KATA PENGANTAR
Alhamdulillah ..
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan ridha-Nya kajian akademis dalam
rangka Kegiatan Penyusunan Draft Raperda Kemetrologian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan serta dalam
dalam pekerjaan penyusunan Kajian Akademis Raperda Kemetrologian Kota
Depok, kami ucapkan terima kasih dan semoga laporan ini berguna bagi semua
pihak yang berkepentingan.
KAJIAN AKADEMIS i
Kegiatan Penyusunan Draft Raperda Kemetrologian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok
DAFTAR ISI
KAJIAN AKADEMIS ii
Kegiatan Penyusunan Draft Raperda Kemetrologian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok
REFERENSI......................................................................................... 4-2
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Halaman
KAJIAN AKADEMIS iv
Kegiatan Penyusunan Draft Raperda Kemetrologian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok
3.12. Jenis Alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). 3-25
3.13. Perkiraan Biaya Penyelenggaraan UPT Kemetrologian
Kota Depok (Altermatif 1) ............................................................ 3-27
3.14. Perkiraan Biaya Penyelenggaraan UPTD Kemetrologian
Kota Depok (Altermatif 2) ............................................................ 3-28
3.15. Perkiraan Pendapatan Retribusi SIUP pada UPTD
Kemetrologian Kota Depok .......................................................... 3-29
3.16. Perkiraan Pendapatan Retribusi SPBU pada UPTD
Kemetrologian Kota Depok .......................................................... 3-30
3.17. Perkiraan Penerimaan Retribusi Industri Pada UPTD Kemetrologian
Kota Depok .................................................................................. 3-31
3.18. Perkiraan Pendapatan (Dalam Satu Tahun) Penyelenggaraan
UPTD Kemetrologian Kota Depok ............................................... 3-32
3.19. Rekapitulasi Perkiraan Pengeluaran/Modal dan Pendapatan
Pendirian UPTD Kemetrologian Kota Depok ............................... 3-33
KAJIAN AKADEMIS v
Kegiatan Penyusunan Draft Raperda Kemetrologian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
KAJIAN AKADEMIS vi
Kegiatan Penyusunan Draft Raperda Kemetrologian Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Secara lebih rinci tujuan yang ingin dicapai dari Penyusunan Kajian
Teknis Raperda Kemetrologian Kota Depok adalah memberikan gambaran atau
sebagai embrio dalam penyusunan Raperda Kemetrologian Kota Depok dalam
rangka penyelenggaraan UPTD kemetrologian kota Depok Sehingga dengan
demikian dapat mewujudkan kondisi tertib ukur di segala bidang guna terciptanya
jaminan kebenaran, kepastian hukum dan perlindungan konsumen maupun
produsen.
1.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari Penyusunan Kajian Teknis Raperda
Kemetrologian Kota Depok adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan
1.5. Metodologi
KAJIAN
KEMETROLOGIAN
Metrologi adalah sebuah istilah yang mempunyai banyak aspek. Dari sisi
ilmiah, metrologi berarti ilmu pengetahuan mengenai tatacara dan sistem
pengukuran. Walaupun masyarakat pada umumnya tidak terlalu akrab dengan
istilah atau konsep metrologi, implikasi metrologi sangat besar artinya bagi
kehidupan mereka sehari-hari. Pengertian ini juga tidak berbeda seperti yang
disebutkan dalam UU no 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal bahwa yang
dimaksud dengan metrology adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur
secara luas.
merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sistem standardisasi dan
penilaian kesesuaian terhadap komoditas yang diperdagangkan. Bagi produk
nasional yang akan diekspor, bukti penilaian kesesuaian terhadap standar yang
dipersyaratkan oleh negara tujuan adalah syarat mutlak. Sebaliknya, untuk
memastikan bahwa produk impor tidak membahayakan konsumen di Indonesia
dan tidak menimbulkan persaingan tidak sehat bagi produk lokal, maka harus
ada sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian yang handal, yang didukung
oleh sistem pengukuran yang dapat dipercaya. Dalam hal ini dapat ditunjukkan
bahwa pengukuran mempunyai kaitan langsung terhadap daya saing bangsa.
seperti kendaraan umum berada dalam kondisi layak pakai, guna melindungi
keselamatan umum, dan lain-lain.
Metrologi legal tidak hanya berlaku bagi pelaku perdagangan, tetapi juga
ditujukan untuk perlindungan setiap warga negara dan masyarakat secara
keseluruhan, misalnya penegakan hukum, kesehatan, keselamatan dan
perlindungan lingkungan hidup. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus
pada hasil pengukuran khususnya bila terdapat potensi konflik kepentingan
terhadap hasil pengukuran terebut, sehingga memerlukan intervensi wasit yang
tidak memihak. Metrologi legal khususnya diperlukan bila kekuatan pasar tidak
cukup terorganisir atau tidak cukup kompeten atau tidak seimbang. Metrologi
legal umumnya mencakup pengaturan berkaitan dengan satuan pengukuran,
hasil pengukuran (misalnya barang dalam keadaan terbungkus) dan terhadap
alat ukur. Pengaturan tersebut meliputi kewajiban hukum berkaitan dengan hasil
pengukuran dan alat ukur, dan juga pengendalian legal yang dilakukan oleh atau
atas nama pemerintah.
Tera, adalah suatu kegiatan menandai dengan tanda tera sah atau tera
batal yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang
bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai
yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat
ukur, timbang, takar, dan perlengkapannya (UTTP) yang belum dipakai, sesuai
persyaratan dan atau ketentuan yang berlaku.
Tera ulang, adalah suatu kegiatan menandai berkala dengan tanda tera
sah atau tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai yang berhak
melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat UTTP.
Peneraan Pipet
Sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur volume komposisi obat pada
Rumah Sakit dan termasuk Alat Ukur Kesehatan sehingga akurasinya selalu
dijaga untuk menghindari kerugian pada pasien. Lihat gambar 2.1.
Merupakan salah satu alat ukur yang dipergunakan pada Rumah Sakit, Tujuan
peneraan ini agar supaya gelas ukur yang digunakan dalam batas toleransi yang
diijinkan sehingga masyarakat tidak dirugikan akibat alat ukur yang tidak benar.
Peneraan pompa ukur bahan bakar minyak seperti premium, solar dan lain-lain
yang dipergunakan pada Stasiun Pompa Ukur Bahan Bakar untuk Umum guna
perlindungan terhadap pemilik dan konsumen yang dilaksanakan setahun sekali.
Tangki ukur mobil untuk bahan bakar minyak tidak hanya sebagai alat
transportasi tetapi lebih dari itu sebagai alat ukur volume yang menyerahkan
BBM dari pihak Pertamina ke SPBU, oleh karena itu kebenaraan harus sesuai
dengan volume yang tertulis pada Tangki Ukur Mobil.
Untuk mengetahui kebenaran volume bahan baku dari kapal tongkang atau dari
penyimpanan bahan bakar di Pertamina disalurkan melalui meter arus kerja ke
tangki ukur mobil. Meter arus kerja berfungsi sebagai alat pengukur volume yang
diserahkan kepada konsumen, dan ditera ulang satu tahun sekali kecuali rusak
sebelum waktunya.
Perusahaan Daerah Air Minum sebagai produsen atau penghasil air minum yang
didistribusikan kepada pelanggan dengan menggunakan meter air sebagai dasar
menentukan pungutan biaya. Oleh karena itu agar PDAM dan konsumen tidak
mengalami kerugian maka meter air yang dipergunakan harus benar.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai penghasil daya listrik atau produsen
menjual jasanya kepada pelanggan dengan meter listrik atau kwh meter sebagai
dasar memungut biaya pada pelanggan, guna menghindari kerugian PLN dan
pelanggan akibat meter listrik yang tidak benar maka meter listrik tersebut wajib
ditera.
Untuk mengetahui dan mengurangi polusi udara maka setiap kendaraan yang
berada di jalan raya gas buangnya harus dalam ambang batas sebagaimana
diatur dalam undang-undang. Untuk mengetahui gas buang setiap kendaraan
dalam keadaan baik maka gas buangnya diukur dengan alat ukur gas emisi.
PEMBAHASAN
SUBSTANSI
Sehingga sebagian besar dari naskah akademis ini masih mengacu pada data
yang bersumber dari 6 kecamatan.
Adapun Kota Depok mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat
Kabupaten Tangerang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan
Gunungsindur Kabupaten Bogor.
