Anda di halaman 1dari 34

KASUS 5 PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

Nama : Salsabil Yoritefania Asyadilla


Nim : 19053061
Matkul : Manajemen Strategik

1. Pendahuluan
PT Astra International Tbk (PT AI), akan terus melakukan pengembangan
usaha dari perusahaannya. PT AI sejak berdirinya terus melakukan ekspansi, yang
semula bergerak dalam distribusi kendaraan bermotor dan berkembang menjadi
agen tunggal pemegang merek (ATPM). Pada awalnya sebagai ATPM adalah
hasil bekerja sama dengan mendirikan anak perusahaan yang berbentuk joint
venture antara PT AI dengan perusahaan Toyota Jepang. Nama anak perusahaan
yang dibentuk itu adalah PT Toyota Astra Motor (TAM). PT TAM telah
menghasilkan beberapa mobil seperti Toyota Kijang dan Toyota Avanza.
Dalam industri otomotif PT Al mengembangkan anak perusahaan lainnya
seperti PT Astra Daihatsu Motor dan PT Astra Honda Motor (AHM). PT AHM
bergerak dalam industri sepeda motor merek Honda. Perusahaan PT Al terus
mengadakan perluasan ke berbagai bidang usaha. Bidang usaha yang dicakup dan
dijalankan PT AI pada awalnya adalah produksi dan distribusi otomotif.
Kemudian PT AI mengembangkan usahanya dengan memasuki jasa keuangan,
industri berat, perkebunan dan industri jasa lainnya. Dengan pengembangan usaha
yang terus dilakukan perusahaan, maka PT AI telah menjadi perusahaan yang
tumbuh dan berkembang sampai sekarang, sehingga saat ini perusahaan menjadi
salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
Pengembangan usaha yang dilakukan PT AI menimbulkan permasalahan
dalam pengelolaan perusahaan, terutama yang terkait dengan manajemen stratejik.
Permasalahan yang dihadapi PT Al dalam ekspansi usahanya antara lain akuisisi,
merger, dan restrukturisasi. Pemecahan masalah atas apa yang dihadapi haruslah
mempertimbangkan proses pengambilan keputusan. Dalam proses pemecahan
masalah harus mempertimbangkan risiko dari keputusan yang diambil, karena
terdapat risiko keputusan investasi yang berdampak pada performa perusahaan
dan nilai pemegang saham.
2. Sejarah dan Perkembangan PT Astra International Tbk
PT Astra International didirikan pada tahun 1957 dengan nama semula PT
Astra International Corporated. Pada tahun 1990 perusahaan ini berubah namanya
menjadi PT Astra International. Pada awal berdirinya, PT Astra International
bergerak dalam bidang usaha jasa perdagangan umum yang berkaitan dengan
hasil bumi. Dalam perkembangannya, perusahaan melakukan perluasan usaha ke
berbagai bidang usaha lain, yang meliputi distribusi dan produksi kendaraan
bermotor, alat-alat berat dan komponen.
Sebagai perusahaan induk dari grup Astra, PT Astra International Tbk
hergerak dalam bidang usaha utamanya sebagai distributor kendaraan bermotor,
baik yang dihasilkan oleh anak perusahaan maupun yang dihasilkan oleh
perusahaan afiliasi. PT AI dalam melakukan pengembangan usaha menjalankan
diversifikasi usaha. Diversifikasi usaha dilakukan dengan penyertaan anak usaha
yang bergerak dalam berbagai bidang usaha, yaitu produksi kendaraan bermotor
dan suku cadang usaha pembiayaan, produksi dan distribusi alat-alat berat, usaha
perkebunan dan usaha lainnya seperti perkayuan, produk atau barang konsumsi,
teknologi informasi dan telekomunikasi.
Pada awal tahun 1999, struktur organisasi perusahaan disusun berdasarkan
pengelompokan divisional sesuai dengan bidang kegiatan usaha perusahaan pada
saat itu. Divisi perusahaan yang dikembangkan adalah divisi otomotif (yang
membawahi kelompok atau grup mobil, grup sepeda motor dan grup komponen),
divisi jasa keuangan, divisi industri berat (yang membawahi PT United Tractors
dan PT Traktor Nusantara), divisi perkebunan yang membawahi PT Astra Argo
Lestari dan divisi industri lain-lain yang membawahi PT Astra Grafia.
PT AI telah bertahun-tahun menggeluti bisnis otomotif dan perakitannya,
namun sampai kini Astra hanya membesarkan nama-nama produk Jepang, yang
menjadi prinsipalnya. Astra terus menekuni dan mendalami industri otomotif
secara nasional yang dilakukan oleh anak perusahaan, yaitu PT Astra Otoparts.
Dengan demikian, Astra dapat memiliki kontribusi yang lebih besar bagi
pengembangan industri otomotif nasional. Sebenarnya sampai kini Astra mampu
memproduksi dan menjual kendaraan sendiri, karena Astra berpengalaman di
industri perakitan dan pemasaran otomotif.
Namun untuk menjual kendaraan dengan merek sendiri dibutuhkan
investasi yang sangat besar bagi pengembangannya, terutama untuk pusat
penelitian dan pengembangan.Menghadapi biaya yang sangat besar, Astra
melakukannya dengan tetap bekerja sama dengan merek yang sudah ada, lalu
diproduksi di dalam negeri, seperti halnya dengan Toyota Astra, dalam
memproduksi Toyota Avanza dan Toyota Kijang Inova.
Kedua mobil itu hanya diproduksi di Indonesia untuk pasar dalam negeri
dan global. Astra sebenarnya mempunyai kemampuan untuk merakit mobil
dengan standar internasional. PT Gaya Motor, anak perusahaan Astra misalnya
mampu merakit tiga merek mobil global, diantaranya Isuzu, Geely (China) dan
BMW. Astra sebenarnya telah memiliki kompetensi membangun industri
berstandar internasional, dan memproduksi produk-produk unggulan. Undonesia
Finance Today, 6 Juni 2011).
Perkembangan kemajuan usaha PT AI terus berlanjut baik dalam bisnis
inti maupun bisnis non-inti seperti dapat dilihat pada Gambar 5.1. Bisnis inti PT
AI adalah otomotif dan bisnis non-inti adalah jasa keuangan, agribisnis, industri
alat berat dan pertambangan, dan teknologi informasi. PT Al merupakan suatu
perusahaan yang terbaik dalam pengelolaan usahanya. Kondisi ini dimungkinkan
karena Astra telah membangun dan menjalankan usahanya dengan sistem yang
baik, sehingga seluruh strategi dan program dapat berjalan baik, yang pada
akhirnya mampu memberi imbal nilai yang tinggi kepada pemangku kepentingan,
khususnya pemegang saham. (Majalah SWA 13/XXVII/23 Juni-6 Juli 2011).
Fada tahun 2010, pendapatan PT AI mencapai Rp 129,9 triliun, dengan
laba bersih Rp 14,3 triliun. Angka pendapatan itu merupakan sebuah peningkatan
kinerja, karena pendapatan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 98,5 triliun, dan
laba bersili adalah sebesar Rp 10 triliun. Kinerja keuangan pada tahun 2011 juga
baik, dengan pendapatan bersih kuartal 1/2011 telah mencapai 38.6 triliun, naik
30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp 29,6
triliun. Laba bersih kuartal 1/2011 mencapai Rp 4,3 triliun, naik 43%
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kontribusi pendapatan terbesar Astra pada tahun 2010 adalah dari sektor
otomotif sebesar 53%, sedangkan dari alat berat dan pertambangan sebesar 28%,
dan sisanya adalah dari agribisnis sebesar 7%, infrastruktur dan logistik 3%, dan
teknologi informasi sebesar 1%, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.2. Dari porsi
tersebut, 75%-80% adalah impor, baik completely built-up, maupun completely
knocked- down, kecuali sepeda motor.
Menurut Prijono, Presiden Direktur PT AI, kontribusi laba bersih divisi
otomotif tumbuh 28% menjadi Rp 2,1 triliun. Laba bersih divisi keuangan naik
25% menjadi Rp 797 miliar, divisi alat berat dan pertambangan melonjak 43%
menjadi Rp 785 miliar, dan sektor agribisnis meroket 140% menjadi Rp 521
miliar. Sedangkan divisi infrastruktur dan logistik juga mencatat laba bersih Rp
221 miliar, ini berarti meningkat 163% dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu. Astra merestrukturisasi dan mengembangkan organisasinya agar dapat
menangkap peluang di industri alat berat dan pertambangan, yang akhir akhir ini
menjadi salah satu primadona baru.
PT Toyota Astra Motor (TAM)
PT Toyota Astra Motor (TAM) berdiri pada tahun 1971, dengan status
perusahaan joint venture antara PT Astra International Tbk dan Toyota Motor
Corporation, dengan kepemilikan masing-masing 51% dan 49%. Sebagai salah
satu anak perusahaan PT Astra International Tbk, PT TAM berada di divisi
otomotif dengan grup Toyota, yang terdiri dari PT Toyota Astra Motor, Auto
2000 (PT Toyota Astra International Tbk-Toyota Sales Operation). Toyota Rent
Car dan Mobil 88. PT TAM selaku Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)
Toyota di Indonesia. Aktivitas PT Toyota Astra Motor meliputi importer, perakit,
distributor bagi produk-produk mobil Toyota. Kegiatan lainnya meliputi pabrikasi
mesin, jig, dies dan komponen permobilan lainnya. Perusahaan melakukan
pengembangan produk secara terus menerus, baik untuk modifikasi produk lini,
maupun ekstensi produk lini dalam kendaraan sedan (passenger car) dan
kendaraan niaga (commercial vehicle).

PT Astra internationalai Tbk-Toyota Sales Operation (TSO)


Dalam rangka pengembangan usaha, PT AI melakukan diversifikasi dan
integrasi, antara lain dengan membentuk PT AI-TSO. PT AI-TSO ini merupakan
dealer utama kendaraan bermotor merek Toyota dengan nama dagang Auto 2000.
Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan PT AI, yang didirikan pada
tahun 1975 dengan nama PT Astra Motor Sales (AMS), dan kemudian pada tahun
1989 PT AMS bergabung menjadi divisi penjualan PT AL. Selanjutnya PT AI-
TSO dikenal atau disebut sebagai Auto 2000, merupakan anak perusahaan PT AI,
yang bergerak dalam kegiatan penjualan kendaraan bermotor merek Toyota dan
suku cadangnya.
Sebagai pendukung dari kegiatan utama PT TAM, Auto 2000 juga
memberikan jasa perawatan dan perbaikan. Selain Auto 2000 yang diposisikan
sebagai dealer utama dalam kegiatan distribusi penjualannya, PT TAM juga
menunjuk beberapa perusahaan lain sebagai dealer. Terdapat lima dealer utama
yang pembagiannya berdasarkan wilayah pemasaran, yaitu Auto 2000, PT New
Ratna Motor (Jawa Tengah dan DIY), PT Hadji Kalla (Sulawesi Selatan,
Tenggara dan Tengah), PT Hasjrat Abadi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Papua dan Maluku), dan PT Agung Automall (Jambi, Riau, Bengkulu dan Bali).
Kelima dealer utama ini mempunyai cabang.

