Anda di halaman 1dari 26

PERMASALAHAN INVESTASI PADA SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH:
NYOMAN AYU WULAN TRISNA DEWI
15/387362/PEK/21085

PROGRAM STUDI
MAGISTER SAINS AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJ ANA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJ AH MADA
2015

1
2
PERMASALAHAN INVESTASI PADA SEKTOR PUBLIK

A. PENDAHULUAN

Investasi yang lebih sering dikenal biasanya dilakukan oleh organisasi

sektor privat atau bisnis terkait dengan pembelian saham atau sejenisnya, akan

tetapi investasi pula dilakukan oleh organisasi sektor publik, dimana dalam

penerapannya pada sektor publik, perlu dilakukan pertimbangan yang lebih

mendalam yang berbasis pada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi

kelayakan investasi, baik dalam lingkup pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah yang bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dalam pengambilan

keputusan investasi.

Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa jika terjadi kesalahan dalam

melakukan pengambilan keputusan investasi, maka tidak saja akan berdampak

pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani anggaran tahun-tahun

berikutnya, sehingga untuk itu perlu dilakukannya suatu analisis yang mendalam,

mulai dari menentukan kebutuhan investasi yang diperlukan sampai dengan

melakukan evaluasi dan analisis investasi melalui pertimbangan beberapa aspek

dan teknik dasar penilaian kelayakan investasi publik. Akan tetapi, penilaian

kelayakan suatu usulan investasi pada sektor publik tidak semudah yang

dilakukan pada sektor privat, terdapat banyak aspek yang harus dipertimbangkan,

sehingga dalam hal pengambilan keputusan investasi dalam sektor publik,

pemerintah selaku pengambil keputusan mengalami dilema besar. Pemerintah

dihadapkan dalam pengambilan keputusan investasi berdasarkan analisis yang

biasa diterapkan pada sektor privat ataukah berdasarkan pada pertimbangan sosial

3
dan keinginan masyarakat. Dengan demikian, makalah ini akan membahas lebih

dalam terkait investasi pada sektor publik dan permasalahan dalam melakukan

investasi, contoh kasus dalam evaluasi analisis investasi sektor publik serta solusi

yang sedapat mungkin dilakukan untuk mengurangi permasalahan dalam investasi

sektor publik.

B. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN INVESTASI SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAH)

Pendefinisian investasi menjadi beragam tergantung pada perspektif atau

cara pandang tertentu. Dalam bahasa akuntansi pada jenis konteks/biaya, investasi

dapat dimunculkan dari perbedaan antara “revenue expenditure” dan “capital

expenditure”, investasi termasuk dalam pengertian belanja modal yang tidak lain

adalah “capital expenditure”, yang didefinisikan sebagai belanja/biaya/

pengeluaran yang memberi manfaat lebih dari satu tahun, pengeluaran ini

memerlukan sebuah proses yang disebut sebagai “investment appraisal” (Halim,

2008). Sedangkan, dalam bahasa Peraturan Perundangan seperti PP 58/2005 dan

Permendagri 13/2006, menjelaskan investasi sebagai penggunaan aset untuk

memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat sosial/

atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat. Pada pendefinisian ini, investasi lebih

ditekankan pada penggunaan aset, dimana suatu aset di pemerintah, khususnya

aset tetap diperoleh melalui proses pengeluaran dana yang disebut dengan modal

belanja (Halim, 2008). Maksud dari manfaat sosial adalah manfaat yang tidak

dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada peningkatan

4
pelayanan pemerintah pada masyarakat luas atau golongan tertentu, sehingga hal

inilah yang membedakan dengan investasi pada sektor privat yang tujuan

utamanya adalah mendapatkan monetary benefits (Halim dan Kusufi, 2014).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 Tentang Investasi

Pemerintah, investasi pemerintah merupakan penempatan sejumlah dana dan/ atau

barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan

investasi langsung untuk memperoleh manfaat ekonomik, sosial dan manfaat

lainnya. Dengan definisi tersebut, sehingga investasi pemerintah daerah dapat

dilakukan dalam bentuk: (1) Investasi surat berharga dan (2) Investasi langsung

berupa penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh badan investasi

pemerintah daerah untuk membiayai suatu kegiatan usaha, dimana investasi

langsung yang dilakukan oleh pemerintah daerah meliputi bidang infrastruktur

(jalan, bangunan, jaringan listrik, air, dan lain-lain) dan bidang yang lainnya.

