Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS BENEFIT/COST

Oleh Kelompok 4:
Alexander Farrel (2006576275)
Fransiskus A. Rio Respati (2006520430)
Putri Riski Wulansari (2006576262)

Proyek dalam Sektor Publik dan Contohnya


Proyek Sektor Publik atau Pemerintah adalah suatu produk, jasa, atau sistem yang
digunakan, dibiayai, dan dimiliki oleh warga dari suatu daerah di berbagai tingkat
pemerintahan. Tujuan utamanya yaitu memberikan layanan kepada para warga/masyarakat
untuk kebaikan bersama tanpa meraih keuntungan apapun.
contoh Proyek Sektor Publik:
- Rumah sakit dan klinik
- Sarana transportasi umum: Jembatan, Jalan tol, Jalan raya, Rel kereta, dll.
- Taman dan Proyek penghijauan
- Pembangkit listrik
- Pengolahan air minum dan air limbah
- Tempat pembuangan akhir sampah
- Jaringan perpipaan
- Sekolah, universitas, dan proyek pelatihan tenaga kerja
- Gelanggang olahraga
- Kantor polisi dan pemadam kebakaran
- Penjara
- Rumah susun

Perbandingan proyek sektor publik dan sektor swasta

Karakteristik Sektor Publik Sektor Privat

Investasi Besar Kecil, Sedang menuju besar

Estimasi umur Lebih lama (30-50 tahun) Lebih pendek (2-25 tahun)

Estimasi Annual Cash Flow Tanpa keuntungan/laba; Pendapatan berpengaruh ke


biaya, benefit, dan disbenefit keuntungan/laba; biaya
sudah diestimasi. sudah di estimasi
Pada sektor publik seringkali terdapat konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti hal-
hal yang ditafsirkan dari beberapa sektor masyarakat. Konsekuensi inilah yang terkadang
menimbulkan kontroversi pada proyek yang dijalankan. Contohnya seperti kontroversi
pembangunan jalan tol Jogja-Solo beberapa waktu lalu. Konsekuensi tersebut harus di
dipertimbangkan dalam analisis ekonominya sehingga dapat sampai ke tahap dapat
diestimasi. Dalam sektor swasta, konsekuensi yang tidak diinginkan ini tidak diperhitungkan
atau biasa langsung dimasukkan dalam perhitungan biaya (tidak ditulis dalam variabel lain
seperti pada sektor publik)
Untuk menerapkan perhitungan benefit/cost economic analysis pada sektor publik,
biaya/cost, benefits, dan disbenefits, jika dipertimbangkan, harus diestimasikan dengan
seakurat mungkin di unit moneter.

Biaya / Costs (C) Estimasi pengeluaran untuk entitas pemerintah dalam konstruksi,
operasi, dan pemeliharaan proyek, dikurangi nilai sisa yang
diharapkan.

Contoh biaya yang diperhitungkan antara lain:


- biaya awal
- upah pekerja
- biaya operasional dan pemeliharaan tahunan

Benefits (B) Semua manfaat atau dampak positif yang didapatkan oleh owner
publik dari berjalannya proyek.

contoh benefits antara lain:


- efisiensi waktu
- keselamatan
- kesehatan
- perlindungan lingkungan
- peningkatan pendapatan
- penambahan waktu luang
- retribusi dari masyarakat

Disbenefits (D) Semua manfaat atau dampak negatif yang menjadi konsekuensi dari
adanya proyek tersebut.

contoh disbenefits antara lain:


- kerusakan lingkungan (polusi)
- penurunan nilai aset/pendapatan
- penurunan kualitas hidup

Terkait Perspektif dan Terminologi untuk Menganalisa Proyek-Proyek Umum (Publik) untuk
memperjelas definisinya terlebih dahulu, di antaranya adalah:
● Keuntungan atau manfaat (benefit) didefinisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi
proyek yang diinginkan oleh publik.
● Biaya (cost) adalah pembayaran atau pengeluaran keuangan yang dibutuhkan dari
pemerintah.
● Kerugian (disbenefit) adalah konsekuensi-konsekuensi negatif dari suatu proyek
terhadap publik

Kemudian, beberapa kesulitan dalam mengevaluasi proyek publik, di antaranya:


● Tidak ada standar keuntungan yang digunakan untuk mengukur kefektifan keuangan.
● Sulit mengukur pengaruh keuangan atas manfaat dari proyek-proyek tersebut.
● Hubungan antara proyek dengan publik, sebagai pemilik proyek, sangat kecil atau
bahkan tidak ada sama sekali.
● Pengaruh politis yang besar jika proyek menggunakan dana publik.
● Tidak ada dorongan atau stimulus untuk meningkatkan efektivitas operasi.
● Proyek publik lebih sering dikenakan pembatasan-pembatasan daripada proyek
swasta.
● Kemampuan badan-badan pemerintah untuk menghasilkan modal lebih terbatas
daripada perusahaan swasta.
● Tingkat bunga untuk menghitung manfaat dan biaya proyek sangat kontroversial dan
sensitif secara politis

Karakteristik Sektor Publik Sektor Swasta

Pendanaan Pajak, biaya tambahan, Saham, obligasi, pinjaman,


obligasi, dana swasta. pemilik individu
(Obligasi yang sering
diterbitkan: Obligasi
Treasury AS, masalah
obligasi kota, dan obligasi
khusus, seperti obligasi
distrik utilitas)

Suku bunga / interest rate lebih kecil (biasanya 4-8% lebih besar, berdasarkan
saja) biaya modalnya
Karakteristik Sektor Publik Sektor Swasta

Kriteria pemilihan alternatif terdiri atas beberapa kriteria dasarnya dari rate of return

Karena terdiri dari beberapa kriteria pengguna, kepentingan ekonomi maupun non
ekonomi, dan kepentingan politik dan beberapa kelompok masyarakat, pemilihan kriteria
alternatif menjadi lebih sulit pada sektor publik dibanding sektor swasta.

Karakteristik Sektor Publik Sektor Swasta

Evaluasi lingkungan Cenderung berpolitik Mengutamakan ekonomi

Seringkali terjadi pertemuan dan perdebatan publik terkait dengan proyek sektor
publik untuk mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat yang beragam. Terkadang
saat pemilihan kepala daerah seringkali diajukan berbagai permintaan dari pengamat
lingkungan, ahli pengembang, dan lainnya sehingga pemilihan proyek sektor publik tidak
se-”bersih” pemilihan pada sektor swasta.

Sudut pandang dalam sektor publik perlu diutamakan dan dilakukan sebelum
pengestimasian biaya, benefit, dan disbenefit dibuat dan sebelum evaluasi diperhitungkan dan
diterapkan. Ada banyak sudut pandang dalam sektor publik dan dari perbedaan sudut
pandang tersebut nantinya dapat menghasilkan estimasi cash flow yang berbeda pula.

Kerjasama Sektor Publik dan Swasta (Public-Private Partnership)


Kerjasama ini umumnya dilakukan pada sektor publik berskala besar, dimana sektor
publik membutuhkan bantuan sektor swasta di beberapa aspek karena berbagai pertimbangan,
salah satunya adalah untuk mempermudah pembiayaan proyek.
Contoh proyek besar tersebut antara lain:
- Transportasi umum
- Jembatan dan terowongan
- Pelabuhan dan dermaga
- Bandara
- Sistem jaringan air minum dan air limbah
Masuknya pihak swasta melalui pola kemitraan dengan pemerintah memiliki
beberapa manfaat, di antaranya adalah:
1. Tersedianya alternatif berbagai sumber pembiayaan
2. Pelaksanaan penyediaan infrastruktur lebih cepat
3. Berkurangnya beban (APBN/APBD) dan risiko pemerintah
4. Infrastruktur yang dapat disediakan semakin banyak
5. Kinerja layanan masyarakat semakin baik
6. Akuntabilitas dapat lebih ditingkatkan
7. Swasta menyumbangkan modal, teknologi, dan kemampuan manajerial

Dengan segala manfaat berikut prinsip dasar dan tahapan yang kamu sebutkan diatas, tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam kerjasama proyek antara sektor publik dan swasta juga
memiliki beberapa kendala yang mungkin terjadi, antara lain:

1. Miskomunikasi antara kedua pihak yang dapat menimbulkan konflik.


Apabila kedua pihak tidak berkomunikasi dengan baik atau ada selisih paham diantara
keduanya, akan ada banyak hal yang terdampak, salah satunya adalah proyek yang
dijalankan bisa saja tertunda hingga waktu yang tidak ditentukan.
2. Peran yang tidak seimbang antara pemerintah sebagai pemegang sektor publik dan
pihak swasta.
Hal ini dapat terjadi apabila tidak ada pembagian bagian pada awal proyek dijalankan
dan juga kurangnya komunikasi antara kedua belah pihak dan dapat diatasi dengan
menetapkan batasan juga bagiannya masing-masing pada tahap awal perencanaan
proyek.

Dari berbagai manfaat kerja sama pemerintah dan swasta di atas, hal tersebut juga
dapat memberi gambaran mengapa kerja sama ini dapat menjadi sebuah solusi untuk
mengatasi permasalahan pembangunan infrastruktur yang sering terkendala karena masalah
pendanaan, teknologi, maupun manajerial.
Kerja sama pemerintah dan swasta memiliki empat prinsip dasar, yaitu:
1. Adanya pembagian risiko antara pemerintah dan swasta dengan memberi pengelolaan
jenis risiko kepada pihak yang dapat mengelolanya.
2. Pembagian risiko ini ditetapkan dengan kontrak di antara pihak dimana pihak swasta
diikat untuk menyediakan layanan dan pengelolaannya atau kombinasi keduanya.
3. Pengembalian investasi dibayar melalui pendapatan proyek atau revenue yang dibayar
oleh pengguna atau user charge.

Kewajiban penyediaan layanan kepada masyarakat tetap pada pemerintah sehingga


bila swasta tidak dapat memenuhi pelayanan sesuai kontrak, pemerintah dapat mengambil
alih.
Dan berikut adalah tahapan-tahapan dalam pelaksanaan proyek kerjasama yang terdiri dari :
1. Perencanaan proyek, meliputi kegiatan identifikasi dan pemilihan proyek dan
penetapan prioritas proyek kerja sama.
2. Penyiapan proyek, meliputi kajian awal prastudi kelayakan atau outline business case
dan kajian kesiapan proyek kerjasama atau project readiness.
3. Transaksi proyek, meliputi penyelesaian prastudi kelayakan, dan pelelangan umum
badan usaha.
Manajemen pelaksanaan proyek yang meliputi perencanaan manajemen pelaksanaan
perjanjian kerja sama dan implementasi manajemen pelaksanaan perjanjian kerja sama.
Kita tahu bahwa dalam negara berkembang seperti Indonesia, tuntutan masyarakat terhadap
pemenuhan fasilitas publik terus meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pemerintah akan sulit mengimbangi jika hanya menggunakan metode penyediaan secara
tradisional karena akan terkendala dengan sumber pembiayaan, teknologi bahkan manajerial.
Maka dari itu, kerja sama dengan pihak swasta dapat menjadi alternatif solusi dalam
menjawab tuntutan dan halangan yang ada.

Pengaruh Politik dalam Proyek Sektor Publik


Tentunya dalam pengaruh politik terhadap proyek pemerintah atau sektor publik akan
terjadi. Seperti yang dilansir oleh detik.com pada 5 Desember 2018, sebagai contoh pada
kasus penangguhan pelaksanaan proyek infrastruktur pada 1997. Pada 1997 pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk menangguhkan pelaksanaan 75 proyek infrastruktur melalui
Keppres No.39/1997, termasuk beberapa proyek ketenagalistrikan seperti PLTP Karaha
Bodas dan PLTP Dieng-Patuha. Akibat penangguhan tersebut, pemerintah, Pertamina, dan
PLN dituntut oleh investor di pengadilan arbitrase, dan dinyatakan harus membayar ganti
rugi kepada investor swasta dalam jumlah yang sangat besar. Pemerintah ikut menjadi pihak
yang dituntut karena penangguhan proyek tersebut merupakan kebijakan pemerintah.
Perubahan peraturan/kebijakan pada proyek infrastruktur dapat menimbulkan risiko
bagi pemerintah. Hal ini karena adanya penjaminan pemerintah pada proyek infrastruktur.
Jaminan tersebut diberikan oleh pemerintah untuk menanggung sebagian risiko pada proyek
infrastruktur. Selain itu, kemungkinan terjadinya risiko politik berupa perubahan
peraturan/kebijakan pada proyek infrastruktur cukup tinggi. Hal ini mengingat pembangunan
infrastruktur melibatkan banyak instansi pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah. Masing-masing instansi pemerintah memiliki kewenangan mengeluarkan
peraturan atau kebijakan yang dapat mempengaruhi kelangsungan proyek infrastruktur,
seperti kebijakan terkait perizinan, tata ruang, pengelolaan lingkungan, pendanaan, serta
kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan proyek.
Maka dari itu, koordinasi dan sinergi antar instansi pemerintah harus ditingkatkan
untuk mencegah timbulnya risiko pada proyek infrastruktur. Terutama koordinasi dengan
Kementerian Keuangan selaku unit yang mengelola jaminan pemerintah. Jangan sampai
pemerintah rugi karena kebijakan yang dibuat sendiri.

Prinsip Perhitungan Benefit/Cost untuk Satu Proyek


Pada dasarnya, suatu perusahaan sering sekali menghadapi suatu pilihan yang harus
dipilih dengan keputusan yang matang dan mendasar. Penentuan keputusan dalam suatu
perusahaan berpengaruh pada perjalanan perusahaan itu kedepannya. Misalnya keputusan
apakah proyek baru yang ditawarkan kepada suatu perusahan bisa mendatangkan keuntungan
yang setara dengan biaya-biaya yang Anda keluarkan atau tidak?
Cost benefit analysis merupakan proses membandingkan/mengukur manfaat yang
diperoleh dengan biaya yang sudah dikeluarkan untuk memenuhi suatu proyek. Pendasaran
cost benefit analysis menggunakan metrik keuangan seperti pendapatan serta biaya yang
dihemat. Cost Benefit Analysis juga turut mencakup manfaat yang tidak berwujud, seperti
kepuasan pelanggan, nilai kehidupan, dll.

Pendekatan dari perhitungan Cost Benefit Analysis adalah sebagai berikut :


1. Mereduksi biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan (cost displacement)
2. Menghindari biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (cost avoidance)
3. Memperbaiki kualitas keputusan yang diambil (decision analysis)
4. Menghasilkan dampak positif yang diperoleh perusahaan (impact analysis)

Analisis B / C dikembangkan untuk meningkatkan objektivitas yang lebih besar ke


dalam ekonomi sektor publik. Dengan analisis B/C ini, perusahan bisa mengukur seberapa
besar keuntungan yang akan didapatkan ketika melakukan suatu investasi. Ada beberapa
variasi rasio B / C. Namun, pendekatan dasarnya sama. Semua perhitungan B/C harus
dikonversi ke unit umum yang setara (PW, AW, atau FW) dengan ROR (interest rate). Rasio
B / C dihitung menggunakan hubungan berikut:

PW of benefits AW of benefits FW of benefits


B/C = = =
PW of cost AW of cost FW of cost

Satuan yang digunakan dalam analisis B/C adalah tanda positif di awal. Jika
diestimasikan Nilai salvage value, maka akan dikurangkan dari biaya dalam penyebut.
Kerugian (disbenefit) ditentukan dengan cara yang berbeda, bergantung pada model yang
digunakan. Biasanya, kerugian dikurangkan dari Benefit dan ditempatkan di pembilang.

Jika nilai B / C tepat atau sangat dekat 1,0, faktor nonekonomi akan membantu
membuat keputusan.

Rasio B / C konvensional, dihitung sebagai berikut :

benefits−disbenefits B−D
B/C= =
cost C

Rasio B / C yang dimodifikasi mencakup semua perkiraan yang terkait dengan proyek
setelah beroperasi. Biaya pemeliharaan dan operasi ditempatkan di pembilang dan melalui
perhitungan dengan cara yang mirip dengan disbenefit. Penyebut hanya mencakup investasi
awal. Setelah semua jumlahnya dinyatakan dalam unit PW, AW, atau FW,

Rasio B / C yang dimodifikasi dengan cara :

benefits−disbenefits−M ∧O cost
Modifikasi B/C=
initial investment

Nilai sisa biasanya dimasukkan dalam penyebut sebagai biaya negatif. Rasio B / C
yang dimodifikasi jelas akan menghasilkan nilai yang berbeda dari metode B / C
konvensional. Namun, seperti disbenefits, prosedur yang dimodifikasi dapat mengubah
besaran rasio tetapi tidak dapat mengubah keputusan menerima atau menolak proyek.
Contoh Soal Analisis B/C

Analisis Incremental B/C

Metode ini membantu untuk menentukan margin di mana suatu proyek lebih
menguntungkan atau lebih mahal daripada proyek lain. Ini digunakan untuk membandingkan
opsi alternatif untuk membantu menentukan mana yang lebih layak dari yang lain,

A. Pemilihan Alternatif Menggunakan Analisis Inkremental untuk 2 Alternatif

● Teknik untuk membandingkan dua alternatif yang saling eksklusif dengan


menggunakan analisis B / C hampir sama dengan teknik analisis incremental ROR.
● Rasio B / C incremental (konvensional), yang diidentifikasi sebagai B / C, ditentukan
dengan menggunakan kalkulasi PW, AW, atau FW.

Pemilihan alternatif didasarkan pada hasil:


1. Jika ∆B/C ≥ 1, maka alternatif dengan biaya lebih besar
dipilih.
2. Jika ∆B/C <1, maka alternatif dengan biaya yang lebih kecil
dipilih

Langkah-langkah:
1. Tentukan biaya total yang setara untuk kedua alternatif
2. Urutkan berdasarkan biaya total: Lebih kecil dulu baru lebih besar
3. Hitung biaya tambahan untuk alternatif yang lebih besar = ∆C (penyebut dalam rasio
B / C).
4. Untuk kedua alternatif tentukan:
● Total manfaat dan kerugian yang setara
● Hitung ∆B untuk alternatif biaya yang lebih besar atau ∆ (B-D) jika
melibatkan ketidakberuntungan
5. Hitung rasio ∆ {(B-D) / C}
6. Jika ∆ (B / C) (=>) 1,00, pilih alternatif lain yang berbiaya lebih tinggi. Pilih alternatif
berbiaya lebih rendah

Catatan:
● Jika Anda menggunakan PW untuk menentukan ekuivalensi, maka Anda harus
memiliki model kehidupan yang sama atau kelipatan persekutuan terendah.
● Atau, terapkan nilai tahunan pada siklus tipikal untuk alternatif dan asumsi
pengulangan berlaku.

B. Incremental B/C untuk Beberapa Proyek

Catatan:
● Pilih dari tiga atau lebih alternatif yang saling eksklusif
● Ingat, alternatif Do Nothing selalu ada dan harus dievaluasi sebagai alternatif.
Langkah-langkah:
1. Dengan menggunakan PW atau AW, tentukan total biaya yang setara untuk semua
opsi. Jika jangka waktu tidak setara, terapkan AW
2. Buat peringkat berdasarkan total biaya alternatif terendah hingga tertinggi
3. Tentukan total manfaat bersih ekuivalen untuk setiap alternatif
4. Opsi biaya terendah adalah Defender pertama dan alternatif berbiaya lebih tinggi
berikutnya adalah Challenger pertama.
a. Hitung rasio B / C saat kenaikan
b. Jika B / C < 0, hilangkan Challenger, atau hilangkan Defender.
c. Pemenang saat ini menjadi Defender baru
5. Bandingkan Defender baru dengan Challenger berbiaya lebih tinggi berikutnya dan
ulangi analisis.
6. Lanjutkan melalui alternatif sampai tidak ada lagi Challenger.
7. "Juara" terakhir adalah pemenangnya.

Contoh Kasus dan Studi Kasus Penerapan Analisis B/C

1. Untuk mengurangi biaya pemeliharaan sebuah mesin produksi, maka kepala bagian
produksi mengusulkan untuk mengganti komponen mesin. Komponen yang ada di
pasaran adalah komponen X dan komponen Y. Harga dan biaya pemasangan masing-
masing komponen $1.000 dan umur manfaat sampai 5 tahun dan di akhir tahun tidak
mempunyai nilai sisa. Komponen X menghemat $300 per tahunnya dan komponen Y
menghemat $400 di tahun pertama dan menurun $50 di tahun berikutnya. Jika suku
bunga 7% komponen mana yang akan dibeli perusahaan?

Jawab :
Komponen X
Cost : $1000
Benefit A = $300
n = 5 tahun, i = 7%

PW of cost = $1.000
PW of Benefit = A(P/A,i%,n)
PW of Benefit = 300(P/A,7%,5)
PW of Benefit = 300 . (4,100) = $1230

B/C = PW of Benefit : PW of Cost


B/C= 1230 : 1000 = 1,23

Komponen Y
Cost : $1000
Benefit : A1=$400, A2=$350, dst.
PW of Cost = $1.000
PW of Cost = P1-P2
PW of Cost = 400 (P/A,7%,5)-50(P/G,7%,5)
PW of Cost = 400(4,100)-50(7,647)
PW of Cost = 1640-382 = $1258

B/C = PW of Benefit / PW of Cost = 1258 /1000 = 1,258

Keputusan :
Komponen X B/C = 1,23
Komponen Y B/C = 1,258

Dari hasil ini dapat kita ketahui bahwa B/C komponen Y dan B/C Komponen X
melebihi 1. Hal ini menunjukkan bahwa kedua komponen sudah memenuhi syarat
untuk dibeli. Kemudian, nilai B/C dari komponen Y lebih besar dari B/C komponen
X. Hal ini menunjukkan bahwa komponen Y memberikan benefit yang lebih besar
daripada penggunaan komponen X. Komponen Y yang dipilih

2. Analisis B/C juga dapat digunakan untuk memilih obat yang bisa dipilih dan bisa
diberikan kepada pasien.

Misalkan terdapat data yang didapat dari alternatif obat sebagai berikut.

OBAT A
Total Cost = 90.000
Total Benefit = 120.000
Rasio B/C = 120.000/90.000 = 1,33

OBAT B
Total Cost = 100.000
Total Benefit = 135.000
Rasio B/C = 135.000/100.000 = 1,35

Walaupun kedua rasio > 1, tetapi karena rasio B/C obat B lebih besar daripada obat A, maka
obat B akan lebih dipilih dibanding obat A.

3. Contoh berikutnya penggunaan analisis B/C adalah ketika kita memilih peralatan
usaha yang akan memberikan manfaat lebih baik. Misalkan pada sebuah kasus,
sebuah klinik sedang mempertimbangkan untuk membeli beberapa peralatan medis
baru dengan harga Rp.25.000.000. Dengan adanya peralatan medis tersebut
diperkirakan klinik tersebut dapat melakukan penghematan sebesar Rp.500.000 per
tahun dengan jangka waktu selama 5 tahun. Pada akhir tahun ke 5 peralatan tersebut
memiliki nilai jual sebesar 40.000.000. Dengan tingkat pengembalian investasi
sebesar 9% per tahun apakah pembelian peralatan medis akan menguntungkan bagi
klinik tersebut ataukah tidak?

Maka perhitungan yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut:


B/C = (Present Value dari Manfaat / Present Value dari Pengorbanan atau biaya)
= (500.000 (P/A, 9%,5) + 40.000.000 (P/F,9%,5) / 25.000.000
=((500.000(3,88966) + 40.000.000(0,64993))/25.000.000
B/C=1,17

Jika kita lihat hasilnya, rasio B/C yang dihasilkan nilainya lebih dari 1 sehingga
investasi pembelian peralatan medis baru tersebut dianggap layak dan menguntungkan bagi
klinik di masa yang akan datang. Jika demikian, maka disimpulkan bahwa klinik dapat
membeli peralatan medis tersebut.

Studi Kasus Benefit/Cost Analysis pada Sektor Publik


1. Contoh studi kasus B/C analysis pada pembelian alat

Pada contoh pertama, kami memberikan salah satu studi kasus oleh Nuryadi, Yennike
Tri Herawati, dam Rafida Triswardhani dari Bagian Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember yang berjudul “COST BENEFIT
ANALYSIS ANTARA PEMBELIAN ALAT CT-SCAN DENGAN ALAT LASER DIODA
PHOTOCOAGULATOR DI RSD BALUNG JEMBER”

Berikut terminologi yang digolongkan sebagai cost dan benefit dalam analisis ini
Dan berikut data yang sudah diambil uraian biaya investasi/cost yang ada

Berikut pula adalah perhitungan PW dari CT Scan dan Laser dioda berdasarkan biaya
dan benefit dengan inflasi 8,79%.
Setelah didapat present value untuk unsur biaya dan manfaat pada masing-masing
usulan program, maka langkah selanjutnya adalah menghitung rasio benefit-cost. Rasio
benefit-cost didapat dengan membagi antara antara present value benefit dibagi dengan
present value cost. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai rasio benefit-cost untuk
pembelian alat CT-Scan sebesar 0,078 dan untuk usulan pembelian alat Laser dioda
photocoagulator adalah sebesar 0,858. Hasil perbandingan kedua usulan program yaitu usulan
pembelian alat CT Scan yang memiliki rasio sebesar 0,078, dan usulan pembelian alat Laser
dioda photocoagulator yang memiliki rasio sebesar 0,858, diketahui bahwa besar rasio usulan
pembelian alat Laser dioda photocoagulator memiliki nilai rasio yang lebih besar
dibandingkan nilai rasio usulan pembelian alat CT-Scan. Berdasarkan kriteria rasio benefit-
cost maka dapat diambil kesimpulan bahwa usulan pembelian alat Laser dioda
photocoagulator dipilih untuk diprioritaskan terlebih dahulu karena berdasarkan nilai
rasionya, usulan tersebutlah yang memiliki manfaat lebih besar. Walaupun, rasio belum
melebihi nilai 1.

2. Contoh studi kasus 2 uji kelayakan pada pembuatan jalan layang

Studi kasus dari jurnal ITS yang dibuat oleh Asniya Theodora berjudul "ANALISIS
KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN LAYANG NON TOL KAMPUNG MELAYU-
TANAH ABANG (Segmen Jalan Casablanca, Dr. Satrio Mas Mansyur) DITINJAU DARI
SEGI EKONOMI"
Studi kasus yang berfokus pada uji kelayakan pembangunan jalan layang non-tol yang
membentang dari Kampung Melayu hingga Tanah Abang ini dilansir dari berbagai faktor dan
aspek, antara lain:
1. Jalan Perkotaan
- Kecepatan arus besar
- Kapasitas jalan raya
- Derajat kejenuhan arus lalu lintas
2. Peramalan akan banyaknya kendaraan yang akan melintas
3. Sebaran perjalanan
4. Trip assignment

Dengan berpusat pada perhitungan Benefit Cost Ratio sebagai parameter kelayakan
ini, dengan menggunakan rumus BCR:

B/C = Benefit (manfaat)/ Cost (biaya)


Cost = Biaya pembangunan jalan dan biaya pemeliharaan
Benefit = perubahan BOK = BOK existing - BOK kondisi baru.

Dari foto perhitungan diatas, didapat BCR dengan nilai 1.13 yang artinya
menunjukkan nilai manfaat atau benefit lebih dominan dibanding cost yang dikeluarkan.
Dapat disimpulkan bahwa proyek pembangunan jalan layang non-tol ini layak untuk
dibangun.

3. Contoh studi kasus pemberian PMT susu pada karyawan untuk mengantisipasi
paparan zat kimia dalam perusahaan.

PT. Trisula Textile Industries Tbk berstatus perusahaan penanam modal dalam negeri
(PMDN), merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil sintetis terpadu.
Mengingat PT Trisula Textile Industries Tbk memproduksi benang tekstur sintetis, polyester
fancy suiting, kain celup dan trade mark yang menggunakan bahan / zat kimia seperti soda
api (NaOH), asam klorida (HCl), Sodium Nitrit (NaNO2) dll. Maka risiko pekerja terpapar
Zat kimia akan tinggi, sehingga perusahaan dengan sadar membuat program untuk
meminimalisir dampak zat kimia pada pekerja dengan memberikan susu setiap hari kepada
pekerja. Bagian Keuangan/Penganggaran di PT. Trisula Textile Industries Tbk Cimahi
mengatakan bahwa “setiap tahun ada anggaran untuk pembelian susu
kepada karyawan yaitu sebesar Rp. 117.000.000.”. Program pemberian makanan tambahan
(PMT) susu di PT. Trisula merupakan program perbaikan gizi karyawan yang
direkomendasikan Task Force gizi kerja lembaga kerjasama Bipartit tentang pemberian
nutrisi makanan dan minuman karyawan oleh bagian HCGA, serikat pekerja dan pekerja itu
sendiri yang diselenggarakan mulai tahun 2003.

Karyawan penerima susu di perusahaan ini adalah karyawan yang terpapar zat kimia
yaitu sebanyak 280 orang. Tabel 1 menjelaskan pembagian unit kerja dan frekuensi
diberikannya susu. “Susu diberikan dalam kemasan plastik / gelas yang berisi 250ml.
Karyawan yang memperoleh susu diberikan dalam 3 shift yaitu pagi, siang, dan malam.
Karyawan yang memperoleh susu dibagi beberapa kelompok menurut tingkat keterpaparan
terhadap bahan kimia. Seperti :bagian boiler : diberikan setiap hari, bagian workshop/las :
diberikan 3x seminggu, bagian listrik : 1 kali seminggu.”

Menentukan semua manfaat dan biaya dari program yang dilakukan.


Untuk menentukan nilai setiap unsur manfaat (benefit) dan biaya (cost) dari
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) susu di PT.Trisula Textile Industries Tbk Cimahi
dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai nominal. Berdasarkan hasil penelitian
program pemberian makanan tambahan (PMT) susu, pada unsur manfaat (benefit) didapat
hasil rekapitulasi jumlah penjualan akibat peningkatan nilai produksi yang ditimbulkan
dengan adanya program PMT susu adalah Rp. 446,12 miliar meningkat 7,2% dari
sebelumnya Rp.416,16 miliar di tahun 2016. Kemudian dari pengurangan angka kesakitan
yaitu tarif pengeluaran BPJS sebesar Rp. 308.432.695,- terhadap seluruh karyawan di PT.
Trisula sebanyak 660 pekerja dan produktivitas kerja karyawan dilihat dari karyawan yang
lembur dengan diberi tarif Rp.200.000/lembur sebesar Rp. 29.200.000,- sehingga total
manfaat yang diperoleh adalah Rp.446.446.543.309,-

Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah


Biaya merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan atas barang atau jasa atau jumlah
yang dibutuhkan untuk menciptakan atau memproduksi barang atau jasa tersebut sedangkan
harga merupakan sejumlah uang yang diminta, ditawarkan atau dibayarkan untuk suatu
barang atau jasa. Dalam menentukan manfaat dan biaya ada tiga metode menganalisa
manfaat dan biaya suatu progam/proyek, yaitu NPV.
Payback Period
Metode ini menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan dalam setiap periode.
Biaya pengadaan program kesehatan PMT susu bernilai Rp. 178.171.000,- dan proceed tiap
tahunnya adalah hampir sama, yakni kurang lebih sebesar Rp. 117.000.000. Berdasarkan
hasil perhitungan payback period ini dapat disimpulkan bahwa program pemberian makanan
tambahan susu akan memperoleh pengembalian dalam waktu 1 tahun 5 bulan.

Metode nilai bersih sekarang (NPV: Net Present Value)


Biaya pengadaan program PMT susu bernilai Rp. 178.171.000,- Umur ekonomisnya 1 tahun
5 bulan, kemudian akan dihitung besarnya nilai NPV dengan tingkat suku bunga diskonto
yang diperhitungkan adalah 10,5%.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai NPV1 untuk program pemberian
makanan tambahan (PMT) susu adalah Rp. 23.534.448,76,- ini berarti bahwa nilai NPV1
PMT susu tersebut > 0, sehingga program pemberian makanan tambahan makanan
tersebut dapat diterima. Yang artinya Investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi
perusahaan.

Metode tingkat pengembalian internal (IRR: Internal Rate Of Return)


Metode tingkat pengembalian internal juga merupakan metode yang memperhatikan nilai
waktu dari uang. Pada metode NPV tingkat bunga yang diinginkan telah ditetapkan
sebelumnya, sedangkan pada metode IRR, kita akan menghitung tingkat bunga tersebut.
Tingkat bunga yang akan dihitung ini merupakan tingkat bunga yang akan menjadikan
jumlah nilai sekarang dari tiap-tiap proceed yang didiskontokan dengan tingkat bunga
tersebut sama besarnya dengan nilai sekarang dari nilai proyek/ program. Pada program PMT
susu IRR yang dihasilkan adalah 10,5% yang berarti program ini akan menghasilkan
keuntungan dengan tingkat bunga 10,5%. Dengan bunga 10,5% yang perhitungannya
diperoleh NPV1 positif Rp. 23.534.448,76,- dari investasi awal Rp.178.171.000,- kemudian
diperbesar nilai tingkat bunganya menjadi 8,5% yang perhitungannya dapat diperoleh NPV
nya positif Rp. 23.534.448,76,- besarnya nilai NPV2 dengan tingkat suku bunga diskonto
yang diperhitungkan adalah 8,5% maka besarnya NPV:
Jadi besarnya IRR secara interpretasi adalah 2 berarti tingkat bunga pengembalian (Rate of
Return) yang diinginkan lebih kecil dan investasinya tidak menguntungkan.

Metode perbandingan Manfaat dan Biaya (BCR : Benefit Cost Rate)


Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek dengan
membandingkan nilai sekarang seluruh proyek/program diperoleh
dari proyek/ program tersebut dengan nilai sekarang seluruh biaya
proyek/ program tersebut. Berdasarkan metode ini, suatu proyek/
program akan dilaksanakan apabila BCR > 1. Metode BCR akan
memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPV, apabila BCR ≥
1 berarti pula NPV > 0.

Berdasarkan perhitungan BCR diperoleh hasil rasio ≥ 1 yaitu rasio


sebesar 2,5. Berdasarkan kriteria rasio benefit-cost maka dapat
diambil kesimpulan investasi program pemberian makanan tambahan
makanan (PMT) susu pada karyawan ini layak ( feasible).

Sumber : Ayu Laili Rahmiyati , Asep Dian Abdillah , Susilowati , Dinna Anggaraini. Stikes
Jenderal Achmad Yani Cimahi Bandung. “Cost Benefit Analysis (CBA) Program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Susu Pada Karyawan di PT. Trisula Textile Industries Tbk
Cimahi Tahun 2018”

Anda mungkin juga menyukai