Abstrak
Indonesia memiliki permasalahan dalam bidang infrastruktur. Pemerintah berkewajiban me-
nyediakan pelayanan infrastruktur bagi seluruh masyarakat di seluruh pelosok negeri ini.
Namun penyediaan pelayanan infrastruktur tersebut membutuhkan pendanaan yang sangat
besar. Keterlibatan sektor swasta memakai bentuk Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dalam
pembangunan pelayanan infrastruktur diharapkan tidak hanya mengisi celah kesenjangan da-
lam masalah pendanaan saja, tetapi juga dalam hal aspek penting lainnya, seperti; kemam-
puan managerial dan mengadopsi kemajuan teknologi baru. Untuk kerjasama ini diduga ba-
nyak permasalahan yang dihadapi antara lain faktor — faktor penentu kesuksesan/critical
success factors (CSF) dan apakah faktor — faktor penentu kesuksesan sebagai suatu solusi. Ka-
jian literatur digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang relevan untuk mendapatkan gam-
baran mengenai persepsi atas CSF. Kajian literature digunakan untuk mengidentifikasi faktor
yang relevan untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi atas CSF. Penelitian ini bertu-
juan untuk melaporkan hasil penelitian mengenai faktor — faktor penentu kesuksesan (critical
success factors / CSF) dalam kerangka kerjasama pemerintah swasta. Pengujian persepsi ini
menilai faktor yang menarik (positif) dan yang tidak menarik (negatif) dalam sistem penga-
daan untuk proyek infrastruktur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan survei dalam ben-
tuk kuesioner yang dikirim melalui pos untuk mendapatkan data utama. Respon untuk data
survei dianalisis secara deskriptif statistik dan dilanjutkan dengan faktor analisis. Kerjasama
pemerintah swasta untuk proyek infrastruktur, mendapatkan persepsi yang paling menarik
dalam bentuk faktor — faktor yang dianggap positif antara lain yaitu, teknologi pembangu-
nan yang lebih baik, solusi anggaran dan transfer risiko, efisiensi pembiayaan sektor pub-
lik. Untuk faktor yang dianggap negatif yaitu; ekonomi biaya tinggi dan kurangnya pengala-
man membuat Kerjasama pemerintah menjadi kurang menarik. Penelitian mendapatkan ha-
sil mengenai persepsi tentang faktor — faktor penentu kesuksesan pada bidang infrastruktur
di Indonesia. Faktor positif dan negatif yang diteliti dapat memberikan informasi sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Kata kunci : Critical Success Factors, Kerjasama Pemerintah Swasta, Analisis Faktor.
Abstract
Indonesia has many problems for providing infrastructure services. Government is obliged to provide
access for all communities accross the country, and provision of infrastructure services needed huge
funding. The involvement of private sector use form of public private partnerships (PPP). PPP are
long-term contractual arrangements that harness the skills and resources of both private and public
sectors in the delivery of public services or the development of public infrastructure. Through these
mutual partnerships, a number of advantages should accrue including access to capital, increased value
for money, timely completion of and improved service delivery through the use of better management
practises and adoption of innovative solutions. However, PPP will face the problems, which identified
through critical success factors (CSF), and whether critical success factors CSF as a solution. Litera-
ture review is used to identify relevant factors,to gather their perception on CSF. The research aims to
report the findings on what are the CSF into perceptions of what makes the PPP attractive or unat-
tractive as a procurement system for infrastructure projects in the Indonesia. The research uses a
postal survey questionnaire technique for primary data collection. Survey response data is subjected to
130
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
descriptive statistical analysis and subsequently to rotated factor analysis. PPP infrastructure project is
perceived as most attractive in terms of positive factors relating to represent better technology deve-
lopment, budget solution and risk transfer, and cost efficiency of public sector. Negative aspects, rela-
ting to factors such as, high cost economy, and lack of experience by participants make PPP procure-
ment less attractive. The research captures the perception about CSF on Indonesia Infrastructure in ge-
neral. The positive and negative factors surrounding PPP procurement will provide a more informed
basis for decision making.
jalan baru 86.300 kilometer. Pemerintah harus Hasil survei dari World Economic Forum
mempercepat pembangunan infrastruktur,tidak yang berjudul Global Competitiveness Report
dengan hanya mengandalkan dana dari APBN 2008-2009 menunjukkan, kondisi infrastruktur di
tetapi juga perlu melibatkan swasta dalam me- In-donesia menempati peringkat ke - 96 dari 134
kanisme kerjasama pemerintah swasta/PPP (Ha- ne-gara (World Economic Forum, 2009, Global
rian Seputar Indonesia, 2010). Tahun 2010 pe- Compe-titiveness Report 2008-2009). Kendati
merintah mengalokasikan anggaran untuk infra- agak mem-baik, Indonesia masih merupakan
struktur mencapai Rp.511 trilliun dan strategi negara yang paling lemah dibandingkan negara-
melalui mekanisme kerjasama pemerintah swas- negara lain di Asia Tenggara dalam hal
ta/PPP mencapai Rp.1.429 triliun (Harian Sepu- ketersediaan infra-struktur (lihat, table.1).
tar Indonesia, 2010).
Penyediaan infrastruktur yang efektif, efi- dan program aksi presiden terpilih untuk mem-
sien, dan berkelanjutan merupakan salah satu percepat pembangunan infrastruktur yang dilak-
faktor pendorong pertumbuhan dan pemerataan sanakan melalui dual track strategy, yaitu memba-
perekonomian jika dilaksanakan melalui kompe- ngun sarana dan prasarana yang dapat memper-
tisi secara terbuka, adil, dan akuntabel. Untuk lancar arus lalu-lintas barang dan informasi, serta
itu, pemerintah akan mengurangi perannya se- mendorong program industrialisasi berupa pe-
bagai penyedia keseluruhan layanan infrastruk- ngembangan pusat kegiatan (kawasan) yang da-
tur menjadi fasilitator atau enabler sarana dan pat menarik industri lanjutan untuk berinvestasi
prasarana yang sudah dapat dilakukan melalui di Indonesia.
peran serta masyarakat (termasuk badan usaha Sehubungan dengan hal itu, arah kebija-
swasta). Perubahan peran tersebut diwujudkan kan dalam penyediaan infrastruktur melalui ske-
melalui perubahan peraturan perundang-unda- ma KPS adalah :
ngan, baik sektor maupun lintas sektor dengan a) Melanjutkan reformasi strategis kelembagaan
membuka peluang penyediaan infrastruktur me- dan peraturan perundang - undangan pada
lalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta sektor dan lintas sektor yang mendorong pe-
(KPS) atau yang dikenal dengan sebutan Private laksanaan KPS,
Public Partnerships (PPP) (Dedy S Priatna, 2009). b) Mempersiapkan proyek KPS secara matang se-
Untuk mendukung tercapainya sasaran hingga dapat menekan biaya transaksi yang ti-
pembangunan infrastruktur/sarana dan prasara- dak perlu, dan
na tahun 2010 - 2014, diperkirakan total investasi c) Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendu-
yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 1.429,3 Tri- kung investasi dalam pembangunan dan pe-
lyun, yang didalamnya kemampuan pemerintah ngoperasian proyek KPS, termasuk menyedia-
pusat dalam penyediaan pendanaannya hanya kan dana pendukung didalam APBN.
sekitar 35,75 persen dari total Kebutuhan (PER- Sedangkan strategi yang akan ditempuh
PRES RI No. 5 Tahun 2010 ibid hlm. 72). Untuk oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
memenuhi kebutuhan pembiayaan, dilakukan pe- (a) Membentuk jejaring dan meningkatkan kapa-
ngembangan KPS, privatisasi, tanggungjawab so- sitas untuk mendorong perencanaan dan per-
sial perusahaan / Corporate Social Responsibility, siapan proyek KPS, melakukan promosi KPS,
serta partisipasi pemerintah daerah dan masya- peningkatan kapasitas dalam pengembangan,
rakat. Hal ini harus sejalan dengan visi, misi, dan memantau pelaksanaan KPS;
132
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
(b) Membentuk fasilitas-fasilitas yang mendorong (e) Mempersiapkan proyek KPS yang akan dita-
pelaksanaan proyek KPS, seperti : fasilitasi da- warkan secara matang melalui proses perenca-
lam penyediaan tanah dan pendanaan seperti naan yang transparan dan akuntabel;
Infrastructure funds dan guarantee funds; (f) Memberi jaminan adanya sistem seleksi dan
(c) Mendorong terbentuknya regulator ekonomi kompetisi yang adil, transparan, dan akunta-
sektoral yang adil dalam mewakili kepenti- bel;
ngan pemerintah, badan usaha, dan konsu- (g) Meningkatkan pelayanan sarana dan prasa-
men; rana daerah melalui peningkatan pengeluaran
(d) Memfasilitasi penyelesaian sengketa pelaksa- pemerintah daerah yang didukung oleh ke-
naan proyek KPS secara efisien dan mengikat rangka insentif yang lebih baik.
Marcus Jeffries (2006 : 452), menyatakan ngan (Akintoye, A., Beck, M., Cliff, H., Chinyio,E.
fungsi KPS dalam penyediaan infrastruktur seba- and Asenova, D., 2001). Walaupun begitu banyak
gai berikut : KPS yang sukses. Beberapa studi mengklasifika-
“PPPs are a means of public sektor procure- sikan daftar faktor — faktor penentu kesuksesan
ment using private sektor finance and best practice. (critical success factors/CSF) dalam KPS. Parmen-
PPPs can involve design, construction, financing, ter (2010), menyatakan bahwa pembuatan ke-
operation and maintenance of public infrastructure rangka kerja yang terintegrasi oleh pihak manaje-
and facilities, or the operation of services, to meet men merupakan hal yang sangat penting. Lapo-
public needs.” ran tersebut harus meliputi faktor — faktor pe-
Dalam pelaksanaan KPS sering timbul nentu kesuksesan (CSF).
masalah, yang menyangkut tingginya biaya ten- Critical success factors (CSF) merupakan
der (high cost in tendering), negosiasi yang sulit social support (Frilet, M.,1997), Commitment (Sto-
(complex negotiation), perbedaan dan konflik pen- nehouse,J.H.,Hudson,A.R., and O;Keefee,M.J.,
dapat yang timbul diantara pemangku kepenti-
133
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
1996, Kanter, R.M, 1999); dan mutual benefit yang terdahulu (Hardcastle, C., Edwards, P.J.,
(Grant, T., 1996). Sedangkan Kopp (1997), Gentry Akintoye, AQ. And Li, B. 2002).
dan Fernandez (1997). Arthur Andersen dan En-
terprise LSE (2000), menekankan bahwa pen- Teknik Pengumpulan Data dan Pengambilan
tingnya transparansi, dan kompetitif dalam pro- Sampel
ses pengadaan barang/jasa (procurement) (Kopp,
J.C, 1997 Arthur Andersen and Enterprise, LSE, Metode Pengumpulan Data
2000, http ://www.treasury-projects-taskforce. Untuk memperoleh data dan informasi
gov.uk/series_I/Andersen/tech_contents.html). yang dibutuhkan, studi ini dilakukan dengan
Berdasarkan latar belakang uraian tersebut di dua cara metode pengumpulan data yaitu studi
atas, merupakan latar belakang bagi penulis un- pustaka dan studi lapangan.
tuk mengadakan penelitian CSF, dengan peneli-
tian ini akan dapatkan gambaran dan analisis Studi Pustaka
mengenai faktor — faktor penentu kesuksesan Studi pustaka dilakukan dengan mempe-
(CSF) pada Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) lajari beberapa literatur mengenai CSF. Dalam
bidang infrastruktur di Indonesia. studi pustaka juga dipelajari berbagai artikel atau
tulisan perorangan dan institusi yang berkaitan
Hipotesis Penelitian dengan CSF dan PPP yang diperoleh melalui bu-
ku—buku dan jurnal—jurnal internasional. Disam-
ping itu studi ini juga melakukan kajian terbatas
melalui situs-situs internet dan referensi lain
yang berkaitan dengan CSF dan PPP di beberapa
negara.