3. Perkembangan Bisnis dan Korporasi PT Astra International Tbk


Pada semester 1/2011, kinerja grup Astra menunjukkan performa yang
baik pada semua lini bisnisnya. Divisi otomotif menyumbangkan pendapatan
bersih sebesar Rp 38,05 triliun atau 49,89 % dari total pendapatan konsolidasi
Astra sebesar Rp 76,26 triliun. Bimis dari alat berat dan pertambangan batu bara
menyumbangkan pendapatan terbesar kedua, yaitu sebesar Rp 25,62 triliun atau
33,59% Pendapatan bersih dari bisnis jasa teuangan dan agribisnis menyumbang
Rp 5.57 triliun dan Rp 5,29 triliun, atas inencapai 7,305% dan 6,94%. Divisi
Usaha Infrastruktur dan Logistik, dan Teknologi Informasi menyumbang Rp 2.38
trilion dan Rp 648 miliar atau 3,12% dan 0,84%
PT Astra International Tbk mencatat pertumbuhan iaha bersih sebesar
33,39% yaitu Rp 8,59 triliun dibandingkan dengan laba semester 1/2010 sebesar
Rp 6,44 triliun. Pertumbuhan laba ini ditopang oleh kenaikan harga komoditas,
ketersediaan pembiayaan konsumen dan inflasi yang stabil. Laba usaha Astra naik
26,54% menjadi Rp 8,44 triliun dibandingkan dengan p 6,67 triliun. Akibatnya
margin laba tumbuh menjadi 11,07% dari 10,84%. Laba kotor perusahaan naik
26.14% menjadi Rp 15,15 triliun dari Rp 12.01 triliun. (Bisnis Indonesia, 29 Juli
2011).
Di bisnis otomotif, penjualan mobil grup Astra mengalami kenaikan 10%,
menjadi 230.000 unit atau mencerminkan pangsa pasar 55% pada semester I
tahun 2011. Total penjualan mobil nasional naik 13% menjadi 418.000 unit.
Penjualan sepeda motor PT Astra Honda Motor (AHM) Tbk, anak perusahaan PT
Al naik 26% menjadi 2.1 juta unit, sehingga pangsa pasarnya naik menjadi 51%
dari 46% Laba bersih PT Astra Otoparts Tbk, anak perusahaan yang 95,7%
dimiliki oleh PT AL. menurun 15,54% menjadi Rp 480,24 miliar dari Rp 569,57
miliar, karena adanya peningkatan biaya. Laba usaha PT Astra Otoparts Tbk juga
menurun 19,36% menjadi Rp 214,36 miliar dari Rp 265,83 miliar. Walaupun
sebenarnya pendapatan PT Astra Otoparis Tbk tumbuh sebesar 16,72% menjadi
Rp 3,56 triliun dari Rp 3,05 triliun.
PT Astra Graphia Tbk, anak perusahaan PT Al yang bergerak di jasa
teknologi informasi mencetak kenaikan laba bersih 20,99% menjadi Rp 53.21
miliar dari Rp 43,98 miliar. Laba usaha perseroan ini mencapai Rp 64,54 miliar
atau naik 7,06% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,
sebesar Rp 59,98 miliar. Pendapatan bersih PT Astra Graphia tercatat Rp 648,27
miliar, atau meningkat 12,74% dari semester I tahun sebelumnya sebesar Rp
574,99 miliar. PT United Tractors Tbk, anak perusahaan PT Al yang bergerak di
bisnis alat berat, kontraktor tambang batu bara dan tambang batu bara, mencetak
laba bersih Rp 2,54 triliun, naik 35% dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar Rp 1,89 triliun. Anak perusahaan PT AI yang bergerak
di perkebunan kelapa sawit, yaitu PT Astra Argo Lestari Tbk mengantongi laba
bersih sebesar Rp 1,27 triliun, naik dari Rp 636,45 miliar, karena didorong oleh
pertumbuhan penjualan CPO dan harga jual. Komponen mobil Toyota banyak
berasal dari lokal dan Thailand, tetapi ada beberapa yang berasal dari Jepang.
Apabila satu atau dua komponen Jepang itu tidak ada, maka mobil Toyota itu
tidak bisa diproduksi, kata Johnny Darmawan, Presiden Direktur PT Toyota Astra
Motor (TAM).
Astra menaungi produksi empat kendaraan asal Jepang di Indonesia, yaitu
Toyota, Daihatsu, Isuzu dan Nissan Diesel Truck. Pada tahun 2010, volume
penjualan empat merek mobil itu adalah 426.290 unit, dengan pangsa pasar
55,67 % dari mobil nasional. Toyota menjadi merek mobil yang paling banyak
terjual, yaitu sebanyak 280.989 unit. Johnny yang juga duduk sebagai Wakil
Direktur Utama PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, mengatakan bahwa
komponen lokal di mobil Toyota produksi pabrik di Indonesia umumnya sudah di
atas 70%.
Sepanjang tahun 2010, pendapatan Astra mencapai Rp 14,37 triliun, naik
43,13% dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 10,04 triliun.
Laba operasional tumbuh 15,43% dari Rp 12,76 triliun menjadi Rp 14,73 triliun.
Juru bicara Astra, Yoliawan Darmawan mengatakan bahwa kontribusi sektor
otomotif mencapai 50% terhadap total pendapatan perusahaan. Bisnis Astra
lainnya adalah pembiayaan, alat berat pertambangan dan energi, agribisnis,
teknologi informasi dan infrastruktur serta rantai pasokan logistik. (Bisnis
Indonesia, 18 Maret 2011).
PT Astra Honda Motor (AHM) Tbk akan terus meningkatkan produksi
sepeda motor yang berteknologi PGM-FI (fuel injection). Dari jumlah 4,7 juta-4,8
juta unit sepeda motor yang menjadi target penjualan PT AHM tahun 2012, 20%
s/d 30%, atau sekitar 1,42 juta unit akan mengusung teknologi ramah lingkungan
ini. Produsen sepeda motor AHM menargetkan penggunaan teknologi PGM-FI
pada semua produk motornya secara bertahap hingga akhir tahun 2013. Tahun
2012 PT AHM menargetkan akan memproduksi motor Honda yang berteknologi
PGM-FI sekitar 20% a/d 30% dari total produksi sekitar 4,7 s/d 4,8 juta unit, ujar
Executive Vice President Director FT AHM, Johannes Loman.
Sejak diluncurkan pada November 2011, kehadiran motor Honda PGM-FI
sangat direspons oleh masyarakat, seperti Spacy Helm-in dan Supra X 125 Helm-
in Penjualan kedua motor yang mengusung teknologi ramah lingkungan tersebut
terus membaik. Menurut johannes Loman, masyarakat secara pelan-pelan akan
beralih ke sepeda motor berteknologi PGM-FI. Guna mendukung dan
mempercepat peralihan teknologi dari sistem karburator ke fuel injection itu, PT
AHM telah menyiapkan ribuan teknisi di bengkel jaringan AHASS dan bengkel
sepeda motor lainnya. Dengan kesiapan teknisi ini PT AHM berharap bakal bisa
memberi kenyamanan bagi pengguna sepeda motor Honda berteknologi PGM-FL.
(Harian Republika 19 Januari 2012).
Menurut Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) tahun 2012 di
mana terdapat pertumbuhan ekonomi yang membaik, maka Astra akan terus
berkembang Hal ini tentunya bagi pertumbuhan industri akan selalu tetap
membutuhkan iklim investasi yang baik. (Harian Kompas, 21 Februari 2012).
Divisi otomotif menyumbangkan 51% dari laba bersih perusahaan PT Al yang
selama semester pertama tahun 2012 ini mencapai Rp 9,7 triliun. Emiten yang
berkode saham ASI itu membukukan pendapatan semester 1 tahun 2012 sebesar
Rp 95,9 triliun, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.3. Menurut Presiden Direktur
Astra International, Prijono Sugiarto, pertumbuhan pendapatan disokong oleh
peningkatan penjualan mobil.
4. Keadaan Industri dan Persaingan Bisnis PT Astra International Tbk
Kinerja perseroan dan anak perusahaan PT Al adalah terbaik sejak berdiri
55 tahun lalu. Pendapatan bersih Astra tahun 2011 menembus Rp 162,6 triliun,
naik 26 peraca dibanding dengan tahun 2010. Dengan demikian, laba bersih naik
24% dari Rp 14,4 triliun menjadi Rp 17,8 triliun. Selain itu laba bersih per saham
juga naik 24% menjadi Rp 4.393 per saham, dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp 3.549 per saham.
Presiden Direktur PT AI, Prijono Sugiarto mengatakan bahwa Grup Astra
menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan di semua lini bisnis. Grup Astra
punya posisi keuangan yang kuat, untuk menjadi pemimpin pasar di sektor bisnis
yang digeluti dan terus memaniakan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia,
katanya. Meski begitu, Prijono mengingatkan bahwa tingkat pertumbuhan
pendapatan pada masa mendatang tetap rentan terhadap kebijakan dalam negeri
dan kondisi moneter dunia.
Kontribusi laba bersih perusahaan terbesar tetap dari divisi otomotif,
dengan total kontribusi Rp 8,3 triliun atau 46,63% dari total laba bersih perseroan.
Dengan demikian terdapat pertumbuhan 13% dibandingkan dengan tahun 2010.
Kinerja terbaik ditandai olen tingginya persentase pertumbuhan dari divisi alat
berat dan pertambangan, Pertumbuhan tahun 2011 sebesar 52% dengan kontribusi
pada laba bersih sebesar Rp 3,6 triliun atau 20,22%.
Divisi jasa keuangan menyumbang laba bersih Rp 3,3 triliun atau naik
26%, divisi agribisnis menyumbang Rp 1,9 triliun atau naik 19%, dan drvisi
teknologi informasi sebesar Rp 108 miliar atau naik 20%. Dengan terdapatnya
kenaikan laba bersih sebesar itu, maka akan juga menaikkan dividen tahun 2011
sebesar Rp 1.900 per lembar atau naik 24%. Perhitungan final dividen Rp 1.380
per saham, yang akan diajukan pada pemegang saham dalam RUPS April 2012.
Sementara itu, usulan dividen interim Rp 500 per lembar raham. (Harian Kompas,
28 Februari 2012).
Menanggapi peningkatan kinerja Astra, pengamat ekonomi, Aviliani
mengatakan bahwa apa yang dilakukan Astra merupakan pembelajaran, bahwa
mereka berhasil membawa perusahaan untuk terus maju, di tangan profesional.
Dengan demikian, maka mereka bisa memanfaatkan dengan baik dampak positif
