Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EVALUASI ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK APARATUR SIPIL


NEGERA (ASN) TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (STUDI KASUS
NEPOTISME SELEKSI CASN 2021)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Administrasi

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Rozikin

Disusun oleh:

Muhammad Reynaldi Ferdiansyah (215030107111101)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dan kepuasan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan,
mengingat bahwa kebutuhan manusia itu tak terbatas (Komaruddin, 1991: 1).
Untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka manusia akan melakukan
berbagai cara agar bisa memenuhinya, sehingga perlu ada sebuah peraturan
sebagai batasan mengenai apa saja hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh.
Kaidah tersebut dipahami sebagai etika yang berisikan perintah dan larangan
mengenai baik dan buruknya perilaku manusia, yaitu perintah yang harus
dipatuhi dan larangan yang harus dihindari. (Keraf, 2010). Etika merupakan
sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola perilaku manusia baik
sebagai pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu penting adanya suatu
pedoman atau aturan untuk melakukan pembenahan dan upaya peningkatan
kualitas seorang individu maupun kelompok agar mendapat tujuan sesuai
dengan yang akan dicapai. (Yuningsih, 2017, h. 1-2)
Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah harapan masyarakat
terhadap para Aparatur Sipil Negara (ASN), karena orientasi dari seorang
aparatur negara adalah “melayani masyarakat”, bukan melayani dirinya
sendiri. ASN berkewajiban melaksanakan tugas pemerintah, negara, dan
melayani masyarakat dengan jujur, bermoral tinggi, menepati janji,
mempertahankan keutuhan korps, menjaga nama baiknya, dan mempu
bersinergi (Tap MPR Nomor VI/MPR/2001). Etika memiliki peran dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik, karena etika ASN memegang teguh
tiga landansan yang dijadikan sebagai sebagai pondasi berbangsa, bernegara,
bermasyarakat, dan berpemerintahan. Landasan pertama adalah landasan
konstitusional yaitu UUD 1945, landasan kedua adalah sumber tertib hukum
lainnya (TAP MPRS No XX/1966 jo Tap MPR no. III/2000) dan landasan
ketiga adalah RENSTRANAS, RENSTRADA, dan RENJA.
Maraknya kasus penyelewengan yang tidak sesuai dengan ketiga
landasan membuat pemerintahan menjadi tidak efektif dan efisien. Salah satu
kasus adalah penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang dan hal yang kerap
terjadi adalah nepotisme, yaitu berusaha menempatkan keluarga atau
kroninya di berbagai jabatan dan kedudukan yang memanfaatkan kekuatan
seseorang yang memiliki kedudukan atau jabatan tertentu (Pope, 2003).
Presiden BJ Habibie dan DPR pada kala itu sudah berusaha untuk
menghilangkan kebiasan buruk ini dengan mengesahkan UUD R1 No 28
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Korupsi yang menjadi dasar
hukum sah mengenai larangan melakukan praktek nepotisme, korupsi dan
kolusi. Namun faktanya, masih banyak praktek nepotisme yang terjadi,
bahkan sudah menjadi rahasia umum dalam proses perekrutan pegawai baru,
baik di instansi pemerintah maupun swasta.
Nepotisme yang terjadi di organisasi berdampak terhadap distribusi
sumber daya seperti pembayaran dan pengahargaan (distributive justice) yang
dirumuskan oleh Adams dalam Equity Theory dan berkembang menjadi
konsep Organizational Justice (Greenberg, 2005). Pemerintah dalam
memberikan pelayanan publik harus menerapkan etika kepada seluruh
pegawainya dan memberikan sanksi yang tegas apabila melanggarnya. Etika
administrasi publik memberi aturan atau standar pengelolaan, arahan moral
bagi anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat,
terkait dengan kepegawaian, perbekalan, keuangan, ketatausahaan, dan
hubungan masyarakat. Dengan demikian penulis tertaik untuk membahas
mengenai bagaimana Evaluasi dan Integritas Etika Administrasi Publik
dalam Proses Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CASN), khususnya
pada kasus nepotisme seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (CASN)
tahun 2021.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan kasus nepotisme yang terjadi pada seleksi Calon Aparatur
Negera (CASN) tahun 2021, maka dapat diketahui bahwa rumusan masalah
pada penulisan ini sebagai berikut:
- Untuk mengetahui pengaruh penerapan etika administrasi publik dalam
pelayanan publik.
- Untuk Mengetahui evaluasi dan rekomendasi mengenai etika ASN
selama proses seleksi CASN berlangsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Empiris


Tinjauan empiris adalah tinjauan yang diperoleh melalui penelitian
lain sebelumnya dengan manfaat sebagai refresnsi untuk melakukan
penulisan saat ini dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh etika
administrasi publik terhadap pelayanan publik, khususnya dalam seleksi
Calon Aparatur Negara (CASN).

Peneliti dan Variabel Metode Penelitian Hasil penelitian


Judul
Lazuardi, Variabel bebas Menggunakan Didapatkan
Taufan yaitu proses metode penelitian kesimpulan bahwa
(2014). rekutmen dan kualitatif dengan terdapat beberapa
Nepotisme seleksi terhadap menggunakan indikator yang
Dalam Proses variabel terkait sampel dari populasi, menyebabkan
Rekutmen yaitu tindakan yang objeknya terjadinya tindak
dan Seleksi: nepotismen adalah HRD atau nepotisme dalam
Potensi dan pemimpin dalam proses seleksi, yaitu
Kelemahan sebuah organisasi faktor titipan dari
melalui metode keluarga
wawancara.
Sulaiman & Variabel bebas Menggunakan Seleksi penerimaan
Radiansah, yaitu metode riset melalui CPNS melalui
D. (2021). transparansi penyebaran metode CAT pada
Opini Peserta penerimaan kuesioner sebagai Badan Kepegawaian
Terhadap CPNS terhadap instrumen Daerah Kabupaten
Transparansi variabel terikat pengumpulan Bengkayang
Penerimaan yaitu opini datanya terhadap 41 membentuk opini
CPNS peserta dan peserta tes CAT yang positif karena
Melalui terdapat variabel CPSN di Badan informasi yang
Metode moderasi yaitu Kepegawaian diberikan sudah
Computer Metode Daerah Kabupaten sangat baik dan jelas
Assisted Test Computer Bengkayang sebagai
(CAT) Assisted Test sampel
(CAT)
Tutu, V, Variabel bebas Menggunakan Secara keseluruhan,
Laloma, A, yaitu proses metode penelitian proses seleksi sudah
Ruru, J, M. rekrutmen kualitatif dengan berjalan dengan
(2016). Aparatur Sipil melakukan baik, transparan, dan
Implementasi Negara terhadap wawancara terhadap akuntabel, namun
Good variabel terikat lima pejabat di masih ada yang perlu
Governance yaitu Badan Kepegawaian diperbaiki, yaitu
Dalam Proses implementasi Daerah Kota integrasi data agar
Rekrutmen Good Manado tidak terjadi data
Aparatur Governance yang sama pada
Sipil Negara tempat yang berbeda
Di Badan
Kepegawaian
Daerah Kota
Manado

2.2 Tinjauan Teoritis


2.2.1 Definisi Etika dalam Etika Administrasi Publik
Berangkat dari pengertian etika menurut Bertens dalam (Pasolog, 2007:
190) bahwa etika adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak, sehingga
etika merupakan bagian dari manusia, manifestasi watak baik adalah
seseorang yang berperilaku baik, begitu pula dengan sebaliknya. Dalam
lingkup pelayanan publik, etika administrasui diartikan sebagai filsafat dan
profesional standar (kode etik) atau right rules of conduct (aturan berperilaku
yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau
administrasi publik (Pasolog, 2007: 193). Maka dari itu etika berkaitan
dengan administrasi publik, dimana etika mempelajari mengenai filsafat, nilai
dan moral sedangkan administrasi publik mempelajari tentang pembuatan
kebijakan, pengambilan keputusan, dan pengimplementasian kebijakan. Etika
bersifat abstrak yang membahas mengenai perbuatan baik dan buruk,
sedangkan administrasi bersifat pasti dan harus mewujudkan apa yang telah
dirumuskan dan disepakati dalam kebijakan publik. Etika administrasi publik
adalah bagian dari etika sosial yang memiliki hubungan erat dengfan etika
profesi, etika politik, etika lingkungan hidup, etika keluarga, sikap terhadap
sesama, bahkan kritik terhadap ideologi. Diharapkan seorang administrator
publik selalu menggunakan pertimbangan etika dalam melakukan segala
aktivitas yang menyangkut kepentingan publik.
2.2.2. Proses Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (ASN)
Rekurutmen adalah rangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar
kerja dengan motivasi kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang
diperlukan untuk menutupi kekurangan dalam sebuah organisasi atau
lembaga sesuai dengan perencanaan kepegawaian Menurut Henry Simamora
(1997: 212). Sebagai public sector maka terdapat aturan-aturan khusus dalam
proses rekruitmen aparatur sipil negara, hal ini diatur dalam UU Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Bagian Ketiga Manajemen PNS
Paragraf 2 Pengadaan Mulai dari Pasal 58 sampai Pasal 66, sehingga jika
terdapat perihal yang melanggar ketentuan tersebut, maka akan ketentuan
yang harus ditanggung.
2.2.3. Nepotisme Aparatur Sipil Negara (ASN)
Pembenaran prakik nepotisme adalah tindakan yang melanggar hukum
bagi siapapun yang melakukannya, khusunya bagi aparat sipil negara, hal ini
diatur dalam dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
BAB IV Fungsi, Tugas, Dan Peran Bagian Ketiga Pasal 12 yaitu Pegawai
ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Adapun
lembaga yang berfungsi sebagai pengawas kinerja Aparatur Sipil Negara,
yaitu Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Salah satu tujuan KASN adalah
untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif, efisien
dan terbuka, serta bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Rententan Kejadian Kasus Nepotisme Pada Seleksi CASN Tahun


2021

Pandemi covid-19 tahun 2020 mmebuat pemerintah menunda penerimaan


Calon Aparatur Sipil Negara (CPNS), karena penerimaan CPNS pada tahun
sebelumnya baru selesai di tahun 2020 dikarenakan covid-19, namun tidak
semua penerimaan ditutup, hal ini tidak berlaku bagi penerimaan CPNS
melalui jalur sekolah kedinasan. Pada tahun selanjutnya seleksi CASN
dilaksanakan, namun dengan memenuhi prosedur yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, namun terdapat beberapa kecurangan selama seleksi CASN tahun
2021 ini. Pertama adalah kasus tang terjadi di 10 daerah yang tersebar di
beberapa provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Lampung. Polisi menetapkan 21
warga sipil dan 9 pegawai negeri sipil, modus yang digunakan oleh tersangka
adalah menggunakan aplikasi remote acces pada pelaksanaan seleksi dengan
Computer Assisted Test (CAT), selain itu modus lainnya adalah dengan
menggunakan perangkat khusus yaitu “miscspy” yang disembunyikan di
balik baju peserta, polri juga menyita beberapa barang bukti yaitu 58 Unit
Handphone, 43 Unit Laptop/PC, 9 Unit Flashdisk, dan 1 Unit DVR.
Kabagreg Ops Bareskrim Polri Kombes M Syamsul Arifin Menguraikan, dari
hasil pengungkapan diketahui para tersangka menjanjikan kelulusan menjadi
ASN dengan meminta uang dengan jumlah hingga ratusan juta rupiah.
Bahkan salah satu dari 9 pegawai negeri tersebut adalah Kepala BKPSDM
Kolaka Utara, tersangka mematok harga senilai 150 juta, adapun peserta yang
lolos adalah 6 orang dan 3 orang lainya tidak lolos karena terlamba saat
pelaksanaan tes CASN, 6 orang tersebut dipastikan menjadi daftar hitam
untuk selamanya bagi seluruh instansi pemerintah. Atas tindak pidana
tersebut, para tersangka dikenakan Pasal 46 Jo Pasal 30, Pasal 48 Jo Pasal 32,
dan Pasal 50 Jo Pasal 34 UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
3.2. Kaitan Etika Administrasi Publik dengan kasus Nepotisme Pada
Seleksi CASN

Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur sipil


Negara (ASN), dapat diketahui bahwa seorang aparatur harus berpedoman
terhadap dua hal yaitu: pertama adalah berkeyakinan bahwa seorang aparatur
negara harus mengabdikan dirinnya untuk melayani kepentingan publik,
sehingga harus bersikap profesional, memiliki integritas, dan kompeten dalam
bidangnya. Kedua adalah tidak bekerja untuk kepentingan politik,
kepentingan lembaga, atau kepentingannya sendiri, maka dari dalam etika
pelayanan publik terdapat sebuah acuan refernesi dan penuntun bagi aparatur
sipil negara dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, yakni: (1)
Efisiensi, (2) Membedakan antara miliki pribadi dengan milik kantor, (3)
Impresonal, (4) Merytal system, (5) Responsible, (6) Accountable dan (7)
Responsiveness.
Etika administrasi publik dalam kinerja pelayanan publik diperlukans
ebagai bentu adanya sikap tanggap dari aparat birokrasi terhadap kepentingan
masyarakat. kepentingan melayani masyrakat harus ditempatkan menjadi
tujuan utama, agar tidak terjadi diskriminasi dalam pemberian pelayanan dan
bersikap ramah dalam memberi pelayanan, sehingga masyarakat merasa
memperoleh pelayanan yang baik (Dwyanto, 2000: 201-201).

3.3 Faktor Penyebab masih masifnya nepotisme dalam seleksi CASN

Peneliti dari The Prakarsa, Eka Afriana Djamhari menilai bahwa


kecurangan seleksi ASN kerap terjadi berulang dan masif di semua wilayah
Indonesia disebabkan oleh stigma bahwa ASN adalah pekerjaan dengan gaji
dan tunjangan yang stabil. Terlebih menjadi sebuah kebanggan bagi orang
tua, apabila anaknya menjadi ASN, karena anggapan publik bahwa ASN
adalah pekerjaan yang settle dengan berbagai benefit yang didapatkan, mulai
dari gaji, tunjangan pensiun, tunjangan kesehatan, fasilitas tertentu dan lain
sebagainya. Faktor itu ditambah karena ketidakpastian lapangan kerja,
menurut data BPS bahwa lebih dari 50 persen pekerja Indonesia adalah
pekerja informal, maka dari itu masyarakat masih mendapatkan
ketidakpastian dalam bekerja sehingga perlu bekerja secara informal, apabila
pekerjaan layak sudah memadahi maka pandangan publik mengenai bahwa
menjadi ASN adalah pekerjaan ideal akan hilang, di sisi lain, proses seleksi
juga perlu diperbaiki. Saat ini, masih ada sistem yang belum transparan dalam
sisi rekrutmen karena penilain dibuka secara terbatas, kasusu kecurangan
CASN 2021 harus mendapat perhatian khusus, pertama, BKN harus
mengevaluasi sistem rekrutmen saat ini, walaupun sudah menggunakan
sistem CAT, tapi masih banyak celah-celah kecurangan. Salah satu ungkapan
Wawan Heru Suyatmiko selaku Deputi Transparansi Internasional Indonesia
(TII) menuturkan bahwa perlu adanya pengawasan dari luar, wawan
menyarankan untuk melibatkan asesor independen sehingga tidak ada ruang
celah kecurangan, seperti menggunakan vendor rekrutmen yang profesional
dan terbuka agar tidak ada permainan orang dalam, karena sistemnya telah
ditutup.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kaitan Etika dengan Administrasi Publik berpengaruh besar terhadap


kinerja sebuah organisasi atau lembaga, karena dengan etika, seorang
pegawai mampu menempatkan antara baik dan ataupun salah, terutama bagi
aparat pelayanan publik, dimana etika menjadi sebuah dasar dalam “melayani
masyarakat” sehingga tidak dibenarkan jika melakukan tindakan yang bersifat
merugikan masyarakat, karena pada dasarnya Aparatur Sipil Negara (ASN)
adalah “abdi negara”. Kasus kecurangan yang tejadi pada seleksi CASN
tahun 2021 memberikan pelajaran bagi pemerintah agar membenahi sistem
dan meningkatkan keamanan data kembali, walaupun seleksi CASN berbasis
IT dan terintegrasi dengan sistem, nyatanya masih ada celah yang bisa
dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang ingin mendapatkan keuntungan dan
memberikan hukuman yang seberat-beratnya bagi oknum tersebut.

4.2 Saran

Pelanggaran etika yang terjadi pada seleksi CASN tahun 2021


memberikan pelajaran bahwa pentingnya menerapkan etika dalam kehidupan,
bukan hanya dipelajari saja, melainkan harus diamalkan, karena kejahatan
dan kecurangan bisa datang karena kesempatan, maka dari itu penting untuk
memperkuat iman agar tidak terjerumus ke jalan yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

Kencana, M, R, B. (2022). Polri Usut 30 Tersangka Kecurangan Seleksi CPNS


2021, Ada 9 Oknum PNS. Diakses pada 2 September 2022, dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4948035/polri-usut-30-tersangka-
kecurangan-seleksi-cpns-2021-ada-9-oknum-pns
Lazuardi, T. (2014). Nepotisme dalam Proses Rektutmen dan Seleksi: Potensi dan
Kelemahan. (Skripsi Sarjana, Universitas Diponegoro)
Musari & Mulia, R, A. (2022). Etika Administrasi Publik. Purbalingga: Eureka
Media Aksara
Nurrahman, A. (2022). 30 Orang jadi Tersangka Tes ASN Curang, Peserta bakal
Di-blacklist! Diakses pada 2 September 2022, dari
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6050104/30-orang-
jadi-tersangka-tes-asn-curang-peserta-bakal-di-blacklist/2
Prabowo, D. (2020). Ini Alasan Pemerintah Tunda Penerimaan CPNS 2020 dan
2021. Diakses pada 2 September 2022, dari
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/07/09345521/ini-alasan-
pemerintah-tunda-penerimaan-cpns-2020-dan-2021
Sulaiman & Radiansah, D. (2021). Opini Peserta Terhadap Transparansi
Penerimaan CPNS Melalui Metode. Jurnal Eksos, Th. XVII, No. 2, 131-
142
Taher, A, P. (2022). Perilaku Koruptif Demi jadi ASN & Kecurangan CPNS, Apa
Penyebabnya? Diakses pada 2 September 2022, dari
https://tirto.id/perilaku-koruptif-demi-jadi-asn-kecurangan-cpns-apa-
penyebabnya-grzT
Tutu, V, Laloma, A, Ruru, J, M. (2016). Implementasi Good Governance Dalam
Proses Rekrutmen Aparatur Sipil Negara Di Badan Kepegawaian
Daerah Kota Manado. Jurnal Administrasi Publik, Vol. 1, No. 37
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara
Yuningsih, T, dkk. (2018). Etika Administrasi Publik. Semarang: Program Studi
Doktor Administrasi Publik Fisip Undip Semarang
Yunus, M. (2022). Kepala BKPSDM Kolaka Utara Jadi Tersangka Praktik
Curang Seleksi CASN, Peserta Bayar Rp150 Juta Supaya Lolos Tes.
Diakses pada 2 September 2022, dari
https://sulsel.suara.com/read/2022/04/26/085623/kepala-bkpsdm-kolaka-
utara-jadi-tersangka-praktik-curang-seleksi-casn-peserta-bayar-rp150-
juta-supaya-lolos-tes?page=2

Anda mungkin juga menyukai