Mengenai batas dan wilayah administrasi dapat dilihat pada Tabel 3.1
TABEL 3.1
KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2010
No Kecamatan Kelurahan
1 Beji Beji
Beji Timur
Kemirimuka
Pondok Cina
Kukusan
Tanah Baru
2 Pancoran Mas Pancoran Mas
Depok
Depok Jaya
Rangkapan Jaya
Rangkapan Jaya Baru
Mampang
3 Cipayung Cipayung
Cipayung Jaya
Ratu Jaya
Bojong Pondok Terong
Pondok Jaya
4 Sukmajaya Sukmajaya
Mekarjaya
Baktijaya
Abadi Jaya
Tirtajaya
Cisalak
5 Cilodong Sukamaju
Cilodong
Kalibaru
Kalimulya
Jatimulya
6 Limo Limo
Meruyung
Grogol
Krukut
7 Cinere Cinere
Gandul
No Kecamatan Kelurahan
Pangkalan Jati
Pangkalan Jati Baru
8 Cimanggis Cisalak Pasar
Mekarsari
Tugu
Pasir Gunung Selatan
Harjamukti
Curug
9 Tapos Tapos
Leuwinanggung
Sukatani
Sukamaju Baru
Jatijajar
Cilangkap
Cimpaeun
10 Sawangan Sawangan
Kedaung
Cinangka
Sawangan Baru
Bedahan
Pengasinan
Pasir Putih
11 Bojongsari Bojongsari
Bojongsari Baru
Serua
Pondok Petir
Curug
Duren Mekar
Duren Seribu
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok
TABEL 3.2
JUMLAH PERKEMBANGAN PENDUDUK
DI KOTA DEPOK TAHUN 2004-2008
No KECAMATAN 2004 2005 2006 2007 2008
1 Sawangan 153,245 159,543 166,276 166,076 169,727
2 Pancoran Mas 240,904 247,622 254,797 269,144 275,103
3 Sukmajaya 301,809 307,753 314,147 342,447 350,331
4 Cimanggis 367,283 379,487 392,512 403,037 412,388
5 Beji 130,656 136,899 143,592 139,888 143,190
6 Limo 137,662 143,218 149,156 149,410 152,938
KOTA DEPOK 1,331,559 1,374,522 1,420,480 1,470,002 1,503,677
Ket : 5 kecamatan lainnya masih bergabung dengan kecamatan induk
Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok
TABEL 3.3
JUMLAH KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA DEPOK TAHUN 2008
KEPADATAN
JUMLAH LUAS WILAYAH
No KECAMATAN PENDUDUK
PENDUDUK (Jiwa) (Km2)
(Jiwa/Km2)
1 Sawangan 169,727 45.69 3,714.75
2 Pancoran Mas 275,103 29.83 9,222.36
3 Sukmajaya 350,331 34.13 10,264.61
4 Cimanggis 412,388 53.54 7,702.43
5 Beji 143,190 14.3 10,013.29
6 Limo 152,190 22.8 6,707.81
KOTA DEPOK 1,503,677 200,29 7,507.50
Ket : 5 kecamatan lainnya masih bergabung dengan kecamatan induk
SUMBER: Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok
TABEL 3.4
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN
DI KOTA DEPOK TAHUN 2008
No MATA PENCAHARIAN Jumlah (Jiwa) %
1 Perdagangan dan Jasa 126616 35,42
2 PNS/TNI 82237 23,02
3 Petani 224468 6,85
4 Pengrajin 2267 0,63
5 Pengusaha 657 0,18
6 Lain-Lain 121207 33,9
JUMLAH 557452 100
Catatan : Berdasarkan Sensus Penduduk 2000
Sumber : Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 138496.6 146341.6 157838 162625.1 168289.1
a Listrik 131170.4 138560 146873.6 150019.2 154682.8
b Gas - - - - -
c Air Bersih 7326.16 7781.57 10964.34 12605.89 13606.38
5 BANGUNAN 269033.2 284053.9 289734.9 299855.4 330725.5
6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 1221193 1293418 1371884 1500644 1680842
a Perdagangan Besar dan Eceran 992914.6 1051953 1125590 1241864 1399975
b Hotel 5958.23 5993.16 6113.02 6488.97 7132.01
c Restoran 222319.8 235471.8 240181.2 252291.2 273734.7
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 225171.3 240540.5 259654.7 265439.7 272608.1
a Pengangkutan 207487.4 220610.1 238129.9 242332.2 248615.2
1, Angkutan Rel 9768.78 10118.33 10421.88 10674.64 11039.58
2, Angkutan Jalan Raya 164794.5 175988.3 191479.3 194341.9 199518.1
3, Angkutan Laut - - - - -
4, Angkutan Sungai dan Penyeberangan - - - - -
5, Angkutan Udara - - - - -
6, Jasa Penunjang Angkutan 32924.14 34503.55 36228.73 37315.59 38057.51
b Komunikasi 17683.94 19930.39 21524.82 23107.53 23992.93
1, Pos dan Telekomunikasi - - - - -
2, Jasa Penunjang Komunikasi - - - - -
8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 163793.9 180689.3 192688.5 198084.5 216184.3
a BANK 8243.19 12486.5 15032.62 13352.43 17258.28
b Lembaga Keuangan Tanpa Bank 631.75 671.29 704.85 737.27 787.9
c Jasa Penunjang Keuangan - - - - -
d Sewa Bangunan 134721 146451.7 155238.8 161631.2 174304.9
e Jasa Perusahaan 20197.95 21079.83 21712.22 22363.59 23833.26
9 JASA-JASA 327129.9 342927.9 356430.3 385097.9 399999.5
a Pemerintahan Umum 160657.9 168235.4 176647.1 193050.6 193225.6
1, Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan - - - - -
2, Jasa Pemerintah Lainnya - - - - -
b SWASTA 166472 174692.6 179783.1 192047.3 206773.8
1, Sosial Kemasyarakatan 49833.56 53223.56 55884.74 60481.82 64884.91
2, Hiburan dan Rekreasi 3835.21 3982.09 4061.73 4326.55 4455.54
3, Perorangan dan Rumah Tangga 112803.2 117486.9 119836.7 127239 137433.4
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4169755 4440877 4750034 5066129 5418247
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kota Depok Tahun
2008
3.5 Keberadaan dan Jumlah Alat Ukur yang Tersebar di Kota Depok
Keberadaan alat ukur yang berfungsi untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang tersebar di Kota Depok pada umumnya dalam kondisi
dioperasionalkan. Sementara itu keberadaan dan jumlah alat UTTP yang dimiliki
masyarakat sangat beragam. Perlunya peningkatan kondisi dan peneraan / tera
ulang UTTP yang ada di masyarakat sangat dibutuhkan terutama untuk
menjamin terpenuhinya tingkat kepuasan konsumen terhadap para pedagang
akan kebenaran alat UTTP yang dipergunakan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan toko dan pasar modern dewasa
ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang
berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah
merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai minimarket,
supermarket bahkan hipermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat
tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak
kalah menariknya. Seperti halnya yang terjadi di Kota Depok. Jumlah toko dan
pasar modern di Kota Depok disajikan dalam tabel berikut :
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jumlah toko modern dan pasar
modern di Kota Depok secara keseluruhan berjumlah 260 unit. Toko modern
banyak terdapat di Kecamatan Sukmajaya seperti Indomaret dan Alfamart,
begitupun seperti di Kecamatan Cimanggis dan Pancoran Mas. Sedangkan
jumlah pasar modern lebih sedikit dan hanya terdapat di beberapa tempat saja,
karena jangkauan pelayanan pasar modern lebih besar dibandingkan toko
modern.
3.5.2 SPBU
TABEL 3.8
JUMLAH SPBU PER KECAMATAN DI KOTA DEPOK TAHUN 2010
No Kecamatan Jumlah SPBU
1 Beji 5
2 Pancoran Mas 7
3 Cipayung 1
4 Sukmajaya 3
5 Cilodong 3
6 Limo 2
7 Cinere 4
8 Cimanggis 10
9 Tapos 3
10 Sawangan 6
11 Bojongsari 0
Jumlah 44
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok
Tahun 2010
TABEL 3.9
JENIS KEGIATAN INDUSTRI DI KOTA DEPOK TAHUN 2010
Jenis Industri
No Kecamatan Jumlah
Besar Sedang Kecil
1 Beji - - 8 8
2 Pancoran Mas - 1 11 12
3 Cipayung - - 1 1
4 Sukmajaya - 1 6 7
5 Cilodong - 1 7 8
6 Limo - 2 1 3
7 Cinere - - 3 3
8 Cimanggis 5 2 15 22
9 Tapos 1 1 4 6
10 Sawangan - 2 2 4
11 Bojongsari - 1 2 3
Jumlah 6 11 60 77
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok Tahun 2010
yang diantaranya Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP).
