan bahwa Lean Construction
mampu merampingkan urutan pekerjaan, memperbaiki penjadwalan untuk mengurangi delay-time
pada fase konstruksi dan meningkatkan kolaborasi antar pihak yang terlibat di dalam proyek.
Pengurangan ketiga penyebab waste ini secara langsung akan mendorong proyek berjalan lebih
optimal, efisien dalam penggunaan sumber daya, efektif dalam penggunaan waktu, perbaikan pekerjaan
yang minim, serta kemudahan untuk berkolaborasi sehingga permasalahan proyek dapat segera
dipercahkan sebelum menimbulkan banyak dampak negatif.

Kesulitan Penerapan Lean Construction di Beberapa Proyek Konstruksi


Menurut Johansen dan Walter (2007), penerapan konsep Lean dalam industri konstruksi masih
terbatas. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Common et al. (2000) di Inggris

244
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

serta penelitian oleh Johansen et al. (2002) di Belanda yang dengan jelas menyatakan bahwa industri
konstruksi pada umumnya lambat dalam mengambil konsep Lean. Prinsip Lean construction masih
dianggap sebagai paradigma yang sulit diterapkan Indonesia secara sempurna, prinsip Lean
Construction Micro seperti pengurangan waktu dan pengurangan variabilitas kontraktor besar Indonesia
masih kurang memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengimplementasikan prinsip dan teknik
tersebut (Abduh dan Roza, 2006). Penyebab sulitnya penerapan Lean Construction pernah dilakukan
oleh Abdullah et al (2009) di Malaysia dan menghasilkan bahwa faktor penyebab sulitnya penerapan
prinsip Lean Construction di Malaysia diakibatkan oleh kurangnya perhatian dan komitmen dari
manajemen puncak, kesulitan dalam memahami konsep konstruksi ramping, kurangnya pelatihan yang
tepat, dan kecenderungan perusahaan konstruksi untuk menerapkan konsep manajemen tradisional
yang bertentangan dengan produktivitas dan konsep manajemen kualitas. Abduh dan Roza (2006)
menyatakan bahwa kontraktor di Indonesia belum dapat menerapkan prinsip Lean Construction secara
teknis seperti pengurangan waktu dan pengurangan variabilitas dikarenakan kurang memiliki
kesadaran dan kemampuan untuk mengimplementasikan prinsip dan teknik tersebut. Selain itu, literasi
yang rendah pada pelaku di industri jasa konstruksi juga menyebabkan pengetahuan pelaku tentang
Lean masing terbilang minim di Indonesia.

Tabel 3. Tabel Kesulitan Penerapan Lean Construction


Faktor Penyebab Referensi
Kim dan Park (2006) menyatakan bahwa dari perspektif suatu proyek konstruksi, ditemukan bahwa
Kurangnya perhatian dan
banyak proyek menghadapi masalah kurangnya dukungan dari manajemen puncak dalam
komitmen dari manajemen
mengimplementasikan konsep Lean.
puncak
Kesulitan dalam memahami Bertelsen (2003), sistem dalam proyek konstruksi sangat kompleks oleh karena itu pihak-pihak yang
Lean Construction terlibat dalam industri konstruksi harus memiliki pemahaman penuh tentang konsep Lean.
Kurangnya perhatian
tentang perlunya Jorgensen dan Emmitt (2008) mengemukakan bahwa eksposur yang diberikan terhadap penerapan
mengadopsi konsep Lean konsep Lean Construction sangat minim jika dibandingkan dengan Lean pada Manufacturing.
Construction
Kim dan Park (2006) berpendapat bahwa salah satu kendala yang mengganggu keberhasilan
Kurangnya pelatihan yang konstruksi Lean adalah bahwa pelatihan hanya berpusat pada alat Lean yang dapat meningkatkan
tepat produktivitas dan kinerja, tetapi dengan fokus minimal pada konsep dan prinsip Lean.

Perusahaan tidak mau melakukan perubahan dalam metode konstruksi karena merasa metode yang
Pelaku konstruksi merasa ada sebelumnya dapat mencapai tujuan, padahal menggunakan metode Lean Construction
sangat puas dengan metode perusahaan dapat menghilangkan pemborosan dan mengurangi biaya konstruksi (Abdullah et al,
tradisional 2009).

Howell (1999) faktor sikap manusia merupakan salah satu aspek utama yang menghambat
Kurangnya kesadaran dan
penerapan Lean Construction di industri, terutama pada tahap implementasi fisik. Maksud sikap
kemampuan secara tim
disini adalah dalam penerapan suatu metode tidak semua bagian dari tim dapat berintegrasi dalam
untuk menerapkan Lean
menerapkan suatu metode dan tekonologi yang dinilai baru.
Construction
Jangka waktu yang dirasa Sebagai suatu metode yang baru konsep Lean Construction membutuhkan waktu untuk dipahami
lama dalam menerapkan sepenuhnya. Kim dan Park (2006) mengemukakan implementasi Lean Construction di perusahaan
prinsip Lean Construction konstruksi mengakibatkan banyak pembahasan dan banyak informasi yang butuh diskusi.

Kunci Sukses Penerapan Lean Construction pada Proyek Konstruksi


Manajemen konstruksi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pada industri
konstruksi, meskipun beberapa teknologi baru dan canggih telah diterapkan pada proyek konstruksi
namun produktivitas pada sektor industri masih cukup rendah (Koushki et al, 2005 dan Guo, 2009).
Sebagai contoh produktivitas industri konstruksi di AS telah menurun sejak 1964 (Teicholz, 2004).
Permasalahan pada produktivitas dapat ditimbulkan oleh beberapa hal seperti kurangnya pengetahuan
dan keterampilan tim dalam proyek, tidak adanya prosedur pengerjaan yang sistematis atau prosedur
yang sudah ada tidak berhasil diterapkan dengan baik, perencanaan yang tidak sesuai, dan keterbatasan
dalam penggunaan teknologi (Harris et al, 2017). Alwi (2002) berpendapat faktor penyebab penurunan
produktivitas konstruksi secara teknis diakibatkan oleh beberapa hal seperti pemborosan material,
adanya pekerjaan ulang, tingginya waktu tunggu atau keterlambatan. Sejalan dengan hal tersebut
Thomas et al (2002) berpendapat bahwa dengan adanya prinsip Lean seperti pengurangan variablitas
dapat meningkatkan produktivitas ke arah yang lebih baik. Ada beberapa poin kunci yang harus
diterapkan agar Lean Construction dapat berjalan, yakni fokus pada pelanggan, budaya ramping pada
seluruh pihak yang terlibat di proyek, standarisasi prinsip Lean berupa prosedur yang ramping dan

245
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

baik, mengutamakan kerja cerdas dan minim kesalahan, serta semangat untuk terus menerus
memperbaiki diri. Berikut kunci sukses penerapan Lean Construction yang sudah dilaksanakan di
Indonesia, diperoleh dari sejumlah jurnal dan penelitian yang relevan, disajikan seperti gambar berikut
ini.

Gambar 3. Kunci Sukses Penerapan Lean Construction pada Proyek Konstruksi

Selanjutnya dari rumusan mengenai sejumlah kunci sukses penerapan Lean Construction pada
proyek konstruksi, maka dapat dirumuskan juga alur proses bagaimana Lean Construction dapat
meningkatkan produktivitas pada proyek konstruksi. Secara umum tahapan pelaksanaan proyek
konstruksi dimulai dari persiapan/penyusunan desain dan rancangan produk konstruksi, melakukan
estimasi dan perhitungan baik harga maupun volume, menyusun penjadwalan rencana kerja, fase
pelaksanaan fisik konstruksi, fase pengetesan dan commissioning sampai dengan tahapan serah terima
hasil konstruksi kepada pemberi kerja. Sejumlah literatur mengemukakan bahwa untuk menerapkan
Lean Construction di semua fase konstruksi diperlukan tahapan atau langkah-langkah dimulai dari
identifikasi nilai-nilai yang ingin ditingkatkan (identify value); menyusun bagan aliran nilai (map value
stream); menyusun urutan baru yang ramping (create flow); mengimplementasikan urutan tersebut
(establish pull); dan terus-menerus melakukan perbaikan demi kesempurnaan (seek perfection).
Keseluruhan urutan Lean ini dilakukan di setiap fase konstruksi dan selalu diakhiri dengan evaluasi
untuk mendapatkan perbaikan demi kesempurnaan ke depan. Dengan menerapkan setiap tahapan ini,
diharapkan waste yang sering terjadi pada proyek konstruksi dapat diminimalkan secara
berkesinambungan, sehingga pada akhirnya produktivitas kerja di proyek konstruksi akan meningkat
secara simultan sejalan dengan terus diterapkannya prinsip Lean Construction. Berikut ini disajikan
pada Gambar 4 mengenai skema pengembangan konsep Lean Construction ke dalam tahapan konstruksi
bangunan gedung.

Gambar 4. Konsep Lean Construction Berkaitan dengan Produktivitas Proyek Konstruksi

KESIMPULAN
Penerapan prinsip Lean Construction pada proyek konstruksi bangunan gedung dianggap dapat
meningkatkan produktivitas proyek tersebut. Permasalahan proyek yang sering terjadi seperti

246
Prosiding CEEDRiMS 2021
Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur ISBN: 978-602-361-385-4
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

pemborosan material, pembengkakan biaya, keterlambatan pekerjaan dan mutu konstruksi kurang baik
menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. Dikarenakan praktik penggunaan Lean Construction
masih terbilang sedikit, maka digunakan metode studi literatur yang berupaya menggali praktik-praktik
keberhasilan penerapan Lean Construction pada proyek konstruksi bangunan gedung yang ada baik di
Indonesia maupun luar negeri. Kajian literatur pada sejumlah jurnal dan hasil penelitian yang relevan
digunakan sebagai sumber melakukan komparasi terhadap komponen-komponen kunci keberhasilan
Lean Construction.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah penelitian di Indonesia berusaha menggali
penerapan Lean Construction dalam upaya mengurangi waste di dalam proyek konstruksi bangunan
gedung. Waste yang dibahas pada beberapa penelitian tidak hanya berkaitan dengan sisa material
produksi lapangan, tetapi juga pemborosan akibat salah metode, salah urutan, penumpukkan material
atau sumber daya akibat delay, serta material tak terserap akibat perubahan desain dan kerusakan hasil
pekerjaan. Produktivitas proyek konstruksi bisa ditingkatkan dengan meminimalisir waste. Lean
Construction mampu merampingkan urutan pekerjaan, memperbaiki penjadwalan untuk mengurangi
delay-time pada fase konstruksi dan meningkatkan kolaborasi antar pihak yang terlibat di dalam
proyek. Kesadaran yang rendah untuk menerapkan Lean Construction menjadi salah satu kendala
penerapan prinsip Lean di perusahaan konstruksi di Indonesia. Kunci sukses agar Lean Construction
dapat berjalan adalah: fokus pada pelanggan; budaya ramping pada seluruh pihak yang terlibat di
proyek; standarisasi prinsip Lean berupa prosedur yang ramping dan baik; mengutamakan kerja cerdas
dan minim kesalahan; serta semangat untuk terus menerus memperbaiki diri. Saran penelitian
selanjutnya perlu dilakukan untuk memperdalam bagaimana Lean Construction dapat diterapkan pada
procurement project, mengingat procurement project menjadi proses yang sangat mempengaruhi
keberhasilan produk dikarenakan seluruh sumber daya konstruksi dielaborasi pada proses ini untuk
mencapai tujuan proyek.

DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M., dan Roza, H.A., 2006, Indonesian Contractors’s Readiness Towards Lean Construction,
Proceedings of the 14th Annual Conference of International Group for Lean Construction,
Santiago, Chile.
Alwi, S., Hampson, K., Mohamed, S, 2002, Non Value-Adding Activities: A Comparative Study of
Indonesian and Australian Construction Projects, Proceedings of the 10th annual conference of the
IGLC, Gramado, Brazil.
Common, G., Johansen D.E., Greenwood D., 2000, A Survey of the Take Up of Lean Concepts in the UK
Construction Industry), Proceeding 8th Annual Conference International. Group for Lean
Construction, Brighton, 17 - 19 July 2000.
Erika, Dian, 2014, Penerapan Metode Lean Project Management dalam Proyek Konstruksi pada
Pembangunan Gedung DPRD Kabupaten Ogan Ilir, Jurnal Teknik Sipil & Lingkungan, vol. 2, no. 1,
hal. 171-179.
Guo, H.L., 2009, Rethinking Construction Project Management Using the VP-based Manufacturing
Management Model, Hongkong: The Hong Kong Polytechnic University.
Harris, E.G. and Fleming, D.E., 2017, The Productive Service Employee: Personality, Stress, Satisfaction
and Performance", Journal of Services Marketing, vol. 31 no. 6, hal. 499-511.
Holzer, Marc, Seok-Hwan Lee (Eds), 2004, Public Productivity Handbook: Second Edition, Revised &
Explained, New York: Marcel Dekker Inc.
Johansen, E., Glimmerveen, H. and Vrijhoef, R., 2002, 'Understanding Lean Construction and How it
Penetrates the Industry: A Comparison of the Dissemination of Lean within the UK and the
Netherlands', Proceeding 10th Annual Conference International. Group for Lean Constrution.
Gramado, Brazil, 6 - 8 August 2002.
Koskela, Lauri J., 1992, Application of the New Production Philosophy to Construction, Technical
Report, Center for Integrated Facility Engineering, Department of Civil Engineering, Stanford
University. California.
Koskela, Lauri J., 1997, Lean Production in Construction, Technical Reserch Center of Finland,
Finlandia.

247
Prosiding CEEDRiMS 2021
ISBN: 978-602-361-385-4 Inovasi Teknologi dan Material Terbarukan Menuju Infrastruktur
Yang Aman Terhadap Bencana dan Ramah Lingkungan

Koskela, Lauri J., Greg Howell, Glenn Ballard, and Iris Tommelein, 2002, the Foundations of Lean
Construction, 1st Edition, Routledge, Oxford.
Koushki, P. A., Al-Rashid, K. and Kartam, N., 2005, Delays & Cost Increases in the Construction of
Private Residential Projects in Kuwait, Journal Construction Management Economics, vol. 23, no.
3, hal. 285-294.
Lokaria, Alwin M., Leni S. Riantini, & Alin Veronika, 2015, Identifikasi Penerapan Prinsip-prinsip Lean
Construction pada Proyek EPC (Engineering, Procurement, Construction), Skripsi, Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.
Maskuriy, Raihan, Ali Selamat, Petra Maresova, Ondrej Krejcar, Oladipo Olalekan David, 2019, Industry
4.0 for the Construction Industry: Review of Management Perspective, Journal of Economies, vol.
7, no. 3, hal. 68-81.
Mehran, Amiri, Abdollah Ardeshir, Mohammad Hossein Fazel Zarandi, Risk-based Analysis of
Construction Accidents in Iran During 2007-2011- Meta Analyze Study, Iranian Jurnal Public
Health, vol. 43, no.4, hal. 507-522.
Mohanty, R. P. & Rastogi, S. C., 1986, An Action Research Approach to Productivity Measurement by,
International Journal of Operations & Production Management, vol. 6, no. 2, hal. 47 - 61.
Moore, D., 2002, Project Management: Designing Effective Organizational Structures In Construction,
Oxford, UK: Blackwell Science.
Mudzakir, Ahmad C., Arif Setiawan, M. Agung Wibowo, & Riqi Radian Khasani, 2017, Evaluasi Waste
dan Implementasi Lean Construction (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Serbaguna
Taruna Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang), Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 4, no. 4, hal. 212-222.
Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipat ganda Kinerja
Keuangan Perusahaan, Edisi kedua, Jakarta: Salemba Empat.
Murman E, Allen T, Bozdogan K, Cutcher-Gershenfeld J, McManus H, Nightingale D, Rebentisch E,
Shields T, Stahl F, Walton M, Warmkessel J, Weiss S, and Widnall S, 2002, Lean Enterprise Value:
Insights from MIT’s Lean Aerospace Initiative, Houndmills, Basingstoke, Hampshire RG21 6XS,
Great Britain: Palgrave.Niepce, W., & Molleman, E., 1998, Work Design Issues in Lean Production
From a Sociotechnical Systems Perspective: Neo-Taylorism or The Next Step in Sociotechnical
Design? Human Relations Journal, vol. 51, no. 3, hal. 259–287.
Pritchard, R. D. (Ed.), 1995, Productivity Measurement and Improvement: Organizational Case Studies,
Indiana: Praeger Publishers/Greenwood Publishing Group.
Sitinjak, Benediktus W., Yovi Arsianto, M. Agung Wibowo, Frida Kistiani, 2015, Pengaruh Penerapan
Metode Lean Construction pada Biaya Pekerjaan Struktur Tipikal, Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 6,
no. 2, hal. 145-158.
Tangen. Stefan, 2005, Demystifying Productivity and Performance, International Journal of Productivity
and Performance Management, vol. 54, no. 1, hal. 34-46.
Teicholz, P., 2004, Labor productivity declines in the construction industry: Causes and remedies,
Viewpoints, Diakses 14 April, 2021, pada laman http://www.aecbytes.com.
Thomas, G., 2004, Performance Improvement towards a Method for Finding and Prioritizing Potential
Performance Improvement Areas in Manufacturing Operations, International Journal of
Productivity and Performance Management, vol. 53, no. 1, hal. 52-71.
Untu, Silvia H. S., Ariestides K. T. Dundu, & Robert J. M. Mandagi, 2014, Penerapan Metode Lean
Project Management dalam Perencanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Pembangunan
Gedung Mantos Tahap III), Jurnal Sipil Statik, vol. 2, no. 6, hal. 320-329.
Womack, J.P. and Jones, D.T., 1996. Lean Thinking: Banish Waste and Create Wealth in your
Corporation, New York: Simon and Schuster Inc.

248

Anda mungkin juga menyukai