dari percumbuhan kelas menengah. Astra juga tidak membiarkan pengusaha
berskala kecil-menengah binaannya berjalan sendiri, tetapi Astra membimbing
dan memberikan pasar (Harian Kompas, 28 Februari 2012).
PT Astra International Tbk (AI) mengembangkan perusahaannya saat ini
dalam enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan
pertambangan. agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi.
Keenam lini bisnis ini dijalankan oleh 177 perusahaan dengan 186.704 jumlah
karyawan. PT Al terus berupaya untuk memberikan hasil layanan terbaik di setiap
bidang usaha dalam enam lini tersebut.
PT Al meraih tingkat pertama sebagai Arin's Best Managed Company dan
Best Corporate Governance di Indonesia versi majalah Finance-Asia Hongkong.
Majalah ini berkedudukan di Hongkong, memberikan predikat Presiden Direktur
PT AL. Prijono Sugiarto sebagai kategori Best CEO dan Best Corporate Social
Responsibility (CSR). PT Al juga meraih peringkat kedua pada kategori Best
CPO (Chief Financial Officer) yang diraih oleh Simon Collior Dixon, Direktur PT
Astra International Tbk sebagai Mest Committed to Strong Dividend Policy dan
Best Investor Relations. (Harian Pos Kota, 10 Juli 2013).
Divisi Otomotif
Chief of Corporate Communications FT Al, Arief Istianto menjelaskan
bahwa kontribusi Isba bersih perseroan dan anak perusahaan adalah pada divisi
otomotif yang dikonsolidasi terbesar disumbang oleh aktivitas penjualan dan
bisnis komponen otomotif. Total penjualan mobil nasional tahun 2011 naik 17%
menjadi 894.000 unit. Grup Astra meliputi mobil Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD
Truck, dan Peugeot, telah menjual 483.000 unit atau naik 13%. Meski naik,
pangsa pasar turun 2% dari 56% menjadi 54%. Hal ini terjadi akibat
berkurangnya pasokan sebagai dampak tsunami Jepang dan banjir di Thailand.
Penjualan sepeda motor naik 9% menjadi 8 juta unit Grup Astra menyumbang
53% atau naik 7% dari tahun lalu menjadi 4,3 juta unit, melalui PT Astra Honda
Motor (AHM). Terkait dengan kenaikan penjualan mobil, pengamat ekonomi,
Aviliani menilai hal itu akibat naiknya pertumbuhan kelas menengah. Naiknya
penjualan sepeda motor akibat inahalnya baya transportasi minal bagi warga
menengah bawah. (Harian Kompus, 28 Februari 2012).
Volume penjualan mobil yang lebih tinggi 7.8% (q-o-q) sejumlah 157.000
unit dan volume penjualan motor naik 3,3% (q-o-q) sebanyak 1 juta unit
membawa kerja operasional yang positif pada kuartal IV/2012. Jumlah itu sejalan
dengan estimasi pertumbuhan tahunan, yakni sebanyak 25% (y-o-y) untuk mobil,
sedangkan untuk motor menurun 4,3%. Pada satu bulan pertama tahun 2013,
penjualan kendaraan bermotor emiten berkapitalisasi terbesar ini, secara
keseluruhan tumbuh 5,04%
Penjualan kendaraan bermotor dari enam merek kendaraan keluara. Astra
tercatat naik menjadi 449.644 unit pada Januari 2013, dibandingkan dengan
penjualan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 428.070 unit. Pada
segmen mobil, penjualan tercatat tumbuh 12,82% (year on year atau y-o-y), dari
45.597 unit pada Januari 2012 menjadi 51.444 unit pada bulan lalu. Kenaikan
penjualan paling besar diropang oleh merek Toyota, ketika penjualan empat
merek mobil lain justru turun.
Meski jumlah penjualannya bertambah, tetapi pangsa pasar penjualan
mobil Astra merosot dari 60% menjadi 53%. Hal ini disebabkan karena total
penjualan merek mobil yang lain meningkat lebih tinggi, dari 76.427 unit jadi
96.704 unit. Untuk segmen kendaraan roda dua, penjualan sepeda motor Honda,
sebagai satu-satunya merek motor yang dimiliki Astra meningkat tipis 4,1% dari
382.473 unit menjadi 398.200 unit. Pangsa motor juga naik dari 59% menjadi
62% (Bisnis) Indonesia, 27 Februari 2013). Pemberlakuan uang muka minimum
untuk pembiayaan otomotif konvensional pada Juni 2012 telah menurunkan
penjualan sepeda motor. tetapi tidak signifikan terhadap pasar penjualan mobil.
(Bisnis Indonesia, 1 Maret 2013).
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kendaraan Bermotor Indonesia,
penjualan mobil di Indonesia pada periode Januari-Juni 2013 mencapai 601.952
unit. Angka penjualan ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2012 sebanyak 535.261 unit. Peningkatan pendapatan masyarakat dan
masih terjangkaunya tingkat suku bunga, mendukung tetap tingginya permintaan
kendaraan bermotor.
Penurunan laba bersih segmen otomotif disebabkan meningkatnya
persaingan, akibat peningkatan kapasitas produksi domestik dan tingginya biaya
tenaga kerja. Dari total penjualan mobil nasional sekitar 602.000 unit, penjualan
mobil Grup Astra naik 6% menjadi 321.000 unit. Pangsa pasar menurun dari 56%
menjadi 53%. Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla, yang merupakan
produk mobil hemat energi dan harga terjangkau (low cost green car/LCGC)
Grup Astra, diharapkan akan dapat mulai didistribusikan pada Agustus 2013,
dengan kapasitas produksi 10.000 unit per bulan. (Harian Kompas, 31 Juli 2013).
Seperti yang diprediksi sebelumnya, realisasi penjualan mobil di pasar domestik
pada September tidak sekadar mencapai titik balik (rebound), tetapi juga mampu
mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan total penjualan 117.096 unit.
Dibandingkan dengan penjualan pada Agustus yang hanya 77.961 unit, pasar
pada September bahkan melonjak 50,2%. Sebelumnya penjualan mobil terbesar
sempat terjadi pada bulan Juli 2013 sebanyak 112.180 unit.
Dengan total penjualan pada September yang sangat besar, maka
penjualan mobil sepanjang Januari-September 2013 mencapai 909.435 unit.
Angka ini melonjak sebesar 27,33% bila dibandingkan dengan penjualan pada
periode yang sama tahun 2012 sebesar 714.217 unit. Berdasarkan data Gabungan
Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), seluruh agen tunggal
pemegang merek (ATPM) Jepang mencatatkan pertumbuhan penjualan, seperti
dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Namun pada September, mulai terjadi perubahan penghuni tiga besar.
Suzuki yang dalam 3 bulan berturut-turut Cuni-Agustus 2013) menempel di posisi
kedua menggusur status Daihatsu sebagai runner-up abadi, kini harus merelakan
posisinya direbut kembali oleh Daihatsu. Pada September, Suzuki yang dibesut
oleh PT Suzuki Indomobil Sales, hanya mampu membukukan penjualan 16.800
unit. Sebenarnya. penjualan Suzuki ini sudah tumbuh 39,9% terhadap Agustus
yang hanya mencapai 12.006 unit. Namun, penjualan Daihatsu pada September
mencapai 18.099 unit, melonjak 54,84% terhadap Agustus sebesar 11.689 unit.
Sementara itu, PT Toyota Astra Motor (TAM) semakin mengukuhkan
posisinya sebagai penguasa pasar dengan total penjualan pada September sebesar
41.650 unit. Angka ini melonjak 67,3% dibandingkan dengan penjualan Toyora
pada Agatus yang banys 24.596 unit. Direlitur Pemasaran PT Byota Astra Motor
(TAM), Rachmar Samalo merangkan tingginya peningkatan penjualan pads
September, memang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor krusial. Beberapa
faktor itu diantaranya adalah mulai penuhnya waktu kerja dibandingkan dengan
Agustus, yang dipotong oleh libur Lebaran sekitar 2 minggu, katanya.
Menurutnya, dengan tingginya penjualan pada September, kondisi ini diyakini
akan semakin bisa mencapai target konservatif penjualan tahun 2013, sebesar 1.1
juta unit. Dia memprediksi penjualan pada tahun ini bisa melampaui target tahun
2013, jika penjualan pada 2 bulan ke depan dapat terus positif.
Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandara
menerangkan bahwa salah satu hal yang membuat pasar bergairah, juga
disebabkan oleh banyaknya produk baru yang diperkenalkan pada ajang
Indonesia International Motor Show (IIMS) tahun 2013. Menurutnya produk baru
yang efisien dan memiliki fitur terlengkap sehingga menjadikan konsumen
berminat untuk terus membeli produk baru yang dikeluarkan oleh masing-masing
agen tunggal pemegang merek (ATPM). Walaupun kalangan ATPM mengatakan
transaksi bukan menjadi target utama pada IIMS 2013, tetapi faktanya tidak bisa
dibantah, bahwa sepanjang penyelenggaraan mampu untuk mencatatkan
penjualan sebanyak 19.367 unit dengan jumlah transaksi sebesar Rp 4,94 triliun.
Ketua Panitia IIMS 2013, Johnny Darmawia mengatakan bahwa transaksi
yang cukup signifikan pada IIMS 2013, menunjukkan daya beli masyarakat masih
berada pada level positif dan sekaligus mengidentifikasikan bahwa industri
otomotif di dalam negeri tetap berkembang dan menjanjikan. Hal lain yang
mencolok adalah tingginya penjualan mobil murah dan prolingkungan (low cost
and green car/LCGC). Pada saat itu, ada sekitar empat ATPM yang meluncurkan
produk baru, yakni Toyota Agya. Daihatsu Ayla, Suzuki Karimun Wagon R.,
serta Nissan Datsun Co. (B Indonesia, 3 Oktober 2013).