Berdasarkan data yang ada bahwa pada tahun 2006 terdapat 1.130
perusahaan yang mendapatkan SIUP dan jumlah ini mengalami peningkatan
pada tahun 2007 dengan jumlah 2.536 perusahaan dan mengalami penurunan
pada tahun 2008 dengan total jumlah perusahaan yang mendapatkan SIUP yaitu
2.210 perusahaan. Jumlah perusahaan yang mendapatkan SIUP tidak sama
dengan jumlah perusahaan yang mempunyai TDP. Mengenai rekapitulasi jumlah
penerbitan Surat Ijin Usaha (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) di Kota
Depok selama kurun waktu 2006 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada tabel
3.10 dan gambar berikut.
TABEL 3.10
REKAPITULASI PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DAN
TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) TAHUN 2006-2009
Tahun
No Jenis Perijinan
2006 2007 2008 2009
A Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 1.130 2.356 2.210
1 Perusahaan Kecil 659 820 756
2 Perusahaan Menengah 320 242 218
3 Perusahaan Besar 80 79 89
4 Perusahaan Cabang 71 64 43
GAMBAR 3.2.
GRAFIK REKAPITULASI PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)
DAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) TAHUN 2006-2009
2500
2000
Jumlah Perusahaan
1500 SIUP
TDP
1000
500
0
2006 2007 2008 2009
Tahun
Dari data dalam tabel terlihat bahwa total jumlah SIUP yang dikeluarkan
oleh Pemda Kota Depok dalam 2 tahun terakhir (2008-2009) mencapai angka
2056 SIUP. Sedangkan jika dirinci per jenis usaha, untuk perusahaan kecil
mencapai angka 1277 SIUP, perusahaan menengah 485 SIUP, perusahaan
besar 193 SIUP dan perusahaan cabang 101 SIUP. Berdasarkan sebarannya
jumlah SIUP terbanyak di terbitkan untuk wilayah Kecamatan Cimanggis yang
mencapai 587 SIUP. Besarnya jumlah SIUP yang dikeluarkan oleh Pemda Kota
Depok menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
daya beli masyarakat.
Tabel 3.11
Perkembangan Perusahaan Perdagangan Barang dan Jasa
Sesuai Data Penerbitan SIUP di Kota Depok Tahun 2008-2009
Gambar 3.3.
Grafik Perkembangan Perusahaan Perdagangan Barang dan Jasa
Sesuai Data Penerbitan SIUP di Kota Depok Tahun 2008-2009
:
2008 2009
350
300
Jumlah Perusahaan
250
200
150
100
50
0
Sawangan Pancoran Mas Sukmajaya Cimanggis Beji Limo
Kecamatan
Potensi Kota Depok sendiri sebagai kota penyangga DKI yang paling
dekat sehingga sangat potensial berkembangnya kegiatan
perekonomian baik itu perdagangan maupun kegiatan lainnya.
Sebagai gambaran pada tabel berikut disajikan jenis alat ukur beserta
pendukungnya yang harus dimiliki Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Depok yang telah dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan Republik
Indonesia.
TABEL 3.12
JENIS ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG, DAN PERLENGKAPANNYA (UTTP)
Kendaraan Operasional
1 Kendaraan roda 4 karasori khusus 1 unit
2 Kendaraan operasional roda 4 1 unit
3 Kendaraan operasional roda 2 1 unit
Tenaga Ahli
1 Penera Ahli 1 orang
2 Penera terampil 3 orang
Laboratorium
1 Lab. Tempat penyimpan standar 25 m2 1 buah
2 Ruang tempat tera/tera ulang 20 m 2 1 buah
Sumber : Departemen Perdagangan Republik Indonesia
TABEL 3.13
PERKIRAAN BIAYA PENYELENGGARAAN UPT KEMTROLOGIAN
KOTA DEPOK (Alternatif 1)
Perkiraan Kebutuhan
No
Sarana dan Prasarana Ukuran Jumlah Harga (Rp)
1 Alat Ukur 416.099.000
Meter kerja 1 m /1 mm 1 unit 4.000.000
Bourje 1 set 16.000.000
Bejana ukur standar (2.500.000+3.700.000
5, 10, 20 L
@ 1 unit + 5.500.000)
Kelas III
= 11.700.000
Gelas Ukur 1 L / 100 mL 1 unit 925.000
Landasan bejana ukur
Penyipat datar
1 unit } 500.000
Stop watch 1 unit 1.500.000
Neraca tera A, B, C, D, E @ 1 unit
Anak timbangan kelas F2 1 mg ~ 20 kg 1 set 50.000.000
Anak timbangan kelas M1 1 mg ~ 20 kg 1 set 4.500.000
Anak timbangan kelas M2 1 mg ~ 20 kg 1 set 400.000
Anak timbangan kelas M2 1 kg, 2 kg, 5
kg, 10 kg, 20 @ 2 buah 30.050.000
kg
Anak timbangan kelas M2 untuk 2 x 3.000.000 =
1 g ~ 1kg 2 set
remidi 6.000.000
Anak timbangan bidur kelas M2 50 x 400.000 =
20 kg 50 buah
20.000.000
Standar dacin dan tripod 110 kg 1 set 32.950.000
Landasan cap tera 1 set 10.000.000
Termometer 100 0C
Termohygrometer 1 unit }1.700.000
Barometer 1 unit 2.850.000
Komputer 2 unit 4.000.000
Printer laser 1 unit 4.199.000
Air Conditioner 1 unit 3.025.000
TABEL 3.14
PERKIRAAN BIAYA PENYELENGGARAAN UPTD KEMETROLOGIAN
KOTA DEPOK (Alternatif 2)
Perkiraan Kebutuhan
No
Sarana dan Prasarana Ukuran Jumlah Harga (Rp)
1 Alat Ukur 416.099.000
Meter kerja 1 m /1 mm 1 unit 4.000.000
Bourje 1 set 16.000.000
Bejana ukur standar (2.500.000+3.700.000
5, 10, 20 L
@ 1 unit + 5.500.000)
Kelas III
= 11.700.000
Gelas Ukur 1 L / 100 mL 1 unit 925.000
Landasan bejana ukur 1 unit
Penyipat datar 1 unit } 500.000
Stop watch 1 unit 1.500.000
Neraca tera A, B, C, D, E @ 1 unit 211.800.000
Anak timbangan kelas F2 1 mg ~ 20 kg 1 set 50.000.000
Anak timbangan kelas M1 1 mg ~ 20 kg 1 set 4.500.000
Anak timbangan kelas M2 1 mg ~ 20 kg 1 set 400.000
Anak timbangan kelas M2 1 kg, 2 kg, 5
kg, 10 kg, @ 2 buah 30.050.000
20 kg
Anak timbangan kelas M2 untuk 2 x 3.000.000 =
1 g ~ 1kg 2 set
remidi 6.000.000
Anak timbangan bidur kelas M2 50 x 400.000 =
20 kg 50 buah
20.000.000
Standar dacin dan tripod 110 kg 1 set 32.950.000
Landasan cap tera 1 set 10.000.000
Termometer 100 0C
Termohygrometer
1 unit }1.700.000
Barometer 1 unit 2.850.000
Komputer 2 unit 4.000.000
Printer laser 1 unit 4.199.000
Air Conditioner 1 unit 3.025.000
TABEL 3.15
PERKIRAAN PENDAPATAN RETRIBUSI SIUP PADA UPTD KEMETROLOGIAN
KOTA DEPOK
Retribusi Retribusi
Harga Tera
SIUP (perkiraan Harga Tera (Rp)
Jumlah Ulangan
NO (2008- 95% dari Timbangan
(Unit) Timbangan Tera
2009) SIUP = (Rp) Tera
(Rp) Ulang
1.953)
1 Kecil 1.277 1213 1.500 500 1.819.500 606.500
2 Menengah 485 461 3.000 1.500 1.383.000 691.500
3 Cabang 101 96 4.000 2.500 384.000 240.000
4 Besar 193 183 10.000 5.000 1.830.000 915.000
Jumlah 2.056 1.953 5.416.500 2.453.000
Sumber : Hasil Analisis
asumsi 95% mempunyai UTTP berupa alat ukur timbangan adalah sebesar
Rp. 5.416.500. Sedangkan retribusi yang akan diperoleh dari peneraan ulang
yang akan dilakukan pada tahun berikutnya sebesar Rp. 2.453.000. Hasil
pendapatan retribusi tera alat pompa ukur dan tangki SPBU Kota Depok
berdasarkan jumlah SPBU yang diperkirakan 100 % mempunyai pompa ukur dan
tangki dapat mencapai Rp. 10.680.000. Kegiatan peneraan pada SPBU ini
dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Pada peneraan ulang dapat
menghasilkan Rp. 10.240.000, sehingga dalam satu tahun total pendapatan
retribusi SPBU sebesar Rp. 20.920.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 3.16.