Studi Lapangan
Studi lapangan ini dilakukan untuk mem-
peroleh masukan secara langsung dari praktisi di
bidang infrastruktur yang dianggap dapat mem-
berikan masukan mengenai model PPP di Indo-
nesia.
Metode studi lapangan dalam studi ini di-
lakukan sebagai berikut :
1. Survei dilakukan melalui penyebaran kuesioner
Metode Penelitian kepada sejumlah responden yaitu perusahaan
Desain Penelitian yang bergerak di bidang pelaksana, pembia-
Penelitian adalah merupakan cara ilmiah yaan dan badan—badan pemerintah, terutama
untuk mendapatkan data ilmiah yang valid yang aktif pada kegiatan PPP. Tujuan penye-
(Sugiyono,2008). Desain penelitian merupakan baran kuesioner adalah untuk melihat persepsi
suatu cetak biru (blue print) bagaimana data di- dan pemahaman terhadap variabel—variabel
kumpulkan, diukur, dan dianalisis. Melalui de- CSF, termasuk mengenai pemahaman, minat
sain, dapat dikaji alokasi sumber daya yang di- hingga kendala peraturan PPP.
butuhkan (Husein Umar, 2004). Desain penelitian 2. Disamping itu juga dilakukan diskusi dengan
para narasumber yang kompeten dan melaku-
ini bersifat deskriptif yaitu suatu paparan pada
kan wawancara langsung dengan beberapa pi-
variabel — variabel yang diteliti melibatkan data
hak terutama yang berhubungan langsung da-
kualitatif dan data yang kuantitatif (Husein
lam kegiatan PPP.
Umar, 2008). Metode yang digunakan dalam pe-
Kuesioner dalam penelitian ini menggu-
nelitian ini adalah metode survey dan data di-
nakan pengukuran berdasarkan skala Likert, de-
kumpulkan melalui kuesioner. Dalam survey,
ngan interval skala sebagai berikut (Sugiyono,
informasi dikumpulkan dari responden melalui
2008) :
kuesioner (Masri Singarimbun dan Sofian Effen-
1) Tidak penting
di, 1995). Kuesioner didesain berdasarkan infor-
2) Cukup penting
masi yang didapat didalam literatur penelitian
3) Penting
134
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
4) Sangat Penting dari gugusan variabel asal Xl, X2,…, Xp, sehingga :
5) Luar Biasa Penting a. Banyaknya faktor lebih sedikit dari variabel
asal X.
Metode dan Teknik Pengambilan Sampel b. Sebagian besar informasi variabel X, tersimpan
Sasaran survey adalah terbatas pada in- dalam faktor
formasi yang tersedia bagi para pihak yang Faktor Bersama (common factors) :
mempunyai pengalaman kerja dan yang terta- Misal Faktor Bermakna : Fl dan F2 (eigen value
rik pada PPP. Teknik sampling yang digunakan > l)
untuk mengumpulkan data adalah convienience Fl = Faktor Solusi Anggaran
sampling (Akintoye et al, 2005) bukannya random F2 = Faktor Effisiensi Biaya
sampling, karena di Indonesia PPP masih merupa- Xl sid X4 secara bersama-sama mengandung Fl
kan hal yang baru dan tidak ada database yang dan F2
tersedia sebagai standarnya. Convenience sampling Hal - hal yang berkait dengan Analisis Faktor :
merupakan sampling yang cepat dilakukan dan 1. Ragam Variabel Asal (X)
murah bersifat non probabilitas. Peneliti memili-
Var (Xi) = Ci1² + Ci2² + ..... + Cip² + φi
ki kebebasan untuk memilih siapa saja yang dite-
mui (Husein Umar, 2008). Untuk sampel yang Var (Xi) = hi² + φi ; hi² = Σ Cij²
j
diteliti antara lain : Perusahaan publik yang ter-
Komponen disebut komunalitas (comuna-
daftar di Bursa Efek Indonesia bidang infra-
lity) menunjukkan proporsi ragam X yang dapat
struktur, utilitas dan transportasi, badan peme-
dijelaskan oleh p faktor bersama. Komponen me-
rintah (agency), konsultan, BUMN/BUMND.
rupakan proporsi ragam dari X yang disebab-
kan oleh faktor spesifik dan atau galat (error).
Metode Analisis Data
2. Faktor Bermakna
Metode untuk melakukan analisis data
Faktor yang dipertimbangkan bermakna
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bila eigen value lebih besar satu atau (λ ≥ 1)
menggunakan analisis faktor (factor analysis) de-
3. Peragam antara X dengan F
ngan mengunakan program SPSS versi 17.0. Ana-
Pembobot (loading) faktor :
lisis faktor termasuk pada interdependence techni-
a. Digunakan untuk interpretasi faktor bermakna
que yang berarti tidak ada variabel dependen
b. Loading besar merupakan penyusun terbesar
ataupun variabel independen, dimana data yang
dari suatu variabel
dianalisis berupa data numerik (Riyanto, 2009).
c. Tanda (positif atau negatif) menunjukkan arah.
Proses analisis faktor mencoba menemu-
4. Rotasi Faktor
kan hubungan (interrelationships) antar sejumlah
Variabel Sebelum Rotasi Sesudah Rotasi
variabel—variabel yang saling independen satu
Fl F2 Fl F2
dengan yang lain. Sehingga bisa dibuat satu atau
beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit Xl 0.40 0.70 0.02 0.86
dari jumlah variabel awal. Pada dasarnya tujuan X2 0.65 0.80 0.26 0.92
analisis faktor adalah (Singgih Santoso, 2010) : 5. Skor Faktor
1. Data summarization, yakni mengidentifikasi Matriks input Kovarians :
adanya hubungan antar variabel dengan me- S – Fa = c’S-l(Xj - X )
lakukan uji korelasi atau Q faktor analysis Matriks input Korelasi :
yang dilakukan antar responden. Analisis ini S - Fa = c’R-lZj .
dikenal juga sebagai cluster analysis.
2. Data reduction. Setelah melakukan korelasi, di- Flowchart Analisis Faktor
lakukan proses membuat sebuah variabel set Bagan berikut menjelaskan alur atau flow-
baru yang dinamakan faktor untuk menggan- chart dari pengujian analisis faktor dalam peneli-
tikan sejumlah variabel tertentu. tian, mulai dari pengumpulan data melalui kue-
sioner, uji data, pengukuran kecukupan sampel,
Analisis Faktor masalah realibilitas sampai ke factor grouping. (li-
Analisis faktor adalah dengan mengeks- hat, gambar 3.2)
traksi sejumlah faktor bersama (common factors)
136
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
PPP di Indonesia tidak tersedia secara lengkap ringkasan dari proyek — proyek infrastruktur
dan memerlukan penelitian pendalaman yang le- yang ditawarkan. Berikut ringkasan dan jumlah
bih lanjut. Adapun PPP Book yang dikeluarkan proyek infrastruktur yang ditawarkan atau terse-
BAPPENAS tahun 2009 hanya memuat tentang dia di Indonesia :
BUMN 65 43,92%
Swasta
Perusahaan 18 12,16%
Konsultan 32 21,62%
Lainnya 8 5,41%
Total 148 100,00%
Sumber : Data primer (diolah)
Berikut adalah hasil pertama dari pengu- kan dalam table 4.6.
jian faktor yang dianggap positif, yang ditunjuk-
Tabel 4.6 Pengujian Pertama Faktor Yang Dianggap Positif
KMO and Bartlett’s Test
Kaiser – Meyer - Olkin Measure of Sampling Adequacy. .568
Bartlett’s Test of Sphericity Approx. Chi - Square 413.040
Df 136
Sig. .000
139
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
- MSA pada variabel mereduksi dana publik daerah yang menguntungkan (P14), adalah
dalam penanaman modal (P6), adalah 0,559 > 0,495 < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluar-
dianalisis lebih lanjut. kan dari variabel lainnya.
- MSA pada variabel keterbatasan anggaran - MSA pada variabel alih teknologi ke perusa-
dalam sektor publik (P7), adalah 0,543 > 0,5, haan lokal (P15), adalah 0,675 > 0,5, variabel
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
analisis lebih lanjut. bih lanjut.
- MSA pada variabel keterbatasan dana dari - MSA pada variabel membuat fasilitas kreatif
pemerintah (P8), adalah 0,734 > 0,5, variabel dan inovatif (P16) adalah 0,648 > 0,5, variabel
masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le- masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
bih lanjut. bih lanjut.
- MSA pada variabel pengurangan biaya pro- - MSA pada variabel pengembangan ekonomi
yek (P9), adalah 0,541 > 0,5, variabel masih bi- daerah yang menguntungkan (P14), adalah
sa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. 0,495 < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan
- MSA pada variabel mengembangkan pemba- tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluar-
ngunan (P10), adalah 0,552 > 0,5, variabel ma- kan dari variabel lainnya.
sih bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih - MSA pada variabel solusi terintegrasi dari pe-
lanjut. merintah (P17), adalah 0,436 < 0,5, variabel ti-
- MSA pada variabel mempercepat pembangu- dak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis
nan proyek (P11), adalah 0,485 < 0,5, variabel lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel
tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lainnya.
lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel Terdapat beberapa variabel yang mempu-
lainnya. nyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluarkan
- MSA pada variabel menghemat waktu dalam adalah variabel dengan MSA terkecil yaitu : va-
pelaksanaan proyek (P12), adalah 0,589 > 0,5, riabel P1,P2,P11,P13,P14 dan P17. Selanjutnya
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- akan diadakan pengujian ulang.
analisis lebih lanjut.
- MSA pada variabel meningkatkan pemeliha- Pengujian Ulang (1) Faktor Yang Dianggap Posi-
raan (P13), adalah 0,397 < 0,5, variabel tidak tif
bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih Berikut adalah hasil pertama dari pengu-
lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. jian faktor yang dianggap positif, yang ditunjuk-
- MSA pada variabel pengembangan ekonomi kan dalam table 4.8.
140
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
2. Anti Image matrices, untuk output di bagian ba- - MSA pada variabel alih teknologi ke perusa-
wah (anti image correlation) khususnya pada haan lokal (P15), adalah 0,857 > 0,5, variabel
angka korelasi bertanda a (arah diagonal dari masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
kiri atas ke kanan bawah). Antara lain yaitu : bih lanjut.
- MSA pada variabel transfer risiko dialihkan - MSA pada variabel membuat fasilitas kreatif
ke pihak swasta (P3) adalah 0,828 > 0,5, varia- dan inovatif (P16) adalah 0,767 > 0,5, variabel
bel masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
lebih lanjut. bih lanjut.
- MSA pada variabel pembatasan biaya untuk Terlihat semua variabel telah mempunyai
pemeliharaan (P4), adalah 0,769 > 0,5, variabel MSA di atas 0,5 sehingga variabel transfer risiko
masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le- dialihkan ke pihak swasta (P3), pembatasan bia-
bih lanjut. ya untuk pemeliharaan (P4), pengurangan biaya
- MSA pada variabel pengurangan biaya admi- administrasi sektor publik (P5), mereduksi dana
nistrasi sektor publik (P5), adalah 0,619 > 0,5, publik dalam penanaman modal (P6), keterbata-
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- san anggaran dalam sektor publik (P7), keterba-
analisis lebih lanjut. tasan dana dari pemerintah (P8), pengurangan
- MSA pada variabel mereduksi dana publik biaya proyek (P9), mengembangkan pembangu-
dalam penanaman modal (P6), adalah 0,556 > nan (P10), menghemat waktu dalam pelaksanaan
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat proyek (P12), alih teknologi ke perusahaan lokal
dianalisis lebih lanjut. (P15), membuat fasilitas kreatif dan inovatif (P16)
- MSA pada variabel keterbatasan anggaran dapat dianalisis lebih lanjut.
dalam sektor publik (P7), adalah 0,624 > 0,5, Analisis Faktor (2) Factoring dan Rotasi Faktor
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- Yang Dianggap Positif
analisis lebih lanjut. Setelah variabel dapat dianalisis lebih lan-
- MSA pada variabel keterbatasan dana dari jut maka proses selanjutnya akan dilakukan ana-
pemerintah (P8), adalah 0,862 > 0,5, variabel lisis faktor (2) untuk mengetahui apakah varia-
masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le- bel tersebut bisa direduksi menjadi satu atau le-
bih lanjut. bih faktor, analisisnya sebagai berikut :
- MSA pada variabel pengurangan biaya pro-
yek (P9), adalah 0,548 > 0,5, variabel masih bi- Communalities Faktor Yang Dianggap Positif
sa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. Tabel 4.1O Communalities
- MSA pada variabel mengembangkan pemba- Initial Extraction
ngunan (P10), adalah 0,742 > 0,5, variabel ma- P3 1.000 .768
sih bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih P4 1.000 .530
lanjut. P5 1.000 .834
- MSA pada variabel menghemat waktu dalam P6 1.000 .713
pelaksanaan proyek (P12), adalah 0,729 > 0,5, P7 1.000 .646
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- P8 1.000 .837
analisis lebih lanjut.
141
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Ada 11 variabel (component) yang dima- values masih di atas 1, yakni 1.229. Tetapi ada 8
sukkan dalam analisis faktor, yakni variabel P3, faktor yang angka eigen values di bawah 1, yakni
P4,P5,P6,P7,P8,P9,P10,P12,P15,P16. Masing - ma- 0.838, sehingga proses factoring seharusnya
sing variabel mempunyai varians 1 maka total- berhenti pa-da 3 faktor saja.
nya adalah 11. Jika kesepuluh variabel tersebut
diringkas menjadi satu faktor, maka varians Component Matrix Faktor Yang Dianggap Posi-
yang bisa dijelaskan oleh satu faktor tersebut tif
adalah (lihat kolom component untuk component = Berikut adalah hasil component matrix
1). factors dari pengujian faktor yang dianggap posi-
4,470/11 x 100% = 40,633% tif, yang ditunjukkan dalam table 4.12.
Jika 11 variabel diekstrak menjadi 3 faktor, maka :
1. Varians faktor pertama adalah 40,633% Tabel 4.12 Component Matrix Factor Yang
2. Varians faktor kedua adalah 2,531/11 x 100% = Dianggap Positif
23,012% Component value
3. Varians faktor ketiga adalah 1,229/11 x 100% = Factor 1 Factor 2 Factor 3
11,169% P3 -.606 .342 .532
Total kedua faktor akan bisa menjelaskan P4 .678 .257 .062
40,633% + 23,012% atau 63,645% dari variabilitas P5 -.119 .905 -.019
kesebelas variabel asli tersebut. Sedangkan jika P6 .260 .779 -.193
ditambah faktor ketiga maka 63,645% + 11,169% P7 .509 .388 -.487
atau 74,184% akan bisa menjelaskan dari varia- P8 .912 .016 .072
bilitas kesebelas variabel asli tersebut. P9 -.048 .818 .270
Untuk eigen values menunjukkan kepenti-
P10 .763 -.282 .376
ngan relative masing — masing faktor dalam
P12 .764 -.080 -.436
menghitung varians kesebelas variabel yang di-
P15 .783 .114 .281
analisis. Antara lain sebagai berikut :
P16 .829 -.057 .421
1. Jumlah angka eigen values untuk kesebelas va-
Extraction Method : Principal Component Analysis.
riabel adalah sama dengan total varians kese-
a. 3 components extracted.
belas variabel, atau 4,470 + 2,531 +…..+ 0,103 =
Setelah diketahui bahwa tiga faktor ada-
11.
lah jumlah yang paling optimal, maka table com-
2. Susunan eigen values selalu diurutkan dari
ponent matrix menunjukkan distribusi kesebelas
yang terbesar sampai terkecil dengan kriteria
variabel tersebut pada tiga faktor yang terbentuk.
bahwa angka eigen values di bawah 1 tidak di-
Sedangkan angka — angka yang ada pada table
gunakan dalam menghitung jumlah faktor
tersebut adalah factor loadings, yang menunjuk-
yang terbentuk.
kan besar korelasi antara suatu variabel dengan
Dari table 4.11 di atas terlihat bahwa ha-
faktor 1, faktor 2 atau faktor 3. Proses penen-
nya 3 faktor yang terbentuk, karena dengan satu
tuan variabel mana yang akan masuk ke faktor
faktor, angka eigen values di atas 1, dengan dua
yang mana, dilakukan dengan melakukan per-
faktor eigen values juga masih di atas 1 yakni
bandingan besar korelasi pada setiap baris.
4,470 dan 2,531. Dengan tiga faktor, angka eigen
Korelasi antara variabel transfer risiko dialih-
143
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
kan ke pihak swasta (P3) dengan faktor 1 ada- proyek (P9) dengan faktor 1 adalah - 0.048 (le-
lah - 0,606 (kuat karena di atas 0,5 dan hubu- mah karena di bawah 0,5 dan hubungan terba-
ngan terbalik) lik)
Korelasi antara variabel transfer risiko dialih- Korelasi antara variabel pengurangan biaya
kan ke pihak swasta (P3) dengan faktor 2 ada- proyek (P9) dengan faktor 2 adalah 0,818
lah 0,342 (lemah karena di bawah 0,5) (kuat karena di atas 0,5)
Korelasi antara variabel transfer risiko dialih- Korelasi antara variabel pengurangan biaya
kan ke pihak swasta (P3) dengan faktor 3 ada- proyek (P9) dengan faktor 3 adalah 0,270 (le-
lah 0,532 (kuat karena di atas 0,5) mah karena di bawah 0,5)
Korelasi antara variabel pembatasan biaya Korelasi antara variabel mengembangkan
untuk pemeliharaan (P4) dengan faktor 1 ada- pembangunan (P10) dengan faktor 1 adalah
lah 0,678 (kuat karena di atas 0,5) 0,763 (kuat karena di atas 0,5)
Korelasi antara variabel pembatasan biaya Korelasi antara variabel mengembangkan
untuk pemeliharaan (P4) dengan faktor 2 ada- pembangunan (P10) dengan faktor 2 adalah -
lah 0,257 (lemah karena di bawah 0,5) 0.282 (lemah karena di bawah 0,5 dan hubu-
Korelasi antara variabel pembatasan biaya ngan terbalik)
untuk pemeliharaan (P4) dengan faktor 3 ada- Korelasi antara variabel mengembangkan
lah 0.062 (lemah karena di bawah 0,5) pembangunan (P10) dengan faktor 3 adalah
Korelasi antara variabel pengurangan biaya 0,376 (lemah karena di bawah 0,5)
administrasi sektor publik (P5) dengan faktor Korelasi antara variabel menghemat waktu
1 adalah - 0,119 (lemah karena di bawah 0,5 dalam pelaksanaan proyek (P12) dengan fak-
dan hubungan terbalik) tor 1 adalah 0,764 (kuat karena di atas 0,5)
Korelasi antara variabel pengurangan biaya Korelasi antara variabel menghemat waktu
administrasi sektor publik (P5) dengan faktor dalam pelaksanaan proyek (P12) dengan fak-
2 adalah 0,905 (kuat karena di atas 0,5) tor 2 adalah - 0.080 (lemah karena di bawah
Korelasi antara variabel pengurangan biaya 0,5 dan hubungan terbalik)
administrasi sektor publik (P5) dengan faktor Korelasi antara variabel menghemat waktu
3 adalah - 0,019 (lemah karena di bawah 0,5 dalam pelaksanaan proyek (P12) dengan fak-
dan hubungan terbalik) tor 3 adalah - 0.436 (lemah karena di bawah
Korelasi antara variabel mereduksi dana pub- 0,5 dan hubungan terbalik)
lik dalam penanaman modal (P6) dengan fak- Korelasi antara variabel alih teknologi ke pe-
tor 1 adalah 0,260 (lemah karena di bawah 0,5) rusahaan lokal (P15) dengan faktor 1 adalah
Korelasi antara variabel mereduksi dana pub- 0,783 (kuat karena di atas 0,5)
lik dalam penanaman modal (P6) dengan fak- Korelasi antara variabel alih teknologi ke pe-
tor 2 adalah 0,905 (kuat karena di atas 0,5) rusahaan lokal (P15) dengan faktor 2 adalah
Korelasi antara variabel mereduksi dana pub- 0,114 (lemah karena di bawah 0,5)
lik dalam penanaman modal (P6) dengan fak- Korelasi antara variabel alih teknologi ke pe-
tor 3 adalah - 0.193 (lemah karena di bawah rusahaan lokal (P15) dengan faktor 3 adalah
0,5 dan hubungan terbalik) 0,281 (lemah karena di bawah 0,5)
Korelasi antara variabel keterbatasan angga- Korelasi antara variabel membuat fasilitas
ran dalam sektor publik (P7) dengan faktor 1 kreatif dan inovatif (P16) dengan faktor 1 ada-
adalah 0,509 (kuat karena di atas 0,5) lah 0,829 (kuat karena di atas 0,5)
Korelasi antara variabel keterbatasan dana Korelasi antara variabel membuat fasilitas
dari pemerintah (P8) dengan faktor 1 adalah kreatif dan inovatif (P16) dengan faktor 2 ada-
0,912 (kuat karena di atas 0,5) lah - 0.057 (lemah karena di bawah 0,5 dan
Korelasi antara variabel keterbatasan dana hubungan terbalik)
dari pemerintah (P8) dengan faktor 2 adalah Korelasi antara variabel membuat fasilitas
0,016 (lemah karena di bawah 0,5) kreatif dan inovatif (P16) dengan faktor 3 ada-
Korelasi antara variabel keterbatasan dana lah 0,421 (lemah karena di bawah 0,5)
dari pemerintah (P8) dengan faktor 3 adalah Korelasi antara variabel faktor yang le-
0,072 (lemah karena di bawah 0,5) mah karena di bawah 0,5 dan tanda (-) minus
Korelasi antara variabel pengurangan biaya menunjukkan adanya arah korelasi. Oleh kare-
144
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
na masih ada variabel (seperti P3, P7) yang be- sar 0,594.
lum jelas akan dimasukkan ke dalam akan di- Variabel P5 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
masukkan ke dalam faktor 1,2 atau 3, maka per- rena factor loading dengan faktor 2 paling be-
lu dilakukan proses rotasi (rotation), agar sema- sar 0,902.
kin jelas perbedaan sebuah variabel yang akan Variabel P6 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
dimasukkan pada faktor 1, 2 atau 3. rena factor loading dengan faktor 2 paling be-
sar 0,784.
Hubungan antara Factor Loading dan Commu- Variabel P7 : variabel ini masuk faktor 3, ka-
nalities Faktor Yang Dianggap Positif rena factor loading dengan faktor 3 paling be-
Communalities adalah jumlah kuadran sar 0,684.
masing — masing factor loading sebuah variabel. Variabel P8 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
Sebagai contoh untuk variabel P1 : rena factor loading dengan faktor 1 paling be-
• Communalities = (-0,606) 2 + (0,342) 2 + (0,532) 2 sar 0,800.
= 0,768 (sama dengan table communalities sebe- Variabel P9 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
lumnya). Demikian seterusnya untuk variabel rena factor loading dengan faktor 2 paling be-
yang lain. sar 0,819.
Berikut adalah hasil rotated component matrix Variabel P10 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
factors dari pengujian faktor yang diang-gap rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
positif, yang ditunjukkan dalam table 4.13. 0,852.
Variabel P12 : variabel ini masuk faktor 3, ka-
Tabel. 4.13 Rotated Component Matrix Factor rena factor loading dengan faktor 3 paling besar
Yang Dianggap Positif 0,785.
Component Value Variabel P15 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
Factor 1 Factor 2 Factor 3 rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
P3 -.222 .331 -.780 0,805.
P4 .594 .275 .319 Variabel P16 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
P5 -.134 .902 -.055 rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
0,925.
P6 .090 .784 .300
P7 .147 .396 .684
Factor Grouping Faktor Yang Dianggap Positif
P8 .800 .040 .441
Dengan demikian kesebelas variabel telah
P9 .087 .819 -.257
direduksi menjadi hanya terdiri dari tiga (3) fak-
P10 .852 -.258 .107 tor yang dikelompokkan Factor grouping (lihat, ta-
P12 .401 -.064 .785 ble 4.14) :
P15 .805 .137 .195 1. Faktor 1 terdiri atas; P4 (pembatasan biaya
P16 .925 -.032 .104 pemeliharaan), P8 (keterbatasan dana dari pe-
Extraction Method : Principal Component Analysis. merintah), P10 (mengembangkan pembangu-
Rotation Method : Varimax with Kaiser Normalization.
nan), P15 (alih teknologi ke perusahaan local),
a. Rotation converged in 4 iterations.
P16 (membuat fasilitas yang kreatif dan ino-
vatif). Faktor 1 ini akan bisa menjelaskan
Component matrix hasil proses rotasi (Rota- 40,633% dari variabilitas kesebelas variabel asli
ted Component matrix) memperlihatkan distribusi tersebut yang terdiri dari 5 sub faktor atau di-
variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat mensi. Faktor 1 ini dapat dinamakan atau di-
bahwa sekarang factor loadings yang dulunya ke- beri label sebagai faktor teknologi pembangu-
cil semakin diperkecil, dan factor loading yang be- nan yang lebih baik (represent better technology
sar semakin diperbesar. development) karena factor loadings dari mem-
Variabel P3 : korelasi antara P3 dengan faktor buat fasilitas yang kreatif dan inovatif (sig =
1 yang sebelum rotasi adalah -0,606 (kuat dan 0,925).
hubungan terbalik), dengan rotasi masuk 2. Faktor 2 terdiri atas; P3 (risiko ditransfer ke pi-
menjadi faktor 3 dengan nilai - 0,708. hak swasta), P7 (menjawab keterbatasan ang-
Variabel P4 : variabel ini masuk faktor 1, ka- garan sektor publik), P12 (menghemat waktu
rena factor loading dengan faktor 1 paling be- dalam pelaksanaan proyek). Faktor 2 ini akan
145
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
bisa menjelaskan 23,012% dari variabilitas ke- publik dalam penanaman modal), P9 (pengura-
sebelas variabel asli tersebut yang terdiri dari ngan biaya proyek). Faktor 3 ini akan bisa
3 sub faktor atau dimensi. Faktor 2 ini dapat menjelaskan 11,169% dari variabilitas kesebe-
dinamakan atau diberi label sebagai faktor so- las variabel asli tersebut yang terdiri dari 3 sub
lusi anggaran dan transfer risiko (budget solu- faktor atau dimensi. Faktor 3 ini dapat dina-
tion and risk transfer) karena factor loadings dari makan atau diberi label sebagai factor effisien-
transfer risiko ke pihak swasta (sig = 0,9020). si pembiayaan sektor public (cost efficiency of
3. Faktor 3 terdiri atas; P5 (mengurangi biaya ad- public sector) karena factor loadings dari berku-
ministrasi sektor publik), P6 (mereduksi dana rangnya biaya proyek (sig = 0,7850).
Component Transformation Matrix Faktor Yang yakni (0,835,1, dan 0,835). Hal ini membuktikan
Dianggap Positif ketiga faktor (component) yang terbentuk sudah
Terlihat angka — angka yang ada pada tepat, karena mempunyai korelasi yang tinggi. (li-
diagonal, antara component 1 dengan 1, component hat, table 4.15)
2 dengan component 2 dan component 3 dengan
component 3. Terlihat ketiga angka jauh di atas 0,5
146
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
147
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Faktor (1) Teknologi Pembangunan yang ling signifikan dalam faktor (1). Fasilitas yang
lebih Baik terdiri atas : kreatif dan inovatif secara makro maupun
a. Membuat fasilitas yang kreatif dan inovatif, mikro akan memberi dampak berupa value for
merupakan komponen atau dimensi yang pa- money bagi infrastruktur yang akan dibangun.
148
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Contoh; kurang maksimalnya daya saing bi- cost. Solusi kebijakan ini adalah peran swasta
dang kepelabuhan dan usaha pelayaran na- yang mengambil alih pemeliharaan dengan
sional. Memerlukan pembangunan infrastruk- memungut biaya dengan menerima masukan
tur dalam langkah memodernisasi sarana dan dari berbagai pihak yang terkait.
prasarana bidang pelayaran dan kepelabuhan. Factor (2) Solusi Anggaran dan Transfer
Solusi dari kebijakan yang akan diambil ada- Risiko terdiri atas :
lah bekerjasama dengan pihak yang terampil a. Risiko ditransfer ke pihak swasta, merupakan
dan kompeten. dimensi yang paling signifikan dalam faktor
b. Mengembangkan pembangunan, merupakan (2) ini. Masuknya pendanaan dari swasta un-
dimensi yang signifikan. Dampak dari me- tuk sektor infrastruktur di Indonesia melalui
ngembangkan pembangunan adalah penca- peningkatan kelayakan kredit (credit worthi-
paian proses pengembangan sektor infrastruk- ness) dan kualitas proyek-proyek PPP infra-
tur itu sendiri. Pemerataan pembangunan struktur. PT Penjaminan Infrastruktur Indone-
akan terjadi di daerah apabila iklim investasi sia (PT. PII) dapat memberikan jaminan kepa-
menjadi sangat menarik dan bisa menda- da sektor swasta atas berbagai risiko yang
tangkan imbal investasi yang cukup mengun- mungkin timbul sebagai akibat dari tindakan
tungkan (ROT). Solusi kebijakan yang diam- Pemerintah, khususnya yang dialokasikan ke-
bil adalah peran pemerintah daerah menarik pada Contracting Agency, antara lain : keter-
investasi lewat otonomi daerah, memberikan lambatan atau kegagalan dalam pengadaan ta-
kemudahan perijinan, pelayanan yang baik nah, perijinan, lisensi, financial close, peruba-
dan menciptakan iklim investasi yang kondu- han peraturan perundangan, wanprestasi baik
sif bagi dunia usaha. yang terkait dengan pendapatan, volume atau
c. Alih teknologi ke perusahaan lokal, merupa- penjualan, tarif dan lainnya, kegagalan untuk
kan salah satu isu strategis dimana teknologi mengintegrasikan proyek dengan jaringan/in-
yang ditransfer diperlukan untuk pengemba- frastruktur eksisting, serta risiko terminasi. So-
ngan kemajuan perusahaan yang bermitra de- lusi dari kebijakan ini adalah pihak swasta
ngan pihak lain yang memilki teknologi lebih mendapat guarantee funds lewat PT. PII.
maju. Perlunya perjanjian lisensi, peman- b. Menghemat waktu dalam pelaksanaan pro-
faatan paten dan pelatihan ketrampilan bagi yek, merupakan dimensi yang signifikan de-
para pekerja diatur dalam regulasi yang cu- ngan adanya pemotongan jangka waktu kerja
kup menguntungkan kedua belah pihak. Solu- maka akan berdampak pada percepatan pe-
si kebijakan ini adalah perjanjian pengikatan ngerjaan proyek infrastruktur yang menjadi le-
(mutual agreement). bih cepat. Kendala yang paling sering dialami
d. Keterbatasan dana dari pemerintah, merupa- dalam pembangunan proyek infrastruktur
kan faktor yang signifikan, dampak dari keter- adalah perijinan yang lama. Solusi kebijakan
batasan dana atau anggaran dari pemerintah adalah memberikan proses perijinan yang mu-
menyebabkan pembangunan sektor infrastruk- dah dan cepat dalam satu atap.
tur terhambat atau macet karena minimnya c. Keterbatasan anggaran sektor publik, akan
anggaran yang tersedia. Solusi kebijakan yang berdampak pada proyek infrastruktur yang
akan diambil adalah melalui meminta keikut- menjadi terhambat karena tidak adanya alo-
sertaan/partisipasi pihak swasta dalam ben- kasi anggaran yang cukup. Pemerintah mena-
tuk PPP. warkan proyek infrastruktur kepada swasta de-
e. Pembatasan biaya untuk pemeliharaan, ini ngan skema public private partnerships (PPP)
merupakan alasan klasik yang sering disuara- senilai Rp 311 triliun, untuk kurun waktu
kan, tidak adanya biaya pemeliharaan sehing- 2009 - 2011 (KPS, 2008 Nop). Untuk memenu-
ga infrastruktur publik sering kali diabaikan hi alokasi anggaran infrastruktur sebesar 6%
dan tidak terawat akibatnya fasilitas infra- terhadap produk domestik bruto (PDB), ta-
struktur menjadi rusak dan tidak bisa dipa- waran proyek infrastruktur KPS juga dituju-
kai. Dengan adanya partisipasi pihak swasta kan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dengan membangun fasilitas infrastruktur melalui pembangunan infrastruktur. Solusi
bersama, maka diharapkan biaya pemeliha- kebijakan adalah mengajak partisipasi pihak
raan bisa diambil alih atau dilakukan sharing swasta dalam bentuk PPP.
149
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Faktor (3) Effisiensi pembiayaan sektor merintah dengan mengalihkan kepada pihak
publik terdiri atas : swasta akan membantu kestabilan neraca ke-
a. Pengurangan biaya proyek, merupakan di- uangan pemerintah. Investasi akan masuk
mensi yang paling signifikan dalam faktor la- dan terlebih lagi dana publik tersebut bisa
bel (3) ini. Dampak pengurangan biaya pro- digunakan untuk kebutuhan yang lebih men-
yek adalah penghilangan biaya yang membe- desak seperti pendidikan, kesehatan bagi
bani dan tidak perlu dampaknya proyek in- orang tak mampu atau penanganan bencana
frastruktur bisa dilaksanakan secara effisien alam. Solusi kebijkan mengajak partisipasi pi-
dan lebih efektif. Solusi kebijakan ini adalah hak swasta dalam bentuk PPP.
procurement yang transparan dan akuntabel.
b. Mengurangi biaya administrasi sektor publik, Faktor Yang Dianggap Negatif Dalam Penentu
tingginya biaya administrasi sektor publik Kesuksesan KPS
akan membuat inefisiensi dalam penangan Berikut hasil pengujian data dari kuesio-
proyek infrastruktur. Dengan berkurangnya ner dengan menggunakan SPSS V.17, data yang
biaya administrasi diharapkan dapat memper- digunakan berjumlah 40 dengan 14 pertanyaan
lancar kegiatan para pelaku usaha di bidang dan memakai alpha 5%. Hasil pengujian menun-
infrastruktur. jukkan sebagai berikut :
c. Mereduksi dana publik dalam penanaman Pengujian Pertama Faktor Yang Dianggap Nega-
modal, dampak dari mengurangi anggaran pe- tif
150
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
2. Anti image matrices, untuk output di bagian ba- pada proyek (N8), adalah 0,430 < 0,5, variabel
wah (anti image correlation) khususnya pada tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis
angka korelasi bertanda a (arah diagonal da- lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel
ri kiri atas ke kanan bawah). Antara lain yaitu lainnya.
(lihat, table 4.18) : - MSA pada variabel kesempatan kerja yang di-
- MSA pada variabel keterlibatan pemerintah tawarkan jauh lebih sedikit (N9), adalah 0,726
dalam penjaminan (N1) adalah 0,181 < 0,5, va- > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da-
riabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa di- pat dianalisis lebih lanjut.
analisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari va- - MSA pada variabel lama dalam penyusunan
riabel lainnya. kontrak transaksi (N10), adalah 0,831 > 0,5,
- MSA pada variabel Kurangnya pengalaman variabel masih bisa diprediksi dan dapat di-
dan kemampuan yang cukup (N2) adalah analisis lebih lanjut.
0,606 > 0,5, variabel masih bisa diprediksi - MSA pada variabel inflasi yang tinggi (N11),
dan dapat dianalisis lebih lanjut. adalah 0,725 < 0,5, variabel tidak bisa dipre-
- MSA pada variabel Restriksi yang berlebihan diksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut,
dalam pengerjaan proyek (N3) adalah 0,289 < atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak - MSA pada variabel suku bunga yang tinggi
bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan (N12), adalah 0,527 > 0,5, variabel masih bisa
dari variabel lainnya. diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.
- MSA pada variabel Biaya keikutsertaan yang - MSA pada variabel perubahan keanggotaan
tinggi (N4), adalah 0,736 > 0,5, variabel masih di legislatif (N13), adalah 0,437 < 0,5, variabel
bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lan- tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis
jut. lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel
- MSA pada variabel Risiko tinggi bila me- lainnya.
ngandalkan pihak swasta (N5), adalah 0,733 > - MSA pada variabel penentangan oleh masya-
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat rakat (N14), adalah 0,708 > 0,5, variabel masih
dianalisis lebih lanjut. bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lan-
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan jut.
karena perdebatan politik (N6), adalah 0,569 Terdapat beberapa variabel yang mem-
> 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da- punyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluar-
pat dianalisis lebih lanjut. kan adalah variabel dengan MSA terkecil yaitu
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan : variabel N1,N3,N8, dan N13, Selanjutnya akan
karena proses negosiasi (N7), adalah 0,700 > diadakan pengujian ulang.
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut. Pengujian Ulang (1) Faktor Yang Dianggap Ne-
- MSA pada variabel Mengurangi akuntabilitas gatif
Hasil pengujian ulang pertama dengan artinya Sampel (variabel) telah memadai untuk
mengeluarkan variabel N1,N3,N8, dan N13 da- dianalisis lebih lanjut. Oleh karena angka ter-
pat dilihat sebagai berikut (table 4.20) : sebut sudah di atas 0,5 dan signifikansi jauh
Analisis : di bawah 0,05 (0,000 < 0,05).
1. Angka KMO dan Bartlett’s test adalah 0,801
dengan signifikansi 0,000. Maka Ho ditolak
151
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
2. Anti Image matrices, untuk output di bagian ba- diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.
wah (anti image correlation) khususnya pada - MSA pada variabel adanya penentangan dari
angka korelasi bertanda a (arah diagonal dari masyarakat (N14), adalah 0,925 > 0,5, variabel
kiri atas ke kanan bawah). Antara lain yaitu : masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis le-
- MSA pada variabel Kurangnya pengalaman bih lanjut
dan kemampuan yang cukup (N2), adalah Terlihat semua variabel telah mempunyai
0,806 > 0,5, variabel masih bisa diprediksi MSA di atas 0,5 sehingga variabel variabel Ku-
dan dapat dianalisis lebih lanjut. rangnya pengalaman dan kemampuan yang cu-
- MSA pada variabel Biaya keikutsertaan yang kup (N2), Biaya keikutsertaan yang tinggi (N4),
tinggi (N4), adalah 0,717 > 0,5, variabel masih Risiko tinggi bila mengandalkan pihak swasta
bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lan- (N5), Adanya keterlambatan karena perdebatan
jut. politik (N6), Adanya keterlambatan karena pro-
- MSA pada variabel Risiko tinggi bila meng- ses negosiasi (N7), kesempatan kerja yang dita-
andalkan pihak swasta (N5), adalah 0,925 > warkan jauh lebih sedikit (N9), lama dalam pe-
0,5, variabel masih bisa diprediksi dan dapat nyusunan kontrak transaksi (N10), inflasi yang
dianalisis lebih lanjut. tinggi yang tinggi (N11), suku bunga yang tinggi
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan (N12), adanya penentangan dari masyarakat
karena perdebatan politik (N6), adalah 0,775 (N14) dapat dianalisis lebih lanjut.
> 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da-
pat dianalisis lebih lanjut. Analisis Faktor (2) Factoring dan Rotasi Faktor
- MSA pada variabel Adanya keterlambatan Yang Dianggap Negatif
karena proses negosiasi (N7), adalah 802 > 0,5, Setelah variabel dapat dianalisis lebih lan-
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- jut maka proses selanjutnya akan dilakukan ana-
analisis lebih lanjut. lisis faktor (2) untuk mengetahui apakah variabel
- MSA pada variabel kesempatan kerja yang di- tersebut bisa direduksi menjadi satu atau lebih
tawarkan jauh lebih sedikit (N9), adalah 0,845 faktor, analisisnya sebagai berikut :
> 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan da- Berikut adalah hasil kedua dari pengu-
pat dianalisis lebih lanjut. jian factor yang dianggap positif, yang ditunjuk-
- MSA pada variabel lama dalam penyusunan kan dalam table 4.23.
kontrak transaksi (N10), adalah 0,829 > 0,5,
variabel masih bisa diprediksi dan dapat di- Communalities Faktor Yang Dianggap Negatif
analisis lebih lanjut.
- MSA pada variabel inflasi yang tinggi yang
tinggi (N11), adalah 0,772 > 0,5, variabel ma-
sih bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
- MSA pada variabel suku bunga yang tinggi
(N12), adalah 0,668 > 0,5, variabel masih bisa
152
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Tabel 4.21 Communalities Faktor Yang kitar 62,1% varians dari N6 dapat dijelaskan
Dianggap Negatif oleh faktor yang terbentuk.
Initial Extraction - Untuk variabel adanya keterlambatan karena
N2 1.000 .699 proses negosiasi (N7) adalah 0,791 atau sekitar
N4 1.000 .452 79,1% varians dari N7 dapat dijelaskan oleh
N5 1.000 .535 faktor yang terbentuk.
N6 1.000 .621 - Untuk variabel kesempatan kerja yang dita-
N7 1.000 .791 warkan jauh lebih sedikit (N9) adalah 0,730
N9 1.000 .730 atau sekitar 73,0% varians dari N9 dapat dije-
laskan oleh faktor yang terbentuk.
N10 1.000 .519
- Untuk variabel lama dalam penyusunan kon-
N11 1.000 .919
trak transaksi (N10) adalah 0,519 atau sekitar
N12 1.000 .866
51,9% varians dari N10 dapat dijelaskan oleh
N14 1.000 .566
faktor yang terbentuk.
Extraction Method : Principal
- Untuk variabel inflasi yang tinggi yang ting-
Component Analysis.
gi (N11) adalah 0,919 atau sekitar 91,9% va-
Communalities pada dasarnya adalah jum- rians dari N11 dapat dijelaskan oleh faktor
lah varians (bisa dalam persentase) dari suatu va- yang terbentuk.
riabel mula—mula yang bisa dijelaskan oleh faktor - Untuk variabel suku bunga yang tinggi (N12)
yang ada. adalah 0,866 atau sekitar 86,6% varians dari
- Untuk variabel kurangnya pengalaman dan N12 dapat dijelaskan oleh faktor yang terben-
tuk.
kemampuan yang cukup (N2) adalah 0,699
atau sekitar 69,9% varians dari N2 dapat di- - Untuk variabel adanya penentangan dari ma-
jelaskan oleh faktor yang terbentuk. syarakat (N14), adalah 0,566 atau sekitar 56,6%
- Untuk variabel biaya keikutsertaan yang varians dari N14 dapat dijelaskan oleh faktor
tinggi (N4) adalah 0,452 atau sekitar 45,2% va- yang terbentuk.
rians dari N4 dapat dijelaskan oleh faktor Semakin besar communalities maka sema-
kin erat hubungannya dengan faktor yang ter-
yang terbentuk.
- Untuk variabel risiko tinggi bila mengandal- bentuk. Faktor pembentuk : dapat dilihat pada
table component matrix, ada 3 komponen yang ber-
kan pihak swasta (N5), adalah 0,535 atau se-
kitar 53,5% varians dari N5 dapat dijelaskan arti ada 3 faktor yang terbentuk. (lihat, table 4.23)
oleh faktor yang terbentuk.
Total Variance Explained Faktor Yang Dianggap
- Untuk variabel adanya keterlambatan karena
Negatif
perdebatan politik (N6) adalah 0,621 atau se-
153
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Ada 10 variabel (component) yang dima- sis. Antara lain sebagai berikut :
sukkan dalam analisis faktor, yakni variabel N2, 1. Jumlah angka eigen values untuk kesebelas va-
N4, N5, N6, N7, N9, N10, N11, N12, N14. Masing— riabel adalah sama dengan total varians kese-
masing variabel mempunyai varians 1 maka to- belas variabel, atau 5,393 + 1,3051 +…..+ 0,054
talnya adalah 10. Jika kesepuluh variabel terse- = 10.
but diringkas menjadi satu faktor, maka varians 2. Susunan eigen values selalu diurutkan dari
yang bisa dijelaskan oleh satu faktor tersebut yang terbesar sampai terkecil dengan kriteria
adalah (lihat kolom component untuk component = bahwa angka eigen values di bawah 1 tidak di-
1). gunakan dalam menghitung jumlah faktor
5,393/10 x 100 % = 53,933 % yang terbentuk.
Jika 10 variabel diekstrak menjadi 2 faktor, Dari table 4.22 di atas terlihat bahwa hanya
maka : 2 faktor yang terbentuk, karena dengan satu fak-
1. Varians faktor pertama adalah 53,933 % tor, angka eigen values di atas 1, dengan dua
2. Varians faktor kedua adalah 1,3051/10 x 100% faktor eigen values juga masih di atas 1 yakni
= 13,047 % 5,393 dan 1,3051. Tetapi ada 8 faktor yang ang-
Total kedua faktor akan bisa menjelas- ka eigen values di bawah 1, yakni 0.988, sehingga
kan 53,933% + 13,047% atau 66,980% dari varia- proses factoring seharusnya berhenti pada 2 fak-
bilitas kesepuluh variabel asli tersebut. tor saja.
Untuk eigen values menunjukkan kepenti-
ngan relatif masing—masing faktor dalam meng- Component Matrix Faktor Yang Dianggap Nega-
hitung varians kesebelas variabel yang dianali- tif
Setelah diketahui bahwa dua faktor ada- ngan faktor 1 adalah 0,741 (kuat karena di atas
lah jumlah yang paling optimal, maka table com- 0,5)
ponent matrix menunjukkan distribusi kesepuluh Korelasi antara variabel kurangnya pengala-
variabel tersebut pada dua faktor yang terbentuk. man dan kemampuan yang cukup (N2) de-
Sedangkan angka — angka yang ada pada tabel ngan faktor 2 adalah 0,387 (lemah karena di ba-
tersebut adalah faktor loadings, yang menunjuk- wah 0,5)
kan besar korelasi antara suatu variabel dengan Korelasi antara variabel biaya keikutsertaan
faktor 1, faktor 2. Proses penentuan variabel ma- yang tinggi (N4) dengan faktor 1 adalah 0,583
na yang akan masuk ke faktor yang mana, dila- (kuat karena di atas 0,5)
kukan dengan melakukan perbandingan besar Korelasi antara variabel biaya keikutsertaan
korelasi pada setiap baris. yang tinggi (N4) dengan faktor 2 adalah - 0,334
Korelasi antara variabel kurangnya pengala- (lemah karena di bawah 0,5 dan hubungan ter-
man dan kemampuan yang cukup (N2) de- balik)
154
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Korelasi antara variabel risiko tinggi bila - 0,225 (lemah karena di bawah 0,5 dan hubu-
mengandalkan pihak swasta (N5), dengan fak- ngan terbalik)
tor 1 adalah 0,663 (kuat karena di atas 0,5)
Korelasi antara variabel risiko tinggi bila Rotated Component Matrix Faktor Yang Diang-
mengandalkan pihak swasta (N5), dengan fak- gap Negatif
tor 2 adalah 0,308 (lemah karena di bawah 0,5)
Korelasi antara variabel adanya keterlamba- Tabel 4.24 Rotated Component Matrix Faktor
tan karena perdebatan politik (N6) dengan Yang Dianggap Negatif
faktor 1 adalah 0,562 (kuat karena di atas 0,5) Rotated Component Matrixa
Korelasi antara variabel adanya keterlamba- Component Value
tan karena perdebatan politik (N6) dengan
Factor 1 Factor 2
faktor 2 adalah 0,553 (kuat karena di atas 0,5)
N2 .253 .797
Korelasi antara variabel adanya keterlambatan
N4 .649 .174
karena proses negosiasi (N7) dengan faktor 1
adalah 0,847 (kuat karena di atas 0,5) N5 .253 .686
Korelasi antara variabel adanya keterlambatan N6 .009 .788
karena proses negosiasi (N7), dengan faktor 2 N7 .409 .790
adalah 0,272 (lemah karena di bawah 0,5) N9 .659 .544
Korelasi antara variabel kesempatan kerja N10 .414 .590
yang ditawarkan jauh lebih sedikit (N9) de- N11 .854 .436
ngan faktor 1 adalah 0,851 (kuat karena di atas N12 .930 .020
0,5) N14 .668 .346
Korelasi antara variabel kesempatan kerja Extraction Method : Principal Component Analysis.
yang ditawarkan jauh lebih sedikit (N9) de- Rotation Method : Varimax with Kaiser Normalization.
ngan faktor 2 adalah - 0,079 (lemah karena di a. Rotation converged in 3 iterations.
bawah 0,5 dan hubungan terbalik) Component matrix hasil proses rotasi (Rota-
Korelasi antara variabel lama dalam penyusu- ted Component Matrix) memperlihatkan distribusi
nan kontrak transaksi (N10), dengan faktor 1 variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat
adalah 0,709 (kuat karena di atas 0,5) bahwa sekarang factor loadings yang dulunya ke-
Korelasi antara variabel lama dalam penyusu- cil semakin diperkecil, dan faktor loading yang
nan kontrak transaksi (N10), dengan faktor 2 besar semakin diperbesar.
adalah 0,127 (lemah karena di bawah 0,5) Variabel N2 : korelasi antara N2 dengan fak-
Korelasi antara variabel inflasi yang tinggi tor 1 yang sebelum rotasi adalah 0,741 (kuat),
yang tinggi (N11), dengan faktor 1 adalah dengan rotasi masuk menjadi faktor 2 dengan
0,913 (kuat karena di atas 0,5) nilai 0,797.
Korelasi antara variabel inflasi yang tinggi Variabel N4 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
yang tinggi (N11), dengan faktor 2 adalah - rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
0,292 (lemah karena di bawah 0,5 dan hubu- 0,649.
ngan terbalik) Variabel N5 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
Korelasi antara variabel suku bunga yang rena factor loading dengan faktor 2 paling besar
tinggi (N12), dengan faktor 1 adalah 0,674 0,686.
(kuat karena di atas 0,5) Variabel N6 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
Korelasi antara variabel suku bunga yang rena factor loading dengan faktor 2 paling besar
tinggi (N12), dengan faktor 2 adalah - 0,641 0,788.
(kuat karena di bawah 0,5 dan hubungan ter- Variabel N9 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
balik) rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
Korelasi antara variabel adanya penentangan 0,654.
dari masyarakat (N14) dengan faktor 1 adalah Variabel N10 : variabel ini masuk faktor 2, ka-
0,718 (kuat karena di atas 0,5) rena factor loading dengan faktor 2 paling besar
Korelasi antara variabel adanya penentangan 0,590.
dari masyarakat (N14), dengan faktor 2 adalah Variabel N11 : variabel ini masuk faktor 1, ka-
rena factor loading dengan faktor 1 paling besar
0,854.
155
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Variabel N12 : variabel ini masuk faktor 1, ka- nya proses procurement yang tinggi, inflasi
rena factor loading dengan faktor 1 paling besar yang tinggi, kesempatan kerja yang minim
0,930. dan penentangan masyarakat dan factor loa-
Variabel N14 : variabel ini masuk faktor 3, ka- dings dari suku bunga yang tinggi (sig =
rena factor loading dengan faktor 1 paling besar 0,9300). Semua ini dapat dikategorikan seba-
0,668. gai ekonomi biaya tinggi.
2. Faktor 2 terdiri atas; kurangnya pengalaman
Factor Grouping Faktor Yang Dianggap Negatif dan kemampuan yang cukup (N2), risiko tinggi
Dengan demikian ke 10 variabel telah di- bila mengandalkan pihak swasta (N5), adanya
reduksi menjadi hanya terdiri dari dua (2) faktor keterlambatan karena perdebatan politik (N6),
yang dikelompokkan factor grouping (lihat, table adanya keterlambatan karena proses negosiasi
4.25) : (N7), lama dalam penyusunan kontrak tran-
1. Faktor 1 terdiri atas; biaya keikutsertaan yang saksi (N10). Faktor 2 ini akan bisa menjelas-
tinggi (N4), kesempatan kerja yang ditawar- kan 13,047% dari variabilitas kesepuluh varia-
kan jauh lebih sedikit (N9), inflasi yang bel asli tersebut yang terdiri dari 5 sub faktor
tinggi yang tinggi (N11), suku bunga yang atau dimensi. Faktor 2 ini dapat dinamakan
tinggi (N12), adanya penentangan dari masya- atau diberi label sebagai faktor kurangnya pe-
rakat (N14). Faktor 1 ini akan bisa menjelas- ngalaman (lack of experience), karena kurang
kan 53,933% dari variabilitas kesepuluh va- pengalaman dan kemampuan yang cukup, ri-
riabel asli tersebut yang terdiri dari 5 sub siko tinggi, perdebatan politik dan proses ne-
faktor atau dimensi. Faktor 1 ini dapat dina- gosiasi dan lamanya penyusunan kontrak
makan atau diberi label sebagai faktor ekono- transaksi dan factor loadings dari kurangnya
mi biaya tinggi (high cost economy), karena ada- pengalaman (sig = 0,7970).
Kesimpulan Untuk Faktor Yang Dianggap Ne- tinggi, suku bunga yang tinggi, adanya pe-
gatif nentangan dari masyarakat. Faktor ini da-
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan; pat dinamakan Faktor Ekonomi Biaya
1) Dari kesepuluh variabel yang diteliti, dengan Tinggi.
proses factoring bisa direduksi menjadi dua 2. Faktor 2 terdiri atas : Kurangnya pengala-
faktor. man dan kemampuan yang cukup, risiko
2) Faktor yang terbentuk : tinggi bila mengandalkan pihak swasta, ke-
1. Faktor 1 : terdiri atas biaya keikutsertaan terlambatan karena perdebatan politik, Ada-
yang tinggi kesempatan kerja yang dita- nya keterlambatan karena proses negosiasi,
warkan jauh lebih sedikit, inflasi yang lama dalam penyusunan kontrak transaksi.
156
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Faktor ini dapat dinamakan Faktor Ku- ningkatkan kelayakan bisnis investasi ini.
rangnya Pengalaman. Proyek infrastruktur yang akan dikerjasa-
makan (proyek PPP), berharap mendapat duku-
Strategi Pelaksanaan Kebijakan Untuk Faktor ngan penuh dari Pemerintah. Dukungan dimak-
Yang Dianggap Negatip sud bisa berupa risk sharing, penghapusan atau
Peran pemerintah adalah menciptakan ik- keringanan pajak, bea maupun tarif, atau pem-
lim investasi yang kondusif bagi investor mau- bayaran subsidi. Ini menjadi salah satu solusinya
pun lembaga pembiayaan. Hal ini dilakukan me- agar investor tetap tertarik untuk terlibat menye-
lalui reformasi kebijakan yang memungkinkan li- diakan berbagai jenis infrastruktur yang ada dan
beralisasi industri infrastruktur dengan membu- pemerintah dapat menyediakan solusi kebijakan
ka persaingan, memperkuat kerangka regulasi, untuk menjawab permasalahan yang ada.
menjalankan mekanisme cost recovery, mengalo- Dari kedua faktor yang tergrouping yang
kasikan resiko secara optimal, serta memperkuat terdiri dari dimensi — dimensi yang ada, akan me-
kelembagaan. Peran pemerintah juga diperlukan nimbulkan dampak. Untuk hal tersebut diperlu-
dalam masalah pembebasan lahan, dan berperan kan solusi kebijakan yang yang tepat. Hal ini da-
sebagai mediator sangat membantu dalam me- pat digambarkan dalam table 4.26.
157
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
158
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Faktor (1) Ekonomi Biaya Tinggi terdiri atas : yang bisa memperpendek umur dari proyek
a. Suku bunga tinggi, merupakan dimensi yang infrastruktur. Solusi kebijakan adalah mencip-
paling signifikan dalam factor (1) ini, dampak takan atau mendapatkan sumber daya manu-
dari tingginya suku bunga akan menyebabkan sia dengan kapasitas memadai dan bermotiva-
penyerapan kresit di sektor infrastruktur tu- si tinggi.
run. tingginya karena pelaku usaha cenderung b. Adanya keterlambatan dalam proses negosiasi,
menggunakan dananya sendiri untuk meng- akan berdampak tertundanya pengerjaan pro-
hindari pinjaman mahal. Solusi kebijakan dari yek infrastruktur. Negosiasi menjadi panjang
kebijakan ini adalah penurunan suku bunga ketika konflik tidak bisa diselesaikan. Solusi
SBI dan kestabilan bidang moneter kebijakan adalah identifikasi faktor potensial
b. Inflasi tinggi, adanya inflasi yang tinggi me- konflik penduduk dan daerah.
nyebabkan meningkatnya harga barang dan c. Adanya keterlambatan karena perdebatan po-
jasa, kelangkaan atas barang yang ada di pa- litik, perdebatan politik yang lama dan berla-
saran akan berdampak semakin membeng- rut — larut dari legislatif untuk memutuskan
kaknya biaya pembangunan infrastruktur. So- suatu kebijakan akan berdampak pada angga-
lusi kebijakan adalah penurunan suku bunga ran yang terserap lambat turun, sehingga
acuan SBI, dan ketersediaan produk infra- pembiayaan menjadi mundur tanpa kepastian.
struktur di pasaran seperti; besi beton, rangka Solusi kebijakan adalah eliminir konflik elit de-
baja, semen dan lainnya. ngan penguatan kemitraan atau koalisi.
c. Adanya penentangan oleh masyarakat, ini d. Risiko tinggi bila mengandalkan pihak swasta,
merupakan isu strategis yang berdampak pa- dampak dari risiko ini adalah apabila terjadi
da realisasi pembangunan infrastruktur, seba- distorsi pasar dan persaingan menjadi tidak
gai contoh realisasi pembangunan jalan tol sa- sehat sehingga masyarakat dapat dirugikan.
ngat lambat karena masalah pembebasan la- Solusi dari kebijakan ini adalah penerapan
han dan ketidakcocokan harga yang ditawar- good corporate governance.
kan. Solusi kebijakan adalah; pencegahan tin- e. Lamanya penyusunan kontrak transaksi, dam-
dakan spekulasi dari para calo tanah dan paknya yang ditimbulkan dari penyusunan
pembuatan UU pembebasan lahan, serta pem- kontrak yang lama akan membuat mundur
berian harga yang pantas. jangka waktu pengerjaaan sehingga proyek in-
d. Kesempatan kerja yang ditawarkan lebih se- frastruktur tertunda. Solusi kebijakan adalah
dikit, dimensi ini merupakan isu strategis. kepastian hukum dan pelibatan abitrase ketika
Kesempatan kerja menjadi lebih sedikit ketika ada konflik terjadi.
tenaga handal terampil dan tersertifikasi ku-
rang tersedia sehingga berdampak pada ma- Kesimpulan
suknya tenaga kerja asing (expatriate) yang Dalam rangka pengembangan infrastruk-
menggantikan lapangan kerja yang seharus- tur di Indonesia, pemerintah menggunakan mo-
nya bisa diisi oleh tenaga kerja lokal/domes- del kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), un-
tik. tuk kerjasama ini diduga banyak permasalahan
e. Biaya keikutsertaan yang tinggi, biaya keikut- yang dihadapi antara lain faktor — faktor penentu
sertaan yang tinggi akan berdampak pada ke- kesuksesan/critical success factors (CSF) dan apa-
engganan pihak swasta untuk ikut serta. Ba- kah faktor — faktor penentu kesuksesan sebagai
nyaknya biaya yang tidak jelas akan memba- suatu solusi. Untuk itu telah dilakukan penelitian,
wa pada ketidakefisienan yang selanjutnya yang mengambarkan mengenai faktor yang di-
membuat perusahaan menjadi tidak kompe- anggap positif dan faktor yang dianggap negatif.
titif. Solusi kebijakan ini adalah proses procure- 1. Faktor yang dianggap Positip (Positive At-
ment yang transparan dan jujur. tractiveness Factors) adalah :
Faktor (2) Kurangnya Pengalaman terdiri atas : 1) Teknologi Pembangunan Yang Lebih Baik
a. Kurang pengalaman dan kemampuan yang Faktor ini terdiri dari komponen pembata-
cukup, merupakan dimensi yang paling signi- san biaya pemeliharaan, keterbatasan dana
fikan untuk factor ini. Dampak yang dapat dari pemerintah, mengembangkan pemba-
ditimbulkan antara lain lambatnya proses ngunan, alih teknologi ke perusahaan lokal,
pembangunan dan ketidaksesuaian spesifikasi membuat fasilitas yang kreatif dan inova-
159
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
tif. Untuk mendapat teknologi pembangu- kerja yang nantinya akan tersertifikasi me-
nan yang lebih baik, maka perlu bekerjasa- nurut kompetensi yang diambil. Faktor lain
ma dengan pihak yang terampil dan kom- perlu dikedepankan proses procurement
peten. Selain itu peran otonomi daerah da- yang transparan dan jujur, serta sosialisasi
lam mengundang investor masuk, adanya mengenai pengadaan proyek yang intensif,
perjanjian pengikatan dalam kebijakan program, kemanfaatan yang ada bagi ma-
KPS, dan mengajak partisipasi pihak swas- syarakat sehingga penentangan dari ma-
ta, dalam mengambil alih pemeliharaan me- syarakat berkurang.
lalui pengelolaan biaya. 2) Kurangnya Pengalaman
2) Solusi Anggaran dan Transfer Risiko, Faktor ini terdiri dari komponen, kurang-
Faktor ini terdiri dari komponen, risiko nya pengalaman dan kemampuan yang cu-
yang ditransfer ke pihak swasta, solusi atas kup, risiko tinggi bila mengandalkan pihak
keterbatasan anggaran sektor publik dan swasta, keterlambatan karena perdebatan
menghemat waktu dalam pelaksanaan pro- politik. Adanya keterlambatan karena pro-
yek. Risiko yang ditransfer ke pihak swasta ses negosiasi, lama dalam penyusunan
antara lain berupa, penjaminan kewajiban kontrak transaksi. Lambatnya proses pem-
finansial sektor swasta diarahkan lewat bangunan dan ketidaksesuaian spesifikasi
Guarantee funds oleh PT. Penjaminan Infra- diatasi dengan sumber daya manusia de-
struktur Indonesia. Sedangkan untuk ngan kapasitas memadai. Tertundanya pe-
menghemat waktu dalam pelaksanaan ngerjaan proyek karena lambatnya proses
proyek infrastruktur salah satu caranya negosiasi para pihak diperlukan pemetaan,
adalah mempermudah proses perijinan da- identifikasi faktor potensial konflik pendu-
lam satu atap, serta mengajak partisipasi duk dan daerah. Sedangkan untuk proses
pihak swasta dalam pendanaan proyek. perdebatan politik yang panjang dan ang-
3) Efisiensi Pembiayaan Sektor Publik garan yang lambat terserap dapat dielimi-
Faktor ini terdiri dari komponen, mengura- nir dengan penguatan koalisi diantara pa-
ngi biaya administrasi sektor publik, mere- ra politisi. Di sisi lain penerapan good cor-
duksi dana publik dalam penanaman mo- porate governance, jaminan stabilitas ekono-
dal, dan pengurangan biaya proyek. Agar mi, politik, sosial, dan kepastian hukum
proyek infrastruktur bisa dilaksanakan se- mutlak adanya.
cara efisien dan efektif maka proses procu-
rement harus dilakukan secara transparan
dan akuntabel. Selain itu debirokratisasi ju- Daftar Pustaka
ga diperlukan untuk memangkas prosedur
perijinan yang terlalu panjang dan rumit.
2. Faktor yang dianggap Negatif (Negative At- Abidin, Said Zaenal., “Kebijakan Publik”, Suara
tractiveness Factors) adalah : Bebas, Jakarta, 2006.
1) Ekonomi Biaya Tinggi.
Faktor ini terdiri dari komponen, biaya Akintoye, A., Beck, M., Cliff, H., Chinyio, E. And
keikutsertaan yang tinggi, kesempatan ker- Asenova, D., “The Financial Structure of Pri-
ja yang ditawarkan jauh lebih sedikit, in- vate Finance Initiative Projects”, Vol. 1, pp.
flasi yang tinggi yang tinggi, suku bunga 361-369, Proceedings : 17th ARCOM Annual
yang tinggi, serta adanya penentangan dari Conference, Salford, 2001.
masyarakat. Untuk memangkas ekonomi
biaya tinggi diperlukan kebijakan yang te- , et al, “Perception of Positive and Negatif
pat sasaran di bidang moneter, membuat Factors Influencing The Attractiveness of
aturan yang ketat untuk mengawasi tran- PPP/PFI Procurement For Construction Pro-
saksi keuangan yang bersifat spekulatif, jects in The UK”, Vol.12, No.2.hlm.133,
penurunan suku bunga acuan SBI, mem- Engineering, Construction and Architectural
perkuat cadangan devisa. Sedangkan un- Management, 2005.
tuk peningkatan kompetensi dari tenaga
kerja perlu pelatihan khusus untuk tenaga Allan, J., “Public Private Partnerships : A Review of
Literature and Practice”- Public Policy Paper
160
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Carrick, M., “Commercial Debt Raising for PFI Pro- Grunert, K.G. and Ellegaard, C., “The concept of
jects, Ernst & Young UK, Corporate Finan- key success factors : theory and method”, in
ce”, London, available at : www.budget. Baker, M.J. (Ed.), Vol. 3, Wiley, Chichester,
news.co.uk/Template1.nsf/Homepages , pp. 245-74, Perspectives on Marketing Mana-
2000. gement, 1992.
Cheung, Esther., Albert P.C. Chan, and Stephen Gunningan, “ Increasing the Efficiency and Effective-
Kajewski, “Suitability of procuring large ness of PPP in the Irish Construction Indus-
public works by PPP in Hong Kong”, Vol. try”, Dissertation, University of Salford,
17 No. 3, hlm. 292-308, Engineering, Con- Salford, UK., 2007.
struction and Architectural Management,
2010. Gunawan Adji, “The Smart Handbook of Public Pri-
vate Partnerships, Konsep dan Praktik Me-
Chua, D.K.H., Kog, Y.C. and Loh, P.K., “Critical ningkatkan Investasi di Sektor Infrastruk-
success factors for different project objectives”, tur”, hlm.36, Rene Publisher, Jakarta, 2010.
Vol. 125 No. 3, pp. 142 - 50, Journal of Con-
struction Engineering and Management, Guynes, C. S. and Vanecek, M. T., “Critical suc-
1999. cess factors in data management,“ Informa-
tion and Management 30(4), July 1996, pp.
David, Fred R, “Strategic Management : Concepts & 201- 209.
th
Cases”, 13 Ed,Prentice Hall, 2011.
161
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Hammami, Mona, Ruhashyankiko, Jean-Francois, Australia Case Study”, Vol. 9(4), hlm. 3252—
and Yehoue, Etienne B., “Determinants of 361, Engineering, Construction and Archi-
Public-Private Partnerships in Infrastructu- techtural Management, 2002.
re”, IMF Working Paper, WP106199, 2006.
Jeffries, Marcus., “Critical Success factors of Public
Hambros, S.G., “Public-Private Partnerships for Private Partnerships A case study of The Syd-
Highways : Experience, Structure, Financing, ney Superdome”, Vol.13, No.5, hlm.452, En-
Applicability and Comparative Assessment”, gineering, Construction and Architectural Ma-
Council of Deputy Ministers Responsible for nagement, 2006.
Transportation and Highway Safety, Ottawa,
1999. John Adams Napier, Alistair Young Paisley,and
Wu Zhihong, “ Public private partnerships
Hardcastle, C.,Edwards, P.J.,Akintoye, AQ. And in China System, constraints and future pros-
Li, B., “Critical Success Factors For PPP/PFI pects”, Vol. 19 No. 4, pp. 384-396, Internatio-
Projects in The UK Construction Industry : nal Journal of Public Sector Management,
A Factor Analysis Approach”, Working 2006
Paper, hlm. 4, 2002.
Jones, I., Zamani, H. and Reehal, R., “ Financing
Harian Seputar Indonesia, “Pemerintah Terus Pa- Models for New Transport Infrastructure”,
cu Infrastruktur”, 27 Sept, hlm. 13., 2010. OPEC, Luxembourg, 1996.
, “Metode Riset Ilmu Administrasi”, Kintanar, N.E.B., Baclagon, M.L.S., Azanza, R.T.,
Gramedia, Jakarta, 2004. and Alzate, R.P., “Locking Private sector
Participation Into Infrastructure Development
, “Desain Penelitian MSDM dan Pe- in The Phillippines”, No. 72, pp. 37 — 55,
rilaku Karyawan Paradigma Positivistik Transport and communication Bulletin For
dan Berbasis Pemecahan Masalah”, Raja- asia and The Pasific, 2003.
wali Pers, Jakarta, 2008.
Kopp, J.C, “Private Capital For public Works : De-
Jane Broadbent dan Richard Laughin, “Private signing The Next generation franchise For
Public Partnerships : An Introduction”, Vol. Public private Partnerships in Transportation
16, hlm. 332, Accounting, Auditing, and Ac- Infrastructure”, Thesis, Department of Civil
countability Journal, 2003. Engineering, Northwestern University,
USA., 1997.
Jauch, Lawrence R, dan William F Glueck.,
“ Manajemen Strategis dan Kebijakan Pe- Li, B., Akintoye, A., Edwards, P.J. and Hardcas-
rusahaan”, (terjemahan), Erlangga, Jakar- tle, C, “Critical success factors for PPP/ PFI
ta, 1998. projects in the UK construction industry”,
Vol. 23, pp. 459-467, Construction Manage-
Jeffries, M,. Gameson, R and Rowlinson, S., “Cri- ment and Economics, 2005.
tical Success factors of The BOOT Procure-
ment System : Reflection From The Stadium
162
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
Maskin, E. and Tirole, J., “Public-private partner- construction Projects”, ASCE Journal of Con-
ships and government spending limits”, Vol. struction Engineering and Management, Vol.
26, pp. 412-20, International Journal of Indus- 118, hlm. 94 — 111, 1992.
trial Organization, 2008.
Shamas-ur-Rehman Toor and Stephen O. Ogunla-
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode na, “Construction professionals perception of
Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1995. critical success factors for large-scale con-
struction projects, Vol. 9 No. 2,hlm. 149-167,
Mohr, J and R. Spekman, “Characteristics of Part- Construction Innovation, 2009.
nership Success : Partnership attributes,
Communication Behaviour and Conflict Re- Shank, M. E., Boynton, A. C., and Zmud, R.W.,
solution Technique”, Vol.15. hlm.135 — 152, “Critical success factor analysis as a methodo-
Strategic Management journal, 1994. logy for MIS planning“, pp. 121 - 129, MIS
Quarterly 9(2), June 1985.
Munro, M.C. and Wheeler, B.R, “An opinion . . .
comment on critical success factors work”, Singgih Santoso, “Statistik Multivariat Konsep
pp. 67 – 68, MIS Quarterly, 1980. dan Aplikasi dengan SPSS”, hlm. 58, Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2010.
National Audit Office, “Examining the Value for
Money of Deals under the Private Finance Sohail, M., “PPP and the Poor in Water and
Initiative”, National Audit Office, London, Sanitation — Interim Finds, Engineering, and
1999. Development Centre”, Loughborough
University, Loughborough, 2000.
Pallister, J. & Law, J., “ A Dictionary of Business
and Management”, Oxford University Stonehouse, J.H., Hudson, A.R. and O; Keefee,
Press, Oxford, 2006. M.J., “Private Public Partnerships : The To-
ronto Hospital Experience”, Vol. 23 (2), hlm.
PERPRES RI No. 5 Tahun 2010 Rencana Pemba- 17 — 20, Canadian Busi-ness Review, 1996.
ngunan Jangka Menengah 2010 — 2014,
Memperkuat Pembangunan Antar Bidang, Sugiyono, “Metode Penelitian Administrasi, Alfa-
Buku II. beta, Bandung, 2008.
Pierce, J. and Little, I., “Tax payers need value from Tiong, R.L.K., “CSFs in competitive tendering and
partnerships”, 8 April, Australian Financial negotiation model for BOT projects”, Vol. 122
Review, 2002. No. 3, pp. 205-11, Journal of Construction
Engineering and Management, AS-CE, 1996.
Qiao, L.,Wang, S.Q., Tiong, R.LK,. and Chan, T.S.,
“Framework For critical Success Factor of Tiong, R. and Anderson, J.A., “Public-private
BOT Projects in China”, Vol.7 (1), hlm. 53 partnership risk assessment and management
— 61, The Journal of Project Finance, 2001. process : the Asian dimension”, in Akintoye,
A., Beck, M. and Hardcastle, C. (Eds), pp.
Riyanto, “ Penerapan Analisis Multivariat Da- 225-43, Public Private Partnerships :
lam Penelitian Kesehatan”, hlm.102, Nitra Managing Risk and Opportunities,
Media, Bandung , 2009. Blackwell, Oxford, 2003.
Rockart, J.F., “The changing role of the information Treasury, H.M, “ Public Private Partnerships—The
systems executive : a critical success factors Government’s Approach”, The Stationery Of-
perspective”, Fall, pp. 3-13, Sloan Manage- fice, London, available at : www.hm-
ment Review, 1982. treasury. gov.uk/ docs/2000/ppp.html ,
2000.
Sanvido. V., Grobler, F., Parfitt, K., Guvenis, m,
and Goyle, M., “Critical success Factors For UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
163
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010
Faktor - Faktor Penentu Kesuksesan (Critical Success Factors) Pada Kerjasama Pemerintah Swasta Bidang Infrastruktur di Indonesia
164
Jurnal Publika Volume 2 Nomor 2, Juli 2010