Dengan beberapa pendefinisian terkait investasi, Halim (2008)

menyimpulkan bahwa setiap pengadaan/pembelian aset yang bermanfaat lebih

dari 12 bulan dan kemudian aset tersebut digunakan dalam kegiatan pemerintahan

yang bermanfaat baik secara ekonomis, sosial, dan atau manfaat lainnya yang

meningkatkan kemampuan pemerintah dalam melayani masyarakat adalah

merupakan suatu kegiatan investasi, dimana secara dapat dintepretasikan bahwa

setiap belanja modal adalah investasi karena secara teoritis dapat dipastikan akan

ada manfaatnya.

2. ASPEK KELAYAKAN INVESTASI PUBLIK

Dalam menilai kelayakan investasi yang dilakukan oleh pemerintah,

5
perlu dilakukan beberapa pertimbangan pada tahap perencanaan dan analisis

investasi, dimana seluruh aspek harus dpertimbangkan secara bersama karena

saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Mardiasmo (2009) memaparkan

beberapa aspek yang dapat digunakan sebagai pertimbangan kelayakan investasi,

diantaranya:

a. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus

dipertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari a

aspek teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk

ditolak.

b. Aspek Sosial dan Budaya

Aspek sosial budaya ini menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan s

secara adil dan merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi

masyarakat. Aspek sosial budaya mencakup juga aspek legal dan lingkungan.

c. Aspek Ekonomi dan Finansial

Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu

proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap

pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya c

cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang

digunakan.

d. Aspek Distribusi

Keputusan investasi merupakan keputusan yang perlu dikaitkan dengan

masalah distribusi pelayanan publik secara adil dan merata. Untuk itu perlu

diketahui siapa yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan

6
dari proyek investasi.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI PUBLIK

Selain mempertimbangkan beberapa aspek yang telah dijelaskan

sebelumnya, dalam analisis investasi publik pula perlu dilakukan pertimbangan

beberapa faktor. Mardiasmo (2009) menjelaskan faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan dalam analisis investasi publik, diantaranya:

a. Tingkat Diskonto

Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang

diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek

tidak memberikan keuntungan yang disyaratkan (required rate of return), maka

proyek tersebut harus ditolak. Penghitungan tingkat diskonto merupakan

bagian yang cukup kompleks dalam analisis investasi.

b. Tingkat Inflasi

Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin

tinggi tingkat inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan di masa depan yang

diharapkan (expected future returns) sehingga semakin tinggi tingkat

keuntungan yang disyaratkan. Inflasi yang tinggi menyebabkan required rate

of return semakin tinggi.

c. Risiko Ketidakpastian

Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi naik.

Ketidakpastian ekonomi dan hukum, kekacauan sosial-politik, tidak adanya

jaminan keamanan, dan kebijakan yang tidak konsisten dapat meningkatkan r

risiko investasi. Faktor-faktor tersebut menyumbang risiko investasi suatu

negara (country risk) yang jika sudah sangat parah dapat mengarah pada

7
kategori default country. Terjaminnya keamanan berinvestasi, penegakan

hukum dan demokrasi, terjaminnya property right dan contract right dapat

menurunkan risiko investasi.

d. Capital Rationing

Capital Rationing adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah

ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran investasi. Pada organisasi

sektor publik, selain memperhatikan faktor-faktor di atas penilaian investasi

publik juga harus memperhatikan hal-hal berikut:

1.   Tingkat utang pemerintah

2.   Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost rate)

3.   Social time preference rate

Tingkat utang pemerintah adalah jumlah yang harus dibayarkan pemerintah

sehubungan dengan perolehan sumber pembiayaan di luar pajak. Social

opportunity cost rate terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus

dapat menghasilkan tingkat keuntungan (return) yang minimal sama dengan

tingkat keuntungan proyek sektor swasta dengan penggunaan dana yang sama,

sedangkan social time preference rate merefleksikan tingkat keuntungan yang

disyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk

kepentingan konsumsi di masa depan.

4. KATEGORI INVESTASI PEMERINTAH DAERAH

Investasi yang dilakukan pemerintah terutama adalah untuk menjalankan

fungsi pelayanan kepada masyarakat, hanya saja dalam menentukan keputusan

investasi, pemerintah dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan investasi

8
yang mana keputusan investasi tersebut diperlukan untuk mendukung pelaksanaan

program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan (Mardiasmo,

2009). Investasi yang dilakukan pemerintah dapat berupa pemanfaatan surplus

anggaran untuk mendapatkan pendapatan dalam jangka panjang dan pemanfaatan

dana menganggur untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas

(Halim dan Kusufi, 2014). Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai

investasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut (Halim dan Kusufi, 2014):

kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa

yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah dan

nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. Subiyanto

(dalam Halim 2008) menjelaskan bahwa dengan memahami berbagai jenis dan

varian dalam investasi sektor publik, maka investasi dalam sektor publik dapat

dikategori menjadi beberapa kelompok, diantaranya:

a. Investasi sosial yang lebih memper hatikan aspek keber pihakkan pada

kelompok masyar akat ter tentu.

Investasi pada sektor sosial kemasyarakatan ini mempunyai spektrum yang

sangat luas yang terkadang hanya sekedar program berskala nasional, diman

dengan ruang lingkup yang lebih kecil, maka semakin mudah diukur

kinerjanya, sehingga apapun bentuk investasi pada sektor sosial ini, dampak

sosial ekonomi pada masyarakat menjadi lebih terukur. Dengan memahami

permasalahan di lingkungan kemasyarakatan yang lebih luas, maka investasi

sektor publik harus lebih menekankan pada outcomes dibandingkan ukuran

kinerja ekonomis.

b. Investasi untuk membentuk gener ator per tumbuhan yang difokuskan

9
pada kebijakan str ategis untuk menciptakan per tumbuhan ekonomi lokal.

Beberapa infrastruktur yang masuk dalam kategori ini adalah pasar, stadion,

taman rekreasi, gedung konvensi, perumahan rakyat, dan lain-lain. Sebagai

generator pertumbuhan kawasan, keberhasilan investasi tidak diukur dengan

pengembalian dana yang secara langsung diperoleh dari obyek investasi

semata, tetapi seberapa jauh aktivitas ikutan atau lingkungan kawasan mampu

menciptakan kegiatan ekonomi ikutan yang dikelola kemudian hari, dan

mampu dikembangkan sebagai sumber penerimaan daerah, sehingga penilaian

investasi publik dalam pengembangan kawasan dinilai berdasarkan

keberhasilan menciptakan aktivitas perekonomian di kawasan tersebut.

c. Investasi untuk layanan publik.

Investasi untuk pelayanan publik dibagi menjadi dua, yakni sarana dan

prasarana, serta fasilitas umum lainnya. Jenis investasi ini tidak memperoleh

aliran kas masuk, justru bisa berubah menjadi pusat biaya, meski tidak

diharapkan adanya aliran kas yang masuk, akan tetapi investasi ini berfungsi

untuk melayani sektor atau aktivitas ekonomi lainnya.

d. Investasi untuk penciptaan r etur n baik dalam jangka panjang maupun

jangka pendek dalam konteks ini memper hatikan aspek bisnis.

Investasi yang bertujuan dalam meningkatkan pendapatan dioperasikan dalam

(1) pola intensifikasi serta ekstensifikasi pendapatan asli daerah dan (2)

investasi dalam bisnis di sektor hulu dan hilir dalam struktur perekonomian

lokal. Dalam investasi yang pertama lebih menekankan pada pembentukan

perangkat sistem guna melaksanakan tugas pengumpulan jenis-jenis pajak

maupun retribusi daerah, sedangkan yang kedua lebih kompleks karena perlu

10
pertimbangan kelayakan dari sisi hukum.

e. Investasi dalam menciptakan bisnis bar u yang lebih mengedepankan pada

upaya inovatif sumber -sumber ekonomi bar u.

Salah satu kekuatan ekonomi suatu bangsa atau daerah adalah kemampuan

melakukan inovasi guna merekayasa produk-produk baru ke dalam sistem

perekonomian, dimana rekayasa teknologi merupakan dimensi ekonomi yang

sangat tinggi di masa mendatang. Penelitian dan pengembangan sudah

seharusnya didanai sebagai bagian dari kebijakan investasi masa depan suatu

daerah.

f. Investasi yang menciptakan penghematan maupun peningkatan kapasitas

ketugasan pada Apar atur Pemer intah Daer ah yang ukur annya adalah

efisiensi.

Investasi dalam konteks ini terkait dengan tujuan reorganisasi tata kelola

pemerintahan secara menyeluruh, dimana beberapa bentuk pelayanan publik

direkomendasikan untuk menggunakan peralatan yang lebih baik dan perlu

dipertimbangkan berapa besar biaya-biaya operasi organisasi pemerintahan.

Dengan adanya berbagai variasi dalam investasi sektor publik, penilaian

kelayakan usulan investasi sektor publik tidak bisa semata-mata dinilai dengan

analisis investasi yang biasa diterapkan pada sektor privat, akan tetapi

membutuhkan beberapa pertimbangan lainnya yang menyangkut aspek politis,

sosial, dan masyarakat. Dengan demikian ukuran pada masing-masing jenis

investasi tidaklah harus menggunakan instrumen penilaian yang sejenis.

Kaitannya dengan biaya investasi, penerapan biaya historis pada investasi sektor

publik dirasa kurang tepat, prinsip biaya relevan lebih tepat untuk diterapkan,

11
dimana akan dapat lebih tepat dalam mengambil biaya-biaya apa saja yang

relevan untuk mempertahankan fungsi bisnis di sektor publik (Subiyanto, dalam

Halim 2008).

5. TEKNIK DASAR PENILAIAN INVESTASI SEKTOR PUBLIK)

Analisis biaya dan manfaat seringkali digunakan sebagai kriteria penilaian

investasi dalam sektor publik dalam menilai perolehan manfaat sosial investasi,

yang mana pengkuantifikasian biaya dan manfaat seringkali pula mengalami

masalah sulitnya pengukuran terhadap kedua hal tersebut. Mardiasmo (2009)

menjelaskan empat langkah utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi,

yaitu:

a. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan

Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyak alternatif investasi

untuk mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi

alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut.

Keterkaitan antara satu poyek dengan proyek yang lain perlu diperrtimbangkan

untuk mengetahui sejauh mana penerimaan atau penolakan suatu investasi akan

mempengaruhi investasi lain.

b. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilakukan

(cost/benefit relationship).

Perhitungan manfaat dan biaya harus pula memasukkan analisis manfaat dan

biaya sosial (social cost/benefit) yang ditimbulkan dari investasi publik yang

akan dilakukan. Pada organisasi sektor publik biaya dan manfaat seringkali

tidak dapat secara langsung diukur dengan satuan uang, sehingga teknik-teknik

12
analisis biaya dan manfaat sangat cocok untuk diterapkan. Dalam analisis biaya

manfaat ini, benefit (manfaat) ditekankan pada semua keunggulan ekonomi dan

sosial yang diperoleh, sedangkan untuk cost (biaya) ditekankan pada

kelemahan-kelemahan proyek yang dikuantifikasikan dalam bentuk uang.

Sebagai contoh ketika suatu organisasi sektor publik merencanakan membuat

sebuah jalan baru, maka akan muncul monetary cost untuk biaya konstruksi

dan perawatan. Disamping itu juga akan muncul dalam bentuk perusakan

pemandangan, polusi udara, polusi suara, kemungkinan bertambahnya

kecelakaan dan sebagainya. Di lain pihak, manfaat sosial yang muncul berupa

pengurangan kemacetan lalu lintas, mempercepat perjalanan, mengurangi biaya

pendistribusian barang dan lain sebagainya.

c. Menghitung manfaat dan biaya dalam rupiah

Terkadang terdapat kesulitan dalam menghitung manfaat dan biaya dalam

rupiah. Kesulitan yang dihadapi adalah apabila biaya dan manfaat dari suatu

proyek tidak dapat diukur dalam bentuk rupiah, misalnya manfaat dan biaya

sosial. Dalam kondisi tersebut, yang dapat dilakukan adalah menghitung nilai

manfaat dari proyek secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan analisis

efektifitas biaya (cost effectiveness analysis).

d. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektifitas biaya tinggi

Rasio biaya dan manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal peneetuan

penerimaan proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi

pehitungan. Tidak semua biaya dan manfaat sosial dapat dimasukkan dalam

perhitungan, bahkan beberapa diantaranya tidak dapat dipakai dalam

pengukuran yang objektif dalam bentuk moneter.

13
Halim (2008) menjelaskan bahwa teknik analisis investasi pada sektor

privat begitu beragam dan sudah umum diketahui, berbeda dengan halnya pada

sektor publik, dimana analisis investasi masih menimbulkan sebuah dilema,

dimana pada sektor publik, analisis difokuskan pada evaluasi terhadap biaya

manfaat suatu proyek/belanja modal/investasi. Akan tetapi, persoalan terkait

evaluasi terhadap biaya-manfaat pada sektor publik tidaklah mudah, hal ini

dikarenakan pada sektor publik pengkuantifikasian biaya dan manfaat tidak hanya

dari aspek komersial melainkan aspek sosial, budaya, keamanan, dan lain-lain,

dimana persoalan inilah yang menyangkut penentuan tingkat diskon yang

menyangkut banyak aspek, sehingga di sektor publik dikenal dengan istilah Social

Discount Rate, Social Time Preference Rate, dan Social Opportunity Cost Rate

(Halim, 2008).

Dengan adanya kerumitan dalam pengkuantifikasian biaya-manfaat pada

sektor publik, sehingga analisis investasi pada sektor privat diterapkan pula pada

sektor publik dengan dilengkapi beberapa hal yang dianggap penting dalam

analisis investasi tersebut, misalnya pertimbangan aspek hukum, sosial, dan

tuntutan masyarakat.

Dengan demikian, sebelum melakukan investasi, unit-unit organisasi

dalam sektor publik perlu menentukan kebutuhan investasi, karena hal tersebut

akan sangat berhubungan dengan penganggaran modal/invesitas, dimana

Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa penganggaran modal/investasi merupakan

proses untuk menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek

tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi. Dikarenakan ada

kaitan yang erat antara kebutuhan investasi dan anggaran yang harus disediakan,

14
sehingga diperlukan analisis investasi dengan mempertimbangkan beberapa aspek

diantaranya tingkat diskonto, tingkat inflasi, risiko dan ketidakpastian, serta

capital rationing (Mardiasmo, 2009).

Mardiasmo (2009) menjelaskan terdapat beberapa teknik analisis yang

digunakan dalam sektor publik yang biasa diterapkan pada sektor privat, yakni:

a. Metode penilaian investasi tradisional

Metode tradisional yang sering digunakan adalah tingkat pengembalian modal

yang diinvestasikan (accounting rate of return on capital employed-ROCE)

dan payback period (PP).

b. Metode aliran kas yang didiskontokan

Metode aliran kas yang biasa digunakan untuk penilaian investasi dengan

menggunakan metode aliran kas yang didiskontokan adalah Net Present Value

(NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).

Selain kedua metode di atas, terdapat juga beberapa teknik untuk mengevaluasi

investasi, yakni Net Present Benefit (NPB), analisis biaya manfaat, dan analisis

efektivitas biaya.

c. Analisis Efektifitas Biaya (Cost-Effectiveness Analysis)

Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam

menghitung biaya dan manfaat sosial secara kuantitatif. Analisis cost-

effectiveness meliputi penilaian terhadap biaya dan mafaat yang dapat

dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang atas

suatu proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan,

namun tidak dinilai. Dengan kata lain, analisa cost-effectiveness memusatkan

pada pengukuran suatu yang dapat diukur. Langkah-langkah dalam melakukan

15
analisis efektivitas biaya adalah sebgai berikut:

1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal. Hal tersebut

meliputi pula penentuan biaya bangunan, perlatan, dan tanah. Hal ini

penting karena sumber daya yang diperlukan oleh sebuah proyek harus

dinilai pada opportunity cost penuhnya. Dengan demikian, jika organisasi

menggunakan tanahnya sendiri yang mana sebuah bangunan akan didirikan

di atasnya, maka biaya yang dipakai harus dinilai berdasarkan harga pasar

pada saat itu (current market value)

2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi (running cost) selama umur

yang diharapkan dari suatu proyek

3. Membuat estimasi output terukut selama umur yang diharapkan dari suatu

proyek

4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang

dilakukan

5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk

memungkinkan melakukan

6. Perbandingan prosedur yang biasa dipakai adalah menghitung nilai

sekarang (present value), tetapi proyek-proyek yang dimiliki umur yang

berbedaa mungkin lebih tepat dibandingkan dengan menggunakan biaya

tahunan ekuivalen (equivalent annual cost).

7. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya

dan manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek

yang akan dijalankan.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan analisis

16
efektivitas biaya. Kesulitan tersebut terjadi pada waktu membuat estimasi atau

perkiraan mengenai waktu dan besarnya jumlah biaya dan manfaat di masa

datang. Kesulitan juga dialami pada saat pemilihan tingkat diskonto (discount

rate) yang tepat atau penyesuian untuk tingkat risiko dan ketidakpastian, sebagai

gambaran dalam seksi pendahuluan pada analisa cost-benefit. Namun demikian,

mekanisme pendiskontoan pada dasarnya tidak berbeda dari yang biasa diterapkan

pada sektor swasta.

6. PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI DALAM SEKTOR

PUBLIK

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah pengambilan

keputusan investasi dalam sektor publik, untuk menilai layak atau tidaknya

sebuah usulan investasi menimbulkan dilema yang besar bagi pemerintah daerah.

Terdapat banyak hal yang harus dipertimbangkan, tidak hanya dari aspek

ekonomis, melainkan aspek sosial, politis, hukum, dan lain sebagainya.

Konteks investasi dalam sektor publik memiliki dimensi yang berbeda

dengan sektor privat, dimana investasi sektor publik lebih berfokus pada

kebijakan pemerintah dengan dimensi waktu yang operasi suatu proyeknya

memiliki jangka waktu yang bervariasi, begitu juga aspek tujuan dan arah tidak

hanya menyangkut aspek ekonomis, melainkan dimensi moral sekalipun bisa

masuk dalam lingkup investasi sektor publik (Subiyanto, dalam Halim 2008).

Pemerintah daerah selaku pengambil keputusan membutuhkan pertimbangan yang

matang baik pertimbangan dari aspek ekonomis maupun tuntutan dan keinginan

masyarakat.

17
7. PENERAPAN INVESTASI SEKTOR PUBLIK (PEMERINTAH)

a. Rumah Sakit Pemer intah di Kota Cimahi

Penelitian terkait analisis investasi pada sebuah Rumah Sakit Pemerintah

oleh Riri Ratnayani, Bernardius Herbudiman, dan Yudhistira Sethyanegara (2006)

merupakan salah satu bentuk investasi publik. Berikut ini disajikan paparan

singkat mengenai penerapan analisis investasi pada sektor publik, yakni Rumah

Sakit Pemerintah di Kota Cimahi. Rumah Sakit ‘X’ merupakan Rumah Sakit

pemerintah di kota Cimahi, maka untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, Rumah Sakit ini membangun sebuah gedung baru untuk

menambah semua fasilitas yang telah ada.

Gedung yang dibangun terdiri dari 6 lantai, yang berfungsi sebagai

kantor administrasi, ruang perawatan, poliklinik, dan apotek. Karena yang

berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah pemerintah

dan/atau masyarakat kota Cimahi secara keseluruhan, maka Rumah Sakit ‘X’ ini

tidak mengejar keuntungan semata, tetapi lebih bersifat proyek sosial untuk

masyarakat. Kesimpulan dari hasil analisis kelayakan investasi yang dilakukan

pada Rumah Sakit ‘X’ Cimahi ini adalah pembangunan Rumah Sakit ‘X’

merupakan invetasi yang layak. Hal ini dapat dilihat dari :

a. Net Present Value (NPV) : Rp 6.187.604,321 > 0. Dengan NPV > 0

menunjukkan investasi yang layak pada Rumah Sakit ‘X’.

b. Internal Rate of Return (IRR) = 9,75 %, Dengan IRR = 9,75% > MARR

(Minimum Attractive Rate of Return) = 7%, maka dapat dikatakan bahwa

investasi pada Rumah Sakit ‘X’ layak dilaksanakan.

c. Payback Period (jangka waktu pengembalian investasi) = 9 tahun, 3 bulan.

18
Dengan melihat jangka waktu pengembalian yang cukup cepat tersebut, maka

proyek dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.

d. Benefit Cost Ratio (BCR), Dengan didapat B/C = 1,31 > 1, maka proyek layak

untuk dilaksanakan. Sedangkan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan

analisis pada pembangunan Rumah Sakit ‘X’ ini adalah :

1. Dalam pengambilan nilai discount factor (P/F,i,n) berdasarkan atas tingkat

suku bunga (i) deposito yang berlaku, jika terdapat pinjaman maka nilai

discount factor sebaiknya menggunakan tingkat suku bunga pinjaman.

2. Metode payback period sebaiknya tidak dijadikan pegangan utama dalam

perhitungan analisis kelayakan investasi, karena dalam metode ini tidak

diperhitungkan nilai waktu

Analisis kelayakan investasi pada Rumah Sakit Pemerintah ini, tidak

semata-mata dinilai berdasarkan analisis investasi yang biasanya diterapkan pada

sektor privat, melainkan aspek sosial dari masyarakat yang membutuhkan

pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga metode payback period tidak

menjadi pegangan utama dalam menilai kelayakan investasi, melainkan manfaat

dikemudian hari yang akan dirasakan oleh masyarakat.

b. Investasi Per alatan CT-SCAN di RSUD Kabupaten Sleman

Kasus Investasi Peralatan CT-SCAN di RSUD Kabupaten Sleman oleh

Deni Ria Setiawati dan Indriana Puji Lestari (dalam Halim, 2008) merupakan

salah satu contoh kasus dalam investasi sektor publik yang analisis investasinya

tidak berdasarkan hasil perhitungan melalui analisis investasi seperti yang

dilakukan pada sektor privat, melainkan lebih mempertimbangkan aspek

distribusi, aspek teknis dan aspek sosial berupa manfaat alat CT Scan bagi

19
pelayanan kesehatan masyarakat dalam jangka waktu panjang dengan tarif

pemeriksaan yang terjangkau oleh masyarakat.

Berikut ini disajikan terkait permasalahan investasi terkait investasi

peralatan CT-Scan. Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai tugas membantu

Bupati dalam menyelenggarakan pemerintah daerah di bidang pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

optimal perlu adanya dukungan dari pihak luar rumah sakit, dalam hal ini

Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, DPRD, dan masyarakat. Dukungan dari

dalam rumah sakit dapat berupa anggaran biaya untuk operasional, sumber daya

manusia baik tenaga medis, paramedis, paramedis non keperawatan dan tenaga

non medis, sarana pendukung berupa gedung, peralatan medis dan non medis

serta penerapan standar operasional prosedur pelayanan yang jelas, transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Adanya potensi pasar dan tingkat persaingan yang cukup ketat dalam bidang

layanan jasa kesehatan, maka RSUD Sleman harus mampu bersaing dengan pihak

lain. Terkait dengan rencana investasi peralatan CT Scan, di Yogyakarta baru 3

rumah sakit besar yang mempunyai peralatan CT Scan yaitu RSUP Dr Sardjito,

RS Bethesda, dan RS Panti Rapih. Terhadap ketiga rumah sakit tersebut dapat

menjadikan pesaing bagi RSUD Sleman dan juga dapat dijadikan mitra dalam

pelayanan kesehatan terutama pelayanan pemeriksaan CT Scan.

Sesuai dengan salah satu misi RSUD Sleman yaitu meningkatkan

pelayanan kesehatan dengan dukungan IPTEK yang memadai, maka diperlukan

dukungan peralatan canggih yang bertujuan untuk membantu dalam menegakkan

diagnosis penyakit, berguna dalam penanganan pengobatan dan tindakan serta

20
berguna dalam percepatan penyembuhan. Dalam rencana investasi peralatan CT

Scan digunakan beberapa asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Rencana investasi CT Scan berasal dari APBN

b. Tingkat bunga pinjaman sebesar 12% per tahun

c. Kenaikan jumlah pasien sebesar 10% per tahun

d. Tarif pemeriksaan CT Scan naik 10% setiap 2 tahun karena

mempertimbangkan kenaikan harga film dan bahan kontras

e. Harga perolehan CT Scan sebesar Rp 6.065.500.000, merk Siemens-Jerman,

sudah termasuk biaya pengiriman, penginstalan, dan pemilihan operator

f. Garansi servis selama 1 tahun, servis dilaksanakan selama 4 bulan sekali

g. Garansi ketersediaan suku cadang selama 5 tahun

h. Mempunyai taksiran umur ekonomis selama 10 tahun

i. Biaya penyusutan per tahun = Rp 606.550.000

j. Penggunaan peralatan CT Scan di RSUD Sleman: setiap hari digunakan mulai

jam 8.00-18.00, setelah digunakan peralatan CT Scan harus dimatikan selama

30 menit – 1 jam, seminggu hanya digunakan 6 hari kerja, pemeriksaan non

kontras diperlukan waktu selama 20 menit, dan untuk pemeriksaan kontras

diperlukan waktu 1,5 jam

k. Untuk penempatan peralatan CT Scan diperlukan minimal ruang seluas: gantry

dan meja: 15,3 m2, complete system: 20,5 m2, dan diperlukan biaya Rp

75.000.000 untuk menambah ruangan baru yang ideal.

l. Menentukan tarif pemeriksaan CT Scan

Berikut ini disajikan terkait gambar CT Scan yang merupakan rencana

21
investasi peralatan canggih dari RSUD Sleman.

Gambar 1. Compuerized Tomography Scanner (CT-Scan)

(www.rs-jih.co.id)

Metode analisis kelayakan investasi yang digunakan adalah metode

Payback Period (PP) dan Metode Net Present Value (NPV). Analisis payback

period menunjukkan bahwa investasi CT Scan akan dapat dikembalikan dalam

jangka waktu 7,87 tahun atau 7 tahun 10 bulan, sedangkan analisis NPV

menunjukkan NPV < 1 atau NPV negatif, meskipun hasil analisis NPV

menunjukkan < 1 atau NPV negatif, yang mana berarti bahwa investasi CT Scan

dari aspek finansial tidak layak dilakukan di RSUD Sleman, akan tetapi dari aspek

lainnya seperti aspek distribusi, aspek teknis, dan aspek sosial serta mengingat

manfaat sosialnya sangat besar bagi masyarakat banyak, maka usulan investasi

tersebut dapat dikatakan layak untuk ditindaklanjuti atau dilaksanakan.

Manfaat dari aspek teknis dan teknologi diantaranya: memberikan hasil

pemeriksaan yang lebih lengkap dibandingkan dengan peralatan rontgen biasa,

seperti dapat mendeteksi tumor, pendarahan pada otak sehingga dapat

menegakkan hasil diagnosisi dan dapat dipertanggungjawabkan. Dari aspek sosial

22
budaya dan distribusi memberikan sumbangan manfaat seperti: pemberian CT

Scan kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan tanpa membedakan apakah

termasuk masyarakat yang mampu membayar atau masyarakat miskin, selain itu

pendapatan yang diperoleh rumah sakit merupakan pendapatan asli daerah

Kabupaten Sleman dan akan dikembalikan seluruhnya untuk operasional rumah

sakit, sehingga masyarakat pengguna jasa rumah sakit akan merasakan langsung

manfaatnya. Dari tataran aspek sosial, manfaatnya yakni: pelayanan pada rumah

sakit ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan tanpa

membedakan status sosial ataupun ekonomi masyarakat, selain itu pemeriksaan

CT Scan akan langsung dapat dilayani tanpa perlu dirujuk ke rumah sakit lain

sehingga pelayanan kepada pasien dapat dilakukan secara tepat.

Dengan mempertimbangkan beberapa manfaat-manfaat baik dari aspek

teknis dan teknologi, aspek sosial budaya dan distribusi, serta aspek sosial, maka

usulan investasi terkait ST Scan ini bisa direalisasikan, dimana dengan adanya

teknologi baru berupa ST Scan ini dapat memajukan RSUD Sleman pada

khususnya dan Pemerintah Kabupaten Sleman pada umumnya, sehingga

kedepannya mampu bersaing dengan Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah

Kota lainnya terkait pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

C. PENUTUP

Investasi pada sektor publik yang terutama dilakukan oleh pemerintah

daerah adalah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah

yang akan berdampak pada kesejahteraan dan kemakmuran daerah. Investasi yang

dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai aktivitas untuk memfasilitasi pelayanan

23
kepada masyarakat, sehingga untuk mencapai keberhasilan investasi yang

dilakukan oleh pemerintah tersebut perlu adanya analisis investasi untuk menilai

apakah investasi yang dilakukan memberikan dampak positif (teknis, distribusi,

ekonomi dan sosial) atau sebaliknya.

Adapun beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam analisis

investasi diantaranya aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek ekonomi finansial,

dan aspek distribusi, selain itu adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan

dalam analisis investasi, diantaranya adalah tingkat diskonto, tingkat inflasi, risiko

dan ketidakpastian, serta capital rationing.

Pengambilan keputusan investasi pada sektor publik tidak hanya dengan

pertimbangan ekonomi semata selayaknya pada sektor swasta, akan tetapi perlu

juga pertimbangan politis, sosial, serta tuntutan dan keinginan masyarakat sebagai

pertimbangan dalam mengajukan usulan investasi tersebut. Dampak dari adanya

kesulitan dalam mengkuantifikasikan biaya dan manfaat pada sektor publik,

sehingga analisis terkait usulan investasi masih menerapkan analisis investasi

yang biasa diterapkan pada sektor privat, dimana untuk memudahkannya

digunakan analisis efektivitas biaya. Analisis biaya dan manfaat dikembangkan

sebagai kriteria penilaian investasi sektor publik dalam menilai perolehan manfaat

sosial investasi, diantaranya meliputi: (1) identifikasi kebutuhan investasi yang

mungkin dilakukan, (2) menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang

akan dilakukan (cost/benefit relationship), (3) menghitung manfaat dan biaya

dalam rupiah, dan (4) memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan

efektifitas biaya tinggi. Akan tetapi, analisis efektivitas biaya pula mengalami

kesulitan dalam penerapannya yakni terkait dengan pembuatan estimasi mengenai

24
waktu dan besarnya jumlah biaya manfaat di masa datang, kesulitan ini dialami

pada saat pemilihan tingkat diskonto, namun demikian, mekanisme pendiskontoan

tidak jauh berbeda dari yang diterapkan pada sektor swasta.

Dengan demikian, analisis investasi dalam sektor publik tidak difokuskan

hanya dalam penilaian secara ekonomi belaka, melainkan banyak aspek lainnya

yang perlu dipertimbangkan, yang mana hal tersebut akan membedakan proses

penerapan analisis investasi pada organisasi sektor publik dan organisasi sektor

swasta.

25
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul., 2008. Analisih Investasi (Belanja Modal) Sektor Publik-


Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuuntansi Sektor Publik, Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan,
Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 2008 Tentang Investasi
Pemerintah.
Ratnayani, Riri, Bernardius Herbudiman, dan Yudhistira Sethyanegara. 2006.
Analisis Kelayakan Investasi pada Rumah Sakit X di Cimahi. Media
Teknika Sipil. Tersedia pada: media.sipil.ft.uns.ac.id. Diakses pada Tanggal
4 Oktober 2015.
www.rs-jih.co.id. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015.

26

Anda mungkin juga menyukai