TABEL 3.16
PERKIRAAN PENDAPATAN RETRIBUSI SPBU PADA UPTD KEMETROLOGIAN
KOTA DEPOK
TABEL 3.17
PERKIRAAN PENERIMAAN RETRIBUSI INDUSTRI PADA UPTD KEMETROLOGIAN
KOTA DEPOK
Dari hasil pendapatan ketiga sektor tersebut di atas maka dapat diketahui
seberapa besar pendapatan retribusi selama 1 tahun. Untuk lebih jelasnya hasil
rekapitulasi pendapatan retribusi selama 1 tahun dapat dilihat pada Tabel
TABEL 3.18
PERKIRAAN PENDAPATAN (DALAM SATU TAHUN)
PENYELENGGARAAN UPTD KEMETROLOGIAN KOTA DEPOK
Retribusi (Rp)
No Sektor
Tera Tera Ulang
1 Perusahaan Perdagangan Barang dan Jasa 5.416.500 2.453.000
2 Perusahaan Industri 2.334.000 1.967.000
3 SPBU (tera + tera ulang) *20.920.000 **20.480.000
Jumlah 28.670.500 24.900.000
Jumlah 53.570.500
Rata – Rata Per Sektor 17.856.800
Sumber : Hasil Analisis
* Tera SPBU 2x 1 tahun (tera + tera ulang)
** Tera Ulang SPBU 2x 1 tahun (2 x tera ulang)
TABEL 3.19
REKAPITULASI PERKIRAAN PENGELUARAN/MODAL DAN PENDAPATAN
PENDIRIAN UPTD KEMETROLOGIAN KOTA DEPOK
Jumlah
No Pengeluaran Jumlah (Rp) Pendapatan Retribusi
(Rp)
1 Alternatif 1
penyelenggaraan 1.392.099.000 36 UTTP 642.844.800
UPTD
(Rp 642.844.800 - Rp 1.392.099.000) =
Jumlah Selisih
Rp - 749.254.200
2 Alternatif 2
penyelenggaraan 1.242.099.000 36 UTTP 642.844.800
UPTD
(Rp 642.844.800 - Rp 1.242.099.000) =
Jumlah Selisih
Rp - 599.254.200
Sumber : Hasil Analisis
PENUTUP
Melihat hal tersebut maka sangat penting segera dibuat Raperda Pelayanan dan
Retribusi Tera / Tera Ulang, sehingga mendorong dibentuknya suatu Unit
Pelayanan Terpadu (UPT/UPTD) Kemetrologian Kota Depok. Dengan adanya
UPTD kemetrologian tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam hal kemetrologian dan tentunya juga dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Depok.
REFERENSI
http://asaad36.blogspot.com/2010/11/kebijakan-publik-oleh-pemerintah.html
http://bataviase.co.id
http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/08/20/19/138315/peran-
sektor-industri-tingkatkan-daya-saing-ekonomi
http://eveiefa.wordpress.com/2010/10/05/klasifikasi-industri/
http://iisaisyah21.blogspot.com/2010/04/pasar-market.html
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/05/klasifikasi-industri-geografi-xii.html
http://www.kim.lipi.go.id/publik/metrologi/NA_RUU_Metrologi.pdf.
http://www.smeru.or.id
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK
NOMOR ……. TAHUN ……….
TENTANG
PELAYANAN DAN RETRIBUSI JASA KEMETROLOGIAN
WALIKOTA DEPOK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Depok ;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Depok beserta perangkat Daerah Otonom yang
lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Daerah Kota Depok sebagai Badan Legislatif Daerah ;
7. Konvensi Meter (la Convention du Metre) ialah suatu perjanjian internasional yang
bertujuan mencari dan menyeragamkan satuan-satuan ukuran dan timbangan yang
ditandatangani dan diselenggarakan di Paris pada tanggal 20 Mei 1875 oleh para utusan
yang berkuasa penuh dari 17 negara;
8. Satuan Sistem Internasional (le Systeme Internasional d’Unites) selanjutnya disingkat SI
adalah satuan ukuran yang sistemnya bersumber pada suatu ukuran yang didapat
berdasarkan atas satuan dasar yang disahkan oleh Konperensi Umum untuk ukuran dan
Timbangan;
9. Satuan Dasar ialah satuan yang merupakan dasar dari satuan-satuan suatu besaran yang
dapat diturunkan menjadi satuan turunan;
11. Standar satuan ialah suatu ukuran yang sah dipakai sebagai dasar pembanding;
12. Standar induk satuan dasar ialah standar satuan yang diterima dari Biro Internasional untuk
Ukuran dan Timbangan yang diangkat sebagai Standar Nasional atau Standar Tingkat Satu;
13. Alat ukur ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas dan atau
kualitas;
14. Alat takar ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas atau
pengukuran;
15. Alat timbang ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran massa atau
penimbangan;
16. Alat perlengkapan ialah alat yang diperuntukkan atau dipakai sebagai pelengkap atau
tambahan pada alat-alat ukur, takar atau timbang, yang menentukan hasil pengukuran,
penakaran atau penimbangan;
17. Alat penunjuk ialah bagian dari alat ukur yang menunjukkan hasil pengukuran;
18. Tempat usaha ialah tempat yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan perdagangan, industri,
produksi, usaha jasa, penyimpanan-penyimpanan dokumen yang berkenaan dengan
perusahaan juga kegiatan-kegiatan penyimpanan atau pameran barang-barang termasuk
rumah tempat tinggal yang sebagian dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan tersebut;
19. Balai adalah Balai Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian yang melaksanakan verifikasi
terhadap standar ukuran, tera, tera ulang, kalibrasi, dan Pengujian Barang Dalam Keadaan
Terbungkus.
20. Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Metrologi selanjutnya disebut UPTD adalah unit
pelaksana teknis Metrologi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok.
21. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Metrologi adalah Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Depok
22. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan yang baik
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial
Politik, atau Organisasi Sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap serta bentuk badan usaha
lainnya ;
23. Pelayanan Laboratorium Kemetrologian adalah kegiatan operasional teknis yang berkaitan
dengan menera dan tera ulang alat-alat Ukur, Takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP),
Kalibrasi UTTP serta pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT), dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Metrologi Legal.
24. Retribusi Pelayanan Laboratorium Kemetrologian yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pungutan atas tera, tera ulang dan kalibrasi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan
Perlengkapannya (UTTP) serta Pengujian Barang dalam keadaan Terbungkus (BDKT)
25. Tera adalah suatu kegiatan menandai dengan tanda Tera sah atau Tera Batal yang berlaku
atau memberikan ke Terangan tertulis yang bertanda Tera bah atau tanda Tera batal yang
berlaku, dilakukan oleh Penera berdasarkan hasil pengujian yang dijalankan atas Alat-alat
Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) yang belum dipakai, sesuai persyaratan
dan atau ketentuan yang berlaku ;
26. Tera Ulang adalah suatu kegiatan menandai secara berkala dengan tanda Tera Sah atau tanda
Tera batal yang berlaku, atau memberikan keterangan tertulis yang bertanda Tera Sah atau
tanda Tera Batal yang berlaku, dilakukan oleh Pegawai Berhak/Penera berdasarkan hasil
pengujian yang dijalankan atas Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang
telah di Tera;
27. Penera adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
yang mempunyai keahlian khusus dan diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
penyelenggaraan Tera, Tera Ulang Alat-alat, Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya,
Kalibrasi Alat Ukur Serta Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus
28. Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan
alat ukur dan bahan ukur dengan membandingkan dengan standard ukurnya yang mampu
telusur ke Standar Nasional atau Internasional untuk Satuan Ukuran ;
29. Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang selanjutnya disingkat pengujian BDKT
adalah pengujian kuantitas barang yang ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan
tertutup yang untuk mempergunakannya harus merusak pembungkusnya atau segel
pembungkusnya ;
30. Penguji adalah pegawai-pegawai yang berhak melakukan pengujian pada Balai Pengelolaan
Laboratorium Kemetrologian yang ditunjuk/ditugaskan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
31. Alat Ukur Metrologi Teknis adalah selain alat ukur Metrologi Legal ;
32. Menjustir adalah mencocokkan atau melakukan perbaikan ringan dengan tujuan agar alat-
alat yang dicocokkan atau diperbaiki itu memenuhi persyaratan Tera atau Tera Ulang ;
33. Surat Keterangan Pengujian / Sertifikasi adalah surat yang berisi hasil pengujian yang telah
dilakukan atau dasar Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya dan atau Alat
Ukur Metrologi Teknis ;
34. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-
undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi ;
35. Wajib Tera adalah pemilik atau penanggung jawab Alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya baik pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk melakukan tera terhutang.
36. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan. atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan hukum.
37. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan
yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang ;
38. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya Retribusi yang harus dibayar oleh
Wajib Retribusi ;
39. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib
Retribusi sesuai dengan tarif Retribusi dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah dan Surat
Tagihan Retribusi Daerah ke Kas Daeraha atau tempat lain yang ditunjuk dengan batas
waktu yang telah ditentukan ;
40. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah berupa surat untuk
melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda ;
41. Kedaluarsa adalah suatu keadaan untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan
Undang-undang ;
42. Penyidikan tindak pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang
Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya ;
43. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan .
BAB II
SATUAN-SATUAN
Pasal 2
Setiap satuan ukuran yang berlaku sah harus berdasarkan desimal, dengan menggunakan
satuan-satuan SI.
Pasal 3
(2) Definisi yang berlaku bagi satuan-satuan dasar seperti tersebut pada ayat (1) pasal ini adalah
definisi terbaru yang di tetapkan oleh Konferensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan.
Pasal 4
Lambang satuan dari satuan-satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang ini
adalah sebagai berikut:
meter................................................................. m
kilogram............................................................ kg
sekon................................................................. s
amper................................................................. A
kelvin................................................................. K
kandela............................................................... cd
mole.................................................................... mol
Pasal 5
(1) Kecuali yang di tentukan dalam ayat (2) pasal ini, kelipatan-kelipatan dan bagian-
bagian desimal dari satuan-satuan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-
Undang ini, jika kelipatan-kelipatan dan bagian-bagian itu tidak di nyatakan dengan
sebuah bilangan di depan satuan atau lambang satuan dari satuan-satuan yang
bersangkutan, maka di depan satuan atau lambang satuan tersebut dapat di nyatakan
dengan membubuhkan salah satu dari awal kata atau lambang berikut:
Kelipatan / bagian desimal Awal kata Lambang
1 00 = 102 hekto h
10 = 101 deka da
(2) Seperseribu (0,001) bagian dari kilogram adalah gram yang dinyatakan dengan
lambang satuan g. Kelipatan-kelipatan dan bagian-bagian desimal dari kilogram,
jika tidak di nyatakan dengan sebuah bilangan di depan satuan atau lambang dar
satuan kilogram ini, maka harus di nyatakan dalam satuan gram.
Pasal 6
Derajat Celcius dari skala suhu dalam pemakaian secara umum yang titik nol nya sama dengan
273,15 K adalah sama dengan derajat Kelvin.
Pasal 7
Dengan Peraturan Walikota ditetapkan :
BAB III
Pasal 8
Dengan Peraturan Walikota ditetapkan tentang alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya yang :
Pasal 9
(1) Semua alat-alat ukur, takar, timbang an perlengkapan nya yang pada waktu ditera atau
ditera ulang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf c Peraturan Daerah ini dan yang tidak mungkin dapat diperbaiki lagi, dapat dirusak
sampai tidak dapat di pergunakan.
(2) Tata cara pengrusakan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya di atur oleh
Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 10
Pegawai yang berhak menera atau menera ulang berhak juga untuk menjustir alat-alat ukur,
takar, timbang dan perlengkapan nya yang diajukan untuk di tera atau ditera ulang apabila
ternyata belum memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c Peraturan
Daerah ini.
Pasal 11
Untuk membuat dan atau memperbaiki alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya harus
memperoleh izin Walikota.
BAB IV
TANDA TERA
Pasal 12
Pasal 13
(1) Tanda sah dibubuhkan dan atau di pasang pada alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapan nya yang disahkan pada waktu ditera atau ditera ulang.
(2) Tanda batal di bubuhkan pada alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapan nya yang
dibatal kan pada waktu ditera atau di tera ulang.
(3) Tanda jaminan di bubuh kan dan atau di pasang pada bagian-bagian tertentu dari alat-alat
ukur, takar, timbang atau perlengkapannya yang sudah disahkan untuk mencegah
penukaran dan atau perubahan.
(4) Tanda daeran dan tanda pegawai yang berhak di bubuhkan pada alat-alat ukur, takar,
timbang atau perlengkapannya, agar dapat di ketahui dimana dan oleh siapa peneraan
dilakukan.
(5) Tanda sah dan tanda batal yang tidak mungkin di bubuhkan pada alat-alat ukur, takar,
timbang dan perlengkapannya diberikan surat keterangan tertulis sebagai penggantinya.
Pasal 14
Surat keterangan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5) Peraturan Daerah ini
adalah bebas dari bea materai.
BAB V
Pasal 15
(1) Semua barang dalam keadaan terbungkus yang diedarkan, dijual, ditawarkan atau
dipamerkan wajib diberitahukan atau di nyatakan pada bungkus atau pada label nya
dengan tulisan yang singkat, benar dan jelas mengenai :
Pasal 16
(1) Pada tiap bungkus atau label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini
wajib dicantum kan nama dan tempat perusahaan yang membungkus.
(2) Semua barang yang di buat atau di hasilkan oleh perusahaan yang dalam keadaan tidak
terbungkus, maka perusahaan yang melakukan pembungkusan di wajibkan memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Peraturan Daerah ini serta menyebutkan
nama dan tempat kerjanya.
Pasal 17
Pengaturan mengenai barang-barang dalam keadaan terbungkus sesuai Pasal 15 dan Pasal 16
Peraturan Daerah ini di atur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota.
BAB VI
Pasal 18
Pasal 19
a. alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapan nya yang bertanda tera batal;
b. alat-alat ukur, takar, timbang dan atauperlengkapan nya yang tidak bertanda tera sah
yang berlaku, atau tidak disertai keterangan pengesahan yang berlaku, kecuali seperti
yang tersebut dalam Pasal 8 huruf b Peraturan Daerah ini;
c. alat-alat ukur, takar, timbang dan atauperlengkapannya yang tanda jaminannya rusak;
Pasal 20
(1) Dilarang memasang alat ukur, alat penunjuk atau alat lain nya sebagai tambahan pada alat-
alat ukur , takar, atau timbang yang sudah di tera atau yang sudah di tera ulang.
(2) Alat-alat ukur, takar atau timbang yang di ubah atau di tambah dengan cara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini diperlakukan sebagai tidak ditera atau tidak di era ulang.
Pasal 21
Dilarang tempat-tempat seperti tersebut dalam Pasal 18 Peraturan Daerah ini memakai atau
menyuruh memakai:
a. alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya dengan cara lain atau dalam
kedudukan lain daripada yang seharus nya;
b. alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannyauntuk mengukur, menakar atau
enimbang melebihi kapasitas maksimumnya;
c. alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapan nya untuk mengukur, menakar,
menimbang atau menentukan ukuran kurang dari padabatas terendah yang di tentukan
berdasarkan Keputusan Walikota.
Pasal 22
Dilarang menggunakan sebutan dan lambang satuan selain yang berlaku menurut Pasal 7
Peraturan daerah ini pada pengumuman tentang barang yang di jual dengan cara diukur, ditakar,
ditimbang, baik dalam surat kabar, majalah atau surat tempelan, pada etiket yang dilekatkan atau
sertakan pada barang atau bungkus barang atau pada bungkusnya sendiri, maupun
pemberitahuan lainnya yang menyatakan ukuran , takaran atau berat.
Pasal 23
Dilarang menjual, menawarkan untuk di beli, atau memperdagangkan dengan cara apapun juga,
semua barang menurut ukuran , takaran, timbangan atau jumlah selain menurut ukuran yang
sebenar nya, isi bersih, berat bersih atau jumah yang sebenarnya.
BAB VII
PELAYANAN KEMETROLOGIAN
Pasal 24
(1) Setiap Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapan lainnya (UTTP) dan Barang
Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang digunakan dalam perdagangan baik di tingkat
produsen maupun di tingkat pedagang wajib memenuhi persyaratan teknis, sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
(2) Untuk memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan standar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pasal ini, dilakukan tera, tera ulang, kalibrasi serta pengujian secara berkala.
Pasal 25
(1) Penyelenggaraan tera, tera ulang dan kalibrasi atas UTTP dan pengujian BDKT
dilaksanakan:
a. di UPTD;
b. di Luar UPTD.
(2) Setiap UTTP yang memenuhi syarat dibubuhi tanda tera sah dan atau Surat Keterangan
Pengujian serta setiap BDKT yang memenuhi syarat diberikan Surat Keterangan Pengujian.
Pasal 26
Tata cara penyelenggaraan tera, tera ulang dan kalibrasi atas UTTP dan pengujian BDKT
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
Pasal 27
Setiap tera, tera ulang dan kalibrasi atas UTTP serta pengujian BDKT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Daerah ini dikenakan retribusi.
BAB VIII
NAMA, OBYEK, DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 28
Dengan nama Retribusi Pelayanan Laboratorium Kemetrologian, dipungut pembayaran atas jasa
pelayanan tera, tera ulang dan kalibrasi atas UTTP dan pengujian BDKT
Pasal 29
Obyek Retribusi adalah kegiatan pemerintah daerah berupa pelayanan tera, tera ulang dan
kalibrasi atas UTTP dan pengujian BDKT
Pasal 30
Subyek Retribusi adalah orang Pribadi atau badan yang memperoleh jasa pelayanan Tera, Tera
Ulang Alat-alat UTTP, Kalibrasi Alat Ukur serta Pengujian BDKT.
BAB IX
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 31
Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 adalah Golongan Retribusi Jasa Umum
BAB X
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 32
(1) Cara mengukur tingkat penggunaan jasa Tera, Tera Ulang UTTP, Kalibrasi Alat Ukur serta
Pengujian BDKT dihitung berdasarkan Tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas,
lamanya waktu dan peralatan pengujian yang digunakan
(2) Tata cara penyelenggaraan Tera, Tera Ulang UTTP, Kalibrasi Alat Ukur serta Pengujian
BDKT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XI
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 33
Prinsip dan Sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada kebijakan Daerah
dengan mempertimbangkan biaya penyidikan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat,
dan aspek keadilan.
BAB XII
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 34
(1) Setiap Tera, Tera Ulang UTTP, Kalibrasi Alat Ukur dan Pengujian BDKT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 dikenakan Retribusi.
(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Apabila terjadi perubahan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perubahan
tarif Retribusi tersebut ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
BAB XIII
Pasal 35
BAB XIV
Pasal 36
Pasal 38
Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib
Retribusi untuk memanfaatkan jasa umum dari Pemerintah Daerah
Pasal 39
Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan
dan diakui keabsahannya.
BAB XVI
Pasal 40
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan STRD yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan kekeliruan penetapan peraturan
perundang-undangan retribusi daerah.
(2) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi berupa bunga dan kenaikan retribusi yang terhutang, dalam hal ini sanksi
tersebut dikenakan karena kesalahannya.
(3) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan
retribusi yang tidak benar.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) pasal ini, disampaikan secara
tertulis oleh wajib retribusi kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk paling lama 30 hari
sejak tanggal diterima SKRD dan STRD dengan memberikan alasan yang jelas
BAB XVII
Pasal 41
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan keberatan atas SKRD dan STRD
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini disampaikan secara
tertulis kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal
SKRD dan STRD, kecuali ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Pengajuan keberatan tidak menunda pembayaran.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan (2) pasal ini diputuskan oleh
Walikota atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan keberatan diterima.
(5) Keputusan Walikota atas keberatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) pasal ini dapat
berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi
terutang.
(6) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) pasal ini telah lewat dan
Walikota tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.
BAB XVIII
Pasal 42
(1) Wajib retribusi mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota untuk perhitungan
pengembalian kelebihan pembayaran retribusi.
(2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini kelebihan
pembayaran retribusi dapat langsung diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang retribusi
dan sanksi administrasi berupa bunga atau diperhitungkan dengan pembayaran retribusi
selanjutnya.
(3) Dalam hal wajib retribusi tidak mengajukan permohonan kelebihan pembayaran maka
kelebihan pembayaran diperhitungkan pada pembayaran retribusi berikutnya.
BAB XIX
PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 43
(1) Pengeluaran Surat Teguran atau Surat Peringatan lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan Retribusi, dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo pembayaran
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
Surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi terutang.
(3) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikeluarkan oleh Walikota.
Pasal 44
BAB XX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 45
BAB XXI
Pasal 46
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3
(tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi
melakukan tindak pidana di Bidang Retribusi
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran ; atau
b. Ada pengakuan utang Retribusi dan Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak
langsung.
Pasal 47
(1) Piutang retribusi yang dapat dihapus adalah piutang Retribusi yang tercantum dalam
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRD yang tidak dapat atau tidak
mungkin ditagih lagi, disebabkan karena Wajib Retribusi meninggal dunia dengan tidak
meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, tidak dapat ditemukan, tidak
mempunyai harta kekayaan lagi atau karena hak untuk melakukan penagihan sudah
kadaluwarsa.
(2) Untuk memastikan keadaan Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
dilakukan pemeriksaan setempat terhadap wajib Retribusi, sebagai dasar menentukan
besarnya Retribusi yang tidak dapat ditagih lagi
(3) Piutang Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat dihapus setelah
adanya laporan pemeriksaan penelitian administrasi mengenai kedaluwarsa penagihan
Retribusi oleh Walikota.
(4) Atas dasar laporan dan penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setiap
akhir tahun takwin Walikota membuat daftar penghapusan piutang untuk setiap jenis
Retribusi yang berisi Wajib Retribusi, jumlah Retribusi yang terutang, jumlah Retribusi
yang telah dibayar, sisa piutang Retribusi dan keTerangan mengenai Wajib Retribusi.
(5) Walikota menyampaikan usul penghapusan piutang Retribusi kepada DPRD setiap akhir
tahun takwin dengan dilampiri daftar penghapusan piutang sebagaimana dimaksud ayat (4).
(6) Walikota menetapkan Keputusan penghapusan piutang Retribusi yang sudah Kedaluwarsa.
(7) Tata cara penghapusan piutang Retribusi ditetapkan oleh Walikota.
BAB XXII
UANG INSENTIF
Pasal 48
(1) Kepada instansi pemungut Retribusi diberikan Uang Perangsang sebesar 5% (lima Persen)
dari realisasi Penerimaan Retribusi yang disetorkan ke Kas Daerah Kota Depok.
(2) Pembagian Uang Perangsang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Walikota.
BAB XXIII
Pasal 49
Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh
Walikota.
BAB XXIV
PENYIDIKAN
Pasal 50
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XXV
SANKSI
Pasal 51
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua
persen) setiap bulan maksimum 12 bulan dari besarnya retribusi terutang atau kurang membayar
dan ditagih dengan menggunakan SKRD.
Pasal 52
(1) Barang siapa yang melakukan perbuatan yang tercantum dalam pasal 18, pasal 19, pasal
20 dan pasal 21 Peraturan Daerah ini dipidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan
atau denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah)
(2) Barang siapa yang melakukan perbuatan yang tercantum dalam pasal 23 Peraturan Daerah
ini dipidana penjara selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp.
500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah)
(3) Pelanggaran terhadap perbuatan yang tercantum dalam pasal 15 dan pasal 16 Peraturan
Daerah ini dipidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah)
Pasal 53
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya, sehingga merugikan keuangan Daerah
diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali
jumlah Retribusi terutang.
BAB XXI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 54
Peraturan Daerah ini mulai beroperasional setelah Unit Pelaksana Teknis Daerah Kemetrologian
terbentuk.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 55
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.
Pasal 56
Ditetapkan di Depok
Pada tanggal ………………
Walikota Depok
Diundangkan di Depok
Pada tanggal ……………..
I. PENJELASAN UMUM.
Sasaran yang akan di capai adalah keseragaman dan kesatuan pegangan dalam penyebutan dan
pemakaian satuan ukuran.
Hingga kini ada tujuh satuan dasar dalam satuan Sistem Internasional (SI) yang telah di akui
oleh Konferensi Umum untuk Ukuran dan timbangan.
Ayat (2)
Definisi yang berlaku pada saat Undang-Undang ini di buat adalah sebagaimana ditetapkan oleh
Konperensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan:
Pasal 4
Ketujuh lambang satuan dari satuan-satuan dasar ini merupakan keputusan yang telah di setujui
oleh Konperensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan.
Untuk menyebutkan kelipatan dan bagian desimal di gunakan awal kata dan lambang yang telah
diakui dan di tetapkan oleh Konperensi Umum untuk Ukuran dan Timbangan.
Ayat (2)
Contoh:
a. 1.000 kg tidak boleh di nyatakan atau tulis sama dengan 1 kkg (satu kilogram) tetapi
1 Mg (satu Megagram).
b. 0,1 kg tidak dinyatakan atau di tulis sama dengan 1 dkg (satu desikilogram) tetapi 1
hg ( satu hektogram).
Cukup jelas
Pasal 8
Jenis-jenis alat ukur, alat takar, alat timbang dan perlengkapan nya antara lain ialah meter air,
meter gas, meter listrik, meter taksi, meter pulsa telpon, alat pengukur kelembaban (moisture
tester), perlu di tujuk tempat-tempat dan daerah-daerah dimana dilaksanakan tera dan tera ulang.
Alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya tidak memenuhi syarat-syarat sehingga
tidak dapat diperbaiki lagi, perlu di rusak untuk menghindari kemungkinan alat-alat ukur, takar,
timbang dan perlengkapan nya tersebut di pakai atau dijual sehingga akan merugikan orang lain.
Ayat (2)
Oleh karena tata cara pengrusakan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapan nya
menyangkut pelaksanaan teknis dan khusus.
Pasal 10
Pekerjaan menjustir yang dapat dikerjakan dengan mudah dan tidak memerlukan banyak waktu,
dan karenanya memungkinkan pegawai yang berhak menera atau menera ulang untuk
melakukannya.
Cukup jelas
Maksud pemberian tanda sah itu adalah untuk menunjukan bahwa alat-alat ukur, takar, timbang
dan perlengkapan nya memenuhi persyaratan yang diatur berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Ayat (2)
Maksud pemberian tanda batal itu untuk menunjukan bahwa alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya tidak memenuhi persyaratan yang di atur berdasarkan Peraturan Daerah ini
Cukup jelas
Pasal 14 dan Pasal 15 Cukup jelas
Pasal 18
Maksud adanya larangan ini ialah untuk melindungi agar tidak ada pihak yang dirugikan akibat
daripemakaian alat-alat ukur, takar, timbang atau perlengkapan nya, yang tidak memenuhi
kebenaran , kepekaan dan ketepatan penunjukan nya.
Pasal 19
Tujuan adalah untuk melindungi kembali penyewa atau pemakai agar tidak mendapatkan atau
memperoleh alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapan nya yang tidak memenuhi syarat-
syarat yang di tetapkan berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 20
Pemasangan alat-alat baru atau tambahan pada alat-alat ukur ,takar, timbang dan atau
perlengkapannya yang sudah di tera atau sudah di tera ulang akan mempengaruhi keasliannya
dan juga memungkinkan adanya penyimpangan – penyimpangan dari syarat teknis. Berhubung
dengan adanya penambahan ini, maka alat tersebut diperlakukan sebagai tidak di tera atau tidak
ditera ulang.
Pasal 21
Sifat dan kemampuan untuk dapat memberikan pelayanan yang benar dan dalam batas-batas
kesalahan yang diizinkan terhadap penggunaan alat-alat ukur, takar, timbang dan
perlengkapannya perlu di taati , agar dalam pemakaian tidak di merugikan pemakai atau pihak
yang dilayani oleh alat tersebut.
Pasal 22
Larangan tersebut dimaksud agar benar-benar ditaati maksud dari Peraturan Daerah ini dalam
usahanya mencapai kseragaman penulisan dan penyebutan satuan dan lambang satuan ukuran
yang berdasarkan Satuan Sistem Internasional.
Pasal 23
Dapat dimaklumi bahwa pemakai barang (Konsumen) menghendaki untuk mendapatkan barang,
dalam, ukuran, isi ,berat, atau jumlah yang tepat.
Pasal 24 ayat (1): Cukup jelas
Persyaratan Teknis adalah peraturan yang mutlak harus dipenuhi sebagai persyaratan dimana
UTTP itu memenuhi sifat metrologis sehingga menjamin keakuratannya.
Proses Kegiatan dan pelayanan tera, tera ulang, kalibrasi UTTP dan Pengujian BDKT dapat
dilaksanakan di tempat-tempat yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 30
Orang Pribadi adalah pemilik UTTP perorangan dapat lebih besar lagi berupa kelompok, Badan
Usaha, Instansi Pemerintah;
Pasal 31
Retribusi Tera, Tera Ulang Alat-alat UTTP, Kalibrasi Alat-alat Ukur, Serta Pengujian BDKT
merupakan Retribusi lainnya sesuai dengan kewenangan Daerah yang di tetapkan berdasarkan
ketentuan Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 juncto Pasal 6 Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 yang termasuk Golongan Retribusi jasa Umum.
Pasal 32
Tingkat penggunaan jasa adalah kualitas Penggunaan Jasa sebagai dasar alokasi beban biaya
yang dipikul untuk penyelenggaraan jasa bersangkutan.
Tempat Obyek Retribusi tidak selalu harus sama dengan tempat Wajib Retribusi
Ayat (2):
Pemungutan Retribusi Pelayanan Kemetrologian oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan
Kota Depok, hal ini untuk memudahkan dan mendapatkan kepastian Retribusi dapat terbayar.
Yang dimaksud Wajib Pungut adalah Satuan Pemegang Kas Pembantu yang bertugas untuk
memungut Retribusi terutang.
Ayat (3):
Koordinator pemungutan ikut serta dalam memberikan bimbingan pemungutan, penyetoran,
pembukuan dan pelaporan.
Pasal 36 : Cukup Jelas
Pasal 37 :
Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan adalah suatu dokumen yang
menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi sebagai pengganti SKRD.
TARIF
RETRIBUSI TERA, TERA ULANG ALAT UTTP, KALIBRASI ALAT UKUR SERTA
Pembatalan
1 2 3 4 5 6 7
A RETRIBUSI UTTP
1 Ukuran Panjang
2 ALAT UKUR
PERMUKAAN CAIRAN
(LEVEL GAUGE)
3 TAKARAN
(BASAH/KERING)
4 TANGKI UKUR
Bagian-bagian dari kL
dihitung satu kL
2. Selebihnya dari 50 kL
dihitung sbb:
BEJANA UKUR
a. Meter Induk
b. Meter kerja
1. Sampai dengan 50 m3/h buah 2.000 2.000
METER AIR
a. Meter Induk
b. Meter kerja
a. Meter Induk
b. Meter kerja
METER PROVER
c. Kelas 2
31 ANAK TIMBANGAN
TIMBANGAN
3. Lebih besar dari 500 ton/h buah 300.000 150.000 300.000 150.000
2. Manometer Minyak
4. Presure Recorder
TENTANG
WALIKOTA DEPOK,
2
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5049)
3
12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4090);
5
Perubahan Keempat atas Peraturan Daerah Kota
Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok
Tahun 2013 Nomor 017);
6
Dengan Persetujuan Bersama
Dan
WALIKOTA DEPOK
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
7
Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Yayasan,
Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau
Organisasi Sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap
serta bentuk badan usaha lainnya.
7. Tempat usaha ialah tempat yang digunakan untuk
kegiatan-kegiatan perdagangan, industri, produksi,
usaha jasa, penyimpanan-penyimpanan dokumen yang
berkenaan dengan perusahaan juga kegiatan-kegiatan
penyimpanan atau pameran barang-barang termasuk
rumah tempat tinggal yang sebagian dipergunakan
untuk kegiatan-kegiatan tersebut.
8
hal kebenaran pengukuran.
9
dipasang pada UTTP atau surat keterangan tertulis
yang menyatakan sah atau tidaknya UTTP digunakan
setelah dilakukan pemeriksaan.
11
36. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya
kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Retribusi
sesuai dengan tarif Retribusi dengan Surat Ketetapan
Retribusi Daerah dan Surat Tagihan Retribusi Daerah
ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
dengan batas waktu yang telah ditentukan.
12
BAB II
Pasal 2
a. kepastian hukum;
c. berkelanjutan.
Pasal 3
13
angsuran dan penundaan pembayaran;
g. Penagihan retribusi;
h. Penghapusan piutang retribusi yang kadaluarsa;
i. Kadaluarsa penagihan;
j. Keberatan wajib retribusi;
k. Pengembalian kelebihan pembayaran;
l. Pemberian keringanan, pengurangan dan
pembebasan retribusi;
m. Pemeriksaan retribusi;
n. Insentif pemungutan.
Pasal 4
14
BAB III
Pasal 5
Pasal 6
(1) Objek alat UTTP adalah setiap jenis peralatan UTTP
yang digunakan dalam transaksi perdagangan dalam
wilayah Kota Depok.
(2) Alat UTTP sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat
(1) tercantum dalam Lampiran I dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
BAB IV
Pasal 7
Alat UTTP Yang Wajib Ditera dan/atau Ditera Ulang
Pasal 8
15
kontrol di dalam perusahaan atau ditempat lain
sesuai dengan ketentuan perundang - undangan.
(2) Alat UTTP yang dibebaskan dari tera ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibubuhi
tulisan oleh Dinas yang mengelola Kemetrologian.
(3) Alat UTTP yang dibebaskan dari tera Ulang adalah
UTTP yang khusus diperuntukkan atau dipakai
untuk keperluan rumah tangga.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pembebasan tera
ulang sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB V
Pasal 9
Kewajiban dan tempat pelayanan tera dan/atau tera
ulang
Pasal 10
(1) Tempat penyelenggaraan tera / tera ulang dapat
dilakukan pada :
a. Kantor UPT Kemetrologian;
b. luar Kantor UPT Kemetrologian yang bersifat
pelayanan keliling; dan
c. tempat alat – alat UTTP yang berada dan/atau
tidak dapat dipindahkan.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pendaftaran tera
dan/atau tera ulang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
16
BAB VI
TANDA TERA
Pasal 11
Pasal 12
BAB VII
MASA BERLAKU TERA DAN/ATAU TERA ULANG
Pasal 13
17
permintaan sendiri atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dikenakan retribusi jasa
umum.
BAB VIII
Pasal 14
18
tidak disahkan oleh pegawai yang berhak;
e. alat UTTP yang panjang, isi, berat atau
penunjukkannya menyimpang dari nilai yang
seharusnya; dan
f. alat UTTP untuk keperluan lain dari pada yang
dimaksud dalam atau berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 15
Pasal 16
BAB IX
Pasal 17
19
pembinaan Metrologi Legal diwajibkan untuk
melakukan pengawasan dalam penggunaan alat UTTP
dalam Kota Depok
(2) Dinas atau instansi yang ditugasi untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat meminta bantuan pada instansi
terkait yang ada hubungannya dengan pengukuran,
penakaran dan/atau penimbangan.
(3) PPNS Dinas atau Instansi yang ditugasi dalam
pembinaan Metrologi Legal dan pengawasan
penggunaannya berhak melakukan penyegelan, dan
atau penyitaan barang yang dianggap sebagai barang
bukti.
(4) Penyegelan, dan/atau penyitaan oleh PPNS Dinas
atau Instansi yang ditunjuk melaksanakan tugas ini
dalam waktu terbuka untuk umum antara pukul
06.00 sampai pukul 18.00 waktu setempat.
(5) Jika dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), PPNS Dinas atau Instansi yang ditunjuk
melakukan penyegelan, penyitaan, dan penyidikan
tidak diperkenankan masuk, maka ia masuk dengan
bantuan penyidik Kepolisian Republik Indonesia.
BAB X
Pasal 18
20
BAB XI
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
BAB XII
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 23
21
BAB XIII
Pasal 24
Pasal 25
22
BAB XIV
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Pertama
Wilayah Pemungutan
Pasal 26
Bagian Kedua
Pasal 27
23
BAB XV
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
BAB XVI
PENAGIHAN RETRIBUSI
Pasal 31
24
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), didahului dengan Surat Teguran.
BAB XVII
Pasal 32
25
BAB XVIII
KEDALUWARSA
Pasal 33
26
BAB XIX
KEBERATAN
Pasal 34
Pasal 35
27
suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut
dianggap dikabulkan.
Pasal 36
BAB XX
Pasal 37
28
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi
lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang Retribusi tersebut.
BAB XXI
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 38
29
BAB XXII
PEMERIKSAAN RETRIBUSI
Pasal 39
BAB XXIII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 40
30
(2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
BAB XXIV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 41
BAB XXV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 42
31
sehingga merugikan keuangan daerah, diancam
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
BAB XXVI
PENYIDIKAN
Pasal 43
32
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana Retribusi;
33
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XXVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 44
34
BAB XXVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45
Ditetapkan di
Depok
pada tanggal
WALIKOTA
DEPOK,
H. NUR MAHMUDI
ISMA’IL
Diundangkan di Depok
pada tanggal
35
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
36
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
37
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
38
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
39
Pasal 33
Cukup jelas.
40
LAMPIRAN
TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG
DAN PERLENGKAPANNYA
PEMBATALAN
1 2 3 4 5 6 7
A RETRIBUSI UTTP
1 Ukuran Panjang
3 TAKARAN (BASAH/KERING)
42
a. Sampai dengan 2 L buah 200 - 200 -
4 TANGKI UKUR
43
20.000 kL, setiap 10 kL
44
b) Sebihnya dari 10 kL sampai dengan 50 kL, buah 2.000 2.000
setiap kL
45
2. Selebihnya dari 50 kL dihitung sebagai berikut:
46
c. Tangki Ukur Gerak yang mempunyai dua
kompartemen atau lebih, setiap kompartemen
dihitung satu alat ukur.
7 BEJANA UKUR
d. Lebih dari 1000 L biaya pada huruf d angka ini buah 40.000 - 30.000
ditambah tiap 1000 L
47
9 SPEEDOMETER buah 15.000 - 7.500
48
16 ALAT UKUR SUDUT buah 5.000 - 2.500
a. Meter induk
49
d) Selebihnya dari 500 m3/ h setiap m3/h buah 500 500
b. Meter kerja
c. Pompa ukur
50
Untuk setiap badan ukur buah 20.000 10.000 10.000 5.000
a. Meter Induk
51
b. Meter kerja
c. Meter gas office dan sejenisnya (merupakan suatu buah 100.000 50.000 100.000 50.000
sistem/unit alat ukur)
52
d. perlengkapan meter gas office (jika diuji tersendiri), buah 20.000 10.000 20.000 10.000
setiap alat perlengkapan
e. pompa ukur bahan bakar gas (BBG) Elpiju untuk buah 20.000 10.000 20.000 10.000
setiap badan ukur
19 METER AIR
a. Meter Induk
2. Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 40.000 20.000 40.000 20.000
b. Meter kerja
2. Lebih dari 10 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 4.000 2.000 4.000 2.000
53
20 METER CAIRAN MINUM SELAIN AIR
a. Meter Induk
2. Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 50.000 25.000 50.000 25.000
b. Meter kerja
2. Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 5.000 2.500 5.000 2.500
54
TEKANAN/KOMPENSASI LAINNYA
23 METER PROVER
55
2. Selebihnya dari 10 kg/min sampai dengan buah 500 500
100 kg/min, setiap kg/min
b. Selebihnya dari 4 alat pengisi setiap alat pengisi buah 5.000 5.000
56
1. 3 (tiga) phasa buah 40.000 15.000 12.000 5.000
c. Kelas 2
57
28 PEMBATAS LISTRIK buah 1.000 500 1.000 500
31 ANAK TIMBANGAN
58
2. Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg buah 1.000 500 1.000 500
32 TIMBANGAN
b) Lebih dari 25 kg sampai dengan 150 kg buah 1.500 750 1.500 750
c) Lebih dari 150 kg sampai dengan 500 kg buah 2.000 1.000 2.000 1.000
59
d) Lebih dari 500 kg sampai dengan 1.000 kg buah 4.000 2.500 3.000 1.500
e) Lebih dari 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg buah 10.000 5.000 7.500 3.000
b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 25kg buah 12.000 6.000 7.500 3.000
c) Lebih dari 25 kg sampai dengan 100 kg buah 14.000 7.000 10.000 5.000
d) Lebih dari 100 kg sampai dengan 1.000 kg buah 16.000 8.000 12.000 6.000
e) Lebih dari 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg buah 20.000 10.000 15.000 7.500
1. Ketelitian sedang dan biasa, setiap ton buah 4.000 2.000 2.000 1.000
2. Ketelitian khusus dan halus, setiap ton buah 5.000 2.500 3.000
60
c. Timbangan ban berjalan
2. Lebih dari 100 ton/h sampai dengan 500 ton/h buah 200.000 100.000 200.000 100.000
3. Lebih besar dari 500 ton/h buah 300.000 150.000 300.000 150.000
61
2. Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan 1.000 buah 10.000 10.000
kg/cm2
1. Manometer Minyak
b) Lebih dari 100 kg/cm sampai dengan 100 buah 7.500 3.000 5.000 2.500
kg/cm2 sampai dengan 1.000 kg/cm2
3. Presure Recorder
b) Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan 1.000 buah 10.000 5.000 10.000 5.000
kg/cm2
62
34 PENCAP KARTU OTOMATIS (Printer Recorder) buah 10.000 5.000 2.500 1.500
a. Untuk biji-bijian tidak mengandung minyak, setiap buah 10.000 2.500 5.000 2.500
komoditi
b. Untuk biji-bijian mengandung minyak, kapas dan buah 15.000 5.000 7.500 3.000
tekstil, setiap komoditi.
c. Untuk kayu dan komoditi lain, setiap komoditi buah 20.000 10.000 10.000 5.000
63
Setiap jam buah 2.500 2.500
64
pengisi / otomatis
WALIKOTA DEPOK,
65