Divisi Agribisnis
Setiap makhluk pasti mengalami daur hidup dari bayi, remaja, dewasa,
uzur hingga tutup usia. Siklus serupa dihadapi PT Astra Agro Lestari Tbk, terkait
dengan tanaman sawitnya, yang mesti diantisipasi. Seperti halnya manusia, usia
tua menyebabkan tanaman tidak lagi produktif. Unit Grup Astra ini mencatat 65%
total tanamannya berumur di atas 15 tahun. Itu artinya profil usia tanaman yang
uzur membatasi pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS). Profil usia itu
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan usia rerata sektor tersebut yang rata-rata
sekitar 12 tahun. Jadi pertumbuhan produksi perseroan berisiko lebihrendah dari
perusahaan lain, seperti B.W. Plantation Tbk dan PT Sampoerna Agro Tbk.
Karena itu, tidaklah heran jika pertumbuhan pembelian TBS perseroan dari pihak
ketiga terus naik. Saat ini, porsi pembelian TBS pihak ketiga mencapai 14,4%
don total TBS perseroan, naik hampir dua kali lipat dari 7,4% pada tahun 2007.
Kenaikan itu membuat margin laba kotor perseroan tergerus. Jika pada
tahun 2007 margin laba kotornya mencapai 53,5%, posisi tersebut per 31
Desember 2011 tinggal 36,52% Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, Joseph
Pangaribuan memperkirakan pembelian TRS dari pihak ketiga masih naik, untuk
mengkompensasi terbatasnya pertumbuhan produksi TBS emiten berkode AALI
itu. Terlebih lagi,. perseroan gencar mendongkrak kapasitas pabrik dari 865 ton
TBS per jam pada 2007 menjadi 1.050 ton TBS per jam.
Kapasitas produksi juga ditingkatkan sebanyak 45 ton TBS per jam
menjadi 1.095 ton TBS per jam. Menurut kami, hal ini mengindikasikan akan
terjadi kenaikan pembelian TBS dari pihak ketiga. Banyaknya kelapa sawit yang
memasuki usia tanam diatas 15 tahun lanjutnya akan mengakibatkan imbal hasil
(yield) dari kebun inti dan plasma hanya 3,7 juta per ton, lebih rendah dari rerata
industri, sebesar 4,3 juta per ton.
Sependapat akan hal itu, analis PT Kim Eng Securities, Pandu Anugrah
memandang pertumbuhan produksi TBS perseroan dalam 3 tahun ke depan masih
single digit, terutama untuk perkebunan inti Untuk mengembalikan pertumbuhan
produksi ke level double digit, intensifikasi dinilai tidak cukup. Strategi
intensifikasi perseroan saat ini tetap tidak cukup untuk mengimbangi biaya yang
terus meningkat, jelas Pandu.
Pada tahun 2008, perseroan menjalankan program intensifikasi, guna
menjaga imbal hasi! (yield) TBS pada kisaran 21 ton per hectare-22,1 ton per
hectare selama 3 tahun terakhir. Intensifikasi juga dimaksudkan untuk
mendongkrak efisienri produksi. Namun, strategi itu tidak cukup untuk menutup
pertumbuhan biaya. produksi dalam rangka memelihara tanaman usia yang
jumlahnya sangat banyak Strategi ini hanya sedikit meningkatkan keuntungan
AALI, tidak sebesar pertumbuhan melaini ekspansi land bank. Menurut Kim Eng.
Astra Agro perlu mengakuisisi lahan baru, meski ini tidak mudah dilakukan di
tengah kendala tumpang-tindih status lahan hutan, perjanjian moratorium, hingga
persaingan.
Pada tahun 2011, pertumbuhan volume produksi TBS AALI hanya 15,7%
menjadi 5,2 juta ton, di mana 62% atau 3,5 juta ton berasal dari perkebunan
sendiri. Kontribusi perkebunan sendiri masih lebih rendah dibandingkan dengan
kontribusi 3 tahun terakhir sebesar 69%. Hal ini mencerminkan peningkatan
kontribusi pembelian TBS dari pihak ketiga yang pada tahun 2011 mencapai 15%,
naik dua kali lipat dari tahun 2007, yang hanya 7,4% "Sejalan dengan perkiraan
manajemen, kami memperkirakan pertumbuhan produksi TBS menjadi 7,5% pada
tahun 2012. sebelum rurun menjadi 5,9% dan 4,8% pada tahun 2013 dan 2014",
ujar Pandu.
Permasalahan usia tanam bakal diperburuk dengan tekanan harga jual
CPO yang sepanjang tahun 2012 diperkirakan flat. Berdasarkan hasil konferensi
CPO Indonesia di Bali harga CPO tahun 2011 diperkirakan US $ 1.050 per ton
atau flat dari posisi tahun lalu US $ 1.020 per ton. Level itu turun dibandingkan
dengan rerata harga pada tahun 2011 sebesar US $ 1.076 per ton. Kami
memperkirakan acuan harga CPO pada tahun 2012-2013 sekitar US $ 925 per ton,
turun 13% dari rerata tahun lalo US $ 1.076 per ton", ujar Pandu.
Salah satu katalis yang diharapkan untuk menahan penurunan harga CPO
sepanjang tahun 2012 adalah perkiraan pelambatan pertumbuhan suplai akibat
cuaca buruk. Tahun lalu. Astra Agro meraup laba bersih Rp 2.4 triliun atau naik
19.4% dari tahun sebelumnya Rp 2,01 triliun. Kenaikan laba komprehensif yang
didistribusikan kepada pemilik perusahaan ini ditopang penjualan yang naik
21,83% menjadi Rp 10,77 triliun, naik 21,83% dari sebelumnya Rp 8,84 triliun,
seperti terlihat pada Gambar 5.5.
Dari tol penjualan tahun lalu, operasi di Sumatera menyumbang 43%,
disusul Kalimantan 36% dan Sulawesi 21%. Adapun kontribusi terbesar terhadap
laba komprehensif berasal dari operasi di Kalimantan (38%), disusul Sumatera
(37%) dan Sulawesi (25%). Meski demikian, persentase pertumbuhan laba tahun
2011 itu lebih rendah dari periode 2009-2010. Pada tahun 2010, kenaikan laba
bersih Astra Agro mencapai 21% menjadi Rp 2.01 triliun.
Angka penjualan mencapai Rp 8,84 triliun, naik 19,13% dari penjualan
tahun 2009 sebesar Rp 7,42 triliun. Per Januari 2012, AALI membukukan
produksi CPO sebesar 98.042 ton, naik 6,4% dari 92.116 ton pada Januari 2011.
Peningkatan hasil panen TBS mencapai 6,6% menjadi 368 299 ton pada Januari,
dari sebanyak 345.448 ton pada periode yang sama tahun 2011. Sayangnya, meski
panen TBS meningkat, yield panen TBS yang dibukukan justru turun 1,3%
menjadi 1,55 ton per hectare pada Januari 2012, dari 1,57 ton per hectare pada
Januari tahun lalu.
Laba bersih FT Astra Agro Lestari Tbk pada paruh pertama tahun 2012
turun 24,37% menjadi Rp 996,36 miliar dari Rp 1,32 triliun pada periode yang
sama tahun 2011. Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 30 Juni 2012,
penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh benaikan beban pokok
pendapatan sebesar 18,84% menjadi Rp 3,85 triliun dari periode yang sama tahun
2011 sebesar Rp 3,25 triliun. Akibatnya, laba kotor lini usaha sawit Grup Astra
itu turun 12,67% menjadi Rp 1,79 triliun dari periode yang sama tahun 2011
sebesar Rp 2,06 triliun. Kendati demikian, perseroan yang dipimpin oleh Widya
Wiryawan, masih mencetak pertumbuhan positif sebesar 6,61% menjadi Rp 5.65
triliun dari semester I tahun 2011 sebesar Rp 5,29 triliun.

