Awal
KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK
Materialitas secara umum, yaitu sesuatu yang nyata dan terlihat. Jadi, dalam
istilah akuntansi Materialitas merupakan dasar penerapan auditing secara nyata,
terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu,
materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit
atas laporan keuangan. Risiko Audit dan Materialitas Adit dalam Pelaksanaan
Audit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan materialitas dalam
Semakin rendah tingkat materialitas semakin banyak bukti audit sebagai contoh,
memang benar kalau dikatakan bahwa semakin rendah tingkat materialitas, semakin
banyak jumlah bukti yang diperlukan (berhubungan terbalik). Hal ini sama saja
dengan mengatakan bahwa kita harus mengambil bukti lebih banyak untuk
mendapatkan keyakinan memadai bahwa setiap salah saji dalam saldo persediaan
tidak lebih dari Rp 100.000,00, dibandingkan dengan bila kita ingin mendapat
keyakinan bahwa salah sajinya tidak lebih dari Rp200 000,00. Selain itu, benar pula
untuk dikatakan bahwa semakin besar atau lebih signifikan saldo suatu rekening, akan
lebih banyak juga jumlah bukti yang diperlukan (berhubungan langsung). Hal ini
sama saja dengan mengatakan bahwa bukti untuk persediaan dibutuhkan lebih banyak
bila rekening tersebut memcerminkan 30% dari total aktiva, dibandingkan dengan jika
hanya 10%.
2. Risiko Audit
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan/Melekat
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Hubungan Antar Komponen-Komponen Risiko
Untuk suatu tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara tingkat risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungkan untuk suatu asersi dengan tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima auditor untuk asersi tersebut. Artinya, semakin rendah risiko bawaa
dan risiko pengendalian yang diperhitungkan semakin tinggi tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan erat dengan keadaan klien
sedangkan risiko deteksi dapat dikendalikan (controllable) oleh auditor, seperti telah diterangka
di atas.
Oleh karena itu, auditor akan mengendalikan risiko audit dengan cara menyesuaikan risiko
deteksi sesuai dengan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungkan. Di
dalam menghubungkan komponen-komponen risiko audit, auditor bisa menyatakan setiap
komponen dalam bentuk kuantitatif (misalnya dalam bentuk persentase) atau nonkuantitatif
(sangat rendah, rendah moderat tinggi, dan sangat tinggi). Dalam hal ini, pemahaman tentang
hubungan yang dinyatakan dalam model risiko audit sangat penting dalam menentukan tingkat
risiko deteksi direncanakan yang dapat diterima.
Hubungan antara Risiko Audit dengan
Bukti Audit
Seperti halnya materialitas, risiko merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan buku. Untuk membuat generalisasi tentang hubungan
ini, kita harus berhati-hati dalam merumuskan istilah risiko yang akan dibuat generalisasinya.
Terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Artinya, untuk klien tertentu, semakin
rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan.
Hubungan ini berlaku pula untuk risiko deteksi. Untuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima yang ditetapkan auditor, semakin banyak jumlah bukti yang
diperlukan untuk membatasi tingkat risiko deteksi pada tingkat tersebut. Sebaliknya, risiko
bawaan dan risiko pengendalian mempunyai hubungan langsung dengan jumlah bukti yang
diperlukan. Bukti yang diperlukan semakin sedikit apabila risikonya rendah karena dalam
situasi demikian risiko deteksinya dapat menjadi tinggi.
Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti
Audit
Terdapat hubungan terbalik antara materialitas dengan bukti audit dan
terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan bukti audit, hubungan
antara ketiga konsep tersebut. Dalam hal ini kita akan mempertahankan agar
risiko audit tetap, dan apabila kita menurunkan tingkat materialitas, maka
bukti audit harus ditingkatkan agar lingkaran tetap bulat. Begitu pula apabila
kita menginginkan agar tingkat materialitas tetap, dan mengurangi bukti audit,
maka risiko audit harus dinaikkan agar lingkaran tetap bulat. Atau apabila kita
ingin mengurangi risiko audit, maka kita bisa melakukan salah satu dari
halhal berikut:
(1) meningkatkan tingkat materialitas, sementara bukti audit tetap,
(2) menaikkan bukti audit. sementara tingkat materialitas tetap, atau
(3) melakukan sedikit kenaikan pada jumlah bukti audit dan pada tingkat
materialitas.
3. Strategi Audit Awal
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit adalah mengurangi risiko audit
yang dilakukan auditor pada tingkat rendah yang sesuai untuk mendukung suatu
pendapat apakah laporan keuangan disajikan secara wajar di dalam segala hal yang
material. Hal ini dicapai dengan mengumpulkan dan mengevaluasi buku yang
berhubungan dengan asersi-asersi dalam laporan keuangan yang disusun oleh
manajemen Mengingat adanya saling hubungan antara bukti, materialitas, dan
komponen komponen risiko audit seperti telah diterangkan di atas, maka auditor bisa
memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit untuk masing-masing asersi atau
kelompok asersi. Pada pembahasan berikut, akan diterangkan tentang komponen
komponen strategi audit awal dan dua alternatif strategi, serta penerapannya pada
kelompok transaksi dan siklus-siklus
Strategi Audit Awal
Pendekatan Tingkat Risiko
Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian Pengendalian Ditetapkan Lebih
Ditetapkan Maksimum (Primarily Rendah (Lower Assessed Level of
Substantive Approach) Control Risk Approach)
1. Tingkat risiko pengendalian yg 1. Tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan ditetapkan maksimum direncanakan ditetapkan
2. Pemahaman SPI minimum moderat/rendah
Pengujian pengendalian sedikit (atau 2. Pemahaman SPI mendalam
bahkan tidak ada) 3. Pengujian pengendalian ekstensif
3. Pengujian substantif ekstensif (risiko 4. Membatasi pengujian
deteksi rendah) substantif (risiko deteksi
moderat/rendah)
Komponen-komponen Strategi Audit Awal
1 Pertimbangan awal materialitas yang dilakukan yaitu dengan melihat konsistensi setiap akun yang ada
dilaporan keuangan, tentunya yang berhubungan dan berkaitan antara akun-akun tersebut. Jadi seberapa
besar pada akun tersebut akan berpenigaruh secara signifikan terhadap akun-akun yang lain.
2. Apabila terdapat salah saji dalam laporan keuangan, apabila salah saji tersebut mempengaruhi terhadap
akun bagan atau akun standarnya maka itu dikatakan sebagai materialitas pada tim review.
3. Dan human error, terdapat kesalahan dalam penyajian informasi akuntansi yang dilakukan oleh beberapa
organisasi perangkat daerah (OPD) sehingga ini juga merupakan pertimbangan awal menetapkan
materialitas yang dilakukan oleh review LKPD Inspektorat Sumenep.
4. Apabila terdapat salah saji material yang signifikan, harus diungkapkan secara utuh/komprehensif
didalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan bagi pembaca laporan keuangan
tersebut. Jika salah saji tersebut tidak bisa diperbaiki, tidak menjadi masalah karena laporan keuangan
tersebut harus dilaporkan ke BPK-RI dengan catatan CALKnya menyebutkan salah saji material yang
signifikan tersebut.
Dalam studi kasus ini dimana juga dibahas mengenai pertimbangan secara
kuantitatif dan kualitatif, dari hasil penelitian yang dilakukan pada objek penelitian
yaitu review LKPD Inspektorat Sumenep diketahui pertimbangan secara
kuantitatif dan kualitatif menurut review LKPD Inspektorat Sumenep, yaitu:
2. Auditor melakukan pengevaluasian bukti audit, dalam hal ini review LKPD
Inspektorat melakukannya dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang diketahui
dari hasil temuan BPK pada tahun sebelumnya serta melakukan koordinasi dengan
penyusun laporan keuangan atau BPPKAD, koordinasi ini dilakukan untuk
menentukan unit akuntansi dan akun signifikan yang akan direview, dan juga
prosedur review yang akan digunakan berdasarkan pada penilaian resiko kesalahan
dalam mencatat transaksi keuangan dan kelemahan proses pelaporan keuangan.
C. Materialitas Salah Saji pada Tingkat Saldo Akun
Terdapat beberapa pendekatan yang dinilai sebagai suatu kewajiban dalam menentukan konsep
materialitas pada laporan keuangan yang dilakukan oleh tim review LKPD Inspektorat Sumenep .
Pendekatan tersebut nantinya akan menilai sejauh mana informasi dipandang material atau tidak
disajikan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan ekonomi yang diambil oleh pengguna laporan
keuangan. Pendekatan yang dimaksud adalah proses pelaksanaan review yang mencakup penelaah atas
akun laporan realisasi anggaran (LRA), akun neraca, catatan atas laporan keuangan (CALK), dan proses
pelaporan keuangan pada unit akuntansi kuasa pengguna anggaran (UAKPA) dan unit akuntansi terkait
lainnya, serta penyusunan kertas kerja reviu (KKR) dan catatan hasil reviu (CHR).
Upaya meningkatkan laporan keuangan dengan menganalisis salah saji informasi akuntansi yang
ada pada tim review LKPD Inspektorat Sumenep telah menunjukkan bahwa pada tim review LKPD
Inspektorat Sumenep telah mengacu pada pendekatan konsep materialitas, meskipun dalam
pelaksanaannya tidak semua aspekaspek yang ada dalam pendekatan konsep materialitas mampu
terwujud. Hal tersebut karena adanya beberapa masalah yang terjadi seperti perbedaan pemahaman atau
versi mengenai materialitas yang pada dasarnya konsep materialitas dipraktekkan oleh auditor internal
perusahaan maupun pamerintah dalam hal ini (BPK-RI), jadi terjadi perbedaan persepsi mengenai
materialitas tersebut
Terimakasih