TUGAS INDIVIDU
PERTEMUAN 15
A. Latar Belakang
PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah salah satu perusahaan
otomotif terbesar di Indonesia. Perusahaan yang sering disebut sebagai “raja
otomotif” ini merupakan bagian dari perusahaan besar asal Jepang yaitu Toyota
Motor Corporation (TMC). Langkah TMC diIndonesia dimulai dengan pendirian
perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif, yaituPT Toyota Astra Motor
(PT. TAM). Perusahaan ini diresmikan pada 12 April 1971 danberoperasi pada 1
Januari 1972.Toyota Astra Motor yang semula menjadi importir, beralih fungsi
menjadi distributor. Dankemudian melakukan penggabungan bersama tiga
perusahaan, dengan tujuan untuk membangunkerjasama dalam menghadapi tuntutan
kualitas dan ketatnya persaingan di dunia otomotif.Ketiga perusahaan tersebut adalah
PT Multi Astra (pabrik perakitan), PT Toyota Mobilindo(pabrik komponen bodi), dan
PT Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin). Gabungan ketiga perusahaan tersebut
diberi nama PT Toyota Astra Motor.
Pada pertengahan tahun 2003, Toyota Astra Motor (TAM) melakukan
restrukturisasi menjadidua perusahaan, yaitu :
1. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), merupakan perakit
kendaraanToyota dan eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Dengan
komposisi kepemilikansaham di perusahaan adalah 5% (Astra Internasional) dan
95% (Toyota MotorCorporation).
2. PT Toyota Astra Motor sebagai agen penjualan, importir dan distributor produk
Toyotadi Indonesia. Dengan persentase kepemilikan saham di perusahaan adalah
51% (AstraInternasional) dan 49% (Toyota Motor Corporation).
Setelah adanya restrukturisasi, skala produksi PT Toyota Motor Manufacturing
Indonesia(TMMIN) sangatlah masif. Hal itu dapat diketahui dari padatnya aktivitas
ekspor impor yang dilakukan “raja otomotif ini”.
Tetapi dibalik besarnya perusahaan ini, otoritas pajak Indonesia (Direktorat
Jenderal Pajak)menduga bahwa PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
memanfaatkan transaksi antar-perusahaan terafiliasi untuk menghindari pembayaran
pajak.
B. Kasus Pada PT. Motor Manufacturing Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak mencurigai adanya praktik transfer pricing yang
dilakukan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) setelah secara
simultan melakukan pemeriksaan terhadap surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT)
PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia pada tahun 2005. Selain itu, perhitungan
dan penyampaian pajak pada tahun 2007 dan 2008 juga tidak luput dari pemeriksaan
oleh Direktorat Jenderal Pajak. Permeriksaan ini dilakukan karena Toyota merasa
bahwa pada tahun tersebut mereka kelebihan dalam membayar pajak, sehingga
meminta negara untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajaknya tersebut
(restitusi).
Berdasarkan pemeriksaan pada SPT tahun 2005, ditemukan sejumlah
kejanggalan, yakni turunnya laba bruto lebih dari 30 %, dari sebelumnya Rp.1,5
triliun pada tahun 2003 menjadi Rp.950 miliar pada tahun 2004. Selain itu, rasio gross
margin atau perimbangan antara laba kotor dengan tingkat penjualan juga menurun
dari 14,59 %pada tahun 2003 menjadi hanya 6,58 % di tahun 2004.
Pada pertengahan tahun 2003, Astra menjual sebagian besar sahamnya di
Toyota Astra Motor kepada Toyota Motor Corporation Jepang. Alasan penjualan
saham tersebut adalah, Astra mempunyai utang jatuh tempo yang tidak bisa
ditangguhkan lagi. Sehingga saat ini, Toyota Motor Corporation Jepang menguasai 95
% saham Toyota Astra Motor. Nama perusahaan berubah menjadi Toyota Motor
Manufacturing Indonesia (TMMIN). Untuk menjalankan fungsi distribusi di pasar
domestik, Astra dan Toyota Motor Corporation Jepang kemudian mendirikan
perusahaan agen tunggal pemegang merek (ATPM) dengan nama lama, Toyota Astra
Motor (TAM). Pada perusahaan ini, Astra menjadi pemegang saham mayoritas
dengan menguasai 51 % saham. Sisanya milik Toyota Motor Corporation Jepang.
Setelah restrukturisasi pada tahun 2003 itulah, laba gabungan kedua perusahaan
Toyota anjlok. Melorotnya keuntungan Toyota membuat setoran pajaknya pada
pemerintah juga berkurang. Sebelumnya, perusahaan ini bisa membayar pajak sampai
setengah triliun rupiah. Pada 2004, pasca-restrukturisasi, dua perusahaan Toyota
(TMMIN dan TAM) hanya membayar pajak Rp 168 miliar.Anehnya meski laba
turun, omzet produksi dan penjualan singapura.
Adapun rincian beberapa penjualan kepada PT. Toyota Asia Pasific yang
berlokasi di singapura adalah sebagai berikut :
1. Penjualan mobil fortuner dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN) kepada PT. Toyota Asia Pasific yang berlokasi di Singapura dengan
harga penjualan 3,49 % dibawah COGS.
2. Penjualan mobil inova diesel dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN) kepada PT. Toyota Asia Pasific yang berlokasi di Singapura dengan
harga penjualan 1,73 % dibawah COGS.
3. Penjualan mobil inova bensin dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN) kepada PT. Toyota Asia Pasific yang berlokasi di Singapura dengan
harga penjualan 5,14 % dibawah COGS.
4. Penjualan mobil rush dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN)
kepada PT. Toyota Asia Pasific yang berlokasi di Singapura dengan harga
penjualan 1,15 % diatas COGS.
5. Penjualan mobil terios dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN)
kepada PT. Toyota Asia Pasific yang berlokasi di Singapura dengan harga
penjualan 2,69 persen diatas COGS.
Sudah merupakan hal yang lazim dilakukan oleh perusahaan multinasional seperti
Toyota, bahwa praktik transfer pricing digunakan untuk meminimalkan pembayaran
pajak mereka. Dengan memanfaatkan celah-celah peraturan yang ada, yakni dengan
cara memindahkan keuntungan ke perusahaan terafiliasi yang berada di luar negeri,
tentunya dengan tarif pajak yang lebih rendah.
Lanjut skandal transfer pricing, sebuah dokumen manifes kapal yang digunakan untuk
aktivitas ekspor impor mengungkap salah satu indikasi ‘permainan’ transaksi
TMMIN. Yaitu, adanya kebijakan ekspor. TMMIN harus melakukan penjualan ke
Toyota Motor Asia Pacific Pte., Ltd (unit bisnis Toyota yang berkedudukan di
Singapura). Dan kemudian Toyota Motor Asia Pacific yang akan menyalurkan
penjualan TMMIN ke negara tujuan ekspor.
Skema penjualan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) ke luar
negeri adalah sebagai berikut :