Divisi Teknologi Informasi


PT Astra Graphia Tbk pada tahun 2012-mengincar pertumbuhan
pendapatan sebesar 30% menjadi Rp 2.24 triliun dari Rp 1,72 triliun pada tahun
2011. Untuk mencapai target tersebut, Astra Graphia berharap mendapatkan
kontribusi pendapatan dari divisi Priter Channel Business (PCB), yang bisa
tumbuh menjadi 28% terhadap pendapatan total perseroan tahun 2012
dibandingkan dengan 24% pada tahun lalu. Direktur Astra Graphia, Michael
Alexander R. Roring mengatakan salah satu cara untuk mencapai target
pertumbuhan itu adalah dengan mengembangkansalah satu divisi usahanya yakni
PCB.
Pada tahun lalu, tuturnya, divisi tersebut berkontribusi 24% dari
pendapatan tal perseroan, atau sebesar Rp 412.6 miliar. Adapun pada tahun 2012
ini perseroan berencana untuk meningkatkan kontribusinya menjadi 28% dari
total pendapatan tahun ini atau sekitar Rp 627,2 miliar. Chief Executive Printer
Channel Business, K. Teguh Santono, mengatakan pangsa pasar untuk produk
solusi dokumen, masih sangat besar. Untuk mengejar target pertumbuhannya, dia
mengatakan perseroan berencana mengeluarkan sejumlah produk baru pada tahun
2012 ini.
Salah satu produk baru yang telah diluncurkan adalah Docu Paper Gold
Label. printer laser Fuji Xerox Phaser 4600N/4620DN dan printer line mairix
Printromix P70A) Cartridge series. Produk terscout diluncurkan sebagai
pelengkap rangkaian produk kertas dan peinner yang dimiliki oleh perusahaan
yang dipimpin oleh Presiden Direktur Lukito Dewandaya. Teguh juga
menambahkan pada tahun 2012 ini, anak usaha Grup Astra juga masih mencari
perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi untuk diakuisisi. Lukito
Dewandaya mengatakan opsi pertumbuhan anorganik itu dilakukan sebagai salah
satu cara perseroan untuk mencapai target pertumbuhan pendapatan menjadi Rp 3
triliun pada tahun 2013. Harga saham Rp 1.030, Kapitalisasi pasar p 1,39 triliun
dan Rasio P/E sebesar 9,96 kali (Bis) Indonesia 2 Maret 2012).
Tahun 2011 perusahaan yang dipimpin oleh Lukito Dewandaya meraup
pendapatan Rp 1.72 miliun. Meski naik 10.16% dari periode sebelumnya sebesar
Ep 1.57 triliun, kinerja iu sebenarnya 4,44% dibawah target perseroan sebesar Rp
1.8 triliun. Meski demikian, kenaikan pendapatan tersebut cukup untuk
mendorong pertumbuhin laba bersih sebesar 17,78% menjadi Rp 139,47 miliar
dari 118,42 miliat, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.6
"Pertumbuhan perseroan secara year on year (y-o-y) pada tahun 2011
tidak sebesar pada tahun 2010. Namun, hal ini masih sejalan dengan ekspektasi",
kata Adi N. Wicaksono, analis Kim Eng Securities. Untuk tahun 2012, perseroan
mematok target pertumbuhan pendapatan sebesar 30% menjadi Rp 2.24 triliun,
dengan memaksimalkan kinerja di seluruh lini hisnisnya, salah satunya dengan
menghadirkan sejumlah produk baru. Perseroan menganggarkan dana belanja
modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 96 miliar untuk mengembangkan
bisnisnya, dengan seluruh dana tersebut berasal dan kas internal perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan per 2011, total asset Astra Graphia tercatat
sebesar Rp 1,13 triliun dengan posisi kas dan setara kas sebesar Rp 194,95 miliar.
Analis Kim Eng Securities, Adi N, Wicaksono mengatakan bahwa kondisi
keuangan perseroan cukup kuat dengan belum adanya pinjaman jangka panjang.
Dia pun mengimbau perseroan untuk tetap menjaga arus kas dan setara kas yang
positif tersebut.
Pada awal tahun 2012, sekitar 23,13% saham perseroan beredar di publik,
dan sisanya 76.87% saham dikuasai oleh PT Astra International Tbk. Astra
Graphia mengawali perjalanan pada tahun 1971 sebagai Divisi Xerox Astra
International. Perseroan bergerak di bidang pemasaran dan penyediaan layanan
purna jual bagi mesin fotokopi Xerox secara eksklusif di Indonesia. Sejalan
dengan perkembangan bisnis yang pesat, pada tahun 1976 Divisi Xerox
memisahkan diri dari perusahaan, untuk menjadi perusahaan yang mandiri dengan
nama PT Astra Graphia.
Menyusul perkembangan pesat teknologi informasi (TI), perseroan pun
bertransformasi dari awalnya hanya bertujuan untuk mendukung proses
penggandaan dokumen secara cepat, menjadi sebuah penyedia jasa solusi
dokumen yang terintegrasi dengan sistem TI. Berdasarkan segmentasi pasar,
perseroan mengembangkan empat kelompok portofolio bisnis, yakni effice
product business (OPB), production system business (PSB), printer channel
business (PCB), dan services business. (Bisnis Indonesia, 19 Maret 2012).
Bisnis Grup Astra sudah terkenal menggurita di berbagai sektor, mulai dari
otomotif, jasa keuangan, alat berat & pertambangan, agribisnis, hingga
infrastruktur dan logistik. Lalu bagaimana dengan prospek bisnis di bidang
teknologi informasi, yang dijalankan oleh PT Astra Graphia Tbk dengan kode
saham ASGR.
Sejak berpisah PT Astra International Tbk (ASI) dan menjadi badan
hukum sendiri pada tahun 1875, Astra Graphia semakin mantap menjadi
perusahaan penyedia perangkat perkantoran. Pada tahun 1976, Astra Graphia
dipercaya sebagai distributor eksklusif dari Fuji Xerox Co Ltd Jepang di seluruh
Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1989, perseroan melantai di bursa dan pada
tahun 1990-an mulai merintis transformasi bisnis menjadi penyedia Solusi
Teknologi Informasi.
Kini, perseroan memantapkan ruang lingkup usaha yang berorientasi pada
perbaikan proses bisnis, yaitu berupa solusi dokumen dan solusi teknologi
informasi dan komunikasi. Bisnis perseroan memang terus bertumbuh hingga
belakangan pada tahun 2011. Astra Graphia mengembangkan portofolio Mobile
Financial Services. Menurut riset PT Investa Saran Mandiri, saat ini belum ada
perusahaan yang head to head dalam bisnis yang sama untuk berhadapan
langsung dengan Astra Graphia.
ASGR masih memiliki segmen pasar yang unik dan baru berkembang di
Indonesia, sehingga persaingan belum terlalu menonjol. ASGR juga mampu
mengontrol harga kepada para pelanggannya. Menurut tim analis Investa Saran
Mandiri, Jhon Veter dan Kiswoyo Adi Joe, pesaing Astra Graphia pada umumnya
adalah perusahaan kecil, sehingga dari sisi branding dan juga kapasitas masih
belum bisa dibandingkan dengan Astra Graphia. Selain itu, menurut mereka
kedekatan ASGR pada Grup Astra membuat ASGR cenderung mendapatkan nilai
lebih pada proyek-proyek yang berkaitan dengan Grup Astra, sehingga
menguntungkan ASGR
Meski demikian, saat ini penjualan ASGR rata-rata dibeli oleh Grup Astra
sudah di bawah 20%. Oleh sebab itu, kini perseroan sudah terbiasa untuk bersaing
dengan perusahaan lainnya, sebut saja PT Dynacom Intrabumi Tbk (DNET), PT
Metrodata Electronics Tbk (MTDL) dan Limas Centric Indonesia Tbk (LMAS).
ASGR masih menjadi pilihan yang paling baik sehubungan dengan tingkat
efisiensi yang besar, lusanya jenis produk yang diperdagangkan dan sumber daya
manusia yang handal ASGR sudah terbiasa untuk tidak bergantung pads Grup
Astra, karena ternyata perusahaan Grup Astra tidak 100% memakai produk
ASGR. Menurut Kawor ASGR bisa meningkatkan penjualannya dari tahun ke
tahun tanpa ketergantungan dengan pejualan ke Grup Astra ASGR selalu
mempunyai target pertumbuhan 2 digit untuk setiap tahunnya, yang diprediksi
sekitar 20%
Untuk melihat kinerja tahun 2012, lebih dahulu dilihat pendapatan 2012
yang mencapai Rp 2,06 triliun naik 19,76% dari tahun sebelumnya Rp 1.72 iliun
Sedangkan laba bersih tahun 2012 mencapai Rp 171 miliar naik 23% dari tahon.
sebelumnya sebesar Rp 139 miliar Adapan hasil RUPS Tahunan yang telah
digelar memutuskan bahwa sekitar 60% dari laba bersih atau sekitar Rp 102,6
miliar dan setara dengan Rp 76 per saham dibagikan sebagai dividen tunai.
Artinya perseroan masih berkomitmen memberikan nilai yang maksimal kepada
pemegang saham.
Dari dividen in yang akan diperhitungkan dengan dividen interim sebesar
Rp 15 per saham yang sudah dibayarkan pada 2 November 2012, sehingga
sisanya sebesar Rp 61 per saham. Sedangkan sebesar Rp 15 miliar dari laba
bernih digunakn sebagai dana cadangan Sebagai informasi tambahan, direksi
perseroan sudah menyatakan bahwa akan menganggarkan belanja modal sebesar
Rp 300 mutar untuk mendukung kegiatan bisnis tahun 2013. Penerapan paperless
memang akan berdampak pertumbuhan bisnis Astra Graphia, tapi hanya pada
pertumbuhan bisnis black and white saja. Sedangkan bisnis ir, pertumbuhannya
masih baik, ujar manajemen Menanggapi kebijakan paperless itu, perseroan justru
mengedukasi para customer mengenai kesadaran lingkungan, yakni melakukan
konvensi dokumen ke bentuk data digital yang bisa di-print pada setiap saat, jika
dibutuhkan (Bimis Indonesia, 24 April 2013.
Divisi Jasa Keuangan
Prijono Sugiarto, Presiden Direktur PT AI, menyatakan bahwa PT AI pada
tahun 2010 telah menyuntikkan dana sebesar Rp 1 triliun untuk modal anak
usahanya PT Bank Permata Tbk (BNL) Hal itu dilakukan dengan mengeksekusi
penerbitan saham baru (rights inrue) Bank Permata pada pertengahan November
tahun 2010 Astra selaku pemegang 44,57 % saham Permata menggunakan hak
memesan efek terlebih dahulu (HMETD) untuk mempertahankan kepemilikannya.
PT Bank Permata Tbk, melalui lini bisnis utama di Wholesale Banking
memperoleh pengakuan dari Asiamoney dengan memborong 12 penghargaan
sekaligus untuk berbagai macam kategori Sejumlah penghargaan yang diperoleh
seperti cash management, FX research and market coverage, dan FX products and
services.
Lima penghargaan diantaranya berada di posisi puncak seperti:
1) Bank Pengelola Kas Lokal Terbaik (di semua kategori) untuk Kecil
Perusahaan di Indonesia.
2) Layanan Pengelolaan Kas Domestik Secara Keseluruhan Terbaik untuk
Korporasi Menengah di Indonesia.
3) Layanan Cash Management Mata Uang Lokal Terbaik di Indonesia
(Berdasarkan Mata Uang IDR) dipilih oleh Lembaga Keuangan. 4. Riset dan
Cakupan Pasar FX Terbaik di Indonesia yang dipilih oleh Perusahaan. 5.
Penyedia Domestik Terbaik untuk Produk dan Layanan FX di Indonesia yang
dipilih oleh Perusahaan.
Penghargaan diberikan dari hasil jajak pendapat independen yang
dilaksanakan oleh Asiamoney dengan melibatkan sejumlah lembaga/institusi
keuangan yang tersebar di 14 negara. Direktur Whole Banking. Bank Permata
Roy Arfandy mengatakan bahwa penghargaan ini merupakan hasil kerja keras
dari seluruh tim, dan tentunya dukungan yang luar biasa dari para nasabah. "Oleh
karena itu, penghargaan yang kami terima ini, kami dedikasikan kembali kepada
nasabah setia Permata Bank, dengan harapan nasabah akan senantiasa
memperoleh produk dan layanan kami yang berkualitas", katanya.
Sementara itu, Rudy Tandjung, Head Transaction Banking. Bank Permata,
menegaskan bahwa layanan transaction banking, seperti cash management, trade
financing & service, dan securities & agency service, dikembangkan dengan
membangun hubungan dengan nasabah. "Kami akan terus berinovasi agar
dinamika ekonomi yang terjadi saat ini dapat kami jawab melalui beragam
kreativitas yang nantinya dapat tetap memberikan kontribusi berupa fee based
income yang berkelanjutan", tuturnya. Hingga Juni 2013, Bank Permata mencatat
laba bersih setelah pajak (konsolidasi tidak diaudit) sebesar Rp 818 miliar,
meningkat 15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012.
Total pendapatan operasional mencapai Rp 3,2 triliun pada Semester 1,
atau 12% lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar
Rp 2,86 triliun. Pendapatan bunga bersih tumbuh 12% (year-on-year/y-o-y)
menjadi Rp 2,57 triliun dengan ditopang pertumbuhan kredit yang kuat.
Sementara itu, pendapatan berbasis biaya (fer based income) naik 11% (y-o-y)
menjadi Rp 638 miliar.
Kredit tumbuh 27% (y-o-y) dari Rp 84.4 triliun pada akhir Juni 2012
menjadi Rp 106,9 triliun pada akhir Juni 2013. Total aset mencapai Rp 144,3
triliun, naik 31% (y-o-y) dari Rp 110,6 triliun per 30 Juni 2012. Khusus di area
Wholesale Banking hingga Semester 1/2013 aset tumbuh 41% atau mencapai Rp
52,3 triliun. Permata e-Business yang merupakan layanan internet banking bagi
korporasi secara signifikan mengalami peningkatan volume transaksi nasabah
sebesar 46%. Solusi virtual account yang saat ini menjangkau berbagai industri,
hingga akhir Juni, volume dan transaksi meningkat masing-masing sebesar 12%
dan 60% (y-o-y).
Sementara inu awet trade finance meningkat hingga 52% pada Semester
1/2013) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Selain Bank
Permata, sejumlah hank nasional juga meraih award dan Asiamoney, seperi PT
Bank Mandiri Tbk. PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Syariah Mandiri.
(Bisnis Indonesia, 27 September 2013).
PT Astra Sedaya Finance, anak usaha PT Astra International, berencana
menerbitkan obligasi berkelanjutan II dengan total nilai Rp 10 triliun, dengan
emini perdana tahun ini sebesar Rp 3 triliun. Chief Executive Officer Astra Credit
Companies (ACC) Djony Bunarto Tjoodro mengatakan bahwa total kebutuhan
dana ACC pada tahun ini adalah sebesar Rp 25 triliun yang alan diperoleh dari
penerbitan obligasi maupun pinjaman perbankan. Adapun khusus untuk PT Astra
Sedaya Finance (ASP), adalah sebanyak Rp 10 triliun, dana direncanakan berasal
dari penerbitan obligasi
Terkait emisi obligant, Djony mengatakan pihaknya akan memantau
kondisi pasar, untuk menentukan waktu dan jumlah yang tepat emisi yang
diperlukan. Sebagaimana diketahal, rencana emisi tahap pertama adalah Rp 3
triliun. "Kita lihat kondisi pasar, bisa saja kurang dari itu", katanya. Manajeinen
Astra Sedaya Finance mengatakan untuk tahap pertama, perseroan akan
menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun, dan terdiri dari tiga seri. Untuk obligasi
berkelanjutan II tahap 1, seri A bertenor $70 hari kalender sejak tanggal emisi,
seri B bertenor 24 bulan dan seri Cbertenor 36 bulan, demikian pernyataan
manajemen dalam prospektus.
Masa penawaran awal dijadwalkan pada 27-31 Mei 2013 dan 3-5 serta 7
Juni 2013. Sementara itu pernyataan efektif diharapkan diperoleh pada 19 Juni
2013, dan masa pencatatan dijadwalkan pada 28 Juni 2013. Dalam aksi
korporasinya, perseroan menunjuk PT BCA Sekuritas, PT CIMB Securities
Indonesia, PT HSBC Securities Indonesia, PT Mandiri Sekuritan, PT RHB OSK
Securities Indonesia, dan i Standard Chartered Securities Indonesia sebagai
penjamin pelaksana emisi.
Penerbitan obligasi tersebut dijamin secara kesanggupan penuh (full
commitment). Astra Sedaya Finance mendapatkan peringkat AA+ (double A plasi
dari Pefindo untuk masa 19 Maret 2013 hingga 1 Maret 2014. Peringkat tersebut
mencerminkan posisi perseroan yang kuat dalam pasar pembiayaan mobil dan
kualitas aset. Namun peringkat itu dibatasi oleh ketatnya persaingan dalarn
industri.
"Seluruh dana hasil penawaran obligasi ini akan digunakan untuk modal
kerja pembiayaan kendaraan bermotor", ujar manajemen perseroan. Berdasarkan
laporan keuangan tahun 2012 diketahui perseroan menyalurkan pembiayaan Rp
20,47 triliun, naik 32,31% dari Rp 15,47 triliun. Sepanjang tahun lalu, perseroan
juga membukukan pertumbuhan laba bersih 30,24% menjadi Rp 827 miliar dari
Rp 635 miliar. Pertumbuhan itu terjadi seiring dengan kenaikan pendapatan
sebesar 23,61% menjadi Rp 3,75 triliun dari Rp 3,03 triliun.
Jumlah aset perseroan tercatat Rp 24,89 triliun dengan posisi kas dan
setara kas Rp 713 miliar. Berdasarkan data Kustodian Sentra Efek Indonesia
(KSEI), obligasi. jatuh tempo ASF pada tahun ini mencapai Rp 1,75 triliun yang
terdiri atas lima seri. Di prospektus ringkas, manajemen ASF menyebutkan
pihaknya memiliki liabilitas sebesar Rp 21 triliun, yang terdiri dari pinjaman
pihak ketiga Rp 11,35 triliun dan obligari Rp 8,61 triliun, serta utang lainnya.
(Bisnis Indonesia, 24 Mel 2013).

Divisi Alat Berat dan Pertambangan


PT United Tractors Tbk (UT) distributor alat berat merek Komatsu dan
kontrakter tambang batu bara, berencana melaksanakan penawaran umum
terbatas IV (right issue) senilai Rp 6,07 triliun, yang dijadwalkan pada medio Mei.
Seorang manajer investasi yang mengetahui rencana itu mengatakan bahwa
United Tractors telah menunjuk dua penasehat keuangan yakni CLSA Securities
dan UBS Securities dalam right issue it. Adapun dalam prospektus yang
diterbitkan, United Tractors akan menerbitkan 403,25 juta saham dengan harga
penawaran Rp 15.050 per saham.
Setiap pemegang 33 saham United Tractors berhak atas empat hak
memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dimana setiap satu HMETD berhak
membeli satu saham baru yang akan diterbitkan emiten dengan kode saham
UNTR tersebut. PT Astra International Tbk (AI), pemegang saham pengendali
United Tractors dengan kepemilikan 59,5% saham, berkomitmen melaksanakan
seluruh haknya dalam right issue ita, selain itu PT AI juga berkomitmen menjadi
pembeli siaga salam baru United Tractors yang tidak terserap.
Sebanyak 90% dari dana hasil right issue tersebut atau Rp 5,46 trilion
akan digunakan untuk membiayai beberapa proyek perseroan dan anak
perusahaan di kegiatan usaha batu bara termasuk kontraktor pertambangan (25% -
35% dari dana bersih), proyek terkait infrastruktur batu bara dan pembangkit
listrik mulut tambang 15%-25% dari dana bersih. Dari bagian itu sebanyak 45% -
55% akan digunakan untuk mengakuisisi konsesi batu bara. Seraya menunggu
realisasi dari proyek tersebut. perseroan bisa menggunakan hingga 35% dari hasil
bersih right issue untuk melunasi pinjaman revolving.
Adapun sebanyak 10% dari hasil right issue akan digunakan untuk
membiayai modal kerja dan keperluan unium perseroan dan anak perusahaan.
United Tractors mencetak pendapatan bersih Rp 37,32 triliun pada tahun lalu,
tumbuh 27,6% dibandingkan dengan Rp 29,24 triliun pada tahun sebelumnya.
Kontribusi sektor usaha mesin konstruksi Rp 17,27 triliun, kontraktor
pertambangan batu bara Rp 16,93 triliun, dan pertambangan batu bara Rp 3,12
triliun, (Bisnis Indonesia, 1 April 2011).
Kuatnya industri pertambangan beberapa tahun terakhir mendongkrak
kinerja distributor alat berat, termasuk PT United Tractor Tbk, hingga
pendapatannya naik 47,5% pada tahun 2011. PT Astra International Tbk
menyatakan kinerja keuangannya selama tahun 2011, dimana performa induk
perusahaan Grup Astra terbilang kinclong dengan ditopang kinerja positif anak
usahanya tahun lalu. Kontribute terbesar saat ini memang masih berasal dari lini
bisnis yang terkait dengan otomotif yang merupakan bisnis pertama dan untuk
saat ini yang utama bagi perseroan.
Namun, kita juga tidak bisa menafikan perkembangan lini bisnis tambang
dan alat berat grup ini melalui United Tractors yang menjadi kontributor laba
bersih terbesar kedua Grup Astra sepanjang tahun 2011. United Tractors
menggerek laba bersihnya sebesar 52% menjadi Rp 5,9 triliun dari Rp 3,87 triliun
pads tahun sebelumnya. Pendapatan perseroan juga naik 47.5% menjadi Rp 55
triliun dibandingkan dengan Rp 37,32 triliun selama tahun 2010 Bagi Grup Astra
yang mengendalikan 59.5% saham United Tractors, laba bersih pertambangan
dan alat berat menyumbang Rp 3,6 triliun dari total laba bersih grup van didirikan
Wiliam Soeryadjaya ini.
Analis PT Danareksa Sekuritas Gabriella Maureen Natasha dalam risetnya:
menyatakan bahwa pertumbuhan kinerja emiten berkode sabam UNTR ini
didorong positifnya performa tiga lini bisnis utama yakni alat berat, kontraktor
tambang dan tambang baru bara. Dia mencatat divisi alat berat bertumbuh hingga
57% menjadi Rp 27 triliun, didukung oleh naiknya penjualan Komatsu selama
tahun 2011, yakni mencapai Rp18 triliun atau berkontribusi sekitar 69% terhadap
total penjualan Dalam riset terpisah, dia mengungkapkan selama tahun 2011,
United Tractors mencatat penjualan alat berat mencapai 8.490 unit. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 5.703 enit atau sekitar 67% merupakan alat berat untuk sektor
pertambangan.
Sementara itu, divisi jasa kontraktor pertanibangan melalui anak usahanya
PT Pamapersada Nusantara, juga tumbuh signifikan. Hal ini menurut dia, terlibat
dari naiknya pendapatan lini bisnis tersebut sebesar 32% menjadi Rp 22 triliun.
"Perusahaan mencatat aktivitas produksi batu bara dan ever burden removal yang
lebih besar tahun lalu didukung oleh kondisi cuaca yang relatif stabil", paparnya
dalam riset tersebut. Lini bisnis pertambangan United Tractors juga berkembang
signifikan selama tahun 2011. Pendapatan dari pertambangan ban bara melonjak
hingga 74,1% menjadi Rp 5 triliun, dipicu oleh kenaikan harga rata-rata penjualan
batu bara. Namun, margin laba kotor pertambangan justru turun menjadi 12,1%,
karena kenaikan biaya bahan bakar
Di sisi lain, analis PT OSK Nusantara Securities Indonesia, Arief
Budiman menilai bisnis alat berat masih memiliki prospek cerah tahun 2012,
didorong oleh produksi komoditas, terutama batu bara yang masih kuat, karena
tingginya permintaan. Selain itu nilai tukar terhadap dollar yang stabil dan suku
bunga rendah menjadi katalis positif bisnis ini. Dia memperkirakan penjualan alat
berat di Indonesia akan tumbuh 19% menjadi 23.576 unit. Arief memproyeksikan
penjualan alat berat United Tractors naik menjadi 9.812 unit tahun 2012 dan
11.284 unit pada tahun 2013. Di bisnis kontrak penambangan, dia memprediksi
overburden removal naik menjadi 832 juta bem pada tahun 2012 dan 915 juta
bem pada tahun depan.
"Kami perkirakan produksi batu bara juga naik menjadi 6 jata to dan 7,1
juta ton pada tahun 2012 dan tahun 2013 untuk tambang-tambang milik
perseroan" katanya United Tractors memiliki delapan konsesi tambang batu bara,
termasuk tambahan tima konsesi tambang yang baru diakuisisi tahun lalu dengan
total perkiraan cadangan batu bara sebesar 250 juta ton-370 juta ton. Penjualan
batu bara perseroan selama tahun 2011 tercatat sebesar 4,5 juta ton. Gabriella
memperkirakan volume produksi baru bara United Tractors tumbuh 45% menjadi
6 juta ton tahun 2012.
Selanjutnya volume produksi tahun 2013 diperkirakan mencapai 8,5 juta
ton "Meskipun perseroan menargetkan kontribusi pendapatan masing-masing
sebesar 30% dari tiga lini bisnis utama pada tahun 2015, kami memperkirakan
kontribusi lini bisnis pertambangan akan menjadi 12% dan 13% terhadap total
padaparan United Tractors pada tahun 2012 dan 2013" paparnya. Untuk
menggenjot performa bisnis tambangnya, United Tractors kini menjajaki
kemungkinan mengakuisisi beberapa konsesi tambang baru untuk mencapai target
cadangan batu bara sebesar 500 juta ton pada tahun 2014. Direktur Keuangan
United Tractors, Gidion Hasan mengungkapkan pihaknya membidik dua tambang
batu bara di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Perseroan tengah
menguji tuntas (due diligence) kedua perusahaan itu yang diperkirakan selesai 3-4
bulan ke depan. Jika terealisasi, maka bisnis tambang berpotensi menyaingi
dominasi otomotif di Astra, pada masa depan. (Bisnis Indonesia, 1 Maret 2012).
Penjualan alat berat Komatsu selama 4 bulan pertama tahun 2013 anjlok
41,64% jadi 1.725 juta ton dari pencapaian periode yang sama tahun lalu.
Penjualan alat berat boleh saja surun, tetapi hal itu sebenarnya sudah diprediksi
oleh banyak kalangan, karesia seiring dengan pemangkatan belanja modal oleh
rata-rata perusahaan batu bara. Tetapi kabar baiknya, pendapatan United Tractors
selaku distributor Komatsu, tidak seluruhnya bertumpu pada penjualan alat berat.
Pada kuartal 1/2013, unit mesin konstruksi, kontraktor tambang dan
pertarabangan, masing-masing berkontribusi 34%, 57% dan 9% dari total omzet
Rp 12.45 triliun. Ini artinya, kontraktor tambang yang dijalankan anak usaha, PT
Pamapersada Nusantara (Pama), masih menyumbang pendapatan besar. Selama 4
bulan pertama, Pama sudah mengerjakan kegiatan produksi batu bara sebesar 318
juta ton. Sedangkan pekerjaan overburden removal sudah 267,5 juta bem, naik
2% y-o-y dari 262,3 juta bem. Berdasarkan riset Mandiri Sekuritas yang dirilis
oleh analis Hariyanto Wijaya menulis bahwa kinerja dua segmen usaha, yaitu
penjualan Komatsu dan kinerja Pama selama 4 bulan pertama tahun ini, masih
sesuai dengan ekspektasi. Menurut Harlyanto, ekspektasi konsensus menyebutkan
bahwa pendapatan dari suku cadang dan jasa akan meningkat tahun ini, seiring
dengan pemain di sektor tambang beramai-ramai menurunkan belanja modalnya
untuk membeli alat berat bare.

Divisi Infrastruktur dan Logistik


Ada enam lini bisnis inti yang menjadi fokus kegiatan Grup Astra, yakni
divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis,
infrastruktur dan logistic, serta teknologi informasi.
Kontribusi pendapatan terbesar Grup Astia pada tahun 2011 adalah dari
sektor otomotif, sedangkan infrastruktur dan logistik sebesar 3%, sisanya adalah
dari sektor-sektor lainnya.
Sektor jalan tol adalah proyek investasi infrastruktur yang telah
dikembangkan oleh Astra Infrastructure Company. Didasari analisa kelayakan
usaha untuk mendukung sustainability kegiatan usaha Astra dalam jangka
panjang, sektor ini juga memiliki keterkaitan bisnis yang sangat erat dengan
kegiatan usaha perusahaan saat ini di bidang otomotif (value chain business).
PT Astratel Nusantara (Astratel), anak perusahaan yang 100% sahamnya
dimiliki oleh PT Astra International Tbk (Astra), yang didirikan 12 Oktober 1992
merupakan perusahaan induk untuk Divisi infrastruktur dalam Grup Astra.
"Kami berupaya ikut serta dalam mendukung pembangunan ekonomi
nasional, yakni dengan pengembangan infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi
pembangunan Indonesia," ujar Presiden Direktur PT Astra International Tbk.
Prijono Sugiarto.
Astratel telah memiliki 3 (tiga) ruas jalan tol dengan total penyertaan
Astrate mencapai Rp 3,4 triliun dengan total panjang jalan 124,15 km. Ketiga
ruas jalan tol tersebut adalah:
a. Jalan Tol Tangering-Merak
Melalui akuisisi PT Marga Mandala Sakti (MMS), PT Astratel
Nusantara bersama Citigroup Vinancial Products Inc saat ini mengoperasikan
Jalan Tol Tangerang- Merak sepanjang 72,5 km. Akuisisi dilakukan dengan
melakukan transaksi perjanjian pembelian saham PT Marga Mandala Sakti
(MMS), operator jalan tol Tangerang Merak, sebesar 53,99 persen. Nilai
transaksi itu mencapai Rp 255,3 miliar. Pembelian saham dilakukan dengan
mengakuisisi kepemilikan empat pemegang saham yaitu HKL. (Asian
Infrastructure) B.V., Williams Indonesia LLC. Archipelago Investment PTE
LTD. dan Asian Corporate Finance Fund L.P.
b. Jalan Tol Kunciran-Serpong
PT Astra Internasional Tbk mengembangkan proyek Jalan Tol
Kunciran-Serpong oleh PT Astratel Nusantara. (Majalah SWA 13/XXVII/23
Juni-6 Juli 2011). PT Marga Trans Nusantara (MTN) adalah perusahaan yang
didirikan oleh PT Astratel Nusantara (40%) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk
(60%), yang bertanggung jawab untuk membangun dan mengoperasikan jalan
tol ruas Kunciran-Serpong sepanjang 11,2 km.
c. Jalan Tol Kertosono-Mojokerto
Berdasarkan siaran pers Astra pada 6 September 2011 yang
ditandatangani oleh Chief of Corporate Communications Astra Arief Istanto,
dijelaskan bahwa pada hari Kamis, tanggal 25 Agustus 2011, PT Astratel
Nusantara (Astratel) telah menandatangani dokumen pengalihan saham atas
95% saham-saham PT Marga Hanurata Intrinstic (MHI) dari PT Natpac Graha
Arthamas (Natpac). sehingga komposisi pemegang saham MHI setelah akuisisi
tersebut menjadi 95% Astratel dan 5% Natpac.
Untuk akuisisi tersebut, Astratel membayar sekitar Rp 750 miliar
kepada Natpac Dana tersebut berasal dari internal funding induk perusahaan,
Astra. Akuisisi ini dinilai strategis, karena merupakan kelanjutan dari langkah
Grup Astra dalam bidang Infrastruktur, khususnya pengembangan jalan tol di
Indonesia.
MHI adalah perusahaan yang telah menandatangani Perjanjian
Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan
MHI akan melaksanakan pengusahaan jalan tol ruas Kertosono-Mojokerto
sepanjang 40,5 km, yang meliputi kegiatan pendanaan, perencanaan teknik,
melaksanakan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol tersebut.
Biaya proyel: jalan tol ini secara keseluruhan diperkirakan adalah sekitar Rp 3,5
triliun termasuk biaya pembebasan tanah dan konstruksi. MHI sekarang ini
telah masuk dalam tahap proses pembebasan tanah dan melakukan pekerjaan
konstruksi.
Di sektor jalan tol, Astra Infrastructure Company akan terus mencari
peluang- peluang investasi baru baik melalui akuisisi existing assets maupun
yang bersifat greenfield project.

5. Strategi Korporasi PT Astra International Tbk


PT AI pada saat ini menjadi salah satu perusahaan dengan kapitalisasi
pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia, mencapai Rp 317 triliun per 26 Januari
2012. Tahun lalu, perusahaan ini dinobatkan sebagai emiten terbaik dalam Capital
Market Awards. Kapitalisasi pasar terbesar, karena harga saham PT AI kini
sekitar Rp 74.000 per saham. Astra akan terus berpegang pada tata kelola
perusahaan yang baik dan selalu mengedepankan kepentingan para stakeholder
(pemegang kepentingan)-nya.
Presiden Direktur PT AL. Prijono Sugiarto pada saat HUT ke-55 PT AI
menegaskan pada tahun 2025 berdasarkan Bank Dunia, Indonesia menjadi salah
satu dari tujuh pusat pertumbuhan dunia, bersama China, India, Eropa, Amerika
Serikat, Jepang dan Inggris. Kondisi itu akan membuat pasar dan peluang
Indonesia semakin besar. Hal ini berarti kompetisi dan tantangan semakin besar.
Sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, Prijono mengatakan
bahwa ia yakin Astra bisa mengambil peran lebih besar untuk membangun bangsa
dan negara ini. Salah satu peran tersebut adalah memberikan yang terbaik bagi
bangsa dan pelanggan Astra. Dulu kepuasan pelanggan dipandang cukup, tetapi
kini pencerahan dan memberikan ekspektasi ke depan menjadi keharusan, kata
Prijono. (Harian Kompas, 21 Februari 2012).
Presiden Direktur PT Al menyatakan bahwa tahun 2011, kontribusi bidang
usaha Astra, yakni otomotif dengan menyumbang sebesar 50 persen. Hal ini
berbeda dari 10 tahun yang lalu, dimana kontribusi otomotif bisa mencapai 82
persen. PT AI menginginkan desain antara kontribusi otomotif dan non-otomotif
bisa berimbang. Fokus utama tahun 2012 ini masih di otomotif melalui
pengembangan pabrik.
Daihatsu, kapasitas produksinya ditingkatkan dari 330.000 unit menjadi
430.000 unit per tahun. Untuk pengembangan ini diperlukan belanja modal Rp 2
triliun. Hal ini dipicu oleh upaya Toyota yang ingin menaikkan kapasitas produksi
dari 110.000 unit menjadi 250.000 unit per tahun. Untuk ini dibutuhkan investasi
sebesar Rp 4 triliun. Di samping itu, kata Prijono terdapat juga upaya peningkatan
usaha pertambangan, perkebunan kelapa sawit, ataupun infra struktur. Total
belanja modal Astra adalah sebesar Rp 14 triliun-Rp 15 triliun per tahun. (Harian
Kompas, 21 Februari 2012). Proyeksi kinerja PT Astra International Tbk pada
tahun 2011-2013 dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Divisi otomotif Grup Astra, memang tercatat memberi kontribusi terbesar.
yakni hampir 50% terhadap total pendapatan emiten PT A1, yang berkode ASI!.
PT AI menyatakan bahwa potensi penjualan kendaraan di Indonesia masih besar,
karena daya beli belum maksimal ungkap Yulian Warman, Head of Public
Relation FT AL. (Bisnis Indonesia, 27 Februari 2013).
Emiten berkapitalisasi terbesar, PT Al akan membagi dividen final 2012
servilai Rp 150/saham, tumbuh sejalan dengan kenaikan laba bersih sebesar 9%.
Presiden Direktur PT AI, Prijono Sugiarto, mengemukakan besaran dividen naik
dibandingkan pembagian keuntungan pada periode tahun 2011, yaitu sebesar Rp
138/saham. Nilai pembagian dividen selaras dengan pertumbuhan laba bersih
perseroan 9,16%, yakni dari Rp 17,79 triliun pada tahun 2011 meningkat menjadi
Rp 19,42 triliun sepanjang tahun 2012. Kenaikan bersumber dari pendapatan
sebesar Rp 188,05 triliun, naik 15,68% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 162,50
triliun.
"Menurunnya permintaan di sektor alat berat, karena terdapatnya
pelemahan harga batu bara dan harga CPO yang merosot, sehingga hal ini
mempengaruhi keuntungan perseroan", ujarnya. Berdasarkan segmentasi
pendapatan perseroan, maka yang paling besar diraih dari penjualan barang, yakni
Rp 139,85 triliun, atau 74,37% dari total pendapatan. Sisanya adalah dari jasa dan
sewa sebesar Rp 35,51 triliun atau 18,88% serta jasa keuangan Rp 12,70 triliun
atau hanya sekitar 6,75%.

6. Kebijakan Stratejik dalam Kepemimpinan dan Pertumbuhan PT Astra


International Tbk
Menurut Presiden Direktur PT Astra International Tbk (AI), Prijono
Sugiarto, lewat karya dan inovasi dari 168.703 karyawan dalam 158 anak
perusahaan Grup Astra, insan Astra berusaha memberikan manfaat bagi Indonesia.
Astra juga akan terus mengembangkan program tanggung jawab sosial, yaitu
pendidikan, lingkungan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. (Harian: Kompas,
21 Februari 2012).
PT AI terus melakukan pengembangan usaha dengan menjalankan strategi
inovasi guna meningkatkan daya saing perusahaan atau korporasi. Inovasi yang
dilakukan dapat berupa inovasi produk dan inovasi proses atau metodologi. Jadi
bentuk inovasi untuk pengembangan dapat beragam. Pelaksanaan inovasi
membutuhkan investasi yang tercermin dalam bentuk belanja modal atau capital
expenditure (Capex).
Pertumbuhan suatu perusahaan atau korporasi dilakukan melalui
peningkatan daya saing, yang didorong oleh pengembangan inovasi melalui riset
dan teknologi atau Ristek. Investasi yang dilakukan untuk inovasi merupakan cate
untuk meningkatkan daya saing Investasi dapat berupa pengadaan mesin yang
berteknologi maju, yang akan dapat meningkatkan kecepatan menghasilkan suatu
produk, sehingga meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan dengan kualitas
yang lebit: baik dan biaya yang lebih ringan.
Industri perakitan otomotif yang dicanangkan oleh Toyota akan menarik
investasi industri komponen otomotif ke Indonesia. Kawasan industri komponen
telah disiapkan pemerintah Indonesia hagi investor Jepang. Investasi produsen
komponen otomotif asal Jepang tahun 2013 diperkirakan akan mencapai US
$ 600 juta. Ekspansi perakitan Toyota diperkirakan akan menarik investasi di
sektor komponen.
Dengan penambahan investasi di sektor komponen, Toyota menargetkan
peningkatan kandungan komponen lokal beberapa model, seperti Kijang Inova
dari yang hanya 75% meningkat menjadi 85%. Saat ini Toyota memiliki 105
perusahaan pemasok utama, diantaranya 44 perusahaan untuk komponen bodi, 39
perusahaan pemasok komponen unit dan 22 perusahaan pemasok lainnya, seperti
bahan dasar dan logistik. Toyota Body Corp. Ltd, melalui PT Toyota Auto Body
dan PT Sugty Creative akan mengoperasikan pabrik perakitan untuk
memproduksi sejumlah kendaraan model baru untuk pasar di dalam negeri.
PT Denso Indonesia juga akan menambah produksi komponen melalui
peningkatan kapasitas dua pabriknya, yang telah beroperasi di Indonesia. Pada
tahun 2014, Denso akan membangun pabrik baru ketiga di Bekasi untuk
memproduksi produk komponen teknologi tinggi. Pengembangan inovasi melalui
investasi yang disiapkan dapat dilihat pada Gambar 5.10. (Bisnis Indonesia, 29
Januari 2013).

PERTANYAAN BAHASAN KASUS MANAJEMEN STRATEJIK


1. PT Astra Internasional didirikan pada tahun 1957 dengan nama semula PT Astra
Internasional Corporated, dan pada tahun 1990 berubah namanya menjadi PT
Astra Internasional (AI), yang bergerak dalam distribusi kendaraan bermotor, dan
berkembang menjadi agen tunggal pemegang merek (ATPM).
a) Bagaimana strategi PT AI menjadi ATPM dengan membentuk anak
perusahaan?
Jawab: strategi yang digunakan PT AI dengan membentuk anak perusahaan
dari bisnis yang dikelolanya menyebabkan PT AI menjadi ATPM karena
anak perusahaan tersebut bertujuan sebagai pelengkap dari perusahaan induk
sehingga segala kegiatan dan produk ada di anak perusahaan serta menjadi
agen tunggal pemegang merek, seperti PT Toyota Astra Motor (TAM) yang
melakukan aktivitas importer, perakit, distributor bagi produk-produk mobil
Toyota.
b) PT AI terus melakukan perluasan usaha dengan masuk ke berbagai bidang
usaha. Strategi apa yang dijalankan PT AI dalam perluasan usahanya?
Jawab: PT AI dalam melakukan pengembangan usaha menjalankan
diversifikasi usaha. Diversifikasi usaha dilakukan dengan penyertaan anak
usaha yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Strategi diversifikasi
merupakan strategi pertumbuhan sebuah korporasi yang mana perusahaan
memperluas operasionalnya dengan berpindah ke industri yang berbeda.
Diversifikasi merupakan strategi tingkat korporat yang memfokuskan pada
tindakan untuk memperoleh keunggulan bersaing dengan memilih dan
mengelola kelompok-kelompok bisnis yang berbeda dalam beberapa industri
dan pasar. Diservikasi ini bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas
melalui peningkatan volume penjualan dalan bentuk produk baru atau pasar
baru.
c) Bidang-bidang usaha apa saja yang dicakup oleh PT AI dalam perluasan
usahanya?
Jawab: Bidang-bidang usaha yang dicakup oleh PT Al dalam perluasan
usahanya yang dimana pada awalnya PT Al hanya bergerak dibidang
produksi dan otomotif seperti sepeda motor dan untuk sekarang PT Al telah
bergerak diberbagai bidang yaitu :
• Bidang otomotif
• Bidang agribisnis
• Bidang teknologi informasi
• Bidang lasa keuangan
• Bidang alat berat dan pertambangan
• Bidang infastruktur dan logalistik
2. Divisi otomotif PT AI merupakan bisnis yang dominan dalam perusahaan PT
Astra Internasional Tbk.
a) Dalam divisi otomotif terdapat strategi diversifikasi usaha. Terdiri dari usaha
apa saja yang didiversifikasi dalam otomotif?
Jawab: usaha atau bisnis mobil (Toyota, Daihatsu, Isuzu, Peugeot, dan
BMW); truk (Truck Nissan/ Nissan Diesel); motor Honda; produksi dan
distribusi komponen otomotif (OEM dan OES).
b) Usaha atau bisnis apa saja yang dominan dalam divisi otomotif?
Jawab: usaha atau bisnis yang dominan dalam divisi otomotif adalah usaha
atau bisnis mobil, karena pada divisi otomotif PT AI lebih banyak melakukan
produksi, distribusi dan penjualan mobil. Bukan hanya itu, penyumbang
pendapatan atau laba bersih terbesar pada PT AI berasal dari hasil penjualan
mobil.
c) Strategi apa saja yang dijalankan dalam divisi otomotif PT AI, apakah
integrasi atau diversifikasi?
Jawab: dalam menjalankan divisi otomotif PT AI menggunakan kedua
strategi tersebut, karena PT AI tidak hanya meluncurkan produk baru tapi
juga mengontrol dan mengendalikan distributor serta pemasok. Namun,
strategi yang sering digunakan dalam divisi otomotif adalah diversifikasi,
karena PT AI melakukan pengembangan usaha dengan menciptakan produk
baru.
3. PT AI terus berupaya untuk meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan.
a) PT AI menyatakan bahwa dulu untuk memberikan yang terbaik cukup dengan
kepuasan pelanggan, tetapi kini yang dicari adalah pencerahan dan pemberian
ekspektasi ke depan. Mengapa demikian? Jelaskan!
Jawab: karena pada saat ini PT AI menjadi salah satu perusahaan dengan
kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia dan dinobatkan sebagai
emiten terbaik dalam Capital Market Awards. Sehingga menjadikan
Indonesia menjadi salah satu dari tujuh pusat pertumbuhan dunia, bersama
China, India, Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Inggris. Dan kondisi inilah
yang akan membuat pasar dan peluang Indonesia semakin besar serta
memiliki kompetisi dan tantangan yang besar pula. Oleh sebab itulah PT AI
harus mencari pencerahan dan memberikan ekspektasi ke depan, agar dapat
membantu hal tersebut tercapai.
b) PT AI terus mengejar yang terbaik, sehingga memperoleh Capital Market
Awards pada tahun 2012. Mengapa perusahaan mendapatkan awards tersebut?
Jawab: karena pada saat ini PT AI menjadi salah satu perusahaan dengan
kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia, mencapai Rp 317 triliun
per 26 Januari 2012 dan memiliki harga saham sekitar Rp 74.000 per saham.
c) PT AI dapat meraih tingkat pertama Asia’s Best Managed Company dan Best
Corporate Governance di Indonesia. Mengapa PT AI dapat meraih
keberhasilan tersebut?
Jawab: karena PT AI merupakan suatu perusahaan yang terbaik dalam
membangun dan menjalankan usahanya dengan sistem yang baik sehingga
seluruh strategi dan program dapat berjalan dengan baik, yang pada akhirnya
mampu memberi imbal nilai yang tinggi kepada pemangku kepentingan
khususnya pemegang saham, serta perkembangan kemajuan usaha PT AI
terus berlanjut baik dalam bisnis inti (otomotif) maupun bisnis non-inti (jasa
keuangan, agribisnis, industri alat berat dan pertambangan, dan teknologi
informasi).
4. Kegiatan Grup Astra terfokus pada enam lini bisnis inti, dan Presiden Direktur PT
AI menyatakan bahwa kinerja PT AI sangat memuaskan di semua lini bisnis.
a) Mengapa Grup Astra punya posisi yang kuat untuk menjadi pemimpin pasar
di sektor bisnis yang digeluti?
Jawab: karena PT AI terus melakukan mengembangkan dan menjalankan
usahanya dengan menjalan strategi inovasi serta sistem yang baik sehingga
seluruh strategi dan program dapat berjalan dengan baik, sehingga
mempunyai posisi yang kuat untuk menjadi pemimpin pasar di segala sektor
bisnis yang digelutinya.
b) PT AI terus melakukan peningkatan investasi di semua lini bisnis perusahaan.
Mengapa terdapat masalah pemanfaatan pertumbuhan pendapatan di masing-
masing lini bisnis perusahaan?
Jawab: karena dengan melakukan peningkatan investasi guna
mengembangkan inovasi di semua lini bisnis maka akan meningkatkan
belanja modal atau capital expenditure (capex) sehingga tingkat produksi pun
juga akan meningkat dan turunnya permintaan. Contohnya penurunan
permintaan di sektor alat berat karena terdapatnya pelemahan harga batu bara
dan harga CPO yang merosot sehingga mempengaruhi keuntungan perseroan.
c) Mengapa PT AI dapat berhasil membawa perusahaan terus maju?
Jawab: karena PT AI terus melakukan pengembangan usaha dengan
menjalankan strategi inovasi (produk, proses atau metodologi) guna
meningkatkan daya saing perusahaan atau korporasi melalui riset dan
teknologi atau ristek.
5. PT AI melakukan uapaya pengembangan stratejik perusahaan agar tetap selalu
berhasil maju.
a) Mengapa PT AI perlu melakukan pengembangan inovasi produk dan inovasi
teknologi dalam pengembangan stratejiknya?
Jawab: agar dapat meningkatkan daya saing sehingga PT AI terus
mengalami pertumbuhan dan kemajuan.
b) Mengapa PT AI perlu melakukan peningkatan belanja modal (capital
expenditure/ capex) untuk dapat menjaga pengembangan stratejik perusahaan?
Jawab: agar PT AI dapat menjalankan dan mengembangkan strategi inovasi
melalui riset dan teknologi. Inovasi yang dilakukan berupa inovasi produk
dan inovasi proses atau metodologi.
c) Mengapa PT AI dalam pengembangan stratejiknya perlu melakukan
pengembangan program tanggungjawab sosialnya?
Jawab: PT AI perlu melakukan pengembangan program tanggung jawab
dalam stratejik nya adalah agar berdampak baik terhadap konsumen yang
dimana dengan adanya program tanggung jawab dapat memberikan kepuasan
terhadap pelanggan atau konsumen baik itu dalam pelayanan dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai