Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335801585

MEMPROMOSIKAN SKEMA KPBU DENGAN MEKANISME AVAILABILITY


PAYMENT SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN SARANA-
PRASARANA (INFRASTRUKTUR) PUBLIK DI DAERAH

Article · September 2019

CITATIONS READS

4 4,396

1 author:

Arief Darmawan
Universitas Pendidikan Indonesia
1 PUBLICATION 4 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arief Darmawan on 02 November 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


OMNICOM
Jurnal Ilmu Komunikasi
Universitas Subang
Volume 4 No. 1, Edisi Mei Tahun 2018

MEMPROMOSIKAN SKEMA KPBU DENGAN MEKANISME AVAILABILITY


PAYMENT SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN SARANA-
PRASARANA (INFRASTRUKTUR) PUBLIK DI DAERAH
Arief Darmawan
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Subang
ariefdarmawan@unsub.ac.id
Abstrak
Bappenas memperkirakan untuk mencapai target-target pembangunan infrastruktur yang
ditetapkan dalam RPJM Nasional tahun 2015 – 2019, dana yang diperlukan mencapai Rp5.452
trilliun. Dari total kebutuhan tersebut, pemerintah pusat dan daerah hanya mampu untuk
menyediakan dana sebesar Rp1.131 triliun, sisanya dari skema pendanaan alternatif seperti skema
KPBU. Langkah penting terkait KPBU yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
diterbitkannya Perpres Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Salah satu perubahan penting dalam peraturan yang baru
ini adalah perluasan jenis proyek yang dapat dikerjasamakan. Dalam peraturan baru ini, selain
proyek infrastuktur ekonomi, proyek insfrastruktur sosial pun dapat dikerjasamakan. Termasuk
memungkinkan mekanisme pembayaran yang berasal dari ketersediaan layanan. Sumber
pengembalian jenis ini biasanya digunakan untuk infrastruktur sosial.Meskipun peraturan-
perundangan yang mendukung pelaksanaan skema KPBU dengan mekanisme availability payment
(AP) telah lengkap, namun belum tersosialisasikan secara maksimal, sehingga banyak pemerintah
daerah yang sangat membutuhkan skema pembiayaan KPBU yang sesuai dengan kapasitas
keuangannya, belum mencantumkan alternatif tersebut dalam rencana pembangunannya.
Kata kunci: KPBU, Availability Payment, Infrastruktur, dan Promosi-Sosialisasi

Abstract
Bappenas estimates that to achieve the infrastructure development targets set in the 2015-2019
National RPJM, the funds needed will reach Rp5,452 trillion. Of the total needs, the central and
regional governments are only able to provide funding of Rp1,131 trillion, the remainder from
alternative funding schemes such as the PPP scheme. An important step related to the PPP carried
out by the government is the issuance of Perpres No. 38 of 2015 concerning Government
Cooperation with Business Entities in Provision of Infrastructure. One important change in the
new regulation is the expansion of the types of projects that can be collaborated with. In this new
regulation, in addition to economic infrastructure projects, social infrastructure projects can also
be cooperated. Including availability payment mechanisms originating from service availability.
This type of return is usually used for social infrastructure. Although the regulations that support
the implementation of the PPP scheme with the availability payment mechanism (AP) are complete,
they have not been fully socialized, most local governments are in dire need of PPP financing
schemes that are in accordance with their financial capacity. , has not included these alternatives
in its development plans

Keywords: PPP, Availability Payment, Infrastructure, and Promotion-Socialization

JURNAL OMNICOM - FIKOM UNIVERSITAS SUBANG


p-ISSN: 2302-0873
2 – JURNAL OMNICOM UNSUB

Pendahuluan adanya keterbatasan dana yang dimiliki


pemerintah maka penyediaan infrastruktur
Untuk mempercepat pembangunan
dapat dilakukan dengan skema Kerjasama
infrastruktur, Pemerintah terus mengambil
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Di
langkah-langkah perbaikan, salah satunya
lingkungan global skema KPBU ini dikenal
adalah dalam bidang regulasi. Perbaikan
juga sebagai skema Public Private Partnership
regulasi ini penting untuk dilakukan agar
(PPP).
dapat menciptakan iklim investasi dan
mendorong keikutsertaan badan usaha dalam Peran infrastruktur dalam
penyediaan infrastruktur dan layanan pembangunan dapat dilihat dari sumbangan
berdasarkan prinsip-prinsip usaha yang sehat. terhadap pertumbuhan ekonomi dan
Keikutsertaan badan usaha dalam penyedian kontribusinya terhadap peningkatan kualitas
infrastruktur merupakan keharusan karena hidup. Secara ekonomi makro ketersediaan
adanya financing gap antara dana yang dapat dari jasa pelayanan infrastruktur
disediakan Pemerintah dan kebutuhan dana mempengaruhi marginal productivity of
untuk penyediaan infrastruktur yang private capital, Sedang dalam tingkat
dibutuhkan. ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan
infrastruktur berpengaruh terhadap
Langkah penting yang dilakukan oleh
pengurangan biaya produksi. Kontribusi
pemerintah adalah dengan diterbitkannya
infrastruktur terhadap peningkatan kualitas
Perpres Nomor 38 Tahun 2015 tentang
hidup dapat ditunjukkan oleh terciptanya
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha
amenities dalam lingkungan fisik, terjadinya
dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan ini
peningkatan kesejahteraan, (peningkatan nilai
menggantikan peraturan yang ada sebelumnya
konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga
yaitu Perpres Nomor 67 Tahun 2005 tentang
kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
peningkatan kemakmuran nyata), terwujudnya
dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana
stabilisasi makro ekonomi (keberlanjutan
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan
Perpres Nomor 66 Tahun 2013 tentang
pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja).
Perubahan Ketiga atas Perpres Nomor 67
Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Upaya untuk mempertahankan dan
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan meningkatkan tingkat penyediaan jasa
Infrastruktur. Salah satu perubahan penting pelayanan sarana dan prasarana menghadapi
dalam peraturan yang baru ini adalah tiga dimensi permasalahan. Pertama,
perluasan jenis proyek yang dapat pembangunan sarana dan prasarana tidak
dikerjasamakan. Dalam peraturan baru ini, mudah karena mencakup penggunaan kapital
selain proyek infrastuktur ekonomi, proyek yang sangat besar, waktu pengembalian modal
insfrastruktur sosial pun dapat yang panjang, penggunaan lahan yang cukup
dikerjasamakan. (Iqbal, 2015) luas, pemanfaatan teknologi tinggi,
perencanaan dan implementasi perlu waktu
Infrastuktur adalah fasilitas teknis,
panjang untuk mencapai skala ekonomi yang
fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang
tertentu. Di lain pihak kemampuan ekonomi
diperlukan untuk melakukan pelayanan
nasional pada saat ini sangat terbatas, baik
kepada masyarakat dan mendukung jaringan
dana yang berasal dari pemerintah maupun
struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial
swasta. Kedua, pembangunan sarana dan
masyarakat dapat berjalan dengan baik
prasarana merupakan prakondisi bagi
(Perpres No. 38, 2015). Penyediaan
berkembangnya kesempatan dan peluang baru
infrastruktur merupakan tugas dan kewajiban
di berbagai bidang. Peningkatan jumlah
pemerintah. Namun demikian, mengingat

Volume 4 No. 1, Edisi Mei Tahun 2018


Mengkaji Skema KPBU dengan Mekanisme Availability Payment sebagai Alternatif Pembiayaan 3
Pembangunan Sarana-Prasarana (Infrastruktur) Publik di Daerah
Arief Darmawan

penduduk mendorong perlunya tambahan sebagian atau seluruhnya menggunakan


pelayanan sarana dan prasarana. Ketiga, sumber daya Badan Usaha (BU) dengan
menghadapi persaingan global dan sekaligus memperhatikan pembagian risiko diantara
memenuhi permintaan masyarakat akan jasa para pihak. PJPK adalah Menteri/Kepala
pelayanan sarana dan prasarana memerlukan Lembaga/Kepala Daerah, atau Badan Usaha
restrukturisasi dalam penyelenggaraan usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah
pelayanan jasa sarana dan prasarana. Untuk sebagai penyedia atau penyelenggara
mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia, infrastruktur berdasarkan peraturan
pembangunan sarana dan prasarana beserta jsa perundang-undangan. BU adalah Badan
pelayanannya dilaksanakan dengan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk
(1) menciptakan banyak lapangan kerja, Perseroan Terbatas, badan hukum asing, atau
langsung maupun tidak langsung; (2) koperasi (Bappenas, 2017).
menunjang pembangunan ekonomi wilayah;
Skema KPBU dalam penyediaan
(3) menciptakan manfaat ekonomis sebesar-
infrastruktur ini bukanlah skema baru. Skema
besarnya pada masyarakat di sekitar proyek
ini telah berkembang lama dan telah berhasil
infrastruktur; dan (4) layak secara ekonomis
dilakukan di berbagai negara di dunia.
dan finansial sehingga menarik investor dalam
Pengembangan KPBU dalam penyediaan
maupun luar negeri. Kebijakan pokok yang
infrastruktur di Indonesia juga telah lama
ditempuh dalam pembangunan infrastruktur
dilakukan yaitu sejak awal tahun 90an. Pada
adalah: (1) kebijakan mempertahankan tingkat
tahun 1991, Bank Dunia mulai menawarkan
jasa pelayanan infrastruktur; (2) kebijakan
pinjaman TAP4I (Technical Assistance
melanjutkan restrukturisasi dan reformasi di
Project for Public & Private Provision of
bidang infrastruktur; dan (3) kebijakan
Infrastructure) kepada Pemerintah Indonesia.
peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap
Selain itu, ADB juga memberikan pinjaman
jasa pelayanan infrastruktur. (Kwik, 2002)
lain seperti PPITA (Private Provision of
Bappenas memperkirakan untuk Infrastructure Technical Assistance), dan
mencapai target-target pembangunan yang baru saja dilakukan adalah pinjaman
infrastruktur yang ditetapkan dalam RPJM untuk IRSDP (Infrastructure Reform Sector
Nasional tahun 2015 – 2019, dana yang Development Project). Total dana yang telah
diperlukan mencapai Rp5.452 trilliun. Dari dihabiskan untuk pengembangan KPBU ini
total kebutuhan tersebut, pemerintah pusat dan telah mencapai ratusan juta dolar namun
daerah hanya mampu untuk menyediakan realisasi proyek KPBU masih belum kemana-
dana sebesar Rp1.131 triliun. Dengan mana (Lubis, 2015).
demikian, ada selisih pendanaan (financing
Realisasi proyek infrastruktur dengan
gap) sebesar Rp4.321 triliun yang
skema KPBU ternyata perkembangannya
pemenuhannya dapat dilakukan dengan
sampai saat ini belum menggembirakan.
menggunakan dari skema pendanaan alternatif
Berbagai kendala seperti kurangnya kapasitas
seperti skema KPBU.
PJPK untuk mempersiapkan proyek
KPBU adalah kerjasama antara kerjasama, banyaknya perizinan yang harus
pemerintah dan Badan Usaha dalam dipenuhi dari berbagai instansi yang terkait,
Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan dan lambatnya proses pengadaan tanah
umum dengan mengacu pada spesifikasi yang merupakan contoh faktor-faktor yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh Penanggung menyebabkan lambatnya realisasi proyek
Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), yang dengan skema KPBU.

OMNICOM: Jurnal Ilmu Komunikasi


Volume 4, Nomor 1
4 – JURNAL OMNICOM UNSUB

Sebenarnya, Pemerintah telah Kota dapat segera memahami dan berani


berusaha untuk memberbaiki berbagai kendala untuk mengimplementasikan mekanisme AP
tersebut. Misalnya dalam hal pengadaan tanah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
untuk proyek infrastruktur. Untuk mengatasi pelayanan publiknya melalui skema
kelambatan pengadaan tanah, Pemerintah pembiayaan pembangunan infrastruktur yang
telah mengeluarkan regulasi baru yaitu sesuai dengan kemapuan keuangan atau
Perpres Nomor 30 Tahun 2015 tentang kapasitas fiskalnya (Peraturan Menteri
Perubahan Ketiga Atas Perpres Nomor 71 Keuangan No. 170/PMK.08/2015).
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. Dengan regulasi baru ini Metode Penelitian
diharapkan pengadaan tanah untuk proyek Penelitian ini bersifat deskriptif
infrastruktur dapat menjadi lebih lancar. analitik dengan menggunakan metode
penelitian kepustakaan, objek utamanya
Dalam peraturan yang baru diatur
adalah buku, peraturan-perundangan, naskah
juga pengembalian investasi untuk badan
akademik, artikel jurnal, laporan proyek, atau
usaha. Pengembalian investasi meliputi
sumber literatur lainnya, atau hasil kajian
penutupan biaya modal, biaya operasional,
tesis/disertasi penelitian sebelumnya. Data
dan keuntungan untuk badan usaha yang
dicari dan ditemukan melalui tinjauan literatur
ditunjuk sebagai pelaksana dari proyek
yang relevan dengan diskusi. Metode
infrastruktur yang dikerjasamakan dengan
penelitian adalah metode penelitian kategori
skema KPBU. Sumber pengembalian
campuran dengan prosedur kegiatan
investasi untuk badan usaha adalah dari:
pengumpulan data dan teknik presentasi akhir
a. pembayaran oleh pengguna dalam bentuk secara deskriptif. Menurut Denzin dan
tarif; Lincoln (Johnson, Onwuegbuzie, & Turner,
b. pembayaran ketersediaan layanan 2007), Informasi dapat bersifat kuantitatif atau
(availability payment); dan/atau kualitatif, selama penelitian menggunakan
pengaturan ilmiah, dengan maksud
c. bentuk lainnya sepanjang tidak menafsirkan fenomena yang terjadi dan
bertentangan dengan peraturan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode
perundang-undangan. yang ada.
Sumber pengembalian yang baru Tujuan utama penelitian ini adalah
muncul dalam peraturan yang baru adalah untuk mengetahui karakteristik dan kelebihan
pembayaran yang berasal dari ketersediaan mekanisme investasi ketersediaan layanan
layanan. Sumber pengembalian jenis ini (availability payment) dibandingkan skema
biasanya digunakan untuk infrastruktur sosial. KPBU lainnya. Hal-hal yang akan dikaji lebih
Dengan demikian diharapkan badan usaha lanjut diantaranya mengenai :
akan tertarik juga untuk membangun 1. Latar belakang perlunya skema KPBU
infrastruktur sosial karena adanya jaminan dengan mekanisme ketersediaan layanan
pembayaran atas layanan yang diberikan. (availability payment)
2. Definisi AP menurut Perpres No. 38 Tahun
Sebagai suatu mekanisme KPBU
2015 tentang Kerjasama Pemerintah
yang baru diterapkan oleh Pemerintah dengan
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
segala kelebihannya. Maka diperlukan upaya
Infrastruktur;
promosi yang terencana, tepat sasaran, efektif,
3. Konsepsi, Struktur pembayaran, dan
dan berkesinambungan kepada seluruh
mekanisme pengembalian investasi badan
stakeholder terkait. Sehingga pemerintah
usaha dengan mekanisme AP;
daerah di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan
Volume 4 No. 1, Edisi Mei Tahun 2018
Mengkaji Skema KPBU dengan Mekanisme Availability Payment sebagai Alternatif Pembiayaan 5
Pembangunan Sarana-Prasarana (Infrastruktur) Publik di Daerah
Arief Darmawan

4. Indikator kinerja AP dan kelebihannya Subsidi silang yang secara tradisional


dibandingkan mekanisme pengembalian membebani konsumen komersial dan
KPBU lainnya; menurunkan kemampuan kompetisi terhadap
5. Jenis-jenis infrastruktur yang dapat captive market akan dihilangkan, dan
dibangun dengan mekanisme AP; dan peraturan kompetisi secara hati-hati akan
6. Bentuk promosi yang telah dilakukan diterapkan. Pemecahan aktivitas (unbundling
pemerintah untuk mensosialisasikan skema activity) terdiri atas dua jenis, yaitu
KPBU dengan mekanisme AP. pemecahan secara geografis dan fungsional.
Pemecahan geografis hingga level
Hasil dan Pembahasan kabupaten/kota didasarkan pada keragaman
wilayah Indonesia. Pemecahan secara
Berdasarkan hasil penelitian dan
fungsional didasarkan pada kenyataan usaha
kajian mengenai skama KPBU dengan
jasa pelayanan prasarana terdiri atas sub-sub
mekanisme Availability Payment (AP)
usaha. Pemecahan dari aktivitas-aktivitas ini
sebagai alternative pembiayaan pembangunan
akan memperjelas akuntabilitas dan
sarana-prasarana (infrastruktur) publik di
memberikan dasar kompetisi. Selanjutnya,
daerah, dibahas sebagai berikut :
peningkatan kompetisi diperlukan untuk
menjamin efisiensi.
1. Latar belakang perlunya skema KPBU
Kompetisi dapat menurunkan biaya
dengan mekanisme ketersediaan
serendah mungkin melalui efisiensi sehingga
layanan (availability payment)
memungkinkan pembagian keuntungan
Untuk mencapai sasaran kelayakan
efisiensi antara produsen dan konsumen,
keuangan, kompetisi, transparansi, dan
mendorong adanya pembagian resiko, dan
partisipasi swasta dalam suatu skema KPBU
mengurangi beban pemerintah untuk
diperlukan perubahan yang mendasar,
merencanakan dan mengatur. Peningkatan
diantaranya dengan langkah-langkah sebagai
kompetisi dilakukan dengan mengembangkan
berikut: (1) restrukturisasi penyedia
pasar kompetisi penuh secara langsung atau
infrastruktur dan pemecahan sistem
bertahap. Sementara itu, untuk
(unbundling system); (2) pengembangan
mempromosikan transparansi, maka
hubungan komersial dan memperkenalkan
penyediaan infrastruktur dapat dilaksanakan
kompetisi; (3) pendekatan baru dalam
berdasarkan atas prinsip komersial oleh
penetapan tarif berdasarkan mekanisme pasar
swasta. Sedangkan, misi sosial termasuk juga
dan subsidi; (4) rasionalisasi dan ekspansi
misi strategis tetap ditangani oleh Pemerintah
partisipasi swasta; (5) memperjelas peran
melalui pemberian sistem subsidi (public
pemerintah; dan (6) memperkuat fungsi
service obligation-PSO) dan insentif lainnya
pengaturan; pengembangan kerangka hukum
secara transparan. Dalam kaitan itu,
baru. Secara rinci langkah-langkah tersebut
pemerintah akan menerapkan program
dapat dijelaskan sebagai berikut. Memilah
rasionalisasi tarif secara komprehensif. Secara
sistem infrastruktur kedalam komponen-
bertahap tarif akan dinaikkan agar dapat
komponen yang berbeda merupakan tahap
mengembalikan biaya (full cost-recovery),
awal dari pengenalan kompetisi pada masing-
kecuali untuk pemerataan pembangunan dan
masing bidang. Selanjutnya, tingkat perlakuan
melindungi masyarakat tidak mampu, tetap
yang sama dalam berusaha (level playing
akan diberikan subsidi. Namun demikian
field) untuk semua pelaku (stakeholders) juga
subsidi tersebut akan diberikan secara
harus diciptakan untuk dijadikan dasar bagi
eksplisit dan transparan.
kompetisi yang adil.

OMNICOM: Jurnal Ilmu Komunikasi


Volume 4, Nomor 1
6 – JURNAL OMNICOM UNSUB

Mekanisme kenaikan tarif akan guna, meningkatkan efektivitas dan efisiensi


diberlakukan sehingga merupakan insentif pendanaan APBN/ APBD, sehingga
untuk lebih efisien, dan juga untuk mencegah keterbatasan kemampuan keuangan
subsidi yang makin besar di masa datang, pemerintah tidak menjadi faktor utama
serta untuk mendukung struktur penyedia penunda penyediaan infrastruktur yang
infrastruktur yang baru. Peningkatan berkualitas. Sumber pendanaan proyek KPBU
partisipasi swasta dilakukan sebagai bagian skema AP, dapat berasal dari pendanaan non
dari proses restrukturisasi yang mendalam. APBN/ APBD yaitu antara lain pendanaan
Pelaksanaannya tidak boleh mengabaikan BUMN/ BUMD. Usaha pemerintah dalam
kelayakan keuangan dan kelayakan ekonomi, menyediakan dana untuk membiayai
serta diiringi dengan peningkatan kompetisi pembangunan di wilayahnya dengan
dan transparansi. Dalam kaitan itu, khususnya menggunakan sumber-sumber dari
privatisasi dilakukan dengan tetap pendapatan (revenue), utang (debt), dan
memperhatikan dan menjamin: (i) tingkat kekayaan (equity) yang bersifat konvensional
pelayanan (level of service) tetap terpenuhi, atau non-konvensional. Pengertian ini
(ii) keterjangkauan (affordability) masyarakat memiliki implikasi bahwa pemerintah
dalam mendapatkan pelayanan jasa prasarana, menyadari pembiayaan pembangunan tidak
dan (iii) tidak menimbulkan ekonomi biaya cukup hanya dari APBN/D saja, juga harus
tinggi (UU No.25 Tahun 2000 ). melibatkan aktor lain di luar pemerintah
bahkan asing. Pembiayaan pembangunan
2. Definisi AP menurut Perpres No. 38 model ini bisa berasal dari APBN dan diluar
Tahun 2015 tentang Kerjasama APBN. Pembiayaan pembangunan
infrastruktur melalui APBN, Presiden
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
mengarahkan untuk mempercepat
Penyediaan Infrastruktur; pembangunan infrastruktur di wilayah
Definisi umum availability payment (AP) Indonesia Timur dan Penyertaan Modal
adalah pembayaran langsung dari Pemerintah Negara pada BUMN. Oleh DPR, pada APBN
kepada BUP KPBU untuk mendesain, 2015 PMN tersebut disetujui sebasar
membangun, mendanai, mengoperasikan dan Rp64.883,9 miliar diberikan kepada 39
memelihara aset infrastruktur/layanan dalam BUMN. (BPKP, 2015).
kontrak kerjasama jangka panjang dan tidak
terikat pada pendapatan layanan. Biaya untuk
3. Konsepsi, Struktur pembayaran, dan
penyediaan layanan, bukan merupakan
mekanisme pengembalian investasi
penggantian biaya yang dikeluarkan oleh BUP
badan usaha dengan mekanisme AP
KPBU. AP tidak dapat dianggap sebagai
Konsep pembayaran AP dibagi menjadi
hutang, tetapi sebagai kewajiban mengikat
pembayaran maksimum dan anuitas.
yang membutuhkan komitmen alokasi
Pembayaran maksimum merupakan
pendanaan dalam dokumen pelaksanaan
pembayaran kewajiban maksimum untuk
anggaran.
penyediaan layanan penuh sesuai dengan
Sedangkan menurut Perpres No. 38 Tahun
Perjanjian KPBU dan memperhitungkan
2015, Pembayaran Ketersediaan
pengurangan pembayaran untuk
Layanan/availability paymentadalah
ketidaktersediaan layanan dan tingkat kinerja.
pembayaran secara berkala oleh Menteri/
Sedangkan pembayaran anuitas dilakukan
Kepala Lembaga/ Kepala Daerah kepada
setelah fasilitas infrastruktur tersedia dan
Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya
beroperasi, beban fiskal flat dan dilakukan
layanan Infrastruktur yang sesuai dengan
secara anuitas berdasar ketersediaan layanan.
kualitas dan/ atau kriteria sebagaimana
ditentukan dalam Perjanjian KPBU.
Dalam konteks pembiayaan
penyediaan infrastruktur di Indonesia, skema
AP dimaksudkan untuk optimalisasi nilai

Volume 4 No. 1, Edisi Mei Tahun 2018


Mengkaji Skema KPBU dengan Mekanisme Availability Payment sebagai Alternatif Pembiayaan 7
Pembangunan Sarana-Prasarana (Infrastruktur) Publik di Daerah
Arief Darmawan

4. Indikator kinerja AP dan kelebihannya


Gambar 1. Konsep Pembayaran AP dibandingkan mekanisme pengembalian
KPBU lainnya
Indikator kinerja pembangunan infrastruktur
melalui mekanisme AP meliputi hal-hal
berikut (Direktorat Bina Investasi
Infrastruktur, 2017) :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penentuan struktur dan pembayaran AP
Struktur pembayaran AP dilakukan secara berbeda-beda tergantung pada tipe
berkala, yang mencakup 3 komponen berikut : proyek. Penetapan indikator ketersediaan
a. Output Aset dan standar kinerja layanan dan formula
Pembayaran untuk pengembalian biaya pembayaran harus didesain secara khusus
konstruksi, cicilan, pinjaman, dan bunga. untuk setiap proyek.
b. Output Fungsi 2. Penetapan indikator kinerja skema AP
Pembayaran untuk beroperasinya menentukan besarnya pembayaran
fasilitas/layanan secara efektif terkait berkala. Ketersediaan dan kualitas
dengan operasional manajemen (SDM layanan harus definisikan secara objektif,
pengelola, daya jasa, dan sebagainya). terukur dan realistis.
c. Output Layanan
Pembayaran untuk operasional layanan 3. Indikator Ketersediaan: tersedianya
dan pemeliharaan sesuai dengan standar layanan publik oleh Badan Usaha
yang disepakati (dengan kemungkinan Pelaksana KPBUselama berlangsungnya
penyesuaian/ pengurangan pembayaran/ masa pengoperasian fasilitas infrastruktur
penalty secara terbatas). berdasarkan perjanjian Kerjasama KPBU
berupa:fasilitas teknis, fisik, sistem,
Sedangkan mekanisme pengembalian perangkat keras, dan lunak yang
investasi badan usaha melalui skema AP dapat diperlukan untuk melakukan pelayanan
dilihat pada skema berikut : kepada masyarakat dan mendukung
Gambar 2. Mekanisme Pengembalian Investasi jaringan struktur agar kegiatan ekonomi
dan sosial masyarakat dapat berjalan
dengan baik.
4. Indikator Kinerja Layanan: tingkat
kualitas atau standar penyediaan layanan
yang disediakan oleh Badan Usaha
Pelaksana sesuai dengan standar
pelayanan yang disepakati dalam
perjanjian kerjasama KPBU. Contoh
Indikator target kinerja untuk pengukuran
ketersediaan dan tingkat kinerja layanan
dapat dilihat pada tabel berikut :
(Direktorat Bina Investasi Infrastruktur,
2017).

OMNICOM: Jurnal Ilmu Komunikasi


Volume 4, Nomor 1
8 – JURNAL OMNICOM UNSUB

pada peraturan yang baru, jenisnya lebih


Tabel 1. Indikator Kinerja Layanan
banyak dan sesuai kebutuhan di daerah,
mencakup juga infrastruktur sosial seperti
infrastruktur fasilitas perkotaan, fasilitas
pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana
olahraga, serta kesenian, kesehatan, lembaga
pemasyarakatan, dan perumahan rakyat.
Dengan dimasukkannya infrasrutktur sosial
dalam jenis infrastruktur yang dapat
disediakan dengan skema KPBU diharapkan
infrastruktur sosial yang disediakan dapat
semakin banyak agar pelayanan sosial dapat
berlangsung semakin baik.

6. Bentuk promosi yang telah dilakukan


5. Jenis-jenis infrastruktur yang dapat
pemerintah untuk mensosialisasikan
dibangun dengan mekanisme AP
skema KPBU dengan mekanisme AP
Berikut ini disajikan jenis
Bentuk-bentuk promosi yang telah dilakukan
infrastruktur ekonomi dan sosial yang dapat
dikerjasamakan berdasarkan Perpres Nomor pemerinth untuk mensosialisasika skema
38 Tahun 2015, yaitu sebagai berikut: KPBU dengan mekanisme AP diantaranya :
a. infrastruktur transportasi;
a. Kemeterian terkait sepertik Bappenas,
b. infrastruktur jalan;
c. infrastruktur sumber daya air dan irigasi; Kementerian Keuangan, Kementerian
d. infrastruktur air minum; Dalam Negeri, dan Kementerian PUPR
e. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah telah melakukan sosialisasi secara khusus ke
terpusat; beberapa Provinsi dan Pemda atau pun
f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah secara tidak langsung pada kegiatan-
setempat; kegiatan koordinasi tingkat pusat.
g. infrastruktur sistem pengelolaan
persampahan; b. Kementerian terkait menerbitkan berbagai
h. infrastruktur telekomunikasi dan panduan tertulis yang disebarkan secara
informatika; offline dan online agar dapat dipelajari oleh
i. infrastruktur ketenagalistrikan;
stakeholder terkait khususnya pemerintah
j. infrastruktur minyak dan gas bumi dan
energy terbarukan; daerah, swasta, dan akademisi.
k. infrastruktur konservasi energi; c. Melakukan seminar dan lokakarya pada
l. infrastruktur fasilitas perkotaan; lokasi-lokasi yang berpotensi untuk
m. infrastruktur fasilitas pendidikan;
dibangun infrastruktur dengan skema AP.
n. infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana
olahraga, serta kesenian; d. Memberikan materi mengenai skema KPBU
o. infrastruktur kawasan; dengan mekanisme AP pada kegiatan diklat-
p. infrastruktur pariwisata;
diklat kedinasan pemerintah baik di pusat
q. infrastruktur kesehatan;
r. infrastruktur lembaga pemasyarakatan; dan atau pun di daerah.
s. infrastruktur perumahan rakyat. Namun demikian, apabila melihat produk-
produk dan kegiatan sosialisasi yang telah
diadakan, dibandingkan dengan kebutuhan
Apabila kita bandingkan, jenis infrastruktur
solusi segera pembiayaan infrastruktur di
yang dapat dikerjasamakan, terlihat bahwa
daerah masih dirasakan kurang intensif.

Volume 4 No. 1, Edisi Mei Tahun 2018


Mengkaji Skema KPBU dengan Mekanisme Availability Payment sebagai Alternatif Pembiayaan 9
Pembangunan Sarana-Prasarana (Infrastruktur) Publik di Daerah
Arief Darmawan

Sebaiknya selain website yang bersifat statis (KPBU) atau Public Private Partnership
dapat juga dilakukan dengan menggunakan (PPP) dengan Perpres No. 38 Tahun 2015.
media informasi yang bersifat dinamis dan Perpres tersebut mengatur lebih banyak
interaktif seperti Instagram, Twitter, atau sarana-prasarana (infrastruktur) yang
bahkan youtube yang saat ini sudah banyak pembangunannya dapat dikerjasamakan
diguanakan sebagai media komunikasi untuk dengan pihak swasta melalui skema
sosialisasi program pembangunan oleh banyak KPBU. Begitu pula mekanisme
pemerintah daerah (Dodi, 2015). pembiyaan dan pengmbalian investasinya
memperkenalkan mekanisme
Sebagian besar pemerintah daerah yang
Ketersediaan layanan (availability
menyusun RPMJD-nya pada tahun 2017
payment/ AP). AP memungkinkan
sampai dengan 2018 masih banyak yang
pengembalian investasi tidak berdasarkan
belum mencantumkan alternatif pembiayaan
tarif (tariff-based) tapi secara rutin dari
dengan skema KPBU, khususnya
APBD berdasarkan layanan (service-
menggunakan mekanisme AP. Terlebih lagi
based).
dengan berlakunya UU tentang Desa yang
mengatur pemerintahan desa dapat 2. Mekanisme AP sangat sesuai untuk
membangun infrastrukturnya sendiri dengan pengembangan kuantitas dan kualitas
menggunakan dana desa. Perlu dijelaskan juga infrastruktur di daerah. Karena
apakah Perpres ini berlaku untuk level memungkinkan semua pemda untuk
pemerintahan desa. Apabila berlaku maka menggunakan AP tanpa harus memiliki
perlu dilakukan sosialisasi masif tidak hanya kapasitas fiskal tinggi seperti skema
sampai level pemerintah Kabupaten/Kota. KPBU lainnya (jaminan pemerintah).
Mengingat hingga saat ini kapasitas Mengingat skema AP mirip leasing yang
manajemen informasi aparat desa untuk dapat digunakan atau dimanfaatkan
memahami dan menguasai informasi, terlebih dahulu sambil dicicil sesuai
khususny terkait mekanisme dan prosedur kemampuan keuangan daerah.
baru pemerintahan masih sangat terbatas. Baik
3. Terkait aspek promosi dan sosialisasi
disebabkan karena akeses informasi atau pun
skema KPBU dengan mekanisme AP ini
kapasitas SDM-nya (Adhie, 2017)
masih belum dilakukan secara maksimal.
Begitu pula dengan pihak swasta atau calon Masih padahal seluruh perangkat
investor, masih belum well-informed, peraturan-perundangan terkait telah
mengingat masih minimnya bahan-bahan lengkap. Sehingga aman bagi pihak
terkait mekanisme AP di Indonesia di dalam pemerintah daerah untuk segera
Bahasa Inggris. Sehingga masih diperlukan mengimplementasikannya, kecuali untuk
peningkatan upaya sosialisasi ke depan. pemerintah desa perlu disusun panduan
khusus mengingat kapasitas manajemen
Simpulan informasi SDM perangkat desa yang
masih belum optimal. Khusus kepada
Mengacu kepada hasil penelitian di atas maka pihak swasta/ calon investor, pemerintah
dapat disimpulkan beberapa hal berikut : masih belum secara jelas menyampaikan
1. Dalam rangka meningkatkan kuantitas kelebihan-kelebihan skema AP dan risiko-
dan kualitas pelayanan publik, pemerintah risiko bisnis yang terkait, dibandingkan
telah merevisi peraturan mengenai skema KPBU pada umumnya (tariff-
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha based).

OMNICOM: Jurnal Ilmu Komunikasi


Volume 4, Nomor 1
6 – JURNAL OMNICOM UNSUB

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur. 2017. Peraturan Menteri Keuangan No.


Prinsip Dasar dan Kelembagaan 170/PMK.08/2015 tentang Perubahan
Penerapan KPBU Bidang PUPR. Atas Peraturan Menteri Keuangan
Jakarta. Kementerian PUPR. Nomor 143/Pmk.011/2013 Tentang
Direktorat Bina Investasi Infrastruktur. 2017. Panduanpemberian Dukungan
Pedoman Pelaksanaan KPBU dengan Kelayakan atas Sebagian Biaya
Mekanisme Pembayaran Konstruksi Pada Proyek Kerjasama
Ketersediaan Layanan (Availability Pemerintah dengan Badan Usaha
Payment) Bidang PUPR. Jakarta. Dalam Penyediaan Infrastruktur.
Kementerian PUPR. Jakarta. Kemenkeu.
Direktorat Pengembangan Kerjasama Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015
Pemerintah dan Swasta, 2017, Tentang Kerjasama Pemerintah
Kumpulan Peraturan Terkait Dengan Badan Usaha dalam
Kerjasama Pemerintah Dengan Penyediaan Infrastruktur.Jakarta.
Badan Usaha, Jakarta, Bappenas. Sekretariat Negara.
Harun al-Rasyid Lubis, 2015. The Private Pusat Penelitian dan Pengembangan
Finance of Public Infrastructure: Pengawasan, 2015, Profil
Indonesia PPP Outlook. Bandung. Pembiayaan Pembangunan, Jakarta,
Institute of Technology Bandung. Badan Pengawasan Keuangan dan
Iqbal Islami,2015, Perluasan Jenis Proyek Pembangunan (BPKP).
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Surachman, A. (2017). Meningkatkan
Usaha dalam Penyediaan Kapasitas Manajemen Informasi
Infrastruktur.Jakarta. Pusdiklat Aparat Desa dalam Memanfaatkan
KNPK. Dana Desa Secara Produktif dan
Johnson, R. B., Onwuegbuzie, A. J., & Berkesinambungan. OMNICOM
Turner, L. A. (2007). Toward a Jurnal Ilmu Komunikasi FIKOM
Definition of Mixed Methods UNSUB, 3(2), 1-9. Retrieved from
Research. Journal of Mixed Methods http://ejournal.unsub.ac.id/index.php/
Research, 1(2), 112–133. FIKOM/article/view/494.
https://doi.org/10.1177/15586898062 Undang-Undang No.25 Tahun 2000 Tentang
98224. Program Pembangunan Nasional
Kwik Kian Gie. 2002. Pembiayaan (Propenas) Tahun 2000-2004,2000.
Infrastruktur Permukiman. Jakarta. Jakarta. Sektretariat Negara.
Bappenas.
Nugraha, D. (2015). Pemanfaatan Internet
Sebagai Media Komunikasi
Pembangunan di Kabupaten Subang.
OMNICOM Jurnal Ilmu Komunikasi
FIKOM UNSUB, 1(2), 1-6. Retrieved
from
http://ejournal.unsub.ac.id/index.php/
FIKOM/article/view/495.

Volume 4 No. 1, Edisi Mei Tahun 2018

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai