Anda di halaman 1dari 35

Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

FAKTOR - FAKTOR PENENTU KESUKSESAN (CRITICAL SUCCESS


FACTORS) PADA KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA BIDANG
INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

Huakanala Hubudi1, Husein Umar1


1Program Pascasarjana Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
huakanalaudi@gmail.com

Abstrak
Indonesia memiliki permasalahan dalam bidang infrastruktur. Pemerintah berkewajiban me-
nyediakan pelayanan infrastruktur bagi seluruh masyarakat di seluruh pelosok negeri ini.
Namun penyediaan pelayanan infrastruktur tersebut membutuhkan pendanaan yang sangat
besar. Keterlibatan sektor swasta memakai bentuk Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dalam
pembangunan pelayanan infrastruktur diharapkan tidak hanya mengisi celah kesenjangan da-
lam masalah pendanaan saja, tetapi juga dalam hal aspek penting lainnya, seperti; kemam-
puan managerial dan mengadopsi kemajuan teknologi baru. Untuk kerjasama ini diduga ba-
nyak permasalahan yang dihadapi antara lain faktor — faktor penentu kesuksesan/critical
success factors (CSF) dan apakah faktor — faktor penentu kesuksesan sebagai suatu solusi. Ka-
jian literatur digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang relevan untuk mendapatkan gam-
baran mengenai persepsi atas CSF. Kajian literature digunakan untuk mengidentifikasi faktor
yang relevan untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi atas CSF. Penelitian ini bertu-
juan untuk melaporkan hasil penelitian mengenai faktor — faktor penentu kesuksesan (critical
success factors / CSF) dalam kerangka kerjasama pemerintah swasta. Pengujian persepsi ini
menilai faktor yang menarik (positif) dan yang tidak menarik (negatif) dalam sistem penga-
daan untuk proyek infrastruktur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan survei dalam ben-
tuk kuesioner yang dikirim melalui pos untuk mendapatkan data utama. Respon untuk data
survei dianalisis secara deskriptif statistik dan dilanjutkan dengan faktor analisis. Kerjasama
pemerintah swasta untuk proyek infrastruktur, mendapatkan persepsi yang paling menarik
dalam bentuk faktor — faktor yang dianggap positif antara lain yaitu, teknologi pembangu-
nan yang lebih baik, solusi anggaran dan transfer risiko, efisiensi pembiayaan sektor pub-
lik. Untuk faktor yang dianggap negatif yaitu; ekonomi biaya tinggi dan kurangnya pengala-
man membuat Kerjasama pemerintah menjadi kurang menarik. Penelitian mendapatkan ha-
sil mengenai persepsi tentang faktor — faktor penentu kesuksesan pada bidang infrastruktur
di Indonesia. Faktor positif dan negatif yang diteliti dapat memberikan informasi sebagai
dasar pengambilan keputusan.

Kata kunci : Critical Success Factors, Kerjasama Pemerintah Swasta, Analisis Faktor.

Abstract
Indonesia has many problems for providing infrastructure services. Government is obliged to provide
access for all communities accross the country, and provision of infrastructure services needed huge
funding. The involvement of private sector use form of public private partnerships (PPP). PPP are
long-term contractual arrangements that harness the skills and resources of both private and public
sectors in the delivery of public services or the development of public infrastructure. Through these
mutual partnerships, a number of advantages should accrue including access to capital, increased value
for money, timely completion of and improved service delivery through the use of better management
practises and adoption of innovative solutions. However, PPP will face the problems, which identified
through critical success factors (CSF), and whether critical success factors CSF as a solution. Litera-
ture review is used to identify relevant factors,to gather their perception on CSF. The research aims to
report the findings on what are the CSF into perceptions of what makes the PPP attractive or unat-
tractive as a procurement system for infrastructure projects in the Indonesia. The research uses a
postal survey questionnaire technique for primary data collection. Survey response data is subjected to
130
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

descriptive statistical analysis and subsequently to rotated factor analysis. PPP infrastructure project is
perceived as most attractive in terms of positive factors relating to represent better technology deve-
lopment, budget solution and risk transfer, and cost efficiency of public sector. Negative aspects, rela-
ting to factors such as, high cost economy, and lack of experience by participants make PPP procure-
ment less attractive. The research captures the perception about CSF on Indonesia Infrastructure in ge-
neral. The positive and negative factors surrounding PPP procurement will provide a more informed
basis for decision making.

Keywords : Critical Success Factors, Private Public Partnerships, Factor analysis.

Pendahuluan infrastruktur komunikasi dan informatika yang


Pemerintah mempunyai kewajiban me- ditujukan untuk menjamin kelancaran arus infor-
nyediakan pelayanan infrastruktur (sarana dan masi baik untuk mendukung kegiatan pemerin-
prasarana) bagi seluruh masyarakat di seluruh tahan, perekonomian, maupun sosial. Infrastruk-
pelosok negeri ini. Namun penyediaan pelaya- tur memiliki peran penting dalam mendukung
nan infrastruktur tersebut membutuhkan dana daya saing ekonomi global terutama dalam pe-
atau pendanaan yang sangat besar. Peranan sek- nyediaan jaringan distribusi, sumber energi, dan
tor swasta sangat diperlukan untuk mengisi ke- input produksi lainnya.
senjangan pendanaan didalam pembangunan Jaringan transportasi serta jaringan ko-
pelayanan infrastruktur. Pelibatan sektor swasta munikasi dan informatika merupakan fasilitas
dalam pembangunan pelayanan infrastruktur di- yang menghubungkan sumber-sumber produksi,
harapkan tidak hanya mengisi celah kesenjangan pasar dan para konsumen, yang secara sosial ju-
dalam masalah pendanaan saja, tetapi juga dalam ga merupakan bagian dari ruang publik yang da-
hal aspek penting lainnya, seperti; kemampuan pat digunakan untuk melakukan sosialisasi an-
managerial dan mengadopsi kemajuan teknologi tar kelompok masyarakat guna mengartikulasi-
baru. kan diri dan membangun ikatan sosial-budaya.
Peran sektor swasta didalam membangun Dalam konteks yang lebih luas, jaringan trans-
gedung dan menata infrastruktur komersial tidak portasi serta jaringan komunikasi dan informati-
diragukan lagi. Sementara untuk membangun ka juga berfungsi sebagai pengikat dan pemersa-
gedung dan infrastruktur non komersial yang tu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan bagian dari publik merupakan tugas (NKRI) sebagai suatu entitas politik yang berdau-
pemerintah. Bidang infrastruktur memiliki pera- lat, dan juga untuk menghadapi serangan terha-
nan yang sangat penting dalam mendukung ak- dap ketahanan dan kedaulatan bangsa melalui
tivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan media dunia maya yang saat ini semakin mening-
dan persatuan bangsa, terutama sebagai modal kat.
dasar dalam memfasilitasi interaksi dan komuni- Fungsi infrastruktur sebagai roda pengge-
kasi diantara kelompok masyarakat, serta me- rak pertumbuhan ekonomi ditunjukkan pada pe-
ngikat dan menghubungkan antar wilayah. Pe- ran transportasi yang dapat memungkinkan
ngembangan infrastruktur sumber daya air ditu- orang, barang, dan jasa diangkut dari satu tem-
jukan untuk mendukung ketahanan pangan na- pat ke tempat lain, serta peran jaringan komuni-
sional dan penyediaan air untuk berbagai ke- kasi dan informatika yang memungkinkan pertu-
perluan masyarakat, seperti air minum, pem- karan informasi secara cepat (real time) menem-
bangkit tenaga listrik dan pengendalian banjir bus batas ruang dan waktu. Peranannya sangat
yang pada akhirnya diharapkan dapat mening- penting, baik dalam proses produksi maupun
katkan kesejahteraan masyarakat (PERPRES RI dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi
No. 5 Tahun 2010 Rencana Pembangunan Jang- dan ekspor. Telekomunikasi, listrik, dan airpun
ka Menengah 2010 — 2014, Memperkuat Pemba- merupakan elemen sangat penting dalam proses
ngunan Antar Bidang, Buku II hlm.1.). produksi dari sektor-sektor ekonomi, seperti per-
Demikian pula, infrastruktur lainnya, se- dagangan, industri, dan pertanian.
perti jalan, jembatan, infrastruktur dasar permu- Saat ini akses masyarakat kepada air mi-
kiman yang merupakan modal esensial masyara- num baru 50%, pada tahun 2010 sudah harus
kat dalam memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi- 70%. Sanitasi baru mencapai 54%, ditahun 2014
nya. Selain itu, diperlukan pula pengembangan harus sudah mencapai 100%. Sedangkan panjang
131
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

jalan baru 86.300 kilometer. Pemerintah harus Hasil survei dari World Economic Forum
mempercepat pembangunan infrastruktur,tidak yang berjudul Global Competitiveness Report
dengan hanya mengandalkan dana dari APBN 2008-2009 menunjukkan, kondisi infrastruktur di
tetapi juga perlu melibatkan swasta dalam me- In-donesia menempati peringkat ke - 96 dari 134
kanisme kerjasama pemerintah swasta/PPP (Ha- ne-gara (World Economic Forum, 2009, Global
rian Seputar Indonesia, 2010). Tahun 2010 pe- Compe-titiveness Report 2008-2009). Kendati
merintah mengalokasikan anggaran untuk infra- agak mem-baik, Indonesia masih merupakan
struktur mencapai Rp.511 trilliun dan strategi negara yang paling lemah dibandingkan negara-
melalui mekanisme kerjasama pemerintah swas- negara lain di Asia Tenggara dalam hal
ta/PPP mencapai Rp.1.429 triliun (Harian Sepu- ketersediaan infra-struktur (lihat, table.1).
tar Indonesia, 2010).

Tabel.1. Peringkat Kualitas Infrastruktur


Peringkat Kualitas Infrastruktur
Negara
Keseluruhan Jalan Rel Kereta Pelabuhan Bandar Udara
Indonesia 96 106 58 104 75
Malaysia 19 17 17 16 20
Thailand 35 32 48 48 28
Filipina 94 94 85 100 89
Sumber : World Economic Forum 2008 - 2009.

Penyediaan infrastruktur yang efektif, efi- dan program aksi presiden terpilih untuk mem-
sien, dan berkelanjutan merupakan salah satu percepat pembangunan infrastruktur yang dilak-
faktor pendorong pertumbuhan dan pemerataan sanakan melalui dual track strategy, yaitu memba-
perekonomian jika dilaksanakan melalui kompe- ngun sarana dan prasarana yang dapat memper-
tisi secara terbuka, adil, dan akuntabel. Untuk lancar arus lalu-lintas barang dan informasi, serta
itu, pemerintah akan mengurangi perannya se- mendorong program industrialisasi berupa pe-
bagai penyedia keseluruhan layanan infrastruk- ngembangan pusat kegiatan (kawasan) yang da-
tur menjadi fasilitator atau enabler sarana dan pat menarik industri lanjutan untuk berinvestasi
prasarana yang sudah dapat dilakukan melalui di Indonesia.
peran serta masyarakat (termasuk badan usaha Sehubungan dengan hal itu, arah kebija-
swasta). Perubahan peran tersebut diwujudkan kan dalam penyediaan infrastruktur melalui ske-
melalui perubahan peraturan perundang-unda- ma KPS adalah :
ngan, baik sektor maupun lintas sektor dengan a) Melanjutkan reformasi strategis kelembagaan
membuka peluang penyediaan infrastruktur me- dan peraturan perundang - undangan pada
lalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta sektor dan lintas sektor yang mendorong pe-
(KPS) atau yang dikenal dengan sebutan Private laksanaan KPS,
Public Partnerships (PPP) (Dedy S Priatna, 2009). b) Mempersiapkan proyek KPS secara matang se-
Untuk mendukung tercapainya sasaran hingga dapat menekan biaya transaksi yang ti-
pembangunan infrastruktur/sarana dan prasara- dak perlu, dan
na tahun 2010 - 2014, diperkirakan total investasi c) Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendu-
yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 1.429,3 Tri- kung investasi dalam pembangunan dan pe-
lyun, yang didalamnya kemampuan pemerintah ngoperasian proyek KPS, termasuk menyedia-
pusat dalam penyediaan pendanaannya hanya kan dana pendukung didalam APBN.
sekitar 35,75 persen dari total Kebutuhan (PER- Sedangkan strategi yang akan ditempuh
PRES RI No. 5 Tahun 2010 ibid hlm. 72). Untuk oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
memenuhi kebutuhan pembiayaan, dilakukan pe- (a) Membentuk jejaring dan meningkatkan kapa-
ngembangan KPS, privatisasi, tanggungjawab so- sitas untuk mendorong perencanaan dan per-
sial perusahaan / Corporate Social Responsibility, siapan proyek KPS, melakukan promosi KPS,
serta partisipasi pemerintah daerah dan masya- peningkatan kapasitas dalam pengembangan,
rakat. Hal ini harus sejalan dengan visi, misi, dan memantau pelaksanaan KPS;

132
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

(b) Membentuk fasilitas-fasilitas yang mendorong (e) Mempersiapkan proyek KPS yang akan dita-
pelaksanaan proyek KPS, seperti : fasilitasi da- warkan secara matang melalui proses perenca-
lam penyediaan tanah dan pendanaan seperti naan yang transparan dan akuntabel;
Infrastructure funds dan guarantee funds; (f) Memberi jaminan adanya sistem seleksi dan
(c) Mendorong terbentuknya regulator ekonomi kompetisi yang adil, transparan, dan akunta-
sektoral yang adil dalam mewakili kepenti- bel;
ngan pemerintah, badan usaha, dan konsu- (g) Meningkatkan pelayanan sarana dan prasa-
men; rana daerah melalui peningkatan pengeluaran
(d) Memfasilitasi penyelesaian sengketa pelaksa- pemerintah daerah yang didukung oleh ke-
naan proyek KPS secara efisien dan mengikat rangka insentif yang lebih baik.

Tabel.2. Jenis Kerjasama Pemerintah Swasta


Operation
Mode of Ultimate Market Duration
Types of PPPs Acronym and Investment
Entry Ownership Risk (Years)
Maintenance
Build, Own and Semi -
BOT Greenfield Private Private Private 20-30
Transfer Private
Build, Own,
Semi -
Operate and BOOT Greenfield Private Private Private 30+
Private
Transfer
Build, Own and
BOOT Greenfield Private Private Private Private 30+
Operate
Build, Lease and
BLO Greenfield Private Private Private Private 30+
Own
Partial
Divestiture Private Private Private Private 30+
Privatization
Full Privatization Divestiture Private Private Private Private Indifinite
Rehabilitate,
Semi
Operate and ROT Concession Private Private Public 20-30
Private
Transfer
Rehabilitate,
More
Lease/Rent and RLRT Concession Private Private Public 20-30
Private
Transfer
Build,Rehabilitate,
Operate and BROT Concession Private Private Public Private 20-30
Transfer
Management
Contract Private Public Public Public 3 to 5
Contract
Semi
Leasing Contract Private Public Public 8 to 15
Private
Sumber : Thomsen (2005), OECD Secretariat World Bank PPI database and authors’ assessment.

Marcus Jeffries (2006 : 452), menyatakan ngan (Akintoye, A., Beck, M., Cliff, H., Chinyio,E.
fungsi KPS dalam penyediaan infrastruktur seba- and Asenova, D., 2001). Walaupun begitu banyak
gai berikut : KPS yang sukses. Beberapa studi mengklasifika-
“PPPs are a means of public sektor procure- sikan daftar faktor — faktor penentu kesuksesan
ment using private sektor finance and best practice. (critical success factors/CSF) dalam KPS. Parmen-
PPPs can involve design, construction, financing, ter (2010), menyatakan bahwa pembuatan ke-
operation and maintenance of public infrastructure rangka kerja yang terintegrasi oleh pihak manaje-
and facilities, or the operation of services, to meet men merupakan hal yang sangat penting. Lapo-
public needs.” ran tersebut harus meliputi faktor — faktor pe-
Dalam pelaksanaan KPS sering timbul nentu kesuksesan (CSF).
masalah, yang menyangkut tingginya biaya ten- Critical success factors (CSF) merupakan
der (high cost in tendering), negosiasi yang sulit social support (Frilet, M.,1997), Commitment (Sto-
(complex negotiation), perbedaan dan konflik pen- nehouse,J.H.,Hudson,A.R., and O;Keefee,M.J.,
dapat yang timbul diantara pemangku kepenti-
133
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

1996, Kanter, R.M, 1999); dan mutual benefit yang terdahulu (Hardcastle, C., Edwards, P.J.,
(Grant, T., 1996). Sedangkan Kopp (1997), Gentry Akintoye, AQ. And Li, B. 2002).
dan Fernandez (1997). Arthur Andersen dan En-
terprise LSE (2000), menekankan bahwa pen- Teknik Pengumpulan Data dan Pengambilan
tingnya transparansi, dan kompetitif dalam pro- Sampel
ses pengadaan barang/jasa (procurement) (Kopp,
J.C, 1997 Arthur Andersen and Enterprise, LSE, Metode Pengumpulan Data
2000, http ://www.treasury-projects-taskforce. Untuk memperoleh data dan informasi
gov.uk/series_I/Andersen/tech_contents.html). yang dibutuhkan, studi ini dilakukan dengan
Berdasarkan latar belakang uraian tersebut di dua cara metode pengumpulan data yaitu studi
atas, merupakan latar belakang bagi penulis un- pustaka dan studi lapangan.
tuk mengadakan penelitian CSF, dengan peneli-
tian ini akan dapatkan gambaran dan analisis Studi Pustaka
mengenai faktor — faktor penentu kesuksesan Studi pustaka dilakukan dengan mempe-
(CSF) pada Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) lajari beberapa literatur mengenai CSF. Dalam
bidang infrastruktur di Indonesia. studi pustaka juga dipelajari berbagai artikel atau
tulisan perorangan dan institusi yang berkaitan
Hipotesis Penelitian dengan CSF dan PPP yang diperoleh melalui bu-
ku—buku dan jurnal—jurnal internasional. Disam-
ping itu studi ini juga melakukan kajian terbatas
melalui situs-situs internet dan referensi lain
yang berkaitan dengan CSF dan PPP di beberapa
negara.

Studi Lapangan
Studi lapangan ini dilakukan untuk mem-
peroleh masukan secara langsung dari praktisi di
bidang infrastruktur yang dianggap dapat mem-
berikan masukan mengenai model PPP di Indo-
nesia.
Metode studi lapangan dalam studi ini di-
lakukan sebagai berikut :
1. Survei dilakukan melalui penyebaran kuesioner
Metode Penelitian kepada sejumlah responden yaitu perusahaan
Desain Penelitian yang bergerak di bidang pelaksana, pembia-
Penelitian adalah merupakan cara ilmiah yaan dan badan—badan pemerintah, terutama
untuk mendapatkan data ilmiah yang valid yang aktif pada kegiatan PPP. Tujuan penye-
(Sugiyono,2008). Desain penelitian merupakan baran kuesioner adalah untuk melihat persepsi
suatu cetak biru (blue print) bagaimana data di- dan pemahaman terhadap variabel—variabel
kumpulkan, diukur, dan dianalisis. Melalui de- CSF, termasuk mengenai pemahaman, minat
sain, dapat dikaji alokasi sumber daya yang di- hingga kendala peraturan PPP.
butuhkan (Husein Umar, 2004). Desain penelitian 2. Disamping itu juga dilakukan diskusi dengan
para narasumber yang kompeten dan melaku-
ini bersifat deskriptif yaitu suatu paparan pada
kan wawancara langsung dengan beberapa pi-
variabel — variabel yang diteliti melibatkan data
hak terutama yang berhubungan langsung da-
kualitatif dan data yang kuantitatif (Husein
lam kegiatan PPP.
Umar, 2008). Metode yang digunakan dalam pe-
Kuesioner dalam penelitian ini menggu-
nelitian ini adalah metode survey dan data di-
nakan pengukuran berdasarkan skala Likert, de-
kumpulkan melalui kuesioner. Dalam survey,
ngan interval skala sebagai berikut (Sugiyono,
informasi dikumpulkan dari responden melalui
2008) :
kuesioner (Masri Singarimbun dan Sofian Effen-
1) Tidak penting
di, 1995). Kuesioner didesain berdasarkan infor-
2) Cukup penting
masi yang didapat didalam literatur penelitian
3) Penting
134
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

4) Sangat Penting dari gugusan variabel asal Xl, X2,…, Xp, sehingga :
5) Luar Biasa Penting a. Banyaknya faktor lebih sedikit dari variabel
asal X.
Metode dan Teknik Pengambilan Sampel b. Sebagian besar informasi variabel X, tersimpan
Sasaran survey adalah terbatas pada in- dalam faktor
formasi yang tersedia bagi para pihak yang Faktor Bersama (common factors) :
mempunyai pengalaman kerja dan yang terta-  Misal Faktor Bermakna : Fl dan F2 (eigen value
rik pada PPP. Teknik sampling yang digunakan > l)
untuk mengumpulkan data adalah convienience  Fl = Faktor Solusi Anggaran
sampling (Akintoye et al, 2005) bukannya random  F2 = Faktor Effisiensi Biaya
sampling, karena di Indonesia PPP masih merupa-  Xl sid X4 secara bersama-sama mengandung Fl
kan hal yang baru dan tidak ada database yang dan F2
tersedia sebagai standarnya. Convenience sampling Hal - hal yang berkait dengan Analisis Faktor :
merupakan sampling yang cepat dilakukan dan 1. Ragam Variabel Asal (X)
murah bersifat non probabilitas. Peneliti memili-
Var (Xi) = Ci1² + Ci2² + ..... + Cip² + φi
ki kebebasan untuk memilih siapa saja yang dite-
mui (Husein Umar, 2008). Untuk sampel yang Var (Xi) = hi² + φi ; hi² = Σ Cij²
j
diteliti antara lain : Perusahaan publik yang ter-
Komponen disebut komunalitas (comuna-
daftar di Bursa Efek Indonesia bidang infra-
lity) menunjukkan proporsi ragam X yang dapat
struktur, utilitas dan transportasi, badan peme-
dijelaskan oleh p faktor bersama. Komponen me-
rintah (agency), konsultan, BUMN/BUMND.
rupakan proporsi ragam dari X yang disebab-
kan oleh faktor spesifik dan atau galat (error).
Metode Analisis Data
2. Faktor Bermakna
Metode untuk melakukan analisis data
Faktor yang dipertimbangkan bermakna
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bila eigen value lebih besar satu atau (λ ≥ 1)
menggunakan analisis faktor (factor analysis) de-
3. Peragam antara X dengan F
ngan mengunakan program SPSS versi 17.0. Ana-
Pembobot (loading) faktor :
lisis faktor termasuk pada interdependence techni-
a. Digunakan untuk interpretasi faktor bermakna
que yang berarti tidak ada variabel dependen
b. Loading besar merupakan penyusun terbesar
ataupun variabel independen, dimana data yang
dari suatu variabel
dianalisis berupa data numerik (Riyanto, 2009).
c. Tanda (positif atau negatif) menunjukkan arah.
Proses analisis faktor mencoba menemu-
4. Rotasi Faktor
kan hubungan (interrelationships) antar sejumlah
Variabel Sebelum Rotasi Sesudah Rotasi
variabel—variabel yang saling independen satu
Fl F2 Fl F2
dengan yang lain. Sehingga bisa dibuat satu atau
beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit Xl 0.40 0.70 0.02 0.86
dari jumlah variabel awal. Pada dasarnya tujuan X2 0.65 0.80 0.26 0.92
analisis faktor adalah (Singgih Santoso, 2010) : 5. Skor Faktor
1. Data summarization, yakni mengidentifikasi Matriks input Kovarians :
adanya hubungan antar variabel dengan me- S – Fa = c’S-l(Xj - X )
lakukan uji korelasi atau Q faktor analysis Matriks input Korelasi :
yang dilakukan antar responden. Analisis ini S - Fa = c’R-lZj .
dikenal juga sebagai cluster analysis.
2. Data reduction. Setelah melakukan korelasi, di- Flowchart Analisis Faktor
lakukan proses membuat sebuah variabel set Bagan berikut menjelaskan alur atau flow-
baru yang dinamakan faktor untuk menggan- chart dari pengujian analisis faktor dalam peneli-
tikan sejumlah variabel tertentu. tian, mulai dari pengumpulan data melalui kue-
sioner, uji data, pengukuran kecukupan sampel,
Analisis Faktor masalah realibilitas sampai ke factor grouping. (li-
Analisis faktor adalah dengan mengeks- hat, gambar 3.2)
traksi sejumlah faktor bersama (common factors)

Gambar 3.2. Flowchart Analisis Faktor


135
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Hasil dan Pembahasan nangan dalam bidang penanaman modal, peren-


Obyek yang digunakan dalam penelitian canaan pembangunan, lembaga kebijakan penga-
ini meliputi perusahaan swasta yang terdaftar daan barang dan jasa pemerintah. BUMN yang
(listing) di Bursa Efek Indonesia/BEI yang ber- bergerak di bidang pembangunan infrastruktur
gerak di bidang penyediaan jasa pembangunan diikutsertakan pula dalam penelitian ini, bersama
infrastruktur, badan — badan atau agensi peme- konsultan yang masuk kategori Big Four (lihat,
rintah yang berhubungan atau memiliki kewe- table 4.1)

Tabel 4.1 Obyek Penelitian


No. Institusi Keterangan
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal- BKPM Agensi Pemerintah
2. PT INDIKA ENERGY Swasta
3. PT ARPENI PRATAMA OCEAN LINE Tbk Swasta
4. PT PEMBANGUNAN PERUMAHAAN Tbk BUMN
5. ERNST & YOUNG Konsultan
6. SIDHARTA CONSULTING Konsultan
7. PT WIJAYA KARYA BUMN
8. PT JASA MARGA Tbk BUMN
9. PT INDOSAT TbK BUMN
10. PT TELKOM Tbk BUMN
11. PKPS - BAPPENAS Agensi Pemerintah
12. PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR (SMI) BUMN
13. PT TOTAL BANGUN PERSADA Tbk BUMN
14. PT PALYJA Joint Venture
15. LKPP Agensi Pemerintah
16. PT NUSANTARA INFRASTRUKTUR Tbk Swasta
17. PT ADHI KARYA (PERSERO) TBK BUMN
18. PRICE WATERHOUSE COOPERS Konsultan
19. DELOITTE Konsultan
Pemilihan obyek penelitian dilakukan mengenai kerjasama pemerintah swasta (PPP).
karena karakteristik institusi atau lembaga terse- Database secara lengkap mengenai perusahaan/
but mengetahui atau mempunyai pengalaman institusi serta konsultan yang terlibat proyek

136
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

PPP di Indonesia tidak tersedia secara lengkap ringkasan dari proyek — proyek infrastruktur
dan memerlukan penelitian pendalaman yang le- yang ditawarkan. Berikut ringkasan dan jumlah
bih lanjut. Adapun PPP Book yang dikeluarkan proyek infrastruktur yang ditawarkan atau terse-
BAPPENAS tahun 2009 hanya memuat tentang dia di Indonesia :

Tabel 4.2 Ringkasan Proyek PPP Infrastruktur di Indonesia

Sumber : PPP Infrastructure Projects in Indonesia (BAPPENAS, 2009)

Pembahasan 17 faktor positif dan 14 faktor negative yang di-


Hasil Survey gunakan sebagai faktor kunci kesuksesan (CSF).
Survey dengan kuesioner dilakukan ta- Teknik sampling yang digunakan untuk pengum-
hun 2011 melalui pos yang dialamatkan kepada pulan data dari survey adalah convienience sam-
institusi/lembaga yang terdaftar didalam sam- pling, karena Indonesia tidak ada standar atau
pel penelitian. Waktu untuk mendapat jawaban memiliki tentang database dari institusi yang terli-
dari kuesioner sekitar 4 bulan yaitu dari bulan bat PPP.
Januari sampai dengan bulan April 2011. Ada

Tabel 4.3 Sebaran Kuesioner


Publik Frekwensi Persentase
Agensi 25 16,89%
137
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

BUMN 65 43,92%
Swasta
Perusahaan 18 12,16%
Konsultan 32 21,62%
Lainnya 8 5,41%
Total 148 100,00%
Sumber : Data primer (diolah)

Tabel 4.4 Kuesioner Yang Kembali


Publik Distribusi Menjawab Persentase Kembali
Agensi 25 9 6,08%
BUMN 65 27 18,24%
Swasta
Perusahaan 18 4 2,70%
Konsultan 32 0 0,00%
Lainnya 8 - 0,00%
Total 148 40 27,03%
Sumber : Data primer (diolah)

Analisis Faktor Menilai Variabel Yang Layak


Analisis reliability diperlukan untuk me- Analisisnya :
nguji konsistensi secara internal dari variabel da-  Hipotesis untuk signifikansi adalah :
ta survey. Alpha Cronbach‘s untuk faktor positif Ho = Sampel (variabel) belum memadai untuk
adalah 0,733 dan 0,801 untuk faktor negatif. Nilai dianalisis lebih lanjut
dari alpha cronbach‘s ini lebih tinggi dari 0,700, H1 = Sampel (variabel) telah memadai untuk
angka yang dipakai sebagai pedoman untuk me- dianalisis lebih lanjut
lakukan riset, pengukuran prediksi atau pengu-  Kriteria dengan melihat probabilitas :
kuran hipotesis (Bing et. al, 2005 : 135) dan data - Angka sig > 0.05 maka Ho diterima
survey tersebut reliable untuk analisis critical factor - Angka sig < 0.05 maka Ho ditolak
(Norusis, 1992).  Angka MSA (measure of sampling adequacy) ber-
Analisis faktor adalah suatu analisis data kisar 0 sampai 1 dengan kriteria :
untuk mengetahui faktor - faktor yang dominan - MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi
dalam menjelaskan suatu masalah. Analisis Fak- tanpa kesalahan oleh variabel lain.
tor dapat dipandang sebagai perluasan analisis - MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi
komponen utama yang pada dasarnya bertujuan dan dapat dianalisis lebih lanjut.
untuk mendapatkan sejumlah kecil faktor yang - MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi
memiliki sifat – sifat : dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau
1. Mampu menerangkan semaksimal mungkin dikeluarkan dari variabel lainnya.
keragaman data,
2. Faktor - faktor tersebut saling bebas, dan Faktor Yang Dianggap Positif (Positive Attrac-
3. Tiap - tiap faktor dapat diinterpretasikan. tiveness Factors) Dalam Penentu Kesuksesan
Analisis faktor digunakan untuk meng- KPS
identifikasi : Berikut hasil pengujian data dari kuesio-
1) Mengekstraks variabel latent dari indikator, ner dengan menggunakan SPSS V.17.0, data yang
atau mereduksi observable variabel menjadi va- digunakan berjumlah 40 dengan 17 pertanyaan
riabel baru yang jumlahnya lebih sedikit, dan memakai alpha 5%. Hasil pengujian menun-
2) Mempermudah interpretasi hasil analisis, se- jukkan sebagai berikut :
hingga didapatkan informasi yang realistik
dan sangat berguna.
3) Pemetaan dan Pengelempokkan obyek berda-
sarkan karakteristik faktor tertentu. Pengujian Pertama Faktor Yang Dianggap Posi-
tif
138
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Berikut adalah hasil pertama dari pengu- kan dalam table 4.6.
jian faktor yang dianggap positif, yang ditunjuk-
Tabel 4.6 Pengujian Pertama Faktor Yang Dianggap Positif
KMO and Bartlett’s Test
Kaiser – Meyer - Olkin Measure of Sampling Adequacy. .568
Bartlett’s Test of Sphericity Approx. Chi - Square 413.040
Df 136
Sig. .000

Analisis : lah memadai untuk dianalisis lebih lanjut.


1. Angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,568 Oleh karena angka tersebut sudah di atas 0,5
dengan signifikansi 0,000. dan signifikansi jauh di bawah 0,05 (0,000 <
Maka Ho ditolak artinya Sampel (variabel) te- 0,05).

Tabel 4.7 Anti Image Matrices Faktor Yang Dianggap Positif


Anti Image Correlation MSA Keterangan
P1 .410 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
P2 .431 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
P3 .621 Bisa dianalisis
P4 .582 Bisa dianalisis
P5 545 Bisa dianalisis
P6 .559 Bisa dianalisis
P7 543 Bisa dianalisis
P8 734 Bisa dianalisis
P9 .541 Bisa dianalisis
P10 .552 Bisa dianalisis
P11 485 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
P12 589 Bisa dianalisis
P13 .397 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
P14 .495 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
P15 675 Bisa dianalisis
P16 .648 Bisa dianalisis
P17 .436 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
Sumber : Hasil SPSS diolah

2. Anti Image matrices, untuk output variabel lainnya.


dibagian bawah (anti image correlation) - MSA pada variabel transfer risiko dialihkan
khususnya pada angka korelasi bertanda a ke pihak swasta (P3) adalah 0,621 > 0,5, varia-
(arah diagonal dari kiri atas kekanan bawah). bel masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis
Antara lain yaitu (lihat, table.4.7) : lebih lanjut.
- MSA pada variabel transparansi dalam proses
procurement (P1) adalah 0,410 < 0,5, variabel ti- - MSA pada variabel pembatasan biaya untuk
dak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis pemeliharaan (P4), adalah 0,582 > 0,5, variabel
lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
lainnya. bih lanjut.
- MSA pada variabel proses procurement yang - MSA pada variabel pengurangan biaya admi-
kompetitif (P2), adalah 0,431 < 0,5, variabel nistrasi sektor publik (P5), adalah 0,545 > 0,5,
ti-dak bisa diprediksi dan tidak bisa variabel masih bisa diprediksi dan dapat di-
dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari analisis lebih lanjut.

139
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

- MSA pada variabel mereduksi dana publik daerah yang menguntungkan (P14), adalah
dalam penanaman modal (P6), adalah 0,559 > 0,495 < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluar-
dianalisis lebih lanjut. kan dari variabel lainnya.
- MSA pada variabel keterbatasan anggaran - MSA pada variabel alih teknologi ke perusa-
dalam sektor publik (P7), adalah 0,543 > 0,5, haan lokal (P15), adalah 0,675 > 0,5, variabel
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
analisis lebih lanjut. bih lanjut.
- MSA pada variabel keterbatasan dana dari - MSA pada variabel membuat fasilitas kreatif
pemerintah (P8), adalah 0,734 > 0,5, variabel dan inovatif (P16) adalah 0,648 > 0,5, variabel
masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le- masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
bih lanjut. bih lanjut.
- MSA pada variabel pengurangan biaya pro- - MSA pada variabel pengembangan ekonomi
yek (P9), adalah 0,541 > 0,5, variabel masih bi- daerah yang menguntungkan (P14), adalah
sa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. 0,495 < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan
- MSA pada variabel mengembangkan pemba- tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluar-
ngunan (P10), adalah 0,552 > 0,5, variabel ma- kan dari variabel lainnya.
sih bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih - MSA pada variabel solusi terintegrasi dari pe-
lanjut. merintah (P17), adalah 0,436 < 0,5, variabel ti-
- MSA pada variabel mempercepat pembangu- dak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis
nan proyek (P11), adalah 0,485 < 0,5, variabel lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel
tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lainnya.
lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel Terdapat beberapa variabel yang mempu-
lainnya. nyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluarkan
- MSA pada variabel menghemat waktu dalam adalah variabel dengan MSA terkecil yaitu : va-
pelaksanaan proyek (P12), adalah 0,589 > 0,5, riabel P1,P2,P11,P13,P14 dan P17. Selanjutnya
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- akan diadakan pengujian ulang.
analisis lebih lanjut.
- MSA pada variabel meningkatkan pemeliha- Pengujian Ulang (1) Faktor Yang Dianggap Posi-
raan (P13), adalah 0,397 < 0,5, variabel tidak tif
bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih Berikut adalah hasil pertama dari pengu-
lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. jian faktor yang dianggap positif, yang ditunjuk-
- MSA pada variabel pengembangan ekonomi kan dalam table 4.8.

Tabel 4.8 Pengujian Ulang (1) Faktor Yang Dianggap Positif


KMO and Bartlett’s Test
Kaiser – Meyer - Olkin Measure of Sampling Adequacy. .733
Bartlett’s Test of Sphericity Approx. Chi - Square 262.495
Df 55
Sig. .000

Hasil pengujian ulang pertama dengan dengan signifikansi 0,000.


mengeluarkan variabel P1,P2,P11,P13,P14 dan Maka Ho ditolak artinya Sampel (varia-
P17 dapat dilihat sebagai berikut (table 4.9) : bel) telah memadai untuk dianalisis lebih lanjut.
Analisis : Oleh karena angka tersebut sudah di atas 0,5
1. Angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,733 dan signifikansi jauh di bawah 0,05 (0,000 < 0,05).

Tabel 4.9 Anti Image Correlation Faktor Yang Dianggap Positif ke 2


Anti Image Correlation MSA Keterangan
P3 .828 Bisa dianalisis
P4 .769 Bisa dianalisis

140
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

P5 .619 Bisa dianalisis


P6 .556 Bisa dianalisis
P7 .624 Bisa dianalisis
P8 .862 Bisa dianalisis
P9 .548 Bisa dianalisis
P10 .742 Bisa dianalisis
P12 .729 Bisa dianalisis
P15 .857 Bisa dianalisis
P16 .767 Bisa dianalisis
Sumber : Hasil SPSS diolah

2. Anti Image matrices, untuk output di bagian ba- - MSA pada variabel alih teknologi ke perusa-
wah (anti image correlation) khususnya pada haan lokal (P15), adalah 0,857 > 0,5, variabel
angka korelasi bertanda a (arah diagonal dari masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
kiri atas ke kanan bawah). Antara lain yaitu : bih lanjut.
- MSA pada variabel transfer risiko dialihkan - MSA pada variabel membuat fasilitas kreatif
ke pihak swasta (P3) adalah 0,828 > 0,5, varia- dan inovatif (P16) adalah 0,767 > 0,5, variabel
bel masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
lebih lanjut. bih lanjut.
- MSA pada variabel pembatasan biaya untuk Terlihat semua variabel telah mempunyai
pemeliharaan (P4), adalah 0,769 > 0,5, variabel MSA di atas 0,5 sehingga variabel transfer risiko
masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le- dialihkan ke pihak swasta (P3), pembatasan bia-
bih lanjut. ya untuk pemeliharaan (P4), pengurangan biaya
- MSA pada variabel pengurangan biaya admi- administrasi sektor publik (P5), mereduksi dana
nistrasi sektor publik (P5), adalah 0,619 > 0,5, publik dalam penanaman modal (P6), keterbata-
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- san anggaran dalam sektor publik (P7), keterba-
analisis lebih lanjut. tasan dana dari pemerintah (P8), pengurangan
- MSA pada variabel mereduksi dana publik biaya proyek (P9), mengembangkan pembangu-
dalam penanaman modal (P6), adalah 0,556 > nan (P10), menghemat waktu dalam pelaksanaan
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat proyek (P12), alih teknologi ke perusahaan lokal
dianalisis lebih lanjut. (P15), membuat fasilitas kreatif dan inovatif (P16)
- MSA pada variabel keterbatasan anggaran dapat dianalisis lebih lanjut.
dalam sektor publik (P7), adalah 0,624 > 0,5, Analisis Faktor (2) Factoring dan Rotasi Faktor
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- Yang Dianggap Positif
analisis lebih lanjut. Setelah variabel dapat dianalisis lebih lan-
- MSA pada variabel keterbatasan dana dari jut maka proses selanjutnya akan dilakukan ana-
pemerintah (P8), adalah 0,862 > 0,5, variabel lisis faktor (2) untuk mengetahui apakah varia-
masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le- bel tersebut bisa direduksi menjadi satu atau le-
bih lanjut. bih faktor, analisisnya sebagai berikut :
- MSA pada variabel pengurangan biaya pro-
yek (P9), adalah 0,548 > 0,5, variabel masih bi- Communalities Faktor Yang Dianggap Positif
sa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. Tabel 4.1O Communalities
- MSA pada variabel mengembangkan pemba- Initial Extraction
ngunan (P10), adalah 0,742 > 0,5, variabel ma- P3 1.000 .768
sih bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih P4 1.000 .530
lanjut. P5 1.000 .834
- MSA pada variabel menghemat waktu dalam P6 1.000 .713
pelaksanaan proyek (P12), adalah 0,729 > 0,5, P7 1.000 .646
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- P8 1.000 .837
analisis lebih lanjut.
141
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

P9 1.000 .744 varians dari P8 dapat dijelaskan oleh faktor


P10 1.000 .804 yang terbentuk.
P12 1.000 .781 - Untuk variabel pengurangan biaya proyek
P15 1.000 .705 (P9), adalah 0,744 atau sekitar 74,4% varians
P16 1.000 .868 dari P9 dapat dijelaskan oleh faktor yang ter-
Extraction Method : Principal, Component Analysis. bentuk.
- Untuk variabel mengembangkan pembangu-
Communalities pada dasarnya adalah jum- nan (P10), adalah 0,804 atau sekitar 80,4% va-
lah varians (bisa dalam persentase) dari suatu va- rians dari P10 dapat dijelaskan oleh faktor
riabel mula — mula yang bisa dijelaskan oleh fak- yang terbentuk.
tor yang ada. - Untuk variabel menghemat waktu dalam pe-
- Untuk variabel transfer risiko dialihkan ke laksanaan proyek (P12), adalah 0,781 atau se-
pihak swasta (P3) adalah 0,768 atau sekitar kitar 78,1% varians dari P12 dapat dijelaskan
76,8% varians dari P3 dapat dijelaskan oleh oleh faktor yang terbentuk.
faktor yang terbentuk. - Untuk variabel alih teknologi ke perusahaan
- Untuk variabel pembatasan biaya untuk peme- lokal (P15), adalah 0,705 atau sekitar 70,5%
liharaan (P4), adalah 0,530 atau sekitar 53% varians dari P15 dapat dijelaskan oleh faktor
varians dari P4 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
yang terbentuk. - Untuk variabel membuat fasilitas kreatif dan
- Untuk variabel pengurangan biaya adminis- inovatif (P16) adalah 0,868 atau sekitar 86,8%
trasi sektor publik (P5), adalah 0,834 atau se- varians dari P16 dapat dijelaskan oleh faktor
kitar 83,4% varians dari P5 dapat dijelaskan yang terbentuk.
oleh faktor yang terbentuk. Semakin besar communalities maka sema-
- Untuk variabel mereduksi dana publik dalam kin erat hubungannya dengan faktor yang terben-
penanaman modal (P6), adalah 0,713 atau se- tuk. Faktor pembentuk : dapat dilihat pada table
kitar 71,3% varians dari P6 dapat dijelaskan component matrix, ada 3 komponen yang berarti
oleh faktor yang terbentuk. ada 3 faktor yang terbentuk. (lihat, table 4.13)
- Untuk variabel keterbatasan anggaran dalam
sektor publik (P7), adalah 0,646 atau sekitar Total Variance Explained Faktor Yang Dianggap
64,6% varians dari P7 dapat dijelaskan oleh Positif
faktor yang terbentuk. Berikut adalah hasil total variance expalai-
- Untuk variabel keterbatasan dana dari peme- ned dari pengujian faktor yang dianggap positif,
rintah (P8), adalah 0,837 atau sekitar 83,7% yang ditunjukkan dalam table 4.11.

Tabel 4.11 Total Variance Explained Faktor Yang Dianggap Positif


Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 4.470 40.633 40.633 4.470 40.633 40.633
2 2.531 23.012 63.645 2.531 23.012 63.645
142
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

3 1.229 11.169 74.814 1.229 11.169 74.814


4 .838 7.614 82.428
5 .506 4.598 87.026
6 .431 3.920 90.946
7 .352 3.202 94.148
8 .242 2.201 96.349
9 .157 1.431 97.780
10 .141 1.280 99.060
11 .103 .940 100.000
Extraction Method : Principal Component Analysis.

Ada 11 variabel (component) yang dima- values masih di atas 1, yakni 1.229. Tetapi ada 8
sukkan dalam analisis faktor, yakni variabel P3, faktor yang angka eigen values di bawah 1, yakni
P4,P5,P6,P7,P8,P9,P10,P12,P15,P16. Masing - ma- 0.838, sehingga proses factoring seharusnya
sing variabel mempunyai varians 1 maka total- berhenti pa-da 3 faktor saja.
nya adalah 11. Jika kesepuluh variabel tersebut
diringkas menjadi satu faktor, maka varians Component Matrix Faktor Yang Dianggap Posi-
yang bisa dijelaskan oleh satu faktor tersebut tif
adalah (lihat kolom component untuk component = Berikut adalah hasil component matrix
1). factors dari pengujian faktor yang dianggap posi-
4,470/11 x 100% = 40,633% tif, yang ditunjukkan dalam table 4.12.
Jika 11 variabel diekstrak menjadi 3 faktor, maka :
1. Varians faktor pertama adalah 40,633% Tabel 4.12 Component Matrix Factor Yang
2. Varians faktor kedua adalah 2,531/11 x 100% = Dianggap Positif
23,012% Component value
3. Varians faktor ketiga adalah 1,229/11 x 100% = Factor 1 Factor 2 Factor 3
11,169% P3 -.606 .342 .532
Total kedua faktor akan bisa menjelaskan P4 .678 .257 .062
40,633% + 23,012% atau 63,645% dari variabilitas P5 -.119 .905 -.019
kesebelas variabel asli tersebut. Sedangkan jika P6 .260 .779 -.193
ditambah faktor ketiga maka 63,645% + 11,169% P7 .509 .388 -.487
atau 74,184% akan bisa menjelaskan dari varia- P8 .912 .016 .072
bilitas kesebelas variabel asli tersebut. P9 -.048 .818 .270
Untuk eigen values menunjukkan kepenti-
P10 .763 -.282 .376
ngan relative masing — masing faktor dalam
P12 .764 -.080 -.436
menghitung varians kesebelas variabel yang di-
P15 .783 .114 .281
analisis. Antara lain sebagai berikut :
P16 .829 -.057 .421
1. Jumlah angka eigen values untuk kesebelas va-
Extraction Method : Principal Component Analysis.
riabel adalah sama dengan total varians kese-
a. 3 components extracted.
belas variabel, atau 4,470 + 2,531 +…..+ 0,103 =
Setelah diketahui bahwa tiga faktor ada-
11.
lah jumlah yang paling optimal, maka table com-
2. Susunan eigen values selalu diurutkan dari
ponent matrix menunjukkan distribusi kesebelas
yang terbesar sampai terkecil dengan kriteria
variabel tersebut pada tiga faktor yang terbentuk.
bahwa angka eigen values di bawah 1 tidak di-
Sedangkan angka — angka yang ada pada table
gunakan dalam menghitung jumlah faktor
tersebut adalah factor loadings, yang menunjuk-
yang terbentuk.
kan besar korelasi antara suatu variabel dengan
Dari table 4.11 di atas terlihat bahwa ha-
faktor 1, faktor 2 atau faktor 3. Proses penen-
nya 3 faktor yang terbentuk, karena dengan satu
tuan variabel mana yang akan masuk ke faktor
faktor, angka eigen values di atas 1, dengan dua
yang mana, dilakukan dengan melakukan per-
faktor eigen values juga masih di atas 1 yakni
bandingan besar korelasi pada setiap baris.
4,470 dan 2,531. Dengan tiga faktor, angka eigen
 Korelasi antara variabel transfer risiko dialih-
143
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

kan ke pihak swasta (P3) dengan faktor 1 ada- proyek (P9) dengan faktor 1 adalah - 0.048 (le-
lah - 0,606 (kuat karena di atas 0,5 dan hubu- mah karena di bawah 0,5 dan hubungan terba-
ngan terbalik) lik)
 Korelasi antara variabel transfer risiko dialih-  Korelasi antara variabel pengurangan biaya
kan ke pihak swasta (P3) dengan faktor 2 ada- proyek (P9) dengan faktor 2 adalah 0,818
lah 0,342 (lemah karena di bawah 0,5) (kuat karena di atas 0,5)
 Korelasi antara variabel transfer risiko dialih-  Korelasi antara variabel pengurangan biaya
kan ke pihak swasta (P3) dengan faktor 3 ada- proyek (P9) dengan faktor 3 adalah 0,270 (le-
lah 0,532 (kuat karena di atas 0,5) mah karena di bawah 0,5)
 Korelasi antara variabel pembatasan biaya  Korelasi antara variabel mengembangkan
untuk pemeliharaan (P4) dengan faktor 1 ada- pembangunan (P10) dengan faktor 1 adalah
lah 0,678 (kuat karena di atas 0,5) 0,763 (kuat karena di atas 0,5)
 Korelasi antara variabel pembatasan biaya  Korelasi antara variabel mengembangkan
untuk pemeliharaan (P4) dengan faktor 2 ada- pembangunan (P10) dengan faktor 2 adalah -
lah 0,257 (lemah karena di bawah 0,5) 0.282 (lemah karena di bawah 0,5 dan hubu-
 Korelasi antara variabel pembatasan biaya ngan terbalik)
untuk pemeliharaan (P4) dengan faktor 3 ada-  Korelasi antara variabel mengembangkan
lah 0.062 (lemah karena di bawah 0,5) pembangunan (P10) dengan faktor 3 adalah
 Korelasi antara variabel pengurangan biaya 0,376 (lemah karena di bawah 0,5)
administrasi sektor publik (P5) dengan faktor  Korelasi antara variabel menghemat waktu
1 adalah - 0,119 (lemah karena di bawah 0,5 dalam pelaksanaan proyek (P12) dengan fak-
dan hubungan terbalik) tor 1 adalah 0,764 (kuat karena di atas 0,5)
 Korelasi antara variabel pengurangan biaya  Korelasi antara variabel menghemat waktu
administrasi sektor publik (P5) dengan faktor dalam pelaksanaan proyek (P12) dengan fak-
2 adalah 0,905 (kuat karena di atas 0,5) tor 2 adalah - 0.080 (lemah karena di bawah
 Korelasi antara variabel pengurangan biaya 0,5 dan hubungan terbalik)
administrasi sektor publik (P5) dengan faktor  Korelasi antara variabel menghemat waktu
3 adalah - 0,019 (lemah karena di bawah 0,5 dalam pelaksanaan proyek (P12) dengan fak-
dan hubungan terbalik) tor 3 adalah - 0.436 (lemah karena di bawah
 Korelasi antara variabel mereduksi dana pub- 0,5 dan hubungan terbalik)
lik dalam penanaman modal (P6) dengan fak-  Korelasi antara variabel alih teknologi ke pe-
tor 1 adalah 0,260 (lemah karena di bawah 0,5) rusahaan lokal (P15) dengan faktor 1 adalah
 Korelasi antara variabel mereduksi dana pub- 0,783 (kuat karena di atas 0,5)
lik dalam penanaman modal (P6) dengan fak-  Korelasi antara variabel alih teknologi ke pe-
tor 2 adalah 0,905 (kuat karena di atas 0,5) rusahaan lokal (P15) dengan faktor 2 adalah
 Korelasi antara variabel mereduksi dana pub- 0,114 (lemah karena di bawah 0,5)
lik dalam penanaman modal (P6) dengan fak-  Korelasi antara variabel alih teknologi ke pe-
tor 3 adalah - 0.193 (lemah karena di bawah rusahaan lokal (P15) dengan faktor 3 adalah
0,5 dan hubungan terbalik) 0,281 (lemah karena di bawah 0,5)
 Korelasi antara variabel keterbatasan angga-  Korelasi antara variabel membuat fasilitas
ran dalam sektor publik (P7) dengan faktor 1 kreatif dan inovatif (P16) dengan faktor 1 ada-
adalah 0,509 (kuat karena di atas 0,5) lah 0,829 (kuat karena di atas 0,5)
 Korelasi antara variabel keterbatasan dana  Korelasi antara variabel membuat fasilitas
dari pemerintah (P8) dengan faktor 1 adalah kreatif dan inovatif (P16) dengan faktor 2 ada-
0,912 (kuat karena di atas 0,5) lah - 0.057 (lemah karena di bawah 0,5 dan
 Korelasi antara variabel keterbatasan dana hubungan terbalik)
dari pemerintah (P8) dengan faktor 2 adalah  Korelasi antara variabel membuat fasilitas
0,016 (lemah karena di bawah 0,5) kreatif dan inovatif (P16) dengan faktor 3 ada-
 Korelasi antara variabel keterbatasan dana lah 0,421 (lemah karena di bawah 0,5)
dari pemerintah (P8) dengan faktor 3 adalah Korelasi antara variabel faktor yang le-
0,072 (lemah karena di bawah 0,5) mah karena di bawah 0,5 dan tanda (-) minus
 Korelasi antara variabel pengurangan biaya menunjukkan adanya arah korelasi. Oleh kare-

144
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

na masih ada variabel (seperti P3, P7) yang be- sar 0,594.
lum jelas akan dimasukkan ke dalam akan di-  Variabel P5 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
masukkan ke dalam faktor 1,2 atau 3, maka per- rena factor loading dengan faktor 2 paling be-
lu dilakukan proses rotasi (rotation), agar sema- sar 0,902.
kin jelas perbedaan sebuah variabel yang akan  Variabel P6 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
dimasukkan pada faktor 1, 2 atau 3. rena factor loading dengan faktor 2 paling be-
sar 0,784.
Hubungan antara Factor Loading dan Commu-  Variabel P7 : variabel ini masuk faktor 3, ka-
nalities Faktor Yang Dianggap Positif rena factor loading dengan faktor 3 paling be-
Communalities adalah jumlah kuadran sar 0,684.
masing — masing factor loading sebuah variabel.  Variabel P8 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
Sebagai contoh untuk variabel P1 : rena factor loading dengan faktor 1 paling be-
• Communalities = (-0,606) 2 + (0,342) 2 + (0,532) 2 sar 0,800.
= 0,768 (sama dengan table communalities sebe-  Variabel P9 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
lumnya). Demikian seterusnya untuk variabel rena factor loading dengan faktor 2 paling be-
yang lain. sar 0,819.
Berikut adalah hasil rotated component matrix  Variabel P10 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
factors dari pengujian faktor yang diang-gap rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
positif, yang ditunjukkan dalam table 4.13. 0,852.
 Variabel P12 : variabel ini masuk faktor 3, ka-
Tabel. 4.13 Rotated Component Matrix Factor rena factor loading dengan faktor 3 paling besar
Yang Dianggap Positif 0,785.
Component Value  Variabel P15 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
Factor 1 Factor 2 Factor 3 rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
P3 -.222 .331 -.780 0,805.
P4 .594 .275 .319  Variabel P16 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
P5 -.134 .902 -.055 rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
0,925.
P6 .090 .784 .300
P7 .147 .396 .684
Factor Grouping Faktor Yang Dianggap Positif
P8 .800 .040 .441
Dengan demikian kesebelas variabel telah
P9 .087 .819 -.257
direduksi menjadi hanya terdiri dari tiga (3) fak-
P10 .852 -.258 .107 tor yang dikelompokkan Factor grouping (lihat, ta-
P12 .401 -.064 .785 ble 4.14) :
P15 .805 .137 .195 1. Faktor 1 terdiri atas; P4 (pembatasan biaya
P16 .925 -.032 .104 pemeliharaan), P8 (keterbatasan dana dari pe-
Extraction Method : Principal Component Analysis. merintah), P10 (mengembangkan pembangu-
Rotation Method : Varimax with Kaiser Normalization.
nan), P15 (alih teknologi ke perusahaan local),
a. Rotation converged in 4 iterations.
P16 (membuat fasilitas yang kreatif dan ino-
vatif). Faktor 1 ini akan bisa menjelaskan
Component matrix hasil proses rotasi (Rota- 40,633% dari variabilitas kesebelas variabel asli
ted Component matrix) memperlihatkan distribusi tersebut yang terdiri dari 5 sub faktor atau di-
variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat mensi. Faktor 1 ini dapat dinamakan atau di-
bahwa sekarang factor loadings yang dulunya ke- beri label sebagai faktor teknologi pembangu-
cil semakin diperkecil, dan factor loading yang be- nan yang lebih baik (represent better technology
sar semakin diperbesar. development) karena factor loadings dari mem-
 Variabel P3 : korelasi antara P3 dengan faktor buat fasilitas yang kreatif dan inovatif (sig =
1 yang sebelum rotasi adalah -0,606 (kuat dan 0,925).
hubungan terbalik), dengan rotasi masuk 2. Faktor 2 terdiri atas; P3 (risiko ditransfer ke pi-
menjadi faktor 3 dengan nilai - 0,708. hak swasta), P7 (menjawab keterbatasan ang-
 Variabel P4 : variabel ini masuk faktor 1, ka- garan sektor publik), P12 (menghemat waktu
rena factor loading dengan faktor 1 paling be- dalam pelaksanaan proyek). Faktor 2 ini akan

145
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

bisa menjelaskan 23,012% dari variabilitas ke- publik dalam penanaman modal), P9 (pengura-
sebelas variabel asli tersebut yang terdiri dari ngan biaya proyek). Faktor 3 ini akan bisa
3 sub faktor atau dimensi. Faktor 2 ini dapat menjelaskan 11,169% dari variabilitas kesebe-
dinamakan atau diberi label sebagai faktor so- las variabel asli tersebut yang terdiri dari 3 sub
lusi anggaran dan transfer risiko (budget solu- faktor atau dimensi. Faktor 3 ini dapat dina-
tion and risk transfer) karena factor loadings dari makan atau diberi label sebagai factor effisien-
transfer risiko ke pihak swasta (sig = 0,9020). si pembiayaan sektor public (cost efficiency of
3. Faktor 3 terdiri atas; P5 (mengurangi biaya ad- public sector) karena factor loadings dari berku-
ministrasi sektor publik), P6 (mereduksi dana rangnya biaya proyek (sig = 0,7850).

Tabel. 4.14. Positive Attractiveness Factors


Factor Component Value
Factor Label Component
grouping Factor 1 Factor 2 Factor 3
Factor 1 Teknologi Membuat fasilitas yang kreatif dan inovatif 0,9250
Pembangunan Keterbatasan dana dari pemerintah 0,8000
Yang lebih baik Mengembangkan pembangunan 0,8520
Alih teknologi ke perusahaan lokal 0,8050
Pembatasan biaya untuk pemeliharaan 0,5940
Factor 2 Solusi Anggaran Risiko ditransfer ke pihak swasta 0,9020
dan Keterbatasan anggaran sektor publik 0,7840
Transfer Risiko Menghemat waktu dalam pelaksanaan proyek 0,8190
Factor 3 Efisiensi Mengurangi biaya administrasi sektor publik 0,7800
Pembiayaan Pengurangan biaya proyek 0,7850
Sektor Publik Mereduksi dana publik dalam penanaman modal 0,6840
% Variance 40,633% 23,012% 11,169%
Cumulative % of Variance 40,633% 63,645% 74,814%
Extraction method principal component analysis, rotation method, varimax with kaiser normalization.
Sumber : Hasil SPSS diolah

Component Transformation Matrix Faktor Yang yakni (0,835,1, dan 0,835). Hal ini membuktikan
Dianggap Positif ketiga faktor (component) yang terbentuk sudah
Terlihat angka — angka yang ada pada tepat, karena mempunyai korelasi yang tinggi. (li-
diagonal, antara component 1 dengan 1, component hat, table 4.15)
2 dengan component 2 dan component 3 dengan
component 3. Terlihat ketiga angka jauh di atas 0,5

Tabel.4.15.Component Transformation Matrix Faktor Yang Dianggap Positif


Component Value Factor 1 Factor 2 Factor 3
1 .835 .026 .550
2 -.027 1.000 -.006
3 .550 .009 -.835
Extraction Method : Principal Component Analysis.
Rotation Method : Varimax with Kaiser Normalization.

Kesimpulan Untuk Faktor Yang Dianggap Posi- 2) Faktor yang terbentuk :


tif 1. Faktor 1 : terdiri atas pembatasan biaya pe-
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan; meliharaan, keterbatasan dana dari peme-
1) Dari kesebelas variabel yang diteliti, dengan rintah, mengembangkan pembangunan,alih
proses factoring bisa direduksi menjadi tiga teknologi ke perusahaan lokal, membuat
faktor. fasilitas yang kreatif dan inovatif. Faktor ini

146
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

dapat dinamakan Faktor Teknologi kondisi infrastruktur dengan meningkatkan ang-


Pembangunan Yang Lebih Baik. garan belanja sektor tersebut pada APBN 2011.
2. Faktor 2 terdiri atas; risiko ditransfer ke pi- Apabila dalam APBN untuk Kementerian Peker-
hak swasta, menjawab keterbatasan angga- jaan Umum (PU) pada tahun anggaran 2010 sebe-
ran sektor publik dan menghemat waktu sar Rp 35,2 Triliun, maka pada tahun anggaran
dalam pelaksanaan proyek. Faktor ini dapat 2011 meningkat menjadi Rp 56,5 Triliun.
dinamakan Faktor Solusi Anggaran dan Proyek infrastruktur yang akan dikerja-
Transfer Risiko samakan (proyek PPP), berharap mendapat du-
3. Faktor 3 terdiri atas; mengurangi biaya ad- kungan penuh dari Pemerintah. Dukungan di-
ministrasi sektor publik, mereduksi dana maksud bisa berupa risk sharing, penghapusan
publik dalam penanaman modal, dan pe- atau keringanan pajak, bea maupun tarif, atau
ngurangan biaya proyek. Faktor Efisiensi pembayaran subsidi. Ini menjadi salah satu solu-
Pembiayaan Sektor Publik sinya agar investor tetap tertarik untuk terlibat
menyediakan berbagai jenis infrastruktur yang
Strategi Pelaksanaan Kebijakan Untuk Faktor ada dan pemerintah dapat menyediakan solusi
Yang Dianggap Positip kebijakan untuk menjawab permasalahan yang
PPP telah dilaksanakan lebih dari 50 ta- ada.
hun lalu, untuk Portugal di sektor jalan toll, di Dari ketiga faktor yang tergrouping yang
Australia pembangunan komplek olahraga Syd- terdiri dari dimensi — dimensi yang ada, akan me-
ney Super Dome, AS dan Inggris untuk proyek in- nimbulkan dampak. Untuk hal tersebut diperlu-
frastruktur lainnya. Upaya Mempercepat pertum- kan solusi kebijakan yang tepat. Hal ini dapat di-
buhan sektor infrastruktur dan konstruksi Pada gambarkan dalam table 4.16.
tahun 2011 Pemerintah berusaha memperbaiki

147
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Faktor (1) Teknologi Pembangunan yang ling signifikan dalam faktor (1). Fasilitas yang
lebih Baik terdiri atas : kreatif dan inovatif secara makro maupun
a. Membuat fasilitas yang kreatif dan inovatif, mikro akan memberi dampak berupa value for
merupakan komponen atau dimensi yang pa- money bagi infrastruktur yang akan dibangun.

148
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Contoh; kurang maksimalnya daya saing bi- cost. Solusi kebijakan ini adalah peran swasta
dang kepelabuhan dan usaha pelayaran na- yang mengambil alih pemeliharaan dengan
sional. Memerlukan pembangunan infrastruk- memungut biaya dengan menerima masukan
tur dalam langkah memodernisasi sarana dan dari berbagai pihak yang terkait.
prasarana bidang pelayaran dan kepelabuhan. Factor (2) Solusi Anggaran dan Transfer
Solusi dari kebijakan yang akan diambil ada- Risiko terdiri atas :
lah bekerjasama dengan pihak yang terampil a. Risiko ditransfer ke pihak swasta, merupakan
dan kompeten. dimensi yang paling signifikan dalam faktor
b. Mengembangkan pembangunan, merupakan (2) ini. Masuknya pendanaan dari swasta un-
dimensi yang signifikan. Dampak dari me- tuk sektor infrastruktur di Indonesia melalui
ngembangkan pembangunan adalah penca- peningkatan kelayakan kredit (credit worthi-
paian proses pengembangan sektor infrastruk- ness) dan kualitas proyek-proyek PPP infra-
tur itu sendiri. Pemerataan pembangunan struktur. PT Penjaminan Infrastruktur Indone-
akan terjadi di daerah apabila iklim investasi sia (PT. PII) dapat memberikan jaminan kepa-
menjadi sangat menarik dan bisa menda- da sektor swasta atas berbagai risiko yang
tangkan imbal investasi yang cukup mengun- mungkin timbul sebagai akibat dari tindakan
tungkan (ROT). Solusi kebijakan yang diam- Pemerintah, khususnya yang dialokasikan ke-
bil adalah peran pemerintah daerah menarik pada Contracting Agency, antara lain : keter-
investasi lewat otonomi daerah, memberikan lambatan atau kegagalan dalam pengadaan ta-
kemudahan perijinan, pelayanan yang baik nah, perijinan, lisensi, financial close, peruba-
dan menciptakan iklim investasi yang kondu- han peraturan perundangan, wanprestasi baik
sif bagi dunia usaha. yang terkait dengan pendapatan, volume atau
c. Alih teknologi ke perusahaan lokal, merupa- penjualan, tarif dan lainnya, kegagalan untuk
kan salah satu isu strategis dimana teknologi mengintegrasikan proyek dengan jaringan/in-
yang ditransfer diperlukan untuk pengemba- frastruktur eksisting, serta risiko terminasi. So-
ngan kemajuan perusahaan yang bermitra de- lusi dari kebijakan ini adalah pihak swasta
ngan pihak lain yang memilki teknologi lebih mendapat guarantee funds lewat PT. PII.
maju. Perlunya perjanjian lisensi, peman- b. Menghemat waktu dalam pelaksanaan pro-
faatan paten dan pelatihan ketrampilan bagi yek, merupakan dimensi yang signifikan de-
para pekerja diatur dalam regulasi yang cu- ngan adanya pemotongan jangka waktu kerja
kup menguntungkan kedua belah pihak. Solu- maka akan berdampak pada percepatan pe-
si kebijakan ini adalah perjanjian pengikatan ngerjaan proyek infrastruktur yang menjadi le-
(mutual agreement). bih cepat. Kendala yang paling sering dialami
d. Keterbatasan dana dari pemerintah, merupa- dalam pembangunan proyek infrastruktur
kan faktor yang signifikan, dampak dari keter- adalah perijinan yang lama. Solusi kebijakan
batasan dana atau anggaran dari pemerintah adalah memberikan proses perijinan yang mu-
menyebabkan pembangunan sektor infrastruk- dah dan cepat dalam satu atap.
tur terhambat atau macet karena minimnya c. Keterbatasan anggaran sektor publik, akan
anggaran yang tersedia. Solusi kebijakan yang berdampak pada proyek infrastruktur yang
akan diambil adalah melalui meminta keikut- menjadi terhambat karena tidak adanya alo-
sertaan/partisipasi pihak swasta dalam ben- kasi anggaran yang cukup. Pemerintah mena-
tuk PPP. warkan proyek infrastruktur kepada swasta de-
e. Pembatasan biaya untuk pemeliharaan, ini ngan skema public private partnerships (PPP)
merupakan alasan klasik yang sering disuara- senilai Rp 311 triliun, untuk kurun waktu
kan, tidak adanya biaya pemeliharaan sehing- 2009 - 2011 (KPS, 2008 Nop). Untuk memenu-
ga infrastruktur publik sering kali diabaikan hi alokasi anggaran infrastruktur sebesar 6%
dan tidak terawat akibatnya fasilitas infra- terhadap produk domestik bruto (PDB), ta-
struktur menjadi rusak dan tidak bisa dipa- waran proyek infrastruktur KPS juga dituju-
kai. Dengan adanya partisipasi pihak swasta kan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dengan membangun fasilitas infrastruktur melalui pembangunan infrastruktur. Solusi
bersama, maka diharapkan biaya pemeliha- kebijakan adalah mengajak partisipasi pihak
raan bisa diambil alih atau dilakukan sharing swasta dalam bentuk PPP.

149
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Faktor (3) Effisiensi pembiayaan sektor merintah dengan mengalihkan kepada pihak
publik terdiri atas : swasta akan membantu kestabilan neraca ke-
a. Pengurangan biaya proyek, merupakan di- uangan pemerintah. Investasi akan masuk
mensi yang paling signifikan dalam faktor la- dan terlebih lagi dana publik tersebut bisa
bel (3) ini. Dampak pengurangan biaya pro- digunakan untuk kebutuhan yang lebih men-
yek adalah penghilangan biaya yang membe- desak seperti pendidikan, kesehatan bagi
bani dan tidak perlu dampaknya proyek in- orang tak mampu atau penanganan bencana
frastruktur bisa dilaksanakan secara effisien alam. Solusi kebijkan mengajak partisipasi pi-
dan lebih efektif. Solusi kebijakan ini adalah hak swasta dalam bentuk PPP.
procurement yang transparan dan akuntabel.
b. Mengurangi biaya administrasi sektor publik, Faktor Yang Dianggap Negatif Dalam Penentu
tingginya biaya administrasi sektor publik Kesuksesan KPS
akan membuat inefisiensi dalam penangan Berikut hasil pengujian data dari kuesio-
proyek infrastruktur. Dengan berkurangnya ner dengan menggunakan SPSS V.17, data yang
biaya administrasi diharapkan dapat memper- digunakan berjumlah 40 dengan 14 pertanyaan
lancar kegiatan para pelaku usaha di bidang dan memakai alpha 5%. Hasil pengujian menun-
infrastruktur. jukkan sebagai berikut :
c. Mereduksi dana publik dalam penanaman Pengujian Pertama Faktor Yang Dianggap Nega-
modal, dampak dari mengurangi anggaran pe- tif

Tabel 4.17 Pengujian Pertama Faktor Yang Dianggap Negatif


KMO and Bartlett’s Test
Kaiser – Meyer - Olkin Measure of Sampling Adequacy. .604
Bartlett’s Test of Sphericity Approx. Chi - Square 419.662
Df 91
Sig. .000

Analisis : tuk dianalisis lebih lanjut. Oleh karena angka


1. Angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,604 tersebut sudah di atas 0,5 dan signifikansi
dengan signifikansi 0,000. Maka Ho ditolak jauh di bawah 0,05 (0,000 < 0,05).
artinya Sampel (variabel) telah memadai un-

Tabel 4.18 Anti Image Matrices Faktor Yang Dianggap Negatif


Anti Image Correlation MSA Keterangan
N1 .181 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
N2 .606 Bisa dianalisis
N3 .289 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
N4 .736 Bisa dianalisis
N5 .733 Bisa dianalisis
N6 .569 Bisa dianalisis
N7 .700 Bisa dianalisis
N8 .430 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
N9 .726 Bisa dianalisis
Ni0 .83i Bisa dianalisis
Nii .725 Bisa dianalisis
Ni2 .572 Bisa dianalisis
N13 .437 Tidak bisa dianalisis lbh lanjut
Ni4 .708 Bisa dianalisis
Sumber : Hasil SPSS diolah

150
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

2. Anti image matrices, untuk output di bagian ba- pada proyek (N8), adalah 0,430 < 0,5, variabel
wah (anti image correlation) khususnya pada tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis
angka korelasi bertanda a (arah diagonal da- lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel
ri kiri atas ke kanan bawah). Antara lain yaitu lainnya.
(lihat, table 4.18) : - MSA pada variabel kesempatan kerja yang di-
- MSA pada variabel keterlibatan pemerintah tawarkan jauh lebih sedikit (N9), adalah 0,726
dalam penjaminan (N1) adalah 0,181 < 0,5, va- > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da-
riabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa di- pat dianalisis lebih lanjut.
analisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari va- - MSA pada variabel lama dalam penyusunan
riabel lainnya. kontrak transaksi (N10), adalah 0,831 > 0,5,
- MSA pada variabel Kurangnya pengalaman variabel masih bisa diprediksi dan dapat di-
dan kemampuan yang cukup (N2) adalah analisis lebih lanjut.
0,606 > 0,5, variabel masih bisa diprediksi - MSA pada variabel inflasi yang tinggi (N11),
dan dapat dianalisis lebih lanjut. adalah 0,725 < 0,5, variabel tidak bisa dipre-
- MSA pada variabel Restriksi yang berlebihan diksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut,
dalam pengerjaan proyek (N3) adalah 0,289 < atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak - MSA pada variabel suku bunga yang tinggi
bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan (N12), adalah 0,527 > 0,5, variabel masih bisa
dari variabel lainnya. diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.
- MSA pada variabel Biaya keikutsertaan yang - MSA pada variabel perubahan keanggotaan
tinggi (N4), adalah 0,736 > 0,5, variabel masih di legislatif (N13), adalah 0,437 < 0,5, variabel
bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lan- tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis
jut. lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel
- MSA pada variabel Risiko tinggi bila me- lainnya.
ngandalkan pihak swasta (N5), adalah 0,733 > - MSA pada variabel penentangan oleh masya-
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat rakat (N14), adalah 0,708 > 0,5, variabel masih
dianalisis lebih lanjut. bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lan-
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan jut.
karena perdebatan politik (N6), adalah 0,569 Terdapat beberapa variabel yang mem-
> 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da- punyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluar-
pat dianalisis lebih lanjut. kan adalah variabel dengan MSA terkecil yaitu
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan : variabel N1,N3,N8, dan N13, Selanjutnya akan
karena proses negosiasi (N7), adalah 0,700 > diadakan pengujian ulang.
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut. Pengujian Ulang (1) Faktor Yang Dianggap Ne-
- MSA pada variabel Mengurangi akuntabilitas gatif

Tabel 4.19 Pengujian Ulang (1) Faktor Yang Dianggap Negatif


KMO and Bartlett’s Test
Kaiser – Meyer - Olkin Measure of Sampling Adequacy. .801
Bartlett’s Test of Sphericity Approx. Chi - Square 271.447
Df 45
Sig. .000

Hasil pengujian ulang pertama dengan artinya Sampel (variabel) telah memadai untuk
mengeluarkan variabel N1,N3,N8, dan N13 da- dianalisis lebih lanjut. Oleh karena angka ter-
pat dilihat sebagai berikut (table 4.20) : sebut sudah di atas 0,5 dan signifikansi jauh
Analisis : di bawah 0,05 (0,000 < 0,05).
1. Angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,801
dengan signifikansi 0,000. Maka Ho ditolak

151
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Tabel 4.20 Anti Image Matrices Faktor Yang Dianggap Negatif


Anti Image Correlation MSA Keterangan
N2 .806 Dapat dianalisis
N4 .717 Dapat dianalisis
N5 .925 Dapat dianalisis
N6 .775 Dapat dianalisis
N7 .802 Dapat dianalisis
N9 .845 Dapat dianalisis
N10 .829 Dapat dianalisis
N11 .772 Dapat dianalisis
N12 .668 Dapat dianalisis
N14 .925 Dapat dianalisis
Sumber : Hasil SPSS diolah

2. Anti Image matrices, untuk output di bagian ba- diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.
wah (anti image correlation) khususnya pada - MSA pada variabel adanya penentangan dari
angka korelasi bertanda a (arah diagonal dari masyarakat (N14), adalah 0,925 > 0,5, variabel
kiri atas ke kanan bawah). Antara lain yaitu : masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
- MSA pada variabel Kurangnya pengalaman bih lanjut
dan kemampuan yang cukup (N2), adalah Terlihat semua variabel telah mempunyai
0,806 > 0,5, variabel masih bisa diprediksi MSA di atas 0,5 sehingga variabel variabel Ku-
dan dapat dianalisis lebih lanjut. rangnya pengalaman dan kemampuan yang cu-
- MSA pada variabel Biaya keikutsertaan yang kup (N2), Biaya keikutsertaan yang tinggi (N4),
tinggi (N4), adalah 0,717 > 0,5, variabel masih Risiko tinggi bila mengandalkan pihak swasta
bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lan- (N5), Adanya keterlambatan karena perdebatan
jut. politik (N6), Adanya keterlambatan karena pro-
- MSA pada variabel Risiko tinggi bila meng- ses negosiasi (N7), kesempatan kerja yang dita-
andalkan pihak swasta (N5), adalah 0,925 > warkan jauh lebih sedikit (N9), lama dalam pe-
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat nyusunan kontrak transaksi (N10), inflasi yang
dianalisis lebih lanjut. tinggi yang tinggi (N11), suku bunga yang tinggi
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan (N12), adanya penentangan dari masyarakat
karena perdebatan politik (N6), adalah 0,775 (N14) dapat dianalisis lebih lanjut.
> 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da-
pat dianalisis lebih lanjut. Analisis Faktor (2) Factoring dan Rotasi Faktor
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan Yang Dianggap Negatif
karena proses negosiasi (N7), adalah 802 > 0,5, Setelah variabel dapat dianalisis lebih lan-
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- jut maka proses selanjutnya akan dilakukan ana-
analisis lebih lanjut. lisis faktor (2) untuk mengetahui apakah variabel
- MSA pada variabel kesempatan kerja yang di- tersebut bisa direduksi menjadi satu atau lebih
tawarkan jauh lebih sedikit (N9), adalah 0,845 faktor, analisisnya sebagai berikut :
> 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da- Berikut adalah hasil kedua dari pengu-
pat dianalisis lebih lanjut. jian factor yang dianggap positif, yang ditunjuk-
- MSA pada variabel lama dalam penyusunan kan dalam table 4.23.
kontrak transaksi (N10), adalah 0,829 > 0,5,
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- Communalities Faktor Yang Dianggap Negatif
analisis lebih lanjut.
- MSA pada variabel inflasi yang tinggi yang
tinggi (N11), adalah 0,772 > 0,5, variabel ma-
sih bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
- MSA pada variabel suku bunga yang tinggi
(N12), adalah 0,668 > 0,5, variabel masih bisa
152
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Tabel 4.21 Communalities Faktor Yang kitar 62,1% varians dari N6 dapat dijelaskan
Dianggap Negatif oleh faktor yang terbentuk.
Initial Extraction - Untuk variabel adanya keterlambatan karena
N2 1.000 .699 proses negosiasi (N7) adalah 0,791 atau sekitar
N4 1.000 .452 79,1% varians dari N7 dapat dijelaskan oleh
N5 1.000 .535 faktor yang terbentuk.
N6 1.000 .621 - Untuk variabel kesempatan kerja yang dita-
N7 1.000 .791 warkan jauh lebih sedikit (N9) adalah 0,730
N9 1.000 .730 atau sekitar 73,0% varians dari N9 dapat dije-
laskan oleh faktor yang terbentuk.
N10 1.000 .519
- Untuk variabel lama dalam penyusunan kon-
N11 1.000 .919
trak transaksi (N10) adalah 0,519 atau sekitar
N12 1.000 .866
51,9% varians dari N10 dapat dijelaskan oleh
N14 1.000 .566
faktor yang terbentuk.
Extraction Method : Principal
- Untuk variabel inflasi yang tinggi yang ting-
Component Analysis.
gi (N11) adalah 0,919 atau sekitar 91,9% va-
Communalities pada dasarnya adalah jum- rians dari N11 dapat dijelaskan oleh faktor
lah varians (bisa dalam persentase) dari suatu va- yang terbentuk.
riabel mula—mula yang bisa dijelaskan oleh faktor - Untuk variabel suku bunga yang tinggi (N12)
yang ada. adalah 0,866 atau sekitar 86,6% varians dari
- Untuk variabel kurangnya pengalaman dan N12 dapat dijelaskan oleh faktor yang terben-
tuk.
kemampuan yang cukup (N2) adalah 0,699
atau sekitar 69,9% varians dari N2 dapat di- - Untuk variabel adanya penentangan dari ma-
jelaskan oleh faktor yang terbentuk. syarakat (N14), adalah 0,566 atau sekitar 56,6%
- Untuk variabel biaya keikutsertaan yang varians dari N14 dapat dijelaskan oleh faktor
tinggi (N4) adalah 0,452 atau sekitar 45,2% va- yang terbentuk.
rians dari N4 dapat dijelaskan oleh faktor Semakin besar communalities maka sema-
kin erat hubungannya dengan faktor yang ter-
yang terbentuk.
- Untuk variabel risiko tinggi bila mengandal- bentuk. Faktor pembentuk : dapat dilihat pada
table component matrix, ada 3 komponen yang ber-
kan pihak swasta (N5), adalah 0,535 atau se-
kitar 53,5% varians dari N5 dapat dijelaskan arti ada 3 faktor yang terbentuk. (lihat, table 4.23)
oleh faktor yang terbentuk.
Total Variance Explained Faktor Yang Dianggap
- Untuk variabel adanya keterlambatan karena
Negatif
perdebatan politik (N6) adalah 0,621 atau se-

Tabel 4.22 Total Variance Explained Faktor Yang Dianggap Negatif


Initial Elgenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 5.393 53.933 53.933 5.393 53.933 53.933
2 1.305 13.047 66.980 1.305 13.047 66.980
3 .998 9.985 76.965
4 .720 7.196 84.161
5 .500 5.004 89.165
6 .437 4.374 93.539
7 .247 2.470 96.009
8 .215 2.150 98.159
9 .130 1.302 99.460
10 .054 .540 100.000
Extraction Method : Principal Component Analysis.

153
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Ada 10 variabel (component) yang dima- sis. Antara lain sebagai berikut :
sukkan dalam analisis faktor, yakni variabel N2, 1. Jumlah angka eigen values untuk kesebelas va-
N4, N5, N6, N7, N9, N10, N11, N12, N14. Masing— riabel adalah sama dengan total varians kese-
masing variabel mempunyai varians 1 maka to- belas variabel, atau 5,393 + 1,3051 +…..+ 0,054
talnya adalah 10. Jika kesepuluh variabel terse- = 10.
but diringkas menjadi satu faktor, maka varians 2. Susunan eigen values selalu diurutkan dari
yang bisa dijelaskan oleh satu faktor tersebut yang terbesar sampai terkecil dengan kriteria
adalah (lihat kolom component untuk component = bahwa angka eigen values di bawah 1 tidak di-
1). gunakan dalam menghitung jumlah faktor
5,393/10 x 100 % = 53,933 % yang terbentuk.
Jika 10 variabel diekstrak menjadi 2 faktor, Dari table 4.22 di atas terlihat bahwa hanya
maka : 2 faktor yang terbentuk, karena dengan satu fak-
1. Varians faktor pertama adalah 53,933 % tor, angka eigen values di atas 1, dengan dua
2. Varians faktor kedua adalah 1,3051/10 x 100% faktor eigen values juga masih di atas 1 yakni
= 13,047 % 5,393 dan 1,3051. Tetapi ada 8 faktor yang ang-
Total kedua faktor akan bisa menjelas- ka eigen values di bawah 1, yakni 0.988, sehingga
kan 53,933% + 13,047% atau 66,980% dari varia- proses factoring seharusnya berhenti pada 2 fak-
bilitas kesepuluh variabel asli tersebut. tor saja.
Untuk eigen values menunjukkan kepenti-
ngan relatif masing—masing faktor dalam meng- Component Matrix Faktor Yang Dianggap Nega-
hitung varians kesebelas variabel yang dianali- tif

Tabel 4.23 Component Matrix Faktor Yang Dianggap Negatif


Component Value
Factor 1 Factor 2
N2 .741 .387
N4 .583 -.334
N5 .663 .308
N6 .562 .553
N7 .847 .272
N9 .851 -.079
N10 .709 .127
N11 .913 -.292
N12 .674 -.641
N14 .718 -.225
Extraction Method : Principal Component Analysis.
a. 2 components extracted.

Setelah diketahui bahwa dua faktor ada- ngan faktor 1 adalah 0,741 (kuat karena di atas
lah jumlah yang paling optimal, maka table com- 0,5)
ponent matrix menunjukkan distribusi kesepuluh  Korelasi antara variabel kurangnya pengala-
variabel tersebut pada dua faktor yang terbentuk. man dan kemampuan yang cukup (N2) de-
Sedangkan angka — angka yang ada pada tabel ngan faktor 2 adalah 0,387 (lemah karena di ba-
tersebut adalah faktor loadings, yang menunjuk- wah 0,5)
kan besar korelasi antara suatu variabel dengan  Korelasi antara variabel biaya keikutsertaan
faktor 1, faktor 2. Proses penentuan variabel ma- yang tinggi (N4) dengan faktor 1 adalah 0,583
na yang akan masuk ke faktor yang mana, dila- (kuat karena di atas 0,5)
kukan dengan melakukan perbandingan besar  Korelasi antara variabel biaya keikutsertaan
korelasi pada setiap baris. yang tinggi (N4) dengan faktor 2 adalah - 0,334
 Korelasi antara variabel kurangnya pengala- (lemah karena di bawah 0,5 dan hubungan ter-
man dan kemampuan yang cukup (N2) de- balik)
154
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

 Korelasi antara variabel risiko tinggi bila - 0,225 (lemah karena di bawah 0,5 dan hubu-
mengandalkan pihak swasta (N5), dengan fak- ngan terbalik)
tor 1 adalah 0,663 (kuat karena di atas 0,5)
 Korelasi antara variabel risiko tinggi bila Rotated Component Matrix Faktor Yang Diang-
mengandalkan pihak swasta (N5), dengan fak- gap Negatif
tor 2 adalah 0,308 (lemah karena di bawah 0,5)
 Korelasi antara variabel adanya keterlamba- Tabel 4.24 Rotated Component Matrix Faktor
tan karena perdebatan politik (N6) dengan Yang Dianggap Negatif
faktor 1 adalah 0,562 (kuat karena di atas 0,5) Rotated Component Matrixa
 Korelasi antara variabel adanya keterlamba- Component Value
tan karena perdebatan politik (N6) dengan
Factor 1 Factor 2
faktor 2 adalah 0,553 (kuat karena di atas 0,5)
N2 .253 .797
 Korelasi antara variabel adanya keterlambatan
N4 .649 .174
karena proses negosiasi (N7) dengan faktor 1
adalah 0,847 (kuat karena di atas 0,5) N5 .253 .686
 Korelasi antara variabel adanya keterlambatan N6 .009 .788
karena proses negosiasi (N7), dengan faktor 2 N7 .409 .790
adalah 0,272 (lemah karena di bawah 0,5) N9 .659 .544
 Korelasi antara variabel kesempatan kerja N10 .414 .590
yang ditawarkan jauh lebih sedikit (N9) de- N11 .854 .436
ngan faktor 1 adalah 0,851 (kuat karena di atas N12 .930 .020
0,5) N14 .668 .346
 Korelasi antara variabel kesempatan kerja Extraction Method : Principal Component Analysis.
yang ditawarkan jauh lebih sedikit (N9) de- Rotation Method : Varimax with Kaiser Normalization.
ngan faktor 2 adalah - 0,079 (lemah karena di a. Rotation converged in 3 iterations.
bawah 0,5 dan hubungan terbalik) Component matrix hasil proses rotasi (Rota-
 Korelasi antara variabel lama dalam penyusu- ted Component Matrix) memperlihatkan distribusi
nan kontrak transaksi (N10), dengan faktor 1 variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat
adalah 0,709 (kuat karena di atas 0,5) bahwa sekarang factor loadings yang dulunya ke-
 Korelasi antara variabel lama dalam penyusu- cil semakin diperkecil, dan faktor loading yang
nan kontrak transaksi (N10), dengan faktor 2 besar semakin diperbesar.
adalah 0,127 (lemah karena di bawah 0,5)  Variabel N2 : korelasi antara N2 dengan fak-
 Korelasi antara variabel inflasi yang tinggi tor 1 yang sebelum rotasi adalah 0,741 (kuat),
yang tinggi (N11), dengan faktor 1 adalah dengan rotasi masuk menjadi faktor 2 dengan
0,913 (kuat karena di atas 0,5) nilai 0,797.
 Korelasi antara variabel inflasi yang tinggi  Variabel N4 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
yang tinggi (N11), dengan faktor 2 adalah - rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
0,292 (lemah karena di bawah 0,5 dan hubu- 0,649.
ngan terbalik)  Variabel N5 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
 Korelasi antara variabel suku bunga yang rena factor loading dengan faktor 2 paling besar
tinggi (N12), dengan faktor 1 adalah 0,674 0,686.
(kuat karena di atas 0,5)  Variabel N6 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
 Korelasi antara variabel suku bunga yang rena factor loading dengan faktor 2 paling besar
tinggi (N12), dengan faktor 2 adalah - 0,641 0,788.
(kuat karena di bawah 0,5 dan hubungan ter-  Variabel N9 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
balik) rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
 Korelasi antara variabel adanya penentangan 0,654.
dari masyarakat (N14) dengan faktor 1 adalah  Variabel N10 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
0,718 (kuat karena di atas 0,5) rena factor loading dengan faktor 2 paling besar
 Korelasi antara variabel adanya penentangan 0,590.
dari masyarakat (N14), dengan faktor 2 adalah  Variabel N11 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
0,854.
155
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

 Variabel N12 : variabel ini masuk faktor 1, ka- nya proses procurement yang tinggi, inflasi
rena factor loading dengan faktor 1 paling besar yang tinggi, kesempatan kerja yang minim
0,930. dan penentangan masyarakat dan factor loa-
 Variabel N14 : variabel ini masuk faktor 3, ka- dings dari suku bunga yang tinggi (sig =
rena factor loading dengan faktor 1 paling besar 0,9300). Semua ini dapat dikategorikan seba-
0,668. gai ekonomi biaya tinggi.
2. Faktor 2 terdiri atas; kurangnya pengalaman
Factor Grouping Faktor Yang Dianggap Negatif dan kemampuan yang cukup (N2), risiko tinggi
Dengan demikian ke 10 variabel telah di- bila mengandalkan pihak swasta (N5), adanya
reduksi menjadi hanya terdiri dari dua (2) faktor keterlambatan karena perdebatan politik (N6),
yang dikelompokkan factor grouping (lihat, table adanya keterlambatan karena proses negosiasi
4.25) : (N7), lama dalam penyusunan kontrak tran-
1. Faktor 1 terdiri atas; biaya keikutsertaan yang saksi (N10). Faktor 2 ini akan bisa menjelas-
tinggi (N4), kesempatan kerja yang ditawar- kan 13,047% dari variabilitas kesepuluh varia-
kan jauh lebih sedikit (N9), inflasi yang bel asli tersebut yang terdiri dari 5 sub faktor
tinggi yang tinggi (N11), suku bunga yang atau dimensi. Faktor 2 ini dapat dinamakan
tinggi (N12), adanya penentangan dari masya- atau diberi label sebagai faktor kurangnya pe-
rakat (N14). Faktor 1 ini akan bisa menjelas- ngalaman (lack of experience), karena kurang
kan 53,933% dari variabilitas kesepuluh va- pengalaman dan kemampuan yang cukup, ri-
riabel asli tersebut yang terdiri dari 5 sub siko tinggi, perdebatan politik dan proses ne-
faktor atau dimensi. Faktor 1 ini dapat dina- gosiasi dan lamanya penyusunan kontrak
makan atau diberi label sebagai faktor ekono- transaksi dan factor loadings dari kurangnya
mi biaya tinggi (high cost economy), karena ada- pengalaman (sig = 0,7970).

Tabel 4.25 Negatif Attravtivenesss Factors


Factor Factor Component Value
Component
Grouping Label Factor 1 Factor 2
Factor 1 Ekonomi Suku bunga tinggi 0,9300
Biaya Tinggi Inflasi tinggi 0,8540
Adanya penentangan oleh masyarakat 0,6680
Kesempatan kerjaan yang ditawarkan lebih sedikit 0,6590
Biaya keikutsertaan yang tinggi 0,6490
Factor 2 Kurangnya Kurang pengalaman dan kemampuan yang cukup 0,7970
Pengalaman Adanya keterlambatan karena proses negosiasi 0,7900
Adanya keterlambatan karena perdebatan politik 0,7880
Risiko tinggi bila mengandalkan swasta 0,6860
Lamanya penyusunan kontrak transaksi 0,5900
% Variance 53,933% 13,047%
Cumulative % of Variance 53,933% 66,980%
Extraction method principal component analysis, rotation method, varimax with kaiser normalization.

Kesimpulan Untuk Faktor Yang Dianggap Ne- tinggi, suku bunga yang tinggi, adanya pe-
gatif nentangan dari masyarakat. Faktor ini da-
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan; pat dinamakan Faktor Ekonomi Biaya
1) Dari kesepuluh variabel yang diteliti, dengan Tinggi.
proses factoring bisa direduksi menjadi dua 2. Faktor 2 terdiri atas : Kurangnya pengala-
faktor. man dan kemampuan yang cukup, risiko
2) Faktor yang terbentuk : tinggi bila mengandalkan pihak swasta, ke-
1. Faktor 1 : terdiri atas biaya keikutsertaan terlambatan karena perdebatan politik, Ada-
yang tinggi kesempatan kerja yang dita- nya keterlambatan karena proses negosiasi,
warkan jauh lebih sedikit, inflasi yang lama dalam penyusunan kontrak transaksi.

156
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Faktor ini dapat dinamakan Faktor Ku- ningkatkan kelayakan bisnis investasi ini.
rangnya Pengalaman. Proyek infrastruktur yang akan dikerjasa-
makan (proyek PPP), berharap mendapat duku-
Strategi Pelaksanaan Kebijakan Untuk Faktor ngan penuh dari Pemerintah. Dukungan dimak-
Yang Dianggap Negatip sud bisa berupa risk sharing, penghapusan atau
Peran pemerintah adalah menciptakan ik- keringanan pajak, bea maupun tarif, atau pem-
lim investasi yang kondusif bagi investor mau- bayaran subsidi. Ini menjadi salah satu solusinya
pun lembaga pembiayaan. Hal ini dilakukan me- agar investor tetap tertarik untuk terlibat menye-
lalui reformasi kebijakan yang memungkinkan li- diakan berbagai jenis infrastruktur yang ada dan
beralisasi industri infrastruktur dengan membu- pemerintah dapat menyediakan solusi kebijakan
ka persaingan, memperkuat kerangka regulasi, untuk menjawab permasalahan yang ada.
menjalankan mekanisme cost recovery, mengalo- Dari kedua faktor yang tergrouping yang
kasikan resiko secara optimal, serta memperkuat terdiri dari dimensi — dimensi yang ada, akan me-
kelembagaan. Peran pemerintah juga diperlukan nimbulkan dampak. Untuk hal tersebut diperlu-
dalam masalah pembebasan lahan, dan berperan kan solusi kebijakan yang yang tepat. Hal ini da-
sebagai mediator sangat membantu dalam me- pat digambarkan dalam table 4.26.

157
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

158
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Faktor (1) Ekonomi Biaya Tinggi terdiri atas : yang bisa memperpendek umur dari proyek
a. Suku bunga tinggi, merupakan dimensi yang infrastruktur. Solusi kebijakan adalah mencip-
paling signifikan dalam factor (1) ini, dampak takan atau mendapatkan sumber daya manu-
dari tingginya suku bunga akan menyebabkan sia dengan kapasitas memadai dan bermotiva-
penyerapan kresit di sektor infrastruktur tu- si tinggi.
run. tingginya karena pelaku usaha cenderung b. Adanya keterlambatan dalam proses negosiasi,
menggunakan dananya sendiri untuk meng- akan berdampak tertundanya pengerjaan pro-
hindari pinjaman mahal. Solusi kebijakan dari yek infrastruktur. Negosiasi menjadi panjang
kebijakan ini adalah penurunan suku bunga ketika konflik tidak bisa diselesaikan. Solusi
SBI dan kestabilan bidang moneter kebijakan adalah identifikasi faktor potensial
b. Inflasi tinggi, adanya inflasi yang tinggi me- konflik penduduk dan daerah.
nyebabkan meningkatnya harga barang dan c. Adanya keterlambatan karena perdebatan po-
jasa, kelangkaan atas barang yang ada di pa- litik, perdebatan politik yang lama dan berla-
saran akan berdampak semakin membeng- rut — larut dari legislatif untuk memutuskan
kaknya biaya pembangunan infrastruktur. So- suatu kebijakan akan berdampak pada angga-
lusi kebijakan adalah penurunan suku bunga ran yang terserap lambat turun, sehingga
acuan SBI, dan ketersediaan produk infra- pembiayaan menjadi mundur tanpa kepastian.
struktur di pasaran seperti; besi beton, rangka Solusi kebijakan adalah eliminir konflik elit de-
baja, semen dan lainnya. ngan penguatan kemitraan atau koalisi.
c. Adanya penentangan oleh masyarakat, ini d. Risiko tinggi bila mengandalkan pihak swasta,
merupakan isu strategis yang berdampak pa- dampak dari risiko ini adalah apabila terjadi
da realisasi pembangunan infrastruktur, seba- distorsi pasar dan persaingan menjadi tidak
gai contoh realisasi pembangunan jalan tol sa- sehat sehingga masyarakat dapat dirugikan.
ngat lambat karena masalah pembebasan la- Solusi dari kebijakan ini adalah penerapan
han dan ketidakcocokan harga yang ditawar- good corporate governance.
kan. Solusi kebijakan adalah; pencegahan tin- e. Lamanya penyusunan kontrak transaksi, dam-
dakan spekulasi dari para calo tanah dan paknya yang ditimbulkan dari penyusunan
pembuatan UU pembebasan lahan, serta pem- kontrak yang lama akan membuat mundur
berian harga yang pantas. jangka waktu pengerjaaan sehingga proyek in-
d. Kesempatan kerja yang ditawarkan lebih se- frastruktur tertunda. Solusi kebijakan adalah
dikit, dimensi ini merupakan isu strategis. kepastian hukum dan pelibatan abitrase ketika
Kesempatan kerja menjadi lebih sedikit ketika ada konflik terjadi.
tenaga handal terampil dan tersertifikasi ku-
rang tersedia sehingga berdampak pada ma- Kesimpulan
suknya tenaga kerja asing (expatriate) yang Dalam rangka pengembangan infrastruk-
menggantikan lapangan kerja yang seharus- tur di Indonesia, pemerintah menggunakan mo-
nya bisa diisi oleh tenaga kerja lokal/domes- del kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), un-
tik. tuk kerjasama ini diduga banyak permasalahan
e. Biaya keikutsertaan yang tinggi, biaya keikut- yang dihadapi antara lain faktor — faktor penentu
sertaan yang tinggi akan berdampak pada ke- kesuksesan/critical success factors (CSF) dan apa-
engganan pihak swasta untuk ikut serta. Ba- kah faktor — faktor penentu kesuksesan sebagai
nyaknya biaya yang tidak jelas akan memba- suatu solusi. Untuk itu telah dilakukan penelitian,
wa pada ketidakefisienan yang selanjutnya yang mengambarkan mengenai faktor yang di-
membuat perusahaan menjadi tidak kompe- anggap positif dan faktor yang dianggap negatif.
titif. Solusi kebijakan ini adalah proses procure- 1. Faktor yang dianggap Positip (Positive At-
ment yang transparan dan jujur. tractiveness Factors) adalah :
Faktor (2) Kurangnya Pengalaman terdiri atas : 1) Teknologi Pembangunan Yang Lebih Baik
a. Kurang pengalaman dan kemampuan yang Faktor ini terdiri dari komponen pembata-
cukup, merupakan dimensi yang paling signi- san biaya pemeliharaan, keterbatasan dana
fikan untuk factor ini. Dampak yang dapat dari pemerintah, mengembangkan pemba-
ditimbulkan antara lain lambatnya proses ngunan, alih teknologi ke perusahaan lokal,
pembangunan dan ketidaksesuaian spesifikasi membuat fasilitas yang kreatif dan inova-

159
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

tif. Untuk mendapat teknologi pembangu- kerja yang nantinya akan tersertifikasi me-
nan yang lebih baik, maka perlu bekerjasa- nurut kompetensi yang diambil. Faktor lain
ma dengan pihak yang terampil dan kom- perlu dikedepankan proses procurement
peten. Selain itu peran otonomi daerah da- yang transparan dan jujur, serta sosialisasi
lam mengundang investor masuk, adanya mengenai pengadaan proyek yang intensif,
perjanjian pengikatan dalam kebijakan program, kemanfaatan yang ada bagi ma-
KPS, dan mengajak partisipasi pihak swas- syarakat sehingga penentangan dari ma-
ta, dalam mengambil alih pemeliharaan me- syarakat berkurang.
lalui pengelolaan biaya. 2) Kurangnya Pengalaman
2) Solusi Anggaran dan Transfer Risiko, Faktor ini terdiri dari komponen, kurang-
Faktor ini terdiri dari komponen, risiko nya pengalaman dan kemampuan yang cu-
yang ditransfer ke pihak swasta, solusi atas kup, risiko tinggi bila mengandalkan pihak
keterbatasan anggaran sektor publik dan swasta, keterlambatan karena perdebatan
menghemat waktu dalam pelaksanaan pro- politik. Adanya keterlambatan karena pro-
yek. Risiko yang ditransfer ke pihak swasta ses negosiasi, lama dalam penyusunan
antara lain berupa, penjaminan kewajiban kontrak transaksi. Lambatnya proses pem-
finansial sektor swasta diarahkan lewat bangunan dan ketidaksesuaian spesifikasi
Guarantee funds oleh PT. Penjaminan Infra- diatasi dengan sumber daya manusia de-
struktur Indonesia. Sedangkan untuk ngan kapasitas memadai. Tertundanya pe-
menghemat waktu dalam pelaksanaan ngerjaan proyek karena lambatnya proses
proyek infrastruktur salah satu caranya negosiasi para pihak diperlukan pemetaan,
adalah mempermudah proses perijinan da- identifikasi faktor potensial konflik pendu-
lam satu atap, serta mengajak partisipasi duk dan daerah. Sedangkan untuk proses
pihak swasta dalam pendanaan proyek. perdebatan politik yang panjang dan ang-
3) Efisiensi Pembiayaan Sektor Publik garan yang lambat terserap dapat dielimi-
Faktor ini terdiri dari komponen, mengura- nir dengan penguatan koalisi diantara pa-
ngi biaya administrasi sektor publik, mere- ra politisi. Di sisi lain penerapan good cor-
duksi dana publik dalam penanaman mo- porate governance, jaminan stabilitas ekono-
dal, dan pengurangan biaya proyek. Agar mi, politik, sosial, dan kepastian hukum
proyek infrastruktur bisa dilaksanakan se- mutlak adanya.
cara efisien dan efektif maka proses procu-
rement harus dilakukan secara transparan
dan akuntabel. Selain itu debirokratisasi ju- Daftar Pustaka
ga diperlukan untuk memangkas prosedur
perijinan yang terlalu panjang dan rumit.
2. Faktor yang dianggap Negatif (Negative At- Abidin, Said Zaenal., “Kebijakan Publik”, Suara
tractiveness Factors) adalah : Bebas, Jakarta, 2006.
1) Ekonomi Biaya Tinggi.
Faktor ini terdiri dari komponen, biaya Akintoye, A., Beck, M., Cliff, H., Chinyio, E. And
keikutsertaan yang tinggi, kesempatan ker- Asenova, D., “The Financial Structure of Pri-
ja yang ditawarkan jauh lebih sedikit, in- vate Finance Initiative Projects”, Vol. 1, pp.
flasi yang tinggi yang tinggi, suku bunga 361-369, Proceedings : 17th ARCOM Annual
yang tinggi, serta adanya penentangan dari Conference, Salford, 2001.
masyarakat. Untuk memangkas ekonomi
biaya tinggi diperlukan kebijakan yang te- , et al, “Perception of Positive and Negatif
pat sasaran di bidang moneter, membuat Factors Influencing The Attractiveness of
aturan yang ketat untuk mengawasi tran- PPP/PFI Procurement For Construction Pro-
saksi keuangan yang bersifat spekulatif, jects in The UK”, Vol.12, No.2.hlm.133,
penurunan suku bunga acuan SBI, mem- Engineering, Construction and Architectural
perkuat cadangan devisa. Sedangkan un- Management, 2005.
tuk peningkatan kompetensi dari tenaga
kerja perlu pelatihan khusus untuk tenaga Allan, J., “Public Private Partnerships : A Review of
Literature and Practice”- Public Policy Paper
160
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

No.4, Saskatchewan Institute of Public


Policy, Saskatchewan, 1999. Dedy S Priatna, “ Strategy For Developing Infra-
structure PPP in Indonesia”, 42nd Annual
Arthur Andersen and Enterprise LSE., “Value For Meeting Board of Governors — Asian Develop-
Money Drivers In the Private Finan-cial ment Bank Bali, 5 May 2009, 2009.
Initiative, The Treasury Task Force”, http://
www.treasury-projects-taskforce.gov.uk/ Dictionary.com., “Public sector”, The American Heri-
series_I/Andersen/tech_contents.html, tage ® New Dictionary of Cultural Literacy,
2000. http://dictionary.reference.com/browse/Public
sector., 2005.
Aziz, A.M.A, “Successfull delivery of Public-Private
Partnerships for infrastructure development”, European Commission Directorate, “Guidelines for
Vol,133(12), 918—931, Journal of Construction Successfull Public-Private Partnerships” ,
Engineering and Management, 2007. February, Version 1, Directorate-General Re-
gional Policy, European Commission, Brussels,
Bennett, E., “Public-private cooperation in the deli- 2003.
very of urban infrastructure services (water
and waste)”, PPPUE Background Paper, Ezulike, E.I., Perry, J.G. and Hawash, K., ”The
UNDP/Yale Collaborative Programme, avai- Barriers to Entry into the PFI market”, Vol.
lable at; www.undp.org/pppue/ , 1998. 4 No. 3, pp. 179-193, Engineering, Construc-
tion and Architectural Management, 1997.
Boynton, A.C. and Zmud, W, “An Assessment of
Critical Success Factors”, Vol. 25 No. 4, pp. Frilet, M., “Some Universal Issues in BOT Projects
17-27, MIT Sloan Management Review, 1984 For Public Infrastructure”, Vol.14 (4), hlm.
499 — 512, The International Construction Law
Brotherton, B. and Shaw, J., “Towards an identifi- Review, 1997.
cation and classification of critical success fac-
tors in UK hotels plc”, Vol. 15 No. 2, pp. Grant, T., “Keys to Successful Public Private Part-
113-35, International Journal of Hospitality nerships”, Vol.23 (3),hlm.27 — 28, Canadian
Management, 1996. Business Review 1996.

Carrick, M., “Commercial Debt Raising for PFI Pro- Grunert, K.G. and Ellegaard, C., “The concept of
jects, Ernst & Young UK, Corporate Finan- key success factors : theory and method”, in
ce”, London, available at : www.budget. Baker, M.J. (Ed.), Vol. 3, Wiley, Chichester,
news.co.uk/Template1.nsf/Homepages , pp. 245-74, Perspectives on Marketing Mana-
2000. gement, 1992.

Cheung, Esther., Albert P.C. Chan, and Stephen Gunningan, “ Increasing the Efficiency and Effective-
Kajewski, “Suitability of procuring large ness of PPP in the Irish Construction Indus-
public works by PPP in Hong Kong”, Vol. try”, Dissertation, University of Salford,
17 No. 3, hlm. 292-308, Engineering, Con- Salford, UK., 2007.
struction and Architectural Management,
2010. Gunawan Adji, “The Smart Handbook of Public Pri-
vate Partnerships, Konsep dan Praktik Me-
Chua, D.K.H., Kog, Y.C. and Loh, P.K., “Critical ningkatkan Investasi di Sektor Infrastruk-
success factors for different project objectives”, tur”, hlm.36, Rene Publisher, Jakarta, 2010.
Vol. 125 No. 3, pp. 142 - 50, Journal of Con-
struction Engineering and Management, Guynes, C. S. and Vanecek, M. T., “Critical suc-
1999. cess factors in data management,“ Informa-
tion and Management 30(4), July 1996, pp.
David, Fred R, “Strategic Management : Concepts & 201- 209.
th
Cases”, 13 Ed,Prentice Hall, 2011.

161
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Hammami, Mona, Ruhashyankiko, Jean-Francois, Australia Case Study”, Vol. 9(4), hlm. 3252—
and Yehoue, Etienne B., “Determinants of 361, Engineering, Construction and Archi-
Public-Private Partnerships in Infrastructu- techtural Management, 2002.
re”, IMF Working Paper, WP106199, 2006.
Jeffries, Marcus., “Critical Success factors of Public
Hambros, S.G., “Public-Private Partnerships for Private Partnerships A case study of The Syd-
Highways : Experience, Structure, Financing, ney Superdome”, Vol.13, No.5, hlm.452, En-
Applicability and Comparative Assessment”, gineering, Construction and Architectural Ma-
Council of Deputy Ministers Responsible for nagement, 2006.
Transportation and Highway Safety, Ottawa,
1999. John Adams Napier, Alistair Young Paisley,and
Wu Zhihong, “ Public private partnerships
Hardcastle, C.,Edwards, P.J.,Akintoye, AQ. And in China System, constraints and future pros-
Li, B., “Critical Success Factors For PPP/PFI pects”, Vol. 19 No. 4, pp. 384-396, Internatio-
Projects in The UK Construction Industry : nal Journal of Public Sector Management,
A Factor Analysis Approach”, Working 2006
Paper, hlm. 4, 2002.
Jones, I., Zamani, H. and Reehal, R., “ Financing
Harian Seputar Indonesia, “Pemerintah Terus Pa- Models for New Transport Infrastructure”,
cu Infrastruktur”, 27 Sept, hlm. 13., 2010. OPEC, Luxembourg, 1996.

, “Pemerintah Janji Kanter, R.M,“From Spare Change to Real Change”,


Benahi Infrastruktur”,21Sept,hlm.14., 2010. Harvard Business Review,Vol.77 (2),hlm.122
— 132, 1999.
Hubeis, Musa dan Mukhamad Najib., “Manaje-
men Strategik Dalam Pengembangan Daya Ke, Yongjian., Xinbo Zhao, Yingying Wang and
Saing Organisasi”, Elex Media Computin- ShouQing Wang, “ SWOT analysis of Do-
do, Jakarta, 2008. mestic Private Enterprises in Developing In-
frastructure Projects in China”, Vol. 14, No.
Husein Umar, “Riset Strategi Perusahaan”, Gra- 2, hlm. 152 — 170, Journal of Financial Mana-
media Pustaka Utama, Jakarta, 1999. gement of Property and Construction, 2009.

, “Metode Riset Ilmu Administrasi”, Kintanar, N.E.B., Baclagon, M.L.S., Azanza, R.T.,
Gramedia, Jakarta, 2004. and Alzate, R.P., “Locking Private sector
Participation Into Infrastructure Development
, “Desain Penelitian MSDM dan Pe- in The Phillippines”, No. 72, pp. 37 — 55,
rilaku Karyawan Paradigma Positivistik Transport and communication Bulletin For
dan Berbasis Pemecahan Masalah”, Raja- asia and The Pasific, 2003.
wali Pers, Jakarta, 2008.
Kopp, J.C, “Private Capital For public Works : De-
Jane Broadbent dan Richard Laughin, “Private signing The Next generation franchise For
Public Partnerships : An Introduction”, Vol. Public private Partnerships in Transportation
16, hlm. 332, Accounting, Auditing, and Ac- Infrastructure”, Thesis, Department of Civil
countability Journal, 2003. Engineering, Northwestern University,
USA., 1997.
Jauch, Lawrence R, dan William F Glueck.,
“ Manajemen Strategis dan Kebijakan Pe- Li, B., Akintoye, A., Edwards, P.J. and Hardcas-
rusahaan”, (terjemahan), Erlangga, Jakar- tle, C, “Critical success factors for PPP/ PFI
ta, 1998. projects in the UK construction industry”,
Vol. 23, pp. 459-467, Construction Manage-
Jeffries, M,. Gameson, R and Rowlinson, S., “Cri- ment and Economics, 2005.
tical Success factors of The BOOT Procure-
ment System : Reflection From The Stadium
162
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

Maskin, E. and Tirole, J., “Public-private partner- construction Projects”, ASCE Journal of Con-
ships and government spending limits”, Vol. struction Engineering and Management, Vol.
26, pp. 412-20, International Journal of Indus- 118, hlm. 94 — 111, 1992.
trial Organization, 2008.
Shamas-ur-Rehman Toor and Stephen O. Ogunla-
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode na, “Construction professionals perception of
Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1995. critical success factors for large-scale con-
struction projects, Vol. 9 No. 2,hlm. 149-167,
Mohr, J and R. Spekman, “Characteristics of Part- Construction Innovation, 2009.
nership Success : Partnership attributes,
Communication Behaviour and Conflict Re- Shank, M. E., Boynton, A. C., and Zmud, R.W.,
solution Technique”, Vol.15. hlm.135 — 152, “Critical success factor analysis as a methodo-
Strategic Management journal, 1994. logy for MIS planning“, pp. 121 - 129, MIS
Quarterly 9(2), June 1985.
Munro, M.C. and Wheeler, B.R, “An opinion . . .
comment on critical success factors work”, Singgih Santoso, “Statistik Multivariat Konsep
pp. 67 – 68, MIS Quarterly, 1980. dan Aplikasi dengan SPSS”, hlm. 58, Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2010.
National Audit Office, “Examining the Value for
Money of Deals under the Private Finance Sohail, M., “PPP and the Poor in Water and
Initiative”, National Audit Office, London, Sanitation — Interim Finds, Engineering, and
1999. Development Centre”, Loughborough
University, Loughborough, 2000.
Pallister, J. & Law, J., “ A Dictionary of Business
and Management”, Oxford University Stonehouse, J.H., Hudson, A.R. and O; Keefee,
Press, Oxford, 2006. M.J., “Private Public Partnerships : The To-
ronto Hospital Experience”, Vol. 23 (2), hlm.
PERPRES RI No. 5 Tahun 2010 Rencana Pemba- 17 — 20, Canadian Busi-ness Review, 1996.
ngunan Jangka Menengah 2010 — 2014,
Memperkuat Pembangunan Antar Bidang, Sugiyono, “Metode Penelitian Administrasi, Alfa-
Buku II. beta, Bandung, 2008.

Pierce, J. and Little, I., “Tax payers need value from Tiong, R.L.K., “CSFs in competitive tendering and
partnerships”, 8 April, Australian Financial negotiation model for BOT projects”, Vol. 122
Review, 2002. No. 3, pp. 205-11, Journal of Construction
Engineering and Management, AS-CE, 1996.
Qiao, L.,Wang, S.Q., Tiong, R.LK,. and Chan, T.S.,
“Framework For critical Success Factor of Tiong, R. and Anderson, J.A., “Public-private
BOT Projects in China”, Vol.7 (1), hlm. 53 partnership risk assessment and management
— 61, The Journal of Project Finance, 2001. process : the Asian dimension”, in Akintoye,
A., Beck, M. and Hardcastle, C. (Eds), pp.
Riyanto, “ Penerapan Analisis Multivariat Da- 225-43, Public Private Partnerships :
lam Penelitian Kesehatan”, hlm.102, Nitra Managing Risk and Opportunities,
Media, Bandung , 2009. Blackwell, Oxford, 2003.

Rockart, J.F., “The changing role of the information Treasury, H.M, “ Public Private Partnerships—The
systems executive : a critical success factors Government’s Approach”, The Stationery Of-
perspective”, Fall, pp. 3-13, Sloan Manage- fice, London, available at : www.hm-
ment Review, 1982. treasury. gov.uk/ docs/2000/ppp.html ,
2000.
Sanvido. V., Grobler, F., Parfitt, K., Guvenis, m,
and Goyle, M., “Critical success Factors For UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

163
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian,

UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi,

UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,

UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


Angkutan Jalan

UU No. 38 Tahun 2009 tentang Pos

UU No. 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistri-


kan.

Webb, R. and Pulle, B., Public-private partnerships


: An Introduction”, Research Paper No. 1
2002-03, Information and Research Services,
Department of the Parliamentary Library,
Australia, 2002.

World Economic Forum, “Global Competitiveness


Report 2008-2009”, 2009.

Yeo, K.T., “Forging New Project Value Chain —


Paradigm Shift”, hlm.203 — 211, Journal of
Management in Engineering, 1991